Akhirnya mobil Taksi berwarna biru yang kamu naiki ini pun
berhenti tepat didepan gerbang sekolah SMA Karisma. Kamu pun segera
turun begitu saja tanpa menghiraukan pemuda chuaby yang membuatmu
jengkel itu.
"Hey! Loe ko maen pergi gitu aja sih? Bayar dulu dong!!"
Tiba-tiba langkahmu terhenti karna teriakan pemuda tersebut. Sejenak kamu berhenti dan menoleh kecut
"bayar aja sendiri! Elo kan ikut naik juga!"ketusmu dan kembali melangkahkan kaki memasuki area sekolahmu
"uhh, nih cewek rese banget sih. Baru kali ini Gue nemu cewek
species kaya gini.. Bener-bener resse!!"pemuda itu mendengus kesal
melihat tingkahmu yang mengesalkan itu. Ia pun segera mengeluarkan
Dompet Hitamnya untuk membayar Taksi yang tadi Ia naiki
"awas aja lu! Kalo sampe loe berurusan sama Gue lagi, bakal Gue
kerjain entar.."pemuda ini menatap kearahmu penuh kedengkian. Rupanya
sikapmu tadi benar-benar membuatnya emosi.
Ia pun kemudian berlalu pergi memasuki Gerbang sekolah SMA Karisma ini menuju kedalam ruang kelasnya.
Sementara itu..
Terlihat Bisma baru saja keluar dari dalam mobil Hitam mewahnya. Ia
mengaitkan tas hitam dipunggungnya. Matanya menatap kesekeliling sekolah
yang milik Keluarganya ini. Suasana sekolah yang cukup sepi tidak
membuat Bisma takut dimarahi atau dihukum karna terlambat, semua
pengurus sekolah sudah tau tentang kekurangan Bisma, apalagi sekolah ini
milik sang kakek dan tentu akan menjadi miliknya juga kelak
"Pak Mardi langsung pulang yah Pak? Nanti kalau Bisma butuh sesuatu
biar Bisma minta bantuan sahabat Bisma aja, pulangnya baru Pak Mardi
jemput Bisma lagi.."
Bisma menoleh kearah lelaki paruh baya yang menjadi sopir pribadinya
itu, ucapannya sungguh lembut dan ramah. Ia memang anak tunggal dai
keluarga yang sangat kaya raya, namun tidak sedikit pun harta
kekayaannya membuat Ia menjadi tinggi hati dan sombong
"i.iya Den, Pak Mardi pulang sekarang, Aden hati-hati yah? Obatnya
jangan lupa diminum nanti.."ujar Pak Mardi kemudian siap menstaterkan
mobil hitam yang dinaikinya
"sip Pak, Bisma gak bakalan kenapa-napa ko, Pak Mardi juga hati-hati
yah? Bisma mau masuk dulu.."balas Bisma benar-benar sungguh ramah. Pak
Mardi hanya mengangguk dan tersenyum kemudian berlalu meninggalkan
Bisma.
"hempp.. Semoga hari bisa Aku lewati dengan baik.. Aku ingin
bersahabat dengan pagi yang cerah ini Tuhan.. Izinkan Aku bisa merasakan
udara pagi yang sejuk ini lebih lama lagi.. Izinkan pula Aku untuk
menggapai cita-citaku meski rasa sakit ini semakin terasa sakit.."
Bisma menghela nafasnya seraya mulai melangkah memasuki gerbang
sekolahnya ini. Bibirnya selalu mencoba tersenyum meski sebenarnya
hatinya sungguh sakit kalau mengingat fisik dan kesehatannya tidak
seperti anak lain
Bisma terus berjalan melangkahkan kakinya, sesekali para penjaga
sekolah mulai dari Pak satpam, guru Piket, bahkan Guru yang lewat
menyapa Bisma penuh kehangatan, Pak Kepala Sekolah yang kebetulan tak
sengaja bertemu Bisma pun ikut menyapa.
Yaps memang seperti inilah sosok Bisma, sungguh dikagumi dan
dihormati oleh semua pengurus sekolah SMA Karisma ini. Terlebih dengan
sikap ramahnya yang sangat luar biasa membuat orang lain nyaman dan
kagum..
**
Setelah cukup lama berkutat dengan mata pelajaran pagi hari ini yang
membuat otak benar-benar di peras habis, akhirnya bisa kamu lewati juga
karna jam istirahat telah tiba.
Dengan segera semua teman-teman didalam kelasmu pun berhamburan
keluar kelas, termasuk anak-anak dikelas lain juga. Namun entah kenapa
kamu justru malah berdiam diri menopang dagu dengan kedua tanganmu yang
kamu letakkan diatas meja
"hufh.. Ilham lagi, kenapa sih Gue harus ketemu Ilham terus??
Apalagi ternyata cewek barunya itu sekelas juga disini. Bener-bener nyebelin!
Rasanya pengen pindah sekolah aja kalo kaya gini terus.."dengusmu
kesal dengan mata sedikit berkaca menatap kemesraan yang Ilham tunjukkan
dengan jelas didepan matamu
"humpp.. Kita ke kantin dulu yu Bebz? Biar Iam yang tlaktir deh,
abis itu pulang sekolah nanti kita nonton.. Sekalian buat ngerjain tugas
kelompok juga, kan kita satu kelompok, jadi bisa barengan terus.."ucap
Ilham saat berjalan hendak keluar dari dalam kelas, Ia menggandeng
tangan Leni sang kekasih barunya. Kamu hanya membuang muka sambil
meremas buku sekolahmu
"pulangnya ngerjain tugas dulu aja, baru nonton. Kamu tau sendiri
kan kalau udah nonton suka lupa waktu, jadi mendong kita kerjain tugas
kelompoknya dulu, baru deh nonton.."balas Leni sedikit berpendapat.
Ilham pun melirik kearahmu layaknya ingin sekali kamu mendengar dan
melihat adegan tersebut
"Aku sih terserah kamu aja bebz, asal kamu seneng dan kita bisa
sama-sama terus.."setuju Ilham merangkul pundak Leni, namun pandangannya
tetap saja sesekali menoleh kearahmu
"issssh..!! Mendingan loe berdua cepetan keluar deh! MUAK Gue lihat
loe berdua!!"bentakmu tiba-tiba dengan tangan mengepal dan wajah yang
memerah menahan amarah
"waah kayaknya ada yang gak suka kita disini, kita pergi aja yu
sayang? Gak asik, disini ada pengganggu.."ajak Ilham yang langsung
melangkahkan kakinya meninggalkan ruang kelas dan kamu.
Leni sendiri hanya mengangguk setuju tanpa ada rasa curiga atau bingung akan ucapan Ilham
"Dasar cowok GILA! bisanya cuma mainin perasaan perempuan..
Gue benci Loe Ham GUE BENCIIIIIIII!!!!"teriak mu kesal diiringi butiran air mata yang tak terasa jatuh membasahi pipi putihmu
"hiks, Gue benci sama Ilham, Gue benciiiii..
Kenapa kamu tega sih Ham? Apa salah Aku? Aku udah sayang sama kamu,
tapi kenapa kamu balas ketulusan Aku kaya gini? Aku benci kamu Ham, Aku
benciiii...."lirihmu terisak menatap kepergian Ilham dan kekasih barunya
itu
"hemz.. Rupanya gadis ini tengah patah hati. Kasihan juga, padahal
Dia sungguh cantik. Tapi Aku gak berani kalau harus menenangkannya, biar
Dia tenang sendiri aja deh.."
Bisma yang ternyata dari tadi masih duduk dibangku bagian pojok
memperhatikanmu cukup serius, Ia hanya bisa bergumam tanpa berani
menyahut atau berusaha membuatmu tenang
"Gue beneran benci Loe Ham. Pokoknya Gue bakalan buktiin kalau Gue
bisa dapat pengganti loe yang lebih baik dan lebih segalanya dari loe,
Gue bakalan buktiin! Gue benci sama Loe! Gue Benciii!!!"batinmu
memejamkan kedua bola matamu sejenak. Meresapi kenangan indah yang
ternyata hanya sekilas bisa Ilham berikan untukmu, rasa kesal,benci dan
dendam pun akhirnya mberkecamuk didalam hati dan fikiranmu. Ternyata
Ilham memang benar-benar sudah membuatmu hidupmu berubah menjadi seperti
ini
"Gadis secantik kamu gak baik kalau menangisi satu cowok yang membuat hatimu hancur.
Air matamu terlalu berharga untuk kamu buang. Lihatlah kedepan, jangan terlalu lama menoleh kebelakang apalagi kesamping.
Masih banyak pria lain yang lebih baik dan siap berbagi kebahagiaan denganmu.
Air mata ini terlalu berharga, jadi gak baik dibuang terus.. Tetap
senyum yah? Hari yang sangat indah ini sangat tidak baik kalau dilewati
dengan tangisan..."
tiba-tiba Bisma berjalan menghampirimu, Ia menyodorkan sebuah sapu
tangan berwarna putih miliknya kearahmu. Senyumnya sungguh manis,
kata-kata yang Ia lontarkan pun begitu lembut. Kamu sendiri hanya
menatap wajah Bisma dengan tatapan bingung
"maaf kalau Aku jadi ikut campur, Aku cuma gak suka lihat gadis
cantik nangis dan membuang air matanya, hidup itu indah. Ini hanya
sedikit permainan Tuhan yang kelak akan membuatmu bisa lebih
berhati-hati lagi. Tetap tersenyum kawan, hari esok pasti akan lebih
baik lagi..."
ucapan itu kembali terdengan ditelingamu. Kata-kata yang memang
sangat benar dan cukup membuatmu kuat terlontar dari mulutnya. Kamu pun
hanya bisa diam terpelongo dengan tangan yang menerima sapu tangan
tersebut. Sementara Bisma langsung berlalu pergi meninggalkanmu
sendirian
"Dia siapa yah? Ko Gue baru tau ada cowok seperti Dia dikelas
ini?"pikirmu masihs aja terpelongo. Ternyata kamu tidak menyadari kalau
Bisma itu satu kelas denganmu dan teman kelasmu juga. Mungkin karna kamu
memang tidak pernah memperhatikan keaaan sekelilingmu dan lebih sering
memperhatikan Ilham yang kini membuat kehancuran bagi hati dan hidupmu.
**
"Kakak-Kakak-Kakaaaak... Ahilnya kakak Arfa puang juda, Arfa kanen kak.. Arfa kanen kakaaaak...."
Arfa berlari berhambur memeluk tubuh lelahmu. Wajahnya sungguh berbinar begitu melihat kedatanganmu
"Kakak juga kangen sama Arfa. Tapi kakak capek banget, kakak mau
istirahat, Arfa main sendiri aja yah? Kakak mau ke kamar.."ucapmu
melepaskan tangan mungil Arfa dari tubuhmu kemudian berlalu meninggalkan
Arfa menuju kamarmu dilantai atas
"kakak Arfa keapa? Ko jadi cuek sama Arfa? Kan Arfa masih kanen..
Tapi keapa lasung tigain Arfa ditu aja? Padahal Arfa penen main, Arfa
dai tadi ga ada temen buat main.. Arfa nuguin kakak sape puang sekoah,
tapi kakak cuekin Arfa ladi.."lirih Arfa menatapmu dengan mata
berkaca-kaca. Kali ini sikampu membuatnya kecewa lagi. Ini memang bukan
yang pertama kalinya dan sering sekali Arfa dapatkan darimu
"Mamah.. Keapa mamah haus pegi dai rumah ini?
Seadainya mamah masih disini, Arfa pati ga akan sendiian, Arfa kanen
mamah.. Arfa penen puna temen mah.."air mata Arfa tiba-tiba menetes
membasahi pipi putih chuaby nya. Bola mata indah yang berwarna hitam
berbinar itu terlihat suram disaat mengingat sosok mama yang sekarang
entah dimana keberadaannya
Arfa pun melangkah lemas dengan kaki yang sedikit Ia seret, wajahnya
benar-benar sedih dan kecewa. Dadanya pun terasa sesak seolah tidak ada
satu pun yang peduli lagi padanya
"Arfa kanen mamah.. Arfa kanen papah.. Arfa juda kanen kakak..
Arfa cuma penen besama ladi kaya duu.. Arfa ga mau sendii teus
diumah, Arfa kesepian mah pah kak, Arfa butuh kaian..."lirih Arfa
menatap dengan tatapan kosong dan fikiran yang melayang entah kemana.
Anak sekecil dan sepolos Arfa memang tidak seharusnya mendapat sikap
sedingin dan secuek ini dari keluarga disekitarnya
"om Kiki???"pekik Arfa tiba-tiba membolakan kedua matanya. Ia tidak
sengaja melihat sosok tetangga didepan rumahnya itu lewat kaca jendela
rumahnya
"Arfa haus temuin om kiki. Arfa haus ajak om Kiki nomong.. Eyan Uti
aja biang kao om Kiki bisa nomong.. Iya Arfa haus kesana ladi. Arfa mau
temenan sama om Kiki aja. Arfa yakin kao ok Kiki oang baik. Arfa haus
kesana ladi..."ucap Arfa yakin. Ia langsung memutar langkah kakinya
keluar dari rumah menuju tetangga didepan rumahnya yang Ia sebut om Kiki
itu.
**
"Kamu masih saja berdiam disini Ky?
Fana kan udah ga ada, Dia gak akan pernah kesini lagi. Kamu jangan
seperti ini terus, Eyang sedih kalau lihat kamu kaya gini terus..
Dia udah tenang disana.. Dia gak bisa kesini karna Tuhan belum berkehendak..
Kamu harus ikhlas nak, jangan siksa diri kamu seperti ini, Eyang sedih lihat cucu kesayangan eyang menjadi seperti ini..
Kamu harus kuat, kamu harus move on dari masa lalu. Masa depanmu masih panjang.. Eyang sayang kamu Ky, Eyang sayang Dicky..."
Perempuan paruh baya yang sudah berumur ini merangkul pundak cucu
kesayangannya yang ternyata bernama Dicky. Air matanya menetes tak kuasa
Ia tahan karna melihat Dicky seperti ini terus. Hatinya serasa disayat
ribuan benda tajam kala sudah melihat Dicky duduk termenung diteras
depan rumahnya menunggu kedatangan sang kekasih yang sekarang sudah
pergi karna sebuah kecelakaan maut
Dicky memejamkan kedua bola mata indahnya. Butiran air bening pun
keluar dari pelupuk mata yang sangat indah tersebut. Ia memang tidak
pernah mau berbicara, tapi Ia mendengar dan bisa merasakan apa yang
dirasakan oleh sang Eyang..
"kasian Eyan Uti.. Tenata bukan cuma Arfa yan sealu sedih, Eyan Uti
sama om Kiki juda sedih.."batin Arfa menatap miris kearah Dicky dan sang
Eyang. Ia pun mengurungkan niatnya untuk menemui Dicky, Ia takut kalau
kedatangannya hanya akan membuat Dicky dan sang Eyang tambah bersedih..
Bersambung...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Nggak Komentar, Nggak Kece :p