Kedua pasangan muda ini tampak begitu mesra menikmati kebersamaan
mereka, kebahagiaan Bisma dan Dhira pun terasa semakin lengkap karna
sebentar lagi akan hadir buah cinta mereka yang masih dalam kandungan
Dhira
Posisi Bisma saat ini tengah tiduran sambil menaruh kepalanya
dipangkuan Dhira, sedangkan Dhira duduk bersender disofa sambil asik
menonton televisi
"emhh.. Jagoan Ayah kira-kira lagi apa yah?.."ucap Bisma membalikkan
kepalanya menatap perut datar Dhira, Ia juga mengelus janin yang masih
berusia sekitar 4'minggu didalam kandungan istrinya
Dhira hanya tersenyum kecil, Ia juga ikut melihat kearah perut
datarnya, rasanya Dhira begitu bahagia melihat Bisma sangat menyayangi
calon bayinya
"Ra, Aku pengen banget bayi kita ini nanti laki-laki.. Kamu harus
kasih Aku bayi laki-laki yah?.."Bisma menatap wajah Dhira penuh harap
"Aku sih gimana dikasihnya aja Bis.. Laki-laki atau perempuan bagi
Aku sama aja, yang penting bayinya lahir selamat dan sehat.."jelas Dhira
bijak sambil terus memainkan rambut Bisma
"tapi Aku tetep pengen bayinya laki-laki Ra, biar bisa mirip kaya
Aku nanti.."ucap Bisma kekeuh dan kembali mengelus perut Dhira
"kamu itu kaya anak kecil aja deh Bis, trus nanti kalau seandainya bayi kita perempuan gimana?.."tanya Dhira balik
"ya kalau bayinya perempuan berarti Aku harus usaha lagi biar bisa
bikin kamu hamil trus kasih Aku bayi laki-laki deh.."jawab Bisma enteng
sambil mengubah posisinya menjadi duduk
"isshh enak aja kamu, ini aja belum lahir udah mau usaha lagi"balas Dhira sedikit kesal
"hehe becanda sayang, lagian laki-laki atau perempuan bagi Aku saja
aja ko, yang penting didalam darahnya udah mengalir darah Aku sama kamu,
darah daging kita Ra.."Bisma kembali mengelus perut Dhira, tangan
kirinya pun ikut merangkul pundak Dhira, sementara Dhira langsung
menyenderkan kepalanya dibahu Bisma
"Aku sayang sama kamu Bis.."ucap Dhira tiba-tiba Bisma menoleh kaget kearah Dhira
"kenapa?"tanya Dhira heran melihat ekspresi suaminya ini
"gak papa ko, cuma seneng aja kamu bilang sayang terus sama Aku, Aku
jadi makin sayang sama kamu Ra, sayaaaang banget.."balas Bisma mendekap
tubuh Dhira kedalam pelukannya
Dhira tersenyum merasakan kehangatan pelukan suaminya ini, tangan
Bisma yang kini melingkar diperutnya pun ikut Dhira pegang, mereka
berdua sama-sama mengentuh calon buah cinta mereka yang masih didalam
kandungan Dhira
"Ya Allah.. Aku nyaman banget kalau udah dalam posisi kaya gini, Aku
ngerasa kebahagiaan Aku udah benar-benar lengkap.. Terimakasih ya
Allah, Engkau telah memberikan suami seperti Bisma untukku, dan terima
kasih atas anugrah-Mu yang sebentar lagi akan hadir ditengah-tengah
keluarga kecil kami.."batin Dhira mengungkapkan kebahagiaan atas semua
kesedihannya selama ini, Ia benar-benar terharu karna ternyata semua
rasa sakit yang pernah Ia alami kini bisa terbalaskan akan
kebahagiaannya yang sekarang
"oh iya sayang Aku hampir lupa. Aku mau telfon mamah sama papah dulu
yah? Aku gak sabar banget pengen tau ekspresi mereka kalau tau Aku udah
berhasil buat kamu hamil, Papah sama Mamah pasti seneng banget.."ucap
Bisma tiba-tiba, Ia pun melepaskan pelukannya dan segera merogoh BB
disaku celananya
"ya udah telfon aja, pasti Papah sama Mamah seneng karna kita
bakalan segera kasih cucu buat mereka.."balas Dhira setuju, Ia pun
antusias melihat Bisma yang kini mencoba menghubungi orang tuanya yang
2'minggu lalu sudah kembali ke Jerman.
"halo mah?.. Mah, Papah mana? Bisma punya kabar bahagia nih mah buat
mamah sama Papah, Bisma mau bicara juga sama papah mah, papah ada
disitu kan?.."ucap Bisma langsung nyerocos saat terdengar suata tante
Nela sang mamah terdengar dari sambungan telpon nya
"iya ini mamah, Papah lagi dikamarnya Bis, memangnya kamu ada kabar
bahagia apa buat mamah?.. Kamu udah menang saham atau kamu perusahaan
kita mengalami kenaikan lagi?.."balas tante Nela menebak-nebak
"aissh si mamah, masa kabar bahagianya tentang saham sama perusahaan
sih mah?.. Ini lebih bahagia dari itu mah.. Papah mana sih? Bisma
pengen banget nih bicara sama papah dulu, tolong panggilin dong
mah.."protes+suruh Bisma yang berhasil membuat Dhira maupun tante Nela
tersenyum mendengarnya
"aduuh terus kalau bukan tentang perusaan, lalu tentang apa? Kamu
jangan buat mamah penasaran dong Bis.. Ya udah mamah ke kamar papah
dulu, kamu jangan matiin telfon nya.."balas tante Nela diseberang telpon
sana, Ia pun segera bergegas menuju lantai atas untuk menemui om Landry
"Aku gak sabar banget sayang, Papah pasti seneng banget nih Ra kalau
udah tau kamu hamil.. Makasih ya sayang, Aku gak tau harus bilang
apalagi Ra, Aku seneng banget.."ucap Bisma haru karna tak terbayang
bagaimana ekspresi om Landry nanti kalau tau sebentar lagi Ia akan
segera memberinya cucu, Bisma kembali mendekap tubuh Dhira kedalam
pelukannya, tangannya pun Ia daratkan diperut datar Dhira lagi,
sementara tangan satunya masih stay memegang BB
"iya Bis sama-sama.. Aku juga seneng bisa kasih apa yang selama ini
kamu mau.."balas Dhira tersenyum bahagia Bisma mengecup puncak kepala
Dhira sekilas namun sangat lembut, Ia sudah tidak bisa mengungkapkan
rasa bahagianya dengan kata-kata lagi, kemudian Bisma pun segera
mendekatkan BB nya kembali ketelinganya
"Hallo mah? Gimana papahnya udah ada belum?.."tanya Bisma sambil terus menempelkan BB nya
"i..iya ini, papah udah didepan mamah ko. Ayo pah ngomong.. Ppaah
gak kangen apa sama anak sendiri?.."balas+suruh tante Nela menyodorkan
handphone nya kearah om Landry
namun entah kenapa wajah om Landry begitu malas untuk menerima
telfon dari Bisma, entahlah kenapa dengan pria paruh baya ini, rasanya
Ia sudah tidak mau berhubungan dengan Bisma, anak yang menurutnya sangat
tidak bisa dibanggakan
"Halo Bisma? Ini Papah, ada apa kamu sampai mau bicara sama papah
segala?"ucap om Landry begitu dingin, Ia tidak ada rasa rindu-rindunya
sama sekali pada Bisma, padahal Bisma itu adalah anaka kesayangannya
dari dulu
"Pah, Pah ini beneran Papah?.. Pah, Bisma punya kabar bahagia buat
papah.. Bisma,,bisma sebentar lagi akan kasih papah Cucu pah, Dhira
sekarang lagi hamil, dan itu berarti Papah sebentar lagi akan punya
cucu, papah akan punya cucu pah.."ucap Bisma begitu antusias memberi
tahu kabar bahagianya ini, sampai-sampai jantungnya berdetak begitu
hebat karna gugup dan bahagia juga
"oh, papah kira ada apa,, ya sudah jaga istri kamu baik-baik..
Jangan sampai kejadian dulu terulang lagi. Papah sangat sibuk, lain kali
kita sambung lagi telphonnya.."balas om Landry begitu singkat, Ia pun
langsung mematikan sambungan telponnya tanpa merasa bahagia sedikitpun
"Papah?.."batin Bisma lemas mendengar ucapan sang Papah, sungguh om
Landry seperti tidak menghargainya sama sekali, bahkan sepertinya Ia
tidak bahagia mendengar kabar kehamilan Dhira
"kenapa Papah cuek banget?.. Kenapa papah kaya yang gak seneng
denger Dhira hamil?. Ya Tuhan.. Apa papah masih benci dan belum bisa
maafin Bisma juga? Bisma minta maaf Pah, Bisma memang salah, tapi Bisma
mau coba buat nyenengin papah lagi, Bisma pengen buat papah bangga sama
Bisma, tapi kenapa papah malah kaya gini?.."batin Bisma lirih, air
matanya tiba-tiba saja menetes dari pelupuk matanya itu, tubuhnya
mendadak lemas mendengar ucapan papahnya tadi
"sabar yah? Mungkin Papah beneran sibuk, makanya Ia gak bisa
nunjukkin rasa bahagianya langsung sama kita.. Aku yakin ko papah pasti
seneng.. Kamu gak boleh lemah gini, nanti kalau bayi kita lahir terus
lihat Ayahnya nangis gimana? Kan malu, masa Ayahnya cengeng.."ucap Dhira
tiba-tiba, Ia mengelus pundak Bisma dan meyakinkannya, Dhira memang
mendengar ucapan om Landry karna Bisma men Loudspeaker telfonnya tadi
"makasih ya sayang?.. Aku gak nangis ko, Aku cuma heran aja sama
sikap papah.."balas Bisma tersenyum menyembunyikan kesakitan hatinya
akan sikap sang Papah, Ia pun menundukkan badannya untuk menyentuh perut
datar Dhira
"kamu harus jadi anak yang kuat dan membanggakan buat Ayah dan eyang
kamu nanti, karna kamu satu-satunya harapan Ayah, muaach, Ayah sayang
sama kamu.."Bisma mencium lembut perut Dhira dan mengelusnya.
"Anak kita pasti akan jadi anak yang kuat kaya kamu Bis, percaya
sama Aku, semuanya pasti akan baik-baik aja.."batin Dhira tersenyum
melihat Bisma yang masih menempelkan bibirnya diperut datar Dhira.
**
"Papah kenapa sih Pah? Kenapa papah jadi egois gini? Kenapa papah
langsung matiin telfonnya? Mamah kan masih pengen bicara sama Bisma
Pah.. Lagian harusnya papah seneng dong denger kabar kehamilan Dhira,
berarti kita akan segera punya cucu pah, kenapa papah justru malah
marah-marah sama mamah?.."terdengar suara tante Nela yang terus memarahi
om Landry suaminya, Ia sangat jengkel dan kesal melihat sikap om Landry
terhadap Bisma tadi, rasanya om Landry tidak merasa bahagia sedikitpun
akan kabar kehamilan Dhira, Ia justru malah semakin membenci Bisma
"sudahlah mah, Papah capek, papah tidak mau ber'urusan dengan akan
itu lagi, papah capek!!"tegas om Landry beranjak pergi begitu saja,
tante Nela yang mendengarnya hanya bisa menangis dan meneteskan air mata
"Papah kenapa sih Pah?.. Kenapa Papah jadi benci sama Bisma? Dia
juga anak kita Pah?.. Bukannya papah yang selalu bilang kalau Bisma itu
sama seperti Rafael, Bisma sama Rafael adalah anak-anak kita. Dan
sekarang cuma Bisma yang bisa kita harapkan untuk memberikan kita cucu
pah, cuma Bisma, Hiks.."tangis tante Nela terdengar begitu lirih, Ia
tidak tau haus bagaimana lagi agar om Landry tidak bersikap keras kepala
terus terhadap Bisma
"Bisma dan Rafael itu beda mah, mereka memang anak Papah, tapi Bisma
BUKAN anak papah, jadi percuma Dia memberikan papah cucu juga karna
anak dari Bisma tidak akan mengalir darah dari kita, mamah harus tau
itu!!"jelas om Landry menghentikan langkahnya menatap penuh amarah
kearah tante Nela, Ia benar-benar tidak bisa meredam semua perasaan
kecewa nya terhadap Bisma
"hiks, papah salah.. Bisma itu anak kita Pah, dia darah daging kita.
Bukannya Itu yang selalu papah tegaskan sama mamah sejak dulu? Kenapa
papah jadi seperti ini sih Pah?.. Kasian Bisma, mamah gak tega kalau
nanti Bisma sampai tau yang sebenarnya.. Mamah cuma punya Bisma
sekarang, dan cuma Dia satu-satunya penerus keluarga kita Pah, cuma
Bisma.."lirih tante Nela terus meneteskan air matanya, rahasia yang
selama ini Ia simpan baik-baik tentang siapa Bisma sebenarnya akhirnya
terbongkar juga kebenarannya.
Bisma memang bukan anak kandung dari om Landry dan tante Nela, Bisma
hanya anak yang diangkat dari bayi oleh keluarga om Landry ini, karna
saat itu om Landry menginginkan untuk memiliki seorang putra lagi, namun
sayangnya tante Nela tidak bisa memberikan karna Ia rahimnya sudah
diangkat karna suatu penyakit.
Tapi saat itu om Landry tidak marah atau menyesal sedikitpun telah
mengangkat Bisma sebagai anaknya, justru om Landry sangat bahagia karna
Bisma dan Rafael tumbuh menjadi anak yang sehat dan pintar, bahkan dulu
om Landry lebihs ayang pada Bisma dibanding Rafael..
"Pah, Papah harus hubungi Bisma lagi, papah harus minta maaf sama
Dia. Papah gak boleh egois Pah, Rafael udah pergi, dan cuma Bisma
harapan kita satu-satunya. Walau Bisma bukan darah daging kita, tapi
mamah sayang banget sama Bisma Pah, mamah yakin Papah juga sangat sayang
sama Bisma. Plis jangan biarkan Bisma sedih apalagis ampai tau yang
sebenarnya, mamah gak mau kalau keluarga kita tidak punya penerus lagi..
Mamah pengen punya cucu pah, dan cuma Bisma yang bisa ngasih itu semua,
plis mamah mohon.."pinta tante Nela lirih, air matanya semakin deras
mengalir dipelupuk matanya itu
"maafin Papah mah, papah memang salah, maafin papah.."ucap om Landry berhambur memeluk tubuh tante Nela
"papah gak bermaksud buat mamah sedih, papah hanya masih belum bisa
memaafkan Bisma karna Ia sudah membuat cucu kandung kita pergi begitu
saja, Ia sudah menyebabkan darah daging Rafael pergi mah, papah masih
kecewa atas semua itu.."ucap om Landry sambil terus mendekap tubuh tante
Nela kedalam pelukannya
"Mamah mohon jangan hukum Bisma terus.. Mungkin itu semua sudah
menjadi kehendak Tuhan Pah.. Kita gak boleh nyalahin Bisma. Sekarang
cuma Bisma yang kita Punya, mamah gak mau kehilangan Bisma juga cucu
mamah hanya karna keegoisan papah ini, Mamah gak mau Pah.."lirih tante
Nela terus menangis dipelukan om Landry
"mamah benar mah, tidak seharusnya papah menyalahkan Bisma terus..
Mungkin Tuhan memang sudah menakdirkan itu semua. Dan sekarang harapan
papah hanya ada pada Bisma, hanya Bisma yang bisa kasih papah cucu walau
bukan berasal dari darah daging kita. Tapi tidak ada gunanya semua
kerja keras yang papah lakukan selama ini kalau harus berakhir begitu
saja tanpa ada yang meneruskan. Hanya Bisma dan calon cucu kita yang
akan meneruskan itu semua, hanya Dia mah.."batin om Landry baru
menyadari diamana letak kesalahannya, hatinya memang sangat sakit karna
tidak bisa memiliki keturunan dari darah dagingnya, tapi Ia sadar kalau
selama ini Bisma adalah calon penerus dari keluarga satu-satunya yang Ia
miliki.
**
Terlihat Bisma tengah melihat pemandangan sekitar halaman depan dari
balkon kamarnya, pandangannya begitu kosong, Ia mengingat saat
masa-masa kecilnya dulu berlari dan bermain dihalaman rumahnya itu, Ia
juga mengingat saat sang papah berlari mengejarnya bersama Rafael, air
matanya tiba-tiba menetes mengingat kenangan indah itu semua
"dari keci papah selalu membuat Bisma kuat, disaat Bisma nangis,
papah yang selalu bicara tegas agar Bisma gak boleh nangis.. Disaat
Bisma jatuh dari sepeda papah juga selalu bantu Bisma buat bangun.. Cuma
papah yang selalu ada buat Bisma, bahkan dulu Papah lebih sayang sama
Bisma dari pada Rafael.. Papah selalu marah sama Rafael karna Rafa suka
buat Bisma nangis, tapi apaph gak pernah sedkitpun marahin Bisma.. Bisma
rindu papah yang dulu pah, papah yang selalu membuat Bisma kuat, papah
yang selalu membuat Bisma bangkit saat Bisma jatuh, enggak seperti papah
yang sekarang.."batin Bisma lirih, ternyata Bisma begitu rindu akan
sosok papahnya yang kini sudah berbeda semenjak Rafael kepergian Rafael
"Bisma sempat berfikir, apa jangan-jangan Bisma bukan anak kandung
papah pah? Apalagi saat Bisma kasih kabar tentang kehamilan Dhira, Bisma
yakin Bisma beneran bukan anak papah karna papah gak seneng denger
Dhira hamil, gak seperti saat papah denger kabar Rafael membuat Dhira
hamil dulu.. Bisma pasti beneran bukan anak papah, iya kan pah, Bisma
ini bukan anak papah?.."pikir Bisma menerka-nerka sendiri akan perubahan
sikap sang papah, Ia begitu yakin kalau dirinya memang bukan darah
daging dari om Landry Tanubrata, tidak seperti Rafael. Apalagi nama
panjangnya saja tidak ada sedikitpun sangkut pautnya dengan nama sang
papah, tidak seperti Rafael yang sampai begitu mirip engan nama om
Landry
"engh.. Kamu lagi apa sih Bis?.. Ko malah bengong disini? Udah
malem, tidur yuk?.."tiba-tiba Dhira melingkarkan kedua tangannya diperut
Bisma, Ia memeluk tubuh Bisma dari belakang sambil menempelkan dagunya
dipundak kanan Bisma
"Aku gak papa ko sayang, ya udah kita tidur yuk? Kasian dedenya
pasti udah ngantuk.."balas Bisma bohong dan dengan cepat Ia pun
menghapus wajahnya yang sempat meneteskan air mata Dhira pun melepaskan
pelukannya dan tersenyum, Ia menarik pelan pergelangan tangan Bisma
menghampiri tempat tidurnya
"kamu udah minum susunya?.."tanya Bisma tiba-tiba. Dhira menggeleng pelan menandakan belum
"ya ampun sayang ko belum sih?.. Kamu gak Kasian apa sama baby
didalam perut kamu itu?.. Ya udah tunggu sebentar, Aku buatin dulu
yah?.. Kamu gak boleh tidur dulu.."pesan Bisma kemudian segera beranjak
keluar dari dalam kamarnya, Ia terlihat begitu perhatian akan kesehatan
Dhira dan calon buah hatinya
"Ayah kamu galak banget sayang, padahal Bunda cuma lupa gak minum
susu aja sampe kaya gini.. Gimana kalau Bunda lupa minum Vitamin, pasti
Ayah kamu udah ngamuk sama Bunda.."ucap Dhira tersenyum kecil sambil
mengajak bicara bayi didalam perutnya
"kamu memang hebat Bis, kamu adalah Suami dan calon Ayah yang sangat
hebat.. Kamu udah berhasil buktiin kalau kamu bisa berubah dan
sungguh-sungguh sama Aku, Aku janji gak akan kecewain kamu lagi. Aku
sayang kamu Bis.."batin Dhira menatap kearah Bisma yang sudah berlalu
meninggalkannya menuju dapur...
Bersambung...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Nggak Komentar, Nggak Kece :p