Mentari pagi kini telah menunjukkan cahaya teriknya. Pemuda
bertubuh tinggi tegap ini pun sudah terlihat rapi dengan seragam kantor
dan jas hitam yang dikenakannya.
"Hari ini Papah akan pergi keluar kota. Mungkin papah disana akan
tinggal selama beberapa hari. Papah harap Albi sama Bian tidak bersikap
nakal selama papah pergi. Nanti om Rangga yang akan jagain kalian, om
Rangga akan papah suruh tinggal disini untuk beberapa hari, jadi Albi
sama Bian tidak akan kesepian kalau papah pergi.."
Jelasnya dengan sangat lembut dan bijak pada kedua putra kembarnya yang masih berusia 5'tahun ini.
Perannya sebagai seorang Pengusaha ini memang sangat sibuk dan tak
jarang harus sering meninggalkan Albi dan Bian siputra kembarnya.
Terlebih lagi sang istri sudah lama tiada, jadi Ia harus bisa menjadi sosok Ayah sekaligus Ibu untuk kedua putra kembarnya
"Albi mau kerumah om Rafa. Papah kalau mau pergi silahkan saja. Albi mau sama pak Odi aja!"
Tiba-tiba bocah kecil ini dengan sangat cueknya melontarkan ucapan
penolakan tersebut. Sang papah yang ternyata bernama Handy Morgan Winata
atau Morgan ini pun hanya bisa menghela nafasnya mendengar penuturan
sang buah hati
"Bian juga mau kerumah om Rafa aja! Bian gak mau kalau sama om Rangga. Sebelum Papah pergi, papah antar Bian sama kak Albi dulu"
pinta bocah kecil berajah serupa dengan Albi yang tak lain adalah Bian.
Kedua bocah kembar ini sama-sama selalu bersikap seperti ini kepada
sang Papah. Tepatnya setelah kepergian sang mamah 2'tahun silam..
"Hemz.. Yaudah papah akan antar Albi sama Bian kerumah om Rafa.
Nanti biar papah telfon om Rangga biar pulangnya bisa jemput Albi sama
Bian. Tapi sekarang makanannya dihabisin dulu yah? Papah gak mau kalau
sampai Albi sama Bian sakit.."Jelas Morgan tersenyum mengiyakan
keinginan kedua putranya. Ia mengelus rambut hitam Albi dan Bian penuh
kasih sayang
"sampai kapan anak-anak kita akan terus bersikap seperti ini sama Aku?
Aku lelah.. Rasanya Aku ingin ikut dengan kamu saja.. Aku benar-benar lelah.."
Morgan menatap lirih kedua putranya. Kenangan manis yang dulu sempat
dialaminya pun serasa ingin diulang kembali disaat Albid an Bian selalu
bersikap ceria penuh tawa karna sang mamah masih berada disampingnya.
Dan kini semuanya hanya bisa dikenang karna tidak bisa diputar kembali.
Albi dan Bian pun menjadi bersikap dingin dan cuek pada Morgan sendiri,
entahlah karna apa, mungkin mereka masih belum bisa merelakan kepergian
sang mamah hingga bersikap seperti ini pada Morgan Ayah kandung mereka
sendiri..
**
Kini Bisma mulai melanjutkan perjalanannya lagi untuk mencari rumah
Dicky kembali. Langkah yang sangat berat dan tubuh yang lemas membuat
Bisma malas karna lelah, terlebih belum ada sedikit pun makanan atau
minuman yang masuk kedalam perut Bisma. Ia hanya bisa menelan ludahnya
saat melihat pedagang-pedagang pinggir jalan yang berjualan makanan
"laper.. Tapi Gue gak punya uang sedikit pun.."lirih Bisma kembali menelan ludahnya
namun tiba-tiba Bisma menghentikan langkah kakinya. Ia menoleh
kearah Arfa yang masih setia mengikuti dan membuntutinya dari tadi
"loe kenapa masih ngikutin Gue juga sih?
Kan tadi Gue udah bilang loe pergi, jangan ikutin Gue lagi. Ngerti
gak sih loe?"kesal Bisma menatap wajah polos bocah kecil berusia 5'tahun
ini
"Arfa gak mau pegi. Arfa cuma penen ikut sama om.."lirih Arfa menengadahkan wajahnya ikut menatap Bisma
"Gue gak Bisa! dan GUE BUKAN OM LOE! jadi mendingan sekarang loe pergi. Oke?"
Bisma berlalu meninggalkan Arfa. Dipercepatnya langkah kaki agar
bisa terhindar dari bocah kecil berpenampilan sedikit kucel dan kotor
ini
"apaan pengen ikut, pengen ikut?
Emangnya Dia fikir Gue panti penampungan anak jalanan kaya dia apa?
Hidup Gue aja udah sulit, makan aja susah, lah sekarang pengen ikut
sama Gue? Cuih! Masih banyak yang perlu Gue urusin dan GAK PENTING
banget kalau Gue harus ngurusin tuh anak!"gerutu Bisma mendengus kesal
tanpa berani menengok kebelakang lagi
"Arfa cuma penen puna pemen om.. Arfa jaji gak akan nakal.. Arfa
penen ikut om.."Arfa menatap lirih punggung Bisma yang hampir tak
terlihat itu. Diusapnya pipi kiri yang sedikit basah karna air matanya
tak terasa menetes membasahi pipi putihnya
"Arfa ga mau sendiian teus. Arfa mau sama om. Iya Arfa haus kejar om.
Arfa yakin om itu orang baik, Arfa haus kejar!!"
tiba-tiba Arfa dengan sangat yakinnya kembali melangkah menyusul
Bisma. Entah karna apa Arfa merasa kalau lelaki bertubuh tidak terlalu
besar itu bisa menjaga dan melindunginya. Dan Arfa juga sangat yakin
kalau Bisma adalah orang baik bahkan sangat baik.
Arfa berlari kecil membuntuti Bisma, sandal jepit yang dipakainya
sempat beberapa kali copot karna memang sudah tidak layak pakai, bahkan
Ia sempat terjatuh hingga lututnya sedikit tergores mengeluarkan darah
"janan tigalin Arfa oom!! Arfa mau Ikuuutt!!!"teriak Arfa dengan sedikit isak tangis
Bisma yang mendengarnya pun menghentikan langkahnya sejenak menoleh kearah Arfa
"piss, Arfa moon janan tigalin Arfa.. Arfa cuma mau ikut sama om..
Arfa ga puna siapa-siapa om.. Arfa mau ikut om.. Arfa mo'oon..."pinta
Arfa lirih meneteskan air matanya
Bisma hanya diam. Ia sungguh bingung harus berkata apalagi, satu
sisi Ia tidak tega melihat Arfa, tapi disisi lain Ia juga tidak mungkin
mengajak bocah kecil ini
"loe gak usah keras kepala! Gue tetep gak bisa!!"jelas Bisma kembali pergi melanjutkan langkahnya
"tapi Arfa cuma mau ikut om.. Arfa ga bakal nusain om.. Arfa jaji.
Arfa cuma mau puna temen.. Arfa mau ikut!!"teriak Arfa lagi begitu
kekeuh ingin mengikuti Bisma
dengan sangat kesal dan emosi yang ditahannya, Bisma menghentikan langkahnya kembali
"Kalo Loe masih tetep bilang ingin ikut sama Gue. Gue gak akan
segan-segan lempar muka loe pake ini! LOE MAU HAH??"bentak Bisma kasar
seraya menunjukkan sepatu putih yang dipakainya
Arfa pun hanya bisa diam menundukkan kepalanya karna takut
"hiks.. Papah.. Mamah.. Kaian dimana? Hiks.. Arfa mau ikut papah
sama mamah aja.. Hiks kaian dimana??.."lirih Arfa menunduk terisak
"halah, bisanya cuma nangis! Dasar CENGENG!!"lagi-lagi Bisma malah
membentak Arfa. Ia sama sekali tidak ada rasa kasihan atau iba sedikit
pun.
Tiba-tiba..
"Aduh!!"
seseorang tidak sengaja bertabrakan dengan Bisma sampai jatuh
"heh, loe kalo berdiri jangan ditengah jalan kaya gini dong! Udah
kaya patung pancoran aja loe berdiri ditengah jalan!!"marah seorang pria
bertubuh hampir sama dengan Bisma. Ia mencoba bangun karna tubuhnya
tersungkur jatuh keaspal jalanan
"Heh, Kunyuk! Elo tuh yang kalo jalan pake mata. Udah tau ada orang
berdiri disini, elo malah nabrak Gue gitu aja, kunyuk loe!"bentak Bisma
balik seraya menepuk telapak tangannya karna tadi Ia juga ikut jatuh
akibat ditabrak pemuda tersebut
"aisssh? tunggu dulu deh. ELoeee????..."
Bisma menunjuk wajah lelaki yang sibuk membenarkan rambut poninya itu
"DICKY! iya Dicky! Haddoohh kuyuuukkk.. Loe tuh bener-bener bikin
Gue sengsara ya Dick.. Loe kemana aja sih Bro? Kenapa loe udah pindah
kosan lagi hah? Gue nyariin elo tau gak.."ucap Bisma menepuk pundak
lelaki yang dipanggilnya Dicky ini. Ternyata lelaki ini adalah sahabat
yang dicari Bisma dari semalam
"halaahh.. Elo lagi. Kampreeet Gue fikir siapa?
Loe tuh emang hobby bikin orang emosi ya Bis?
Tangan Gue lecet nih gara-gara loe.. Ahh resse!!"dengus Dicky
sedikit kesal. Bisma hanya tersenyum menggaruk belakang kepalanya yang
sama sekali tidak gatal
sedangkan Arfa yang masih stay berdiri dibelakang Bisma hanya
menatap penuh rasa heran, awalnya Bisma memarahi Dicky, dan sekarang
mereka malah terlihat begitu akrab.. Jadi tak heran kalau bocah kecil
ini hanya cengo mematung ditempatnya
"jadi loe udah beneran diusir dari kosan loe yang kemarin?
Hufh.. Makin melarat aja hidup loe Bis.. Dasar kere!"ledek Dicky setelah mendengarkan penjelasan Bisma
"udah deh gak usah ngomong melarat kere atau belangsak sekalipun.
Mending loe ajak Gue ketempat loe. Gue mau numpang tinggal dirumah
loe untuk beberapa hari sampai Gue punya duit buat ngekost ditempat
lain.. Gue beneran butuh bantuan loe, jadi loe jangan coba-coba nolak
atau ngeledek Gue lagi.."jelas Bisma membuat Dicky terkekeh mendengarnya
"iya-iya Gue bantuin, selama Gue sahabat loe pasti Gue bakalan bantu loe.."balas Dicky merangkul pundak Bisma
"thanks brother.."Bisma tersenyum mendengar ucapan Dicky.
Ia pun segera melangkahkan kakinya bersamaan dengan Dicky. Ternyata
rumah kosan Dicky tak jauh dari tempat tersebut, jadi cukup berjalan
kaki pun pasti akan sampai..
**
"cepetan dong jalannya! Lelet banget sih lu! Masih untung Gue mau nampung loe yah, jadi jangan bikin Gue kesel terus!!"
Langkah kecil Arfa pun langsung dipercepat begitu mendengar bentakan Bisma lagi. Ia menenteng ransel berisikan pakaian Bisma
"iya om, ini Arfa juda udah cepat.."balas Arfa mengiyakan.
Sebenarnya lututnya sangat sakit, namun Ia tidak mau menyia-nyiakan
kesempatan emas ini. Karna Arfa akan melakukan apapun asal Bisma mau
mengajaknya termasuk membawakan tas milik Bisma, dan terus Bisma bentak
sedangkan Dicky sendiri malah cengengesan gak jelas melihat wajah kumel kucel Arfa seperti gembel cilik ini
"haha, loe nemu anak tuyul itu dimana Bis?
Kayaknya nasibnya lebih miris dari elo deh.. Haha tapi kasian juga
sih elo bentakin mulu, haha.."tawa Dicky begitu renyah melihat ekspresi
wajah kesal Bisma dan wajah kucel Arfa
"gak usah ketawa deh.. Gue cape lah Dick.. Tuh anak cuma bisa
nyusahin Gue doang.. Mana jalannya lelet banget lagi hufh.."Bisma
merebahkan tubuhnya diatas kursi kayu didepan rumah kosan Dicky ini.
Karna memang baru saja sampai. Sedangkan Arfa sepertinya benar-benar
tertinggal karna belum sampai juga
"Gue masuk dulu yah? Loe jangan dulu masuk sebelum Gue suruh.."ucap Dicky tiba-tiba. Bisma hanya mengangguk kecil tanda setuju.
"Gue laper Dick.. Sediain makanan dong buat Gue. Tar kalo Gue udah dapet kerjaan Gue ganti.."teriak Bisma dari arah luar
Dicky sama sekali tidak menyahuti teriakan Bisma. Ajahnya begitu
terlihat panik karna kedatangan Bisma yang akan tinggal dikosan yang
ditempatinya ini
"haduhh.. Semua makanan Gue harus diamanin nih.. Si Bisma kan rakus
orangnya, mana ada anak gembel segala lagi yang dia bawa. Pokoknya semua
harus Gue amanin.."
Dicky meraih toples-toples berisikan makanan cemilannya. Ia
menyembunyikannya ditempat-tempat tertutup agar tidak diketahui oleh
Bisma. Dicky orangnya memang sangat pelit, jadi tak heran kalau Ia
melakukan hal seperti ini
"hufh.. Aman deh sekarang.. Bisma pasti gak akan nemuin makanan-makanan Gue.."batin Dicky bernafas lega
"loe lagi ngapain sih? Ko lama banget? Gue lapar nih.. Ada makanan gak??"tiba-tiba Bisma muncul tepat didepan Dicky
"astaga! Loe ngagetin Gue aja deh..
Gu..gue gak punya makanan.. Loe beli aja di warung. Gue beneran gak
ada makanan sama sekali.."kaget+ketus Dicky sedikit gugup, Ia pun
melangkah keluar dengan Bisma yang stay membuntutinya dari belakang
"tapi Gue beneran laper Dickdook.. Loe kaga ada kasian-kasiannya
yah? Gue pinjem duit loe deh, tar Gue ganti.."pinta Bisma memasang wajah
melasnya
"Gu..Guee.. Do..dompet Gue ketinggalan. Iya ketinggalan. Aduh Bis,
Gue pergi dulu deh yah? Gu..gue tadi udah ada janji sama si Rangga anak
orang kaya itu. Gue beneran buru-buru. Loe istirahat aja deh, Gue gak
punya duit apalagi makanan.. Bye!"
Dengan sangat tergesa-gesa dan buru-buru Dicky pun pergi begitu saja
meninggalkan Bisma. Entahlah Ia akan kemana, tadi Rangga sahabatnya
memang menghubungi Ia untuk membicarakan sesuatu, namun entahlah itu
apa.
Bisma pun hanya bisa menelan ludahnya mendengar ucapan Dicky
"loe tuh gak pernah ngertiin Gue banget Dick.. Sahabat macam apa sih loe?
Temen lagi kesusahan, kelaperan kaya gini malah ditinggal gitu aja..
Kalo Gue orang kaya udah Gue pecat jadi Sahabat tau gak!"gerutu Bisma
kesal akan sikap Dicky yang memang menjengkelkan ini
Bisma pun melangkah memasuki dapur.. Tempat kosan Dicky memang seperti sebuah kontrakan yang terdapat dapur dan kamar mandi.
"hufh.. Gak ada makanan sedikit pun!
Air minum juga gak ada.. Arrgghh!! Sial banget sih hidup Gue!!"
Bisma membuka-buka lemari kecil yang biasanya terdapan makanan,
dituangkannya teko berukuran sedang yang juga tidak terdapat air setetes
pun..
Kemudian dilemparnya botol akua kosong kesembarang tempat
"masa Gue harus minum air keran sih?? Si Dicky bener-bener yah??..
Gue yakin semuanya pasti loe sembunyiin Dick.. Loe tuh beneran peliiittt
Arrrgghh!!!"Bisma menendang kursi kayu kecil saking kesalnya akan sikap
Dicky. Bisma memang sudah hafal betul sifat sahabat satu-satunya ini
"kasian om itu.. Arfa haus batuin nih..
Om itu kan udah baik mau najak Arfa.. Beati sekaang giian Arfa yan
haus baas kebaikan om itu.."batin Arfa miris melihat Bisma marah-marah
didapur. Ternyata Arfa sudah cukup lama berdiri melihat Bisma
marah-marah seperti ini
Arfa meraih botol akua bekas yang Bisma lempar tadi. Bibirnya terukir sedikit senyum menatap botol kosong tersebut
"Arfa mau pegi duu om.. Nanti Arfa bakaan bawa makanan buat om.. Om
tugu yah?.."ucap Arfa segera berlalu keluar dari kosan Dicky dan
meninggalkan Bisma
"bantu-bantu! Muke loe bantu?? Loe aja cuma nambahin beban Gue
doang! AAARRGGHH!!!"bentak Bisma lagi-lagi terus saja mengamuk tidak
jelas.
Tapi tuh anak mau kemana??
Trus ngapain botol kosong tadi Dia bawa??"pikir Bisma mencoba mencerna ucapan Arfa yang sedikit didengarnya
"Gue harus ikutin kemana tuh anak pergi! Iya Gue harus ikutin.
Jangan sampe tuh anak malah nyuri dan jadi pencopet cilik! Gue bunuh
kalo sampe hal itu terjadi.."
Bisma pun segera melangkahkan kakinya mengikuti kemana Arfa pergi
karna penasaran dan ingin tahu apa yang akan dilakukan bocah kecil yang
belum Ia tau namanya itu..
**
Arfa berjalan menelusuri pinggir jalan raya yang cukup ramai ini.
Bibirnya tak henti tersenyum memandangi botol akua bekas yang
dipegangnya, sejenak langkahnya pun terhenti. Ia memungut beberapa
batu-batuan kecil kemudian memasukkannya kedalam botol kosong tersebut
"Arfa bakaan cai uang om. Pokoknya Arfa bakaan bawa makanan buam
om.."yakin Arfa seraya menutup tutup botol akua yang sudah Ia isi
beberapa batu-batuan kecil tersebut
Arfa mengocok dan menggoyang-goyangkan botol berisikan batuan kecil dan menghasilkan sedikit bunyi
"aha, saatnya Arfa beaksi..
Moga banak yan nasih, bial bisa bei makanan buat om itu.. Arfa haus semanant.. Semaaanaaatt!!"
Arfa berlari dengan langkah kecilnya menuju lampu merah pas
perempatan jalan raya. Dimana disana banyak juga anak-anak seumuran Arfa
yang mengais rezeki mengharap belas kasihan orang lain..
Bisma sedari tadi terus mengikuti dan mengawasi Arfa. Awalnya Ia
kesal dan sangat benci pada bocah kecil ini. Tapi melihat kegigihannya
hati Bisma sedikit tersentuh, apalagi disaat Ia tahu kalau Arfa
melakukannya hanya karna ingin membuatnya senang
"apa yang sebenarnya ingin dilakukan gembel kecil ini??"pikir Bisma
bersembunyi dibalik pohon tak jauh dari lampu merah. Ia memantau Arfa
dari sini dan terus mengawasinya
"Pemisi om.. Seamat siang..!!"sapa Arfa dengan nada suaranya yang sedikit sulit dimengerti ini
pemilik mobil Honda Jazz hitam ini pun membuka kaca jemdela mobilnya
Ia tersenyum melihat senyuman dibibir Arfa yang begitu manis dan sangat
tulus
"Apa yan kuakuan utuk mama.. Utuk mama.. Teeesayang..
Apa yan kubeikan utuk mamma..
Utuk mama.. Tecintaa...
Hana ini.. Kunanyikan..
Senandung dai hatiku utuk mama..
Hana sebuah lagu sedehana..
Lagu citaku utuk... Mama..."
Arfa menepuk-nepukkan botol yang dipegangnya pada telapak tangannya
sendiri sambil menyanyi. Dengan sangat percaya diri, Ia melantunkan lagu
tersebut berharap kalau pemilik mobil Honda Jazz hitam ini akan
memberinya uang recehan agar bisa Ia kumpulkan dan bisa dibelikan
makanan
Bisma sendiri yang melihatnya sungguh haru. Air matanya tak terasa
menetes mendengar Arfa menyanyikan lagu tersebut. Sungguh sangat tegar
dan berhati mulia bocah kecil ini.
Sedangkan Pemuda bermata sipit yang menyetir mobil tersebut
tersenyum melihatnya, sedangkan gadis kecil yang begitu cantik duduk di
jok belakang, begitu terkagum mendengar suara Arfa. Ia membuka pintu
kaca jendela mobil milik Papi nya ini lebar-lebar
"sualanya bagus ya pi?.. Biar Keya yang kacih uangnya yah??"ujar gadis kecil tersebut
"iya sayang, terserah keyla aja. Ini uangnya keyla kasih.."sang papi
bernama Rafael ini pun menyodorkan selembar uang 10ribu pada gadis
kecilnya. Sementara sang istri yang duduk di jok samping hanya tersenyum
kearah gadis kecil bernama Keyla ini
"ini buat tamu.. Suala tamu bagus banget.."puji Keyla menyodorkan lembaran uang sepuluh ribu tersebut kearah Arfa
"makasih.."balas Arfa tersenyum kecil. Ia pun meraih tangan Keyla hendak mengambil uang yang diberikan padanya
"Aduh keyla om, itu uangnya terlalu besar. Suara pengamen ini aja
jelek sama belepotan. Jadi jangan dikasih terlalu besar.."tiba-tiba
seorang bocah laki-laki merebut paksa lembaran uang sepuluh ribu
tersebut
"Bian!!"teriak Keyla kesal
"Bian benar key.. Anak itu jangan dikasih uang terlalu besar.. Uang
logam ini lebih pantas buat Dia.."tambah bocah laki-laki berwajah serupa
yang ternyata Albi ini melemparkan koin 1000'rupiah kearah Arfa
"Cring!"
uang logam itu menggelinding keaspal jalanan. Arfa yang melihatnya hanya diam. Ia sungguh tidak tau harus berbicara apa
"Albi sama Bian ko seperti itu? Gak boleh gitu sayang.. Kasihan kan
tadi pengamennya.."ucap Rafael mencoba menengahi Albi Bian dan Keyla
"om om, lampunya udah hijau. Ayo cepat jalan om!!"teriak Bian
mengalihkan pembicaraan karna lampunya sudah berubah menjadi hijau. Itu
berarti mobil Honda Jazz hitam yang dibawanya harus segera dijalankan
karna mobil dibelakang sudah memberikan klakson berkali-kali
Rafael pun pasrah dan langsung melajukan mobilnya. Bian sendiri
begitu puas tersenyum. Ia bahkan menjulurkan lidahnya kearah Arfa,
sementara Albi hanya tersenyum licik.
"keya sebel!!"kesal Keyla melipat kedua tangannya didada.
"Dasar orang kaya GILA!"bentak Bisma kesal melihat sikap anak-anak kecil yang memperlakukan Arfa dengan sangat tidak baik itu.
Arfa sendiri hanya diam menatap mobil Honda Jazz hitam yang mulai
menjauhinya. Pandangan matanya pun kembali melirik botol akua bekas
ditangannya. Perutnya pun tiba-tiba berbunyi karna tak bisa dipungkiri
kalau Ia pun sangat lapar
"Arfa bum dapat uang.. Nanti kamu Arfa kasih makan, tapi ga
sekaang.. Kita haus cai uang duu yah?.."Arfa mengelus perut kecilnya,
wajahnya semakin terlihat miris dan memilukan
"KEYLAA!!"
tiba-tiba pria bermata sipit ini berteriak dan turun dari mobil Jazz hitamnya
Arfa pun menoleh kearah sumber suara
"hah? Keya?"pikir Arfa bingung
Bersambung...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Nggak Komentar, Nggak Kece :p