Selasa, 30 April 2013

Terpaksa BUKAN Cinta #32

Kedua pasangan muda ini tampak begitu mesra menikmati kebersamaan mereka, kebahagiaan Bisma dan Dhira pun terasa semakin lengkap karna sebentar lagi akan hadir buah cinta mereka yang masih dalam kandungan Dhira
Posisi Bisma saat ini tengah tiduran sambil menaruh kepalanya dipangkuan Dhira, sedangkan Dhira duduk bersender disofa sambil asik menonton televisi


"emhh.. Jagoan Ayah kira-kira lagi apa yah?.."ucap Bisma membalikkan kepalanya menatap perut datar Dhira, Ia juga mengelus janin yang masih berusia sekitar 4'minggu didalam kandungan istrinya

Dhira hanya tersenyum kecil, Ia juga ikut melihat kearah perut datarnya, rasanya Dhira begitu bahagia melihat Bisma sangat menyayangi calon bayinya

"Ra, Aku pengen banget bayi kita ini nanti laki-laki.. Kamu harus kasih Aku bayi laki-laki yah?.."Bisma menatap wajah Dhira penuh harap

"Aku sih gimana dikasihnya aja Bis.. Laki-laki atau perempuan bagi Aku sama aja, yang penting bayinya lahir selamat dan sehat.."jelas Dhira bijak sambil terus memainkan rambut Bisma

"tapi Aku tetep pengen bayinya laki-laki Ra, biar bisa mirip kaya Aku nanti.."ucap Bisma kekeuh dan kembali mengelus perut Dhira

"kamu itu kaya anak kecil aja deh Bis, trus nanti kalau seandainya bayi kita perempuan gimana?.."tanya Dhira balik

"ya kalau bayinya perempuan berarti Aku harus usaha lagi biar bisa bikin kamu hamil trus kasih Aku bayi laki-laki deh.."jawab Bisma enteng sambil mengubah posisinya menjadi duduk

"isshh enak aja kamu, ini aja belum lahir udah mau usaha lagi"balas Dhira sedikit kesal
"hehe becanda sayang, lagian laki-laki atau perempuan bagi Aku saja aja ko, yang penting didalam darahnya udah mengalir darah Aku sama kamu, darah daging kita Ra.."Bisma kembali mengelus perut Dhira, tangan kirinya pun ikut merangkul pundak Dhira, sementara Dhira langsung menyenderkan kepalanya dibahu Bisma

"Aku sayang sama kamu Bis.."ucap Dhira tiba-tiba Bisma menoleh kaget kearah Dhira

"kenapa?"tanya Dhira heran melihat ekspresi suaminya ini
"gak papa ko, cuma seneng aja kamu bilang sayang terus sama Aku, Aku jadi makin sayang sama kamu Ra, sayaaaang banget.."balas Bisma mendekap tubuh Dhira kedalam pelukannya

Dhira tersenyum merasakan kehangatan pelukan suaminya ini, tangan Bisma yang kini melingkar diperutnya pun ikut Dhira pegang, mereka berdua sama-sama mengentuh calon buah cinta mereka yang masih didalam kandungan Dhira

"Ya Allah.. Aku nyaman banget kalau udah dalam posisi kaya gini, Aku ngerasa kebahagiaan Aku udah benar-benar lengkap.. Terimakasih ya Allah, Engkau telah memberikan suami seperti Bisma untukku, dan terima kasih atas anugrah-Mu yang sebentar lagi akan hadir ditengah-tengah keluarga kecil kami.."batin Dhira mengungkapkan kebahagiaan atas semua kesedihannya selama ini, Ia benar-benar terharu karna ternyata semua rasa sakit yang pernah Ia alami kini bisa terbalaskan akan kebahagiaannya yang sekarang

"oh iya sayang Aku hampir lupa. Aku mau telfon mamah sama papah dulu yah? Aku gak sabar banget pengen tau ekspresi mereka kalau tau Aku udah berhasil buat kamu hamil, Papah sama Mamah pasti seneng banget.."ucap Bisma tiba-tiba, Ia pun melepaskan pelukannya dan segera merogoh BB disaku celananya

"ya udah telfon aja, pasti Papah sama Mamah seneng karna kita bakalan segera kasih cucu buat mereka.."balas Dhira setuju, Ia pun antusias melihat Bisma yang kini mencoba menghubungi orang tuanya yang 2'minggu lalu sudah kembali ke Jerman.

"halo mah?.. Mah, Papah mana? Bisma punya kabar bahagia nih mah buat mamah sama Papah, Bisma mau bicara juga sama papah mah, papah ada disitu kan?.."ucap Bisma langsung nyerocos saat terdengar suata tante Nela sang mamah terdengar dari sambungan telpon nya

"iya ini mamah, Papah lagi dikamarnya Bis, memangnya kamu ada kabar bahagia apa buat mamah?.. Kamu udah menang saham atau kamu perusahaan kita mengalami kenaikan lagi?.."balas tante Nela menebak-nebak

"aissh si mamah, masa kabar bahagianya tentang saham sama perusahaan sih mah?.. Ini lebih bahagia dari itu mah.. Papah mana sih? Bisma pengen banget nih bicara sama papah dulu, tolong panggilin dong mah.."protes+suruh Bisma yang berhasil membuat Dhira maupun tante Nela tersenyum mendengarnya

"aduuh terus kalau bukan tentang perusaan, lalu tentang apa? Kamu jangan buat mamah penasaran dong Bis.. Ya udah mamah ke kamar papah dulu, kamu jangan matiin telfon nya.."balas tante Nela diseberang telpon sana, Ia pun segera bergegas menuju lantai atas untuk menemui om Landry

"Aku gak sabar banget sayang, Papah pasti seneng banget nih Ra kalau udah tau kamu hamil.. Makasih ya sayang, Aku gak tau harus bilang apalagi Ra, Aku seneng banget.."ucap Bisma haru karna tak terbayang bagaimana ekspresi om Landry nanti kalau tau sebentar lagi Ia akan segera memberinya cucu, Bisma kembali mendekap tubuh Dhira kedalam pelukannya, tangannya pun Ia daratkan diperut datar Dhira lagi, sementara tangan satunya masih stay memegang BB

"iya Bis sama-sama.. Aku juga seneng bisa kasih apa yang selama ini kamu mau.."balas Dhira tersenyum bahagia Bisma mengecup puncak kepala Dhira sekilas namun sangat lembut, Ia sudah tidak bisa mengungkapkan rasa bahagianya dengan kata-kata lagi, kemudian Bisma pun segera mendekatkan BB nya kembali ketelinganya

"Hallo mah? Gimana papahnya udah ada belum?.."tanya Bisma sambil terus menempelkan BB nya

"i..iya ini, papah udah didepan mamah ko. Ayo pah ngomong.. Ppaah gak kangen apa sama anak sendiri?.."balas+suruh tante Nela menyodorkan handphone nya kearah om Landry

namun entah kenapa wajah om Landry begitu malas untuk menerima telfon dari Bisma, entahlah kenapa dengan pria paruh baya ini, rasanya Ia sudah tidak mau berhubungan dengan Bisma, anak yang menurutnya sangat tidak bisa dibanggakan

"Halo Bisma? Ini Papah, ada apa kamu sampai mau bicara sama papah segala?"ucap om Landry begitu dingin, Ia tidak ada rasa rindu-rindunya sama sekali pada Bisma, padahal Bisma itu adalah anaka kesayangannya dari dulu

"Pah, Pah ini beneran Papah?.. Pah, Bisma punya kabar bahagia buat papah.. Bisma,,bisma sebentar lagi akan kasih papah Cucu pah, Dhira sekarang lagi hamil, dan itu berarti Papah sebentar lagi akan punya cucu, papah akan punya cucu pah.."ucap Bisma begitu antusias memberi tahu kabar bahagianya ini, sampai-sampai jantungnya berdetak begitu hebat karna gugup dan bahagia juga

"oh, papah kira ada apa,, ya sudah jaga istri kamu baik-baik.. Jangan sampai kejadian dulu terulang lagi. Papah sangat sibuk, lain kali kita sambung lagi telphonnya.."balas om Landry begitu singkat, Ia pun langsung mematikan sambungan telponnya tanpa merasa bahagia sedikitpun

"Papah?.."batin Bisma lemas mendengar ucapan sang Papah, sungguh om Landry seperti tidak menghargainya sama sekali, bahkan sepertinya Ia tidak bahagia mendengar kabar kehamilan Dhira

"kenapa Papah cuek banget?.. Kenapa papah kaya yang gak seneng denger Dhira hamil?. Ya Tuhan.. Apa papah masih benci dan belum bisa maafin Bisma juga? Bisma minta maaf Pah, Bisma memang salah, tapi Bisma mau coba buat nyenengin papah lagi, Bisma pengen buat papah bangga sama Bisma, tapi kenapa papah malah kaya gini?.."batin Bisma lirih, air matanya tiba-tiba saja menetes dari pelupuk matanya itu, tubuhnya mendadak lemas mendengar ucapan papahnya tadi

"sabar yah? Mungkin Papah beneran sibuk, makanya Ia gak bisa nunjukkin rasa bahagianya langsung sama kita.. Aku yakin ko papah pasti seneng.. Kamu gak boleh lemah gini, nanti kalau bayi kita lahir terus lihat Ayahnya nangis gimana? Kan malu, masa Ayahnya cengeng.."ucap Dhira tiba-tiba, Ia mengelus pundak Bisma dan meyakinkannya, Dhira memang mendengar ucapan om Landry karna Bisma men Loudspeaker telfonnya tadi

"makasih ya sayang?.. Aku gak nangis ko, Aku cuma heran aja sama sikap papah.."balas Bisma tersenyum menyembunyikan kesakitan hatinya akan sikap sang Papah, Ia pun menundukkan badannya untuk menyentuh perut datar Dhira

"kamu harus jadi anak yang kuat dan membanggakan buat Ayah dan eyang kamu nanti, karna kamu satu-satunya harapan Ayah, muaach, Ayah sayang sama kamu.."Bisma mencium lembut perut Dhira dan mengelusnya.

"Anak kita pasti akan jadi anak yang kuat kaya kamu Bis, percaya sama Aku, semuanya pasti akan baik-baik aja.."batin Dhira tersenyum melihat Bisma yang masih menempelkan bibirnya diperut datar Dhira.

**

"Papah kenapa sih Pah? Kenapa papah jadi egois gini? Kenapa papah langsung matiin telfonnya? Mamah kan masih pengen bicara sama Bisma Pah.. Lagian harusnya papah seneng dong denger kabar kehamilan Dhira, berarti kita akan segera punya cucu pah, kenapa papah justru malah marah-marah sama mamah?.."terdengar suara tante Nela yang terus memarahi om Landry suaminya, Ia sangat jengkel dan kesal melihat sikap om Landry terhadap Bisma tadi, rasanya om Landry tidak merasa bahagia sedikitpun akan kabar kehamilan Dhira, Ia justru malah semakin membenci Bisma

"sudahlah mah, Papah capek, papah tidak mau ber'urusan dengan akan itu lagi, papah capek!!"tegas om Landry beranjak pergi begitu saja, tante Nela yang mendengarnya hanya bisa menangis dan meneteskan air mata

"Papah kenapa sih Pah?.. Kenapa Papah jadi benci sama Bisma? Dia juga anak kita Pah?.. Bukannya papah yang selalu bilang kalau Bisma itu sama seperti Rafael, Bisma sama Rafael adalah anak-anak kita. Dan sekarang cuma Bisma yang bisa kita harapkan untuk memberikan kita cucu pah, cuma Bisma, Hiks.."tangis tante Nela terdengar begitu lirih, Ia tidak tau haus bagaimana lagi agar om Landry tidak bersikap keras kepala terus terhadap Bisma

"Bisma dan Rafael itu beda mah, mereka memang anak Papah, tapi Bisma BUKAN anak papah, jadi percuma Dia memberikan papah cucu juga karna anak dari Bisma tidak akan mengalir darah dari kita, mamah harus tau itu!!"jelas om Landry menghentikan langkahnya menatap penuh amarah kearah tante Nela, Ia benar-benar tidak bisa meredam semua perasaan kecewa nya terhadap Bisma

"hiks, papah salah.. Bisma itu anak kita Pah, dia darah daging kita. Bukannya Itu yang selalu papah tegaskan sama mamah sejak dulu? Kenapa papah jadi seperti ini sih Pah?.. Kasian Bisma, mamah gak tega kalau nanti Bisma sampai tau yang sebenarnya.. Mamah cuma punya Bisma sekarang, dan cuma Dia satu-satunya penerus keluarga kita Pah, cuma Bisma.."lirih tante Nela terus meneteskan air matanya, rahasia yang selama ini Ia simpan baik-baik tentang siapa Bisma sebenarnya akhirnya terbongkar juga kebenarannya.
Bisma memang bukan anak kandung dari om Landry dan tante Nela, Bisma hanya anak yang diangkat dari bayi oleh keluarga om Landry ini, karna saat itu om Landry menginginkan untuk memiliki seorang putra lagi, namun sayangnya tante Nela tidak bisa memberikan karna Ia rahimnya sudah diangkat karna suatu penyakit.
Tapi saat itu om Landry tidak marah atau menyesal sedikitpun telah mengangkat Bisma sebagai anaknya, justru om Landry sangat bahagia karna Bisma dan Rafael tumbuh menjadi anak yang sehat dan pintar, bahkan dulu om Landry lebihs ayang pada Bisma dibanding Rafael..

"Pah, Papah harus hubungi Bisma lagi, papah harus minta maaf sama Dia. Papah gak boleh egois Pah, Rafael udah pergi, dan cuma Bisma harapan kita satu-satunya. Walau Bisma bukan darah daging kita, tapi mamah sayang banget sama Bisma Pah, mamah yakin Papah juga sangat sayang sama Bisma. Plis jangan biarkan Bisma sedih apalagis ampai tau yang sebenarnya, mamah gak mau kalau keluarga kita tidak punya penerus lagi.. Mamah pengen punya cucu pah, dan cuma Bisma yang bisa ngasih itu semua, plis mamah mohon.."pinta tante Nela lirih, air matanya semakin deras mengalir dipelupuk matanya itu

"maafin Papah mah, papah memang salah, maafin papah.."ucap om Landry berhambur memeluk tubuh tante Nela

"papah gak bermaksud buat mamah sedih, papah hanya masih belum bisa memaafkan Bisma karna Ia sudah membuat cucu kandung kita pergi begitu saja, Ia sudah menyebabkan darah daging Rafael pergi mah, papah masih kecewa atas semua itu.."ucap om Landry sambil terus mendekap tubuh tante Nela kedalam pelukannya

"Mamah mohon jangan hukum Bisma terus.. Mungkin itu semua sudah menjadi kehendak Tuhan Pah.. Kita gak boleh nyalahin Bisma. Sekarang cuma Bisma yang kita Punya, mamah gak mau kehilangan Bisma juga cucu mamah hanya karna keegoisan papah ini, Mamah gak mau Pah.."lirih tante Nela terus menangis dipelukan om Landry

"mamah benar mah, tidak seharusnya papah menyalahkan Bisma terus.. Mungkin Tuhan memang sudah menakdirkan itu semua. Dan sekarang harapan papah hanya ada pada Bisma, hanya Bisma yang bisa kasih papah cucu walau bukan berasal dari darah daging kita. Tapi tidak ada gunanya semua kerja keras yang papah lakukan selama ini kalau harus berakhir begitu saja tanpa ada yang meneruskan. Hanya Bisma dan calon cucu kita yang akan meneruskan itu semua, hanya Dia mah.."batin om Landry baru menyadari diamana letak kesalahannya, hatinya memang sangat sakit karna tidak bisa memiliki keturunan dari darah dagingnya, tapi Ia sadar kalau selama ini Bisma adalah calon penerus dari keluarga satu-satunya yang Ia miliki.

**

Terlihat Bisma tengah melihat pemandangan sekitar halaman depan dari balkon kamarnya, pandangannya begitu kosong, Ia mengingat saat masa-masa kecilnya dulu berlari dan bermain dihalaman rumahnya itu, Ia juga mengingat saat sang papah berlari mengejarnya bersama Rafael, air matanya tiba-tiba menetes mengingat kenangan indah itu semua

"dari keci papah selalu membuat Bisma kuat, disaat Bisma nangis, papah yang selalu bicara tegas agar Bisma gak boleh nangis.. Disaat Bisma jatuh dari sepeda papah juga selalu bantu Bisma buat bangun.. Cuma papah yang selalu ada buat Bisma, bahkan dulu Papah lebih sayang sama Bisma dari pada Rafael.. Papah selalu marah sama Rafael karna Rafa suka buat Bisma nangis, tapi apaph gak pernah sedkitpun marahin Bisma.. Bisma rindu papah yang dulu pah, papah yang selalu membuat Bisma kuat, papah yang selalu membuat Bisma bangkit saat Bisma jatuh, enggak seperti papah yang sekarang.."batin Bisma lirih, ternyata Bisma begitu rindu akan sosok papahnya yang kini sudah berbeda semenjak Rafael kepergian Rafael

"Bisma sempat berfikir, apa jangan-jangan Bisma bukan anak kandung papah pah? Apalagi saat Bisma kasih kabar tentang kehamilan Dhira, Bisma yakin Bisma beneran bukan anak papah karna papah gak seneng denger Dhira hamil, gak seperti saat papah denger kabar Rafael membuat Dhira hamil dulu.. Bisma pasti beneran bukan anak papah, iya kan pah, Bisma ini bukan anak papah?.."pikir Bisma menerka-nerka sendiri akan perubahan sikap sang papah, Ia begitu yakin kalau dirinya memang bukan darah daging dari om Landry Tanubrata, tidak seperti Rafael. Apalagi nama panjangnya saja tidak ada sedikitpun sangkut pautnya dengan nama sang papah, tidak seperti Rafael yang sampai begitu mirip engan nama om Landry

"engh.. Kamu lagi apa sih Bis?.. Ko malah bengong disini? Udah malem, tidur yuk?.."tiba-tiba Dhira melingkarkan kedua tangannya diperut Bisma, Ia memeluk tubuh Bisma dari belakang sambil menempelkan dagunya dipundak kanan Bisma

"Aku gak papa ko sayang, ya udah kita tidur yuk? Kasian dedenya pasti udah ngantuk.."balas Bisma bohong dan dengan cepat Ia pun menghapus wajahnya yang sempat meneteskan air mata Dhira pun melepaskan pelukannya dan tersenyum, Ia menarik pelan pergelangan tangan Bisma menghampiri tempat tidurnya
"kamu udah minum susunya?.."tanya Bisma tiba-tiba. Dhira menggeleng pelan menandakan belum

"ya ampun sayang ko belum sih?.. Kamu gak Kasian apa sama baby didalam perut kamu itu?.. Ya udah tunggu sebentar, Aku buatin dulu yah?.. Kamu gak boleh tidur dulu.."pesan Bisma kemudian segera beranjak keluar dari dalam kamarnya, Ia terlihat begitu perhatian akan kesehatan Dhira dan calon buah hatinya

"Ayah kamu galak banget sayang, padahal Bunda cuma lupa gak minum susu aja sampe kaya gini.. Gimana kalau Bunda lupa minum Vitamin, pasti Ayah kamu udah ngamuk sama Bunda.."ucap Dhira tersenyum kecil sambil mengajak bicara bayi didalam perutnya

"kamu memang hebat Bis, kamu adalah Suami dan calon Ayah yang sangat hebat.. Kamu udah berhasil buktiin kalau kamu bisa berubah dan sungguh-sungguh sama Aku, Aku janji gak akan kecewain kamu lagi. Aku sayang kamu Bis.."batin Dhira menatap kearah Bisma yang sudah berlalu meninggalkannya menuju dapur...

Bersambung...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Nggak Komentar, Nggak Kece :p