Selasa, 30 April 2013

Terpaksa BUKAN Cinta #23


Bisma terlihat begitu lesu duduk dipinggiran tempat tidurnya, pandangan matanya pun menatap begitu kosong sama percis seperti fikirannya yang melayang entah kemana


"Kenapa Papah jadi kaya gini?..
Kenapa Dia begitu benci sama Gue?

Padahal kesalahan yang Gue lakukan tidak sebesar apa yang pernah Rafael lakukan dulu yang sampai membuat Dhira hamil..
Tapi kenapa Dia gak bisa maafin Gue?
Apa benar Gue itu bukan anak kandungnya?.."Bisma bertanya-tanya tentang keanehan yang terjadi pada sikap om Landry sang papah, Ia memang tidak habis fikir dengan sikap Papahnya yang begitu keras dan tidak mau memaafkannya, bahkan untuk mengajak Dhira dinner saja sampai tidak diijinkan pergi, benar-benar aneh..

"Apa jangan-jangan Bisma memang benar bukan anak papah pah?
Apa Bisma bukan darah daging papah tidak seperti Rafael yang begitu mudah bisa papah maafkan walaupun kesalahannya sangat fatal sekalipun?
Apa Bisma hanya orang asing disini pah?
Apa Bisma bukan anak papaah? Hiks..."batin Bisma lirih, perhalah air matanya pun menetes membasahi pipi putihnya


"hemz.. Ternyata kamu disini Bis, Aku cari kamu dari tadi, ehh ternyata kamu disini.."tiba-tiba Dhira masuk kedalam kamar Bisma dan menghampirinya, Ia pun duduk disamping Bisma yang duduk membelakanginya

"hmm.. Kamu kenapa sih?
Ko diem terus?
Kamu marah yah sama Aku karna gak bisa bujuk Papah?
Tapi kan kita masih bisa dinner dilain waktu Bis, walaupun enggak malam ini.."ucap Dhira menyenderkan kepalanya dipunggung Bisma, tangannya pun Ia lingkarkan diperut Bisma

"Aku gak papa ko sayang, maaf yah? Aku gak bermaksud buat kamu sedih..
Aku cuma gak habis fikir aja sama papah, Aku gak tau kenapa papah gak mau maafin Aku juga, Aku gak ngerti Ra.."Bisma membalikkan badannya menatap wajah Dhira, tangan kanannya pun mengelus pipi Dhira lembut

"kamu nangis?
Kamu jangan nangis dong Bis, Aku sedih kalau lihat kamu nangis..
Aku janji deh, malam ini kita tetep bisa dinner ko, tapi gak diluar..
Aku bakalan masakin makanan buat kamu, tapi kamu jangan nangis.."Dhira begitu kaget melihat pipi Bisma yang basah, air matanya pun mendadak keluar dan menetes membasahi pipi putihnya karna melihat Bisma menangis

"enggak ko sayang, Aku gak nangis..
Udah gak usah difikirin lagi, lain waktu kita masih bisa kan?
Sekarang mending kamu tidur yah? Kamu harus banyak istirahat.."balas Bisma mengalihkan pembicaraan dan mencoba tersenyum menyembunyikan apa yang membuatnya menangis ini

"enggak Bis, Aku belum ngantuk, malam ini Aku mau dinner sama kamu, Aku bakalan masakin makanan buat kamu, buat kita. Kamu tunggu yah? Aku mau ganti baju dulu, habis itu Aku mau siap-siap buat masakin makanan buat makan malam kita.."ucap Dhira beranjak dari duduknya untuk mengganti pakaiannya dengan pakaian biasa

"gak usah sayang, nanti yang ada papah malah tambah marah.."tolak Bisma halus, Ia pun menarik pergelangan tangan Dhira hingga langkah Dhira terhenti, namun Dhira malah tersenyum menatap wajah teduh Bisma

"Papah udah pergi ko, tadi katanya Ia harus ke Surabaya malam ini juga untuk beberapa hari, bahkan mamah pun ikut kesana sama papah.."jelas Dhira lembut yang berhasil membuat Dhira melotot kaget tidak percaya

"ja..jadi sekarang dirumah ini gak ada siapa-siapa?"tanya Bisma masih tidak percaya, Dhira mengangguk kecil diiringi senyum

Tanpa ba,bi,bu lagi Bisma pun langsung beranjak dan memeluk tubuh Dhira

"kenapa kamu gak bilang dari tadi sih sayang?..
Kalau tau papah sama mamah pergi, Aku kan gak bakalan galau kaya gini.."ucap Bisma mendekap erat tubuh Dhira

"gimana Aku bisa kasih tau kamu, orang kamu dicariin dari tadi gak ketemu-ketemu, bahkan papah sampai teriak-teriak tadi tapi kamu tetep aja gak muncul.."balas Dhira mengembungkan pipinya, Bisma tersenyum mendengar penjelasan Dhira, Ia pun melepaskan pelukannya

"Akhirnya Aku bisa berduaan sama kamu tanpa ada yang ganggu kita lagi Ra.."batin Bisma menatap wajah cantik istrinya ini

"ko ngelihatinnya kaya gitu banget sih?"tanya Dhira heran, Bisma tidak menjawab Ia malah tersenyum kagum melihat wajah Dhira

"isssh.. Kamu jangan bikin Aku takut dong Bis, mending kamu tunggu disini yah?
Aku mau masakin makanan buat kamu biar kita bisa dinner bareng malam ini.."ucap Dhira bermaksud mengalihkan perhatian karna Ia takur melihat Bisma menatapnya seperti itu

Dhira pun hendak beranjak pergi meninggalkan Bisma, namun lagi-lagi kangkah Dhira terhenti karna Bisma langsung mencegahnya

"gak usah sayang, Aku mau sama kamu aja malam ini, Aku mau kitaaa..."ucap Bisma menggantungkan kata-katanya, tangannya pun membelai setiap lekukan diwajah Dhira, Ia pun mendekatkan wajahnya dan membisikkan sesuatu ditelinga Dhira

"Aku mau malam ini kamu jadi milik Aku Ra.."bisik Bisma pelan yang berhasil membuat Dhira melotot kaget akan ucapannya

"ma..maksud kamu?.."tanya Dhira gugup, Bisma malah tersenyum dan mengangkat tubuh mungil Dhira lalu menidurkannya diatas ranjang kamarnya. Dhira semakin shock saja dengan perlakuan Bisma ini, Ia tidak tau harus bicara apalagi karna sejujurnya Dhira sangat takut


"Kamu siap kan sayang?.."tanya Bisma lagi, Ia pun mulai membuka kancing bajunya dan melepas kemeja berwarna biru yang Ia kenakan, hingga kini Ia hanya mengenakan kaos dalamnya saja

"B..bis, A..akuu.."ucapan Dhira terpotong

"gak perlu takut sayang, Aku cuma mau punya anak dari kamu Ra, kamu mau kan mengandung janin dari benih Aku?
Aku mau kasih cucu buat papah Ra papah pasti seneng dan bakalan maafin Aku kalau kita bisa kasih cucu buat Dia, kamu mau kan sayang?.."Bisma menatap teduh wajah Dhira, Ia menjelaskan apa maksud dan keinginannya ini, namun entah kenapa Dhira malah menangis lalu mendorong kasar tubuh Bisma hingga membuat Bisma kaget tidak mengerti

"kamu kenapa?
Kamu gak mau hamil anak Aku?..
Atau kamu masih cinta sama Rafael?"tanya Bisma sedikit kesal, Dhira menoleh sekilas kearah Bisma

"Aku belum siap Bis, Aku takut..
Maafin Aku.."jawab Dhira lirih kemudian pergi meninggalkan Bisma begitu saja


"AAAAaaaaarrrrrgggghhh!!!
Kenapa jadi kaya gini sih?
Boddoh, Gue emang Bodoooh....."Bisma menjambak rambutnya sendiri, lagi-lagi Ia menyalahkan dirinya karna sikap Dhira yang sekarang

"maaf Ra, Aku gak bermaksud maksa kamu, Aku tau kamu pasti belum siap, Aku tau luka dirahim kamu pun pasti masih sakit akibat keguguruan beberapa hari lalu, Aku tau Ra itu pasti alasan kamu gak mau Aku sentuh..
Tapi Aku cuma mau kasih cucu buat papah aja Ra, Aku cuma mau papah maafin Aku.."batin Bisma lirih, Ia menangis benar-benar menangis karna sikap Dhira tadi


"maafin Aku Bis, jujur Aku takut banget.. Wajah Rafael selalu terbayang kalau kamu hendak melakukan itu, Aku benar-benar takut, Aku takut Bisma..
Aku takut gak bisa muasin kamu, Aku juga takut kamu melakukannya hanya karna terpaksa, Aku gak mau Bis, kata-kata kamu dulu selalu terngiang kalau kamu hanya Terpaksa bukan Cinta, mafin Aku..."ternyata Dhira masih berdiri diambang pintu kamarnya, Ia melihat kearah Bisma dengan air mata yang juga ikut membanjiri wajahnya, entah kenapa yang Dhira rasakan sekarang malah rasa takut dan juga rasa ragu didalam hatinya..

Dhira pun segera beranjak meninggalkan Bisma, mugnkin lebih baik malam ini Ia tidak tidur dengan Bisma, yaps untuk menenangkan fikiran juga perasaannya saat ini...







Pagi harinya..



Tidak ada percakapan sedikitpun yang keluar dari mulut Dhira maupun Bisma, mereka menikmati sarapan paginya pun dengan suasana yang sangat hening..

Bisma tampak begitu tidak nafsu menikmati sarapan paginya, begitupun dengan Dhira yang hanya mengaduk-ngaduk nasi goreng buatannya


"gak seharusnya Aku bersikap kaya gini sama Bisma, Dia sekarang udah berubah, kenapa semalam Aku malah ragu sama Bisma?
Gak, Aku harus minta maaf, Aku harus bilang sama Dia kalau Aku nyesel udah nolak keinginannya semalam, Ia Aku harus minta maaf.."batin Dhira yakin akan pemikirannya ini

"Gak seharusnya Gue maksa Dhira semalam, Dhira pasti masih trauma sama kejadian Rafael dulu.
Iya harusnya Gue harus lebih sabar, Gue harus minta maaf sama Dhira, iya harus.."batin Bisma yang ternyata memiliki pemikiran yang sama dengan Dhira

Bisma pun memberanikan diri menatap wajah Dhira meskipun sebenarnya Ia takut


"A..aku minta maaf.."tiba-tiba Bisma dan Dhira mengucapkan kata maaf itu berbarengan

Bisma mengernyitkan dahinya, Ia tidak percaya kenapa bisa bersamaan mengucapkan kata maafnya itu, begitu pun dengan Dhira yang dibuat bingung tidak mengerti

"kenapa kamu harus minta maaf?..
Yang salah kan Aku Ra, seharusnya semalam Aku gak maksain kamu karna Aku tau kamu pasti belum siap dan masih trauma atas kejadian dulu, jadi Aku yang lebih berhak minta maaf sama kamu.."tanyaBisma heran, Dhira menggelengkan kepalanya dan menangis

"enggak Bis, kamu gak salah..
Aku yang harusnya minta maaf, gak seharusnya Aku nolak keinginan suami Aku sendiri, apalagi tujuan kamu untuk memberi papah cucu, maafin Aku Bis karna Aku udah ragu sama kamu, Aku cuma takut dan belum percaya kalau kamu benar-benar bisa berubah, maafin Aku.."ucap Dhira lirih dan menundukkan kepalanya

"perubahan itu memang tidak bisa begitu cepat, perubahan itu butuh waktu yang cukup lama, begitupund engan sebuah kepercayaan, mungkin kamu masih ragu kalau Aku benar-benar bisa merubahs emua sikap buruk Aku, tapi Aku gak marah ko Ra, Aku akan tetap yakinin kamu kalau Aku bisa berubah, Aku bisa jadi suami yang baik buat kamu, Aku gak akan kasar dan bentak-bentak kamu lagi, Aku bakalan jadi Ayah yang baik buat anak-anak kita nanti Ra, Aku janji sayang, Aku akan coba buat ngelakuin itu untuk kamu, karna cuma kamu yang Aku punya, cuma kamu yang Aku miliki sekarang Ra.."jelas Bisma dengan sangat bijaknya, matanya menatap lekat wajah Dhira hingga berkaca-kaca, Dhira yang mendengarnya pun langsung berhambur memeluk tubuh Bisma

"Aku percaya sama kamu Bis, Aku percaya..
Aku juga sayang sama kamu, Aku mau jadi istri yang baik buat kamu, maafin Aku Bis..."lirih Dhira menangis dalam pelukan Bisma, air mata Bisma pun ikut menetes mendengarnya

"iya sayang, Aku udah maafin kamu ko, lagi pula kamu gak salah..
Aku udah pernah bilang kalau kita akan memulainya dari awal lagi, kita pasti bisa sayang, kita mulai lagi yah?
Kita mulai semuanya dari awal, kamu mau kan?.."tanya Bisma melepaskan pelukan Dhira, Dhira mengangguk mantap namun masih terisak, Bisma pun tersenyum lalu mengusap pipi Dhira dan menghapus air matanya

"makasih sayang..
sekarang kamu abisin sarapan kamu, nanti siang Aku mau ajak kamu ke Villa papah yang di daerah Puncak Ra, Aku mau kita refleshing disana, anggap aja itu buat honey moon kita yang belum pernah kita lakuin semenjak kita menikah, kamu setuju kan?.."tanya Bisma mengusulkan ide cemerlangnya

"Aku mau, Aku mau banget Bis.."jawab Dhira mantap diiringi senyum, Bisma pun ikut tersenyum lalu mengecup kening Dhira sekilas namun sangat lembut

"ya udah abisin makanannya yah?..
Habis itu kita packing, kita liburan sayang mumpun Papah sama Mamah lagi gak ada.."suruh Bisma pelan, Dhira mengangguk menuruti perintah suaminya ini


"Aku memang kasar,
Aku memang keras kepala,
tapi Aku akan mencoba merubah semuanya buat kamu Ra, karna Aku udah gak punya siapa-siapa lagi selain kamu, bahkan Aku gak yakin kalau Papah sama Mamah itu orang tua kandung Aku, Aku bener-bener gak yakin lagi Ra semenjak sikap papah berubah menjadi seperti ini, Aku pasti bukan anak kandung mereka, jadi cuma kamu satu-satunya yang Aku miliki sekarang...."batin Bisma lirih, Ia tersenyum miris mengingat perlakuan om Landry padanya, sampai-sampai Ia berfikiran kalau bukan anak kandung dari om Landry dan tante Nela....







Bersambung...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Nggak Komentar, Nggak Kece :p