Jumat, 26 April 2013

Terpaksa BUKAN Cinta #18

Dhira terus merintih kesakitan menahan rasa sakit disekujur tubuhnya terutama bagian perut, sungguh sangat sakit sekali, hingga dalam keadaan setengah sadar seperti ini pun Ia masih merintih menahan rasa sakitnya itu


"ssh.. Bis, sa..kk..kiiit.."rintih Dhira terbata, Ia mencengkram perutnya sendiri yang mengeluarkan banyak darah segar dari betisnya itu, hingga akhirnya Ia pun ikut pingsan sama seperti Bisma..


Namun.. Tak lama kemudian beberapa warga pun datang menolong Bisma dan Dhira kemudian segera melarikannya ke Rumah Sakit terdekat karna kondisi Dhira maupun Bisma sepertinya sangat begitu parah dan luka mereka berdua pun cukup serius..




**
"Apa? Kecelakaan?..
Bagaimana mungkin?.."kaget seorang pria paruh baya ini saat menerima sambungan telfon dari BB nya

"ya sudah, saya akan segera mengambil penerbangan kesana.."ucapnya lagi kemudian langsung menutup sambungan telponnya itu


"Kurang ajar! anak itu memang benar-benar perlu Aku hajar, masa mengurus istrinya saja sampai tidak becus seperti ini!!"Ia mencengkram kepalan tangannya sendiri dengan wajahnya yang mendadak menjadi emosi dan penuh dengan amarah

"lihat saja, kalau sampai cucu papah kenapa-napa, papah gak akan segan-segan bunuh kamu Bisma!!"ancamnya lagi kemudian segera bergegas menuju kamarnya untuk menemui sang istri yang harus segera Ia ajak pulang ke Indonesia..





Sementara itu..


Dhira kini sudah berada didalam ruangan rawatnya, sepertinya kondisi Dhira cukup parah, sampai-sampai Ia belum sadarkan diri juga, padahal sekarang sudah hampir 6'jam lebih Ia terbaring diatas ranjang Rumah Sakit


"hiks.. Kenapa sampai kaya gini sih pah?
Kenapa sama Dhira?..
Kenapa kita juga harus kehilangan cucu kita pah?.."tangis seorang wanita paruh baya yang ternyata ibu kandung Dhira pun sudah tak terelakan lagi, sebut saja tante Wulan, begitu mendengar berita kecelakaan tentang Putrinya ini Ia begitu shock, apalagi sampai mendengar kalau calon cucunya pun harus terelakan pergi begitu saja, sungguh benar-benar berita buruk yang membuat jantung sampai berhenti mendadak saat mendengarnya

"sabar mah, Dhira pasti baik-baik aja ko, mamah gak usah nangis terus, kasihan kalau nanti Dhira bangun trus lihat mamah nangis kaya gini.."ucap om Himawan suami dari tante Wulan ini, atau lebih tepatnya Ayah kandung Dhira

"tapi gara-gara kecelakaan ini Cucu kita jadi meninggal Pah, Cucu kita meninggal.."tante Wulan sepertinya tidak bisa menerima kenyataan kalau janin yang Dhira kandung tidak bisa diselamatkan, Ia tidak bisa menerima kalau calon cucunya itu harus pergi begitu saja

"iya mah papah ngerti, Udah mamah jangan nangis terus..
Suatu saat Dhira pasti bisa kasih kita cucu lagi ko mah, udah yah? Jangan nangis terus.."om Himawan mendekap tubuh istrinya itu, Ia menenangkan tante Wulan agar tidak terus-terusan bersedih menangisi Dhira dan calon Cucunya yang tidak bisa tertolong itu..


"ja..jadi? Jadi Cucuku tidak tertolong..
Anak dari Rafael tidak tertolong?..
Enggak, ini..ini gak mungkin, Cucuku gak mungkin pergi secepat itu, gak mungkin.."batin seorang pria paruh baya yang ternyata mendengar percakapan tante Wulan dan om Himawan ini dari ambang pintu ruangan Dhira dirawat, air matanya menetes karna tidak percaya akan kenyataan pahit ini.
Tangannya pun kembai mengepal bahkan sampai Ia pukulkan beberapa kali kedinding Rumah Sakit tersebut

"kamu benar-benar Suami gak berguna Bisma, kamu gak berguna!!"geramnya yang langsung bergegas pergi setelah mengingat sosok Bisma putra satu-satunya yang kini masih hidup. Ia pun segera pergi dan mengurungkan niatnya untuk masuk kedalam ruangan rawat Dhira. Ia pun melangkahkan kakinya cepat untuk mencari letak kamar rawat Bisma karna sudah tidak sabar ingin memberikan pelajaran pada Putranya itu..*nah loh?

Sedangkan sang istri atau tante Nela begitu bingung saat masuk kedalam ruangan rawat Dhira karna sang suami tidak ada disana

"loh? Papah?.."pikir tante Nela heran karna tidak mendapati om Landry suaminya. Tante Wulan dan om Himawan pun menoleh kearah tante Nela

"jenk Nela?"pekik tante Wulan kaget

"empp.. Maaf suami saya apa sudah sampai disini Jenk?
Dan bagaimana sama keadaan Dhira?.."tante Nela pun mendekat kearah Dhira dan mengelus lembut wajah menantu satu-satunya ini

"saya rasa dari tadi pak Landry belum ada masuk kesini mba, mungkin lagi ke toilet.."pikir om Himawan ikut mendekat kearah tante Nela menghampiri ranjang dimana Dhira terbaring masih tak sadarkan diri disana

"hem.. Iya mungkin,
tapi keadaan Dhira tidak terlalu parah kan pak Him?..
Saya takut kalau sampai Dhira kenapa-napa, apalagi ini akibat Bisma yang tidak bisa mengendalikan mobilnya.."tante Nela masih asik mengelus wajah cantik menantunya ini, Ia memang begitu sayang pada Dhira, sampai-sampai saat mendengar kabar kecelakaan mobil Bisma dan Dhira ini tante Nela langsung segera pulang ke Indonesia ikut bersama om Landry suaminya

"kondisi Dhira memang tidak terlalu parah, namuun..(?)"tiba-tiba tante Wulan menghentikan ucapannya karna air matanya langsung menetes begitu saja

"kenapa jenk? Dhira.. Dhira gak papa kan?.. Dhiraa.."tante Nela langsung panik dan khawatir mendengar ucapan tante Wulan, bahkan Ia pun sampai ikut meneteskan air mata karna melihat tante Wulan menangis..

Kemudian on Himawan pun mencoba menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi pada Dhira juga janinnya yang tidak tertolong ini, tante Nela benar-benar dibuat shock, apalagi sampai mengetahui kalau ternyata calon cucunya tidak tertolong..

"hiks.. Itu gak mungkin, gak mungkiin..."lirih tante Nela yang langsung mendekap tubuh Dhira dan menangis terisak dalam pelukannya itu

"maafin mamah sayang, mamah gak pernah jengukin kamu sama papah, mamah memang bukan Ibu mertua yang baik, mamah nyesel Ra, mamah nyesel gak bisa jagain kamu juga calon cucu mamah, mamah minta maaf.."tangis tante Nela pun semakin terisak sampai-sampai kedua orang tua Dhira yang melihatnya pun hanya diam dan ikut meneteskan air mata, sementara Dhira sendiri belum sadarkan diri juga..





**
"kenapa hati Gue malah sakit mendengar janin Dhira gak ketolong?..
Kenapa Gue gak seneng?..
Kenapa?
Kenapa ini?..
Kenapa Gue bener-bener nyesel udah buat mamah nangis gara-gara calon cucunya gak bisa tertolong?
Kenapa ini Tuhan??.."batin Bisma yang ternyata melihat dan mendengar percakapan sang mamah dengan kedua orang tua Dhira didalam kamar rawat Dhira itu, sementara posisinya sendiri berdiri diambang pintu ruangan yang sedikit terbuka

"Gue..Gue bener-bener bodoh, kenapa Gue gak bisa ngendaliin mobil yang Gue bawa tadi?..
Kenapa harus sampai kecelakaan?..
Kenapa, kenapaaaaa?..."lirih Bisma lagi dan kini air matanya pun menetes membasahi pipi mulusnya, Bisma benar-benar merasa bersalah telah menyebabkan janin yang Dhira kandung sampai tidak tertolong, sementara kondisinya sendiri hanya mengalami luka yang tidak terlalu parah dibagian kepala dan tangannya

Bisma terus menatap wajah Dhira yang masih dipasang selang oxigen juga infusan ditangan kanannya, air mata Bisma pun kembali menetes melihat tubuh Dhira yang lemah tak berdaya itu, bahkan sampai belum sadarkan diri juga sampai sekarang

namun..

Tiba-tiba saja ada sebuah tangan yang menarik kerah baju Bisma dari belakang..






Daaan...





"Buughh!!"satu bogem mentah pun tiba-tiba Bisma dapatkan dari seseorang tersebut tepat diwajahnya yang masih terlihat pucat itu, sampai-sampai sudut bibir Bisma pun mengeluarkan sedikit bercak darah

"paa.."belum sempat Bisma meneruskan ucapannya itu, tiba-tiba seseorang tersebut mendaratkan lagi kepalan tangannya tepat diwajah Bisma sampai tubuh Bisma pun tersungkur jatuh kelantai


"Dasar anak tidak tau diri!
Suami TIDAK berguna!
Gara-gara kamu Cucu pertama Papah harus pergi, kamu benar-benar mengecewakan Papah, Papah Gak nyangka kamu bisa menjadi Suami dan Calon Ayah yang buruk untuk Dhira dan Janinnya, kamu benar-benar TIDAK berguna, tidak berguna BISMAA!!"bentak seseorang tersebut yang ternyata adalah om Landry papah kandung Bisma, emosinya pun semakin menggebu dan memuncak karna anak satu-satunya ini telah membuatnya kecewa, apalagi sampai membuat cucu pertamanya tiada, sungguh semakin murka saja om Landry terhadap Bisma

"Ma..maafin Bisma Pah, Bisma emang udah gagal jadi suami yang baik buat Dhira, Bisma minta maaf.."lirih Bisma menyadari kesalahannya, Ia pun hanya bisa diam sambil menundukkan kepalanya karna takut

"maaf?..
Kamu bilang MAAF??..
Apa dengan kata maaf cucu papah bisa kembali hidup didalam rahim Dhira?..
Apa dengan kata maaf Dhira bisa kembali sehat dan tidak terbaring lemah seperti ini, IYA?..
dimana otak kamu Bis? DIMANAA??.."bentak om Landry lagi tepat didepan wajah Bisma, Bisma yang mendengarnya lagi-lagi hanya diam dan menundukkan kepalanya

"Bisma minta maaf Paah, Bisma minta maaf..
Bisma tau Bisma salah, Bisma janji gak akan biarin Dhira terluka lagi Pah, Bisma janji.."lirih Bisma menitikan air mata dan bersujud dibawah kaki papahnya ini, namun Om Landry malah menyingkirkan tangan Bisma yang menyentuh kakinya bahkan sampai menendangnya hingga tubuh Bisma pun tersungkur jatuh kelantai

"JANGAN pernah sentuh Papah lagi, Papah malu punya akan seperti kamu!
Dan satu lagi, Papah GAK AKAN pernah biarin kamu nyelakain Dhira lagi bahkan papah juga GAK akan pernah ngijinin kamu untuk bertemu dengan Dhira!!"tegas om Landry mengancam sungguh-sungguh, Ia pun kemudian masuk kedalam ruangan rawat Dhira dan meninggalkan Bisma begitu saja


"enggak Pah, Bisma beneran nyesel, Bisma janji gak akan nyakitin Dhira lagi, tapi jangan cegah Bisma untuk menjauh dari Dhira karna Bisma gak bisa Pah, Bisma udah terlalu sayang sama Dhira.."ucap Bisma setengah berteriak, namun percuma saja om Landry tidak mempedulikan ucapan Bisma


"AAAaaaarrrggghh!!!"Bisma menghempaskan kepalan tangannya tepat ditembok rumah Sakit tersebut saking kesalnya, Ia sudah tau kalau omongan om Landry itu tidak pernah bohong dan selalu sungguh-sungguh..
Dan bagaimana mungkin kalau om Landry sang Papah tidak mau memaafkannya apalagi sampai tidak akan mengizinkan Dhira bertemu dengannya lagi..

"Aku beneran nyesel Ra, Aku nyesseel..."lirih Bisma terkulai lemas bersender ditembok Rumah Sakit tersebut, sepertinya Bisma memang sungguh menyesali semua perbuatannya terhadap Dhira ini...

Bersambung...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Nggak Komentar, Nggak Kece :p