Kamis, 25 April 2013

Terpaksa BUKAN Cinta #7


Setelah menunggu cukup lama, akhirnya lampu merah di pertigaan jalan raya itu berubah juga menjadi hijau


"hufh.. Akhirnya nih mobil bisa maju juga.."ucap Bisma lega karna akhirnya jalan raya yang Ia lalui tidak macet lagi dan bisa berjalan lancar

"pokoknya Gue harus cepet-cepet temuin Dina, Gue gak mau kalau sampe Dia kecewa karna Gue gak tepat waktu.."batin Bisma yakin dan segera melajukan mobilnya menuju ketempat yang Ia tuju..


Sementara itu..

Gadis cantik bernama lengkap Pramudina Afra Narundana, atau yang sering disapa Dina ini hendak keluar dari Bandaratempat Ia menunggu Bisma yang sampai sekarang belum juga datang, Dina segera mencari taksi untuk Ia tumpangi menuju rumahnya yang terletak di kota Jakarta ini

"kamu tuh beneran rese Bis, katanya mau jemput. Tapi sampe telat bahkan gak ngasih kabar sama sekali.."gerutu Dina kesal dan segera masuk kedalam taksi yang sudah diberhentikannya.

Taksi itu pun segera melaju meninggalkan Bandara Soekarno Hatta menuju tempat yang Dina maksud



namun..
Entah kenapa tiba-tiba taksi yang Dina naiki mendadak berhenti

"loh, kenapa pak?.."tanya Dina heran, supir taksi itu menunjuk kearah luar yang terlihat sebuah mobil sedan berwarna hitam yang memberhentikannya

"Bisma?.."pekik Dina dengan senyum yang mengembang dibibir mungilnya

"kenapa neng, ko malah senyum? Emangnya neng kenal sama orang yang diluar itu?.."tanya supir taksi heran melirik kearah Dina

"iya pak saya kenal, ya udah saya turun disini aja, dan ini ongkosnya.."jawab Dina tersenyum lalu menyodorkan lembaran uang seratus ribuan kearah supir taksi tersebut kemudian bergegas untuk turun

"ma..makasih neng.."supir taksi itu tesenyum senang saat Dina memberinya lembaran uang ratusan itu, padahal Ia saja belum mengantarkan penumpang nya ini, tapi sudah mendapat bayaran.. Hempp mungkin nasibnya sedang beruntung..'xD



**
"kenapa malah naik taksi? Kan tadi Aku udah bilang mau jemput kamu.."tanya pemuda bersuara serak-serak basah yang berdiri didepan mobil hitamnya ini yang tak lain adalah Bisma

"Aku fikir kamu gak jadi jemput, makanya Aku inisiatif buat naik taksi aja.."jawab Dina diiringi senyum menghampiri Bisma

"empp.. Gak mungkinlah Aku gak jadi jemput, kan tadi Aku udah janji.."Bisma melontarkan senyuam manisnya kearah Dina lalu segera membukakan pintu mobilnya untuk Dina

"makasih Bis.."ucap Dina tersenyum senang dan segera masuk kedalam mobil Bisma, sementara Bisma langsung menaruh koper Dina untuk disimpannya dibagasi belakang, kemudian segera masuk untuk mengantar Dina ketempat tinggalnya yang sekarang..

Oh iya, Dina itu sebenarnya Sahabat Bisma saat masih tinggal di Jerman. Bisma sudah lama menaruh hati pada Dina, bahkan dulu waktu SMA mereka sempat pacaran walau tidak terlalu lama. Dan sekarang rasa sayang dan ambisi Bisma untuk memiliki Dina muncul lagi, padahal Ia sendiri sudah memiliki Dhira yang kini sudah syah menjadi istrinya.





**
"ya ampun.. Bisma kemana sih?.. Masa sampai sore gini Dia belum pulang juga?.."panik Dhira khawatir akan keadaan Bisma, apalagi nomor Bisma sangat sulit dihubungi karna tidak aktif

"Bis, kamu jangan bikin Aku khawatir gini dong.. Aku takut kamu kenapa-napa Bis.. Kamu dimana sih?.."Dhira semakin cemas saja memikirkan keadaan Bisma yang sebenarnya tidak kenapa-napa ini


tiba-tiba, terdengar suara ketukan pintu yang diketuk dari luar

"Bisma?.."pekik Dhira sumringah dan segera bergegas menuju pintu utama untuk membukakan pintu..

Dhira begitu senang mengetahui kalau ternyata memang Bisma yang datang, terbukti mobil Bisma sudah terparkir didepan rumahnya

"gak tau kenapa Aku merasa kangen banget gak lihat kamu seharian ini Bis. Walaupun kamu sering bantak dan kasar sama Aku, tapi Aku udah sayang sama kamu.."batin Dhira tersenyum dengan langkah yang Ia percepat agar sampai menuju pintu utama


**
"Bis...maa?"tiba-tiba ucapan Dhira terhenti saat membukakan pintu dan melihat Bisma menggandeng gadis lain, bahkan sampai membawanya kerumah ini

"Bis, i..ini siapa?.."tanya Dhira gugup menunjuk gadis disebelah Bisma yang tak lain adalah Dina

"Aku Dina, sahabatnya Bisma.. Kamu sendiri siapa?.."jawab+tanya Dina tersenyum manis dan mengulurkan tangannya

"A..aku Dhira, Aku..akuu iis.."belum sempat Dhira meneruskan ucapannya, tiba-tiba Bisma langsung memotongnya

"emp.. Mending ngobrolnya didalam aja yuk? Gak enak kalau diluar gini.."ajak Bisma bermaksud mengalihkan pembicaraan, Dina hanya tersenyum dengan anggukan kecilnya dan segera masuk kedalam rumah tersebut dengan tangan yang masih Bisma gandeng

Dhira yang melihatnya hanya berdiri mematung melihat kearah Bisma dan Dina yang sudah masuk duluan

"kenapa hati Aku sakit banget Bis?..
Apa gadis itu pacar kamu?..
Karna gak mungkin kalau Dia sahabat kamu, kalian terlihat begitu mesra.."batin Dhira miris menatap kearah suami dan perempuan yang baru dikenalnya ini..



*
Bisma dan Dina kini mereka sedang asik berduaan diruang tengah, mereka duduk disofa sambil sesekali bercanda bagaikan sepasang kekasih yang sedang dimabuk asmara ini


"ih rese banget sih, masa tadi bilang iya, trus sekarang bilangnya cuma sahabat?.. Bukannya kamu tadi udah nerima Aku..??"protes Bisma tidak terima dengan ucapan Dina tadi yang bilang kalau Ia hanya sahabatnya, padahal bru beberapa menit yang lalu mereka jadian dan menjadi sepasang kekasih..*nah loh?

"issh.. Lagian siapa juga yang mau jadi pacar kamu, orang Aku maunya kita cuma sahabatan aja ko, gak lebih tau.."ucap Dina jutek dan membuang mukanya

"hah? Gak salah Din?.."kaget Bisma mengernyitkan keningnya karna bingung

"ya enggak lah Bis, orang Aku cuma becanda ko, ciyus deh.."ucap Dina dengan candaan khasnya ini yang hampir membuat jantung Bisma melonjak kaget

"aissh.. Dasar yah, nakal banget sih? Becanda nya kelewatan tau gak.."Bisma langsung merangkul pundak Dina dan memeluknya erat seakan takut kalau harus kehilangan Dina lagi

"hehe iya deh maaf, kan cuma becanda.."ucap Dina diiringi senyum, lalu menyenderkan kepalanya didada bidang Bisma

mereka berdua ini terlihat begitu romantis, bahkan sangat terlihat kalau keduanya itu saling menyayangi satu sama lain


sementara Dhira?
Ia melihatnya begitu miris, hatinya benar-benar hancur melihat Bisma bermesraan didepan kedua bola matanya, bahkan Bisma sampai mengacuhkannya dan tidak perduli sedikitpun

"hiks.. Kenapa hidup Aku jadi tambah rumit kaya gini sih Bis?..
Aku tau kamu emang gak pernah mau nerima Aku sebagai istri, tapi kenapa kamu harus bawa perempuan lain kerumah ini?..
Sakit Bis, sakiit aku lihatnya.."lirih Dhira dengan air mata yang menetes membasahi pipinya yang mulus itu

"loh Dhir, kamu ko disitu terus?.. Sini donk gabung.. Dari pada kamu sendirian disitu.."tiba-tiba Dina melirik kearah Dhira yang dari tadi hanya diam mematung ditempatnya

"e..enggak usah Din, makasih.. A..aku mau kekamar aja.."tolak Dhira halus dan segera menghapus air matanya karna takut Dina curiga

"udah Dhir, sini aja.. Gak papa ko.."ajak Dina lagi yang langsung menarik pelan tangan Dhira agar mau ikut bergabung dan mengobrol bersamanya juga Bisma

Dhira hanya menurut saja karna tidak enak kalau harus menolak lagi, Dhira duduk disamping kiri Dina sementara Bisma disamping kanan..

"empp.. Oh iya Bis, sebenernya Dhira ini siapanya nya kamu? Ko kalian bisa tinggal berdua yah?.."tanya Dina tiba-tiba yang berhasil membuat Bisma dan Dhira melotot kaget akan pertanyaannya ini

"A..akuu.. Aku,,is..ist.."ucapan Dhira terpotong..

"Dhi..dhira itu cuma sepupu Aku aja ko Din, Dia anak dari om Aku yang tinggal di Bandung, kebetulan aja lagi liburan makanya Dhira tinggal disini, iya kan Ra?.."jelas+tanya Bisma lalu melirik kearah Dhira dengan tatapan matanya yang membuat Dhira hanya menunduk dan menganggukan kepalanya

"i..iya Din, Aku..aku cuma sepupu nya Bisma ko.."ucap Dhira gugup dan berhasil meneteskan air matanya lagi

Dina hanya ber'Oh-ria saja sambil menganggukkan kepalanya tanpa curiga sama sekali terhadap Bisma dan Dhira, karna Dina memang tidak mengetahui tentang pernikahan Bisma dan Dhira


"ya Allah.. Sakit banget Bis, ternyata kamu cuma nganggep Aku sepupu kamu, padahal Aku udah sayang banget sama kamu Bis, dan Aku sangat berharap kelak kita bisa menjadi suami istri yang baik dan bahagia.."batin Dhira lirih dengan air mata yang kembali menetes membasahi pipi mulusnya

"emph.. Bis, Din.. A..aku masuk kekamar dulu yah, soalnya masih ada yang harus Aku kerjakan. Permisi.."pamit Dhira buru-buru pergi karna takut Bisma ataupun Dina melihatnya menangis menahan rasa sakit akibat ulah suaminya sendiri

"iya Dhir, gak papa ko, Aku ngerti.."balas Dina menyunggingkan senyumnya

sementara Bisma tidak berucap sepatah kata pun, Ia malah diam menatap kearah Dhira yang sudah menjauh masuk menuju kamarnya

"ya Tuhan.. Kenapa Aku bisa sekejam ini?..
Aku memang sayang banget sama Dina, tapi kenapa hati ini begitu sakit melihat Dhira menangis tadi?..
Aku emang bukan suami yang baik Ra, bahkan Aku sampe gak ngakuin kamu didepan Dina.
Aku minta maaf Ra, maafin Aku.."batin Bisma miris melihat istrinya yang selalu Ia buat menangis itu..




**
Dhira pun masuk kedalam kamarnya, Ia kembali menangis mengingat ucapan Bisma tadi yang hanya menganggapnya sebagai seorang sepupu

"hiks.. Apa salah Aku sih Bis?
Aku udah coba ngelakuin apapun buat kamu, Aku udah coba jadi yang terbaik buat kamu..
Tapi kenapa kamu selalu nyakitin hati Aku Bis?
Bahkan kamu sampai gak mau mengakui Aku sebagai istri, apa salah Aku Bisma, apaa..?"lirih Dhira menangis memandangi bingkai photo pernikahannya bersama Bisma, yang hanya terdapat satu diruangan kamarnya itu, sedangkan yang lainnya Bisma simpan digudang karna tidak mau memajangnya..


Bersambung...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Nggak Komentar, Nggak Kece :p