Kamis, 11 April 2013

Tangis dan Cinta #Part 6

Akhirnya mobil Taksi berwarna biru yang kamu naiki ini pun berhenti tepat didepan gerbang sekolah SMA Karisma. Kamu pun segera turun begitu saja tanpa menghiraukan pemuda chuaby yang membuatmu jengkel itu.


"Hey! Loe ko maen pergi gitu aja sih? Bayar dulu dong!!"

Tiba-tiba langkahmu terhenti karna teriakan pemuda tersebut. Sejenak kamu berhenti dan menoleh kecut

"bayar aja sendiri! Elo kan ikut naik juga!"ketusmu dan kembali melangkahkan kaki memasuki area sekolahmu

"uhh, nih cewek rese banget sih. Baru kali ini Gue nemu cewek species kaya gini.. Bener-bener resse!!"pemuda itu mendengus kesal melihat tingkahmu yang mengesalkan itu. Ia pun segera mengeluarkan Dompet Hitamnya untuk membayar Taksi yang tadi Ia naiki

"awas aja lu! Kalo sampe loe berurusan sama Gue lagi, bakal Gue kerjain entar.."pemuda ini menatap kearahmu penuh kedengkian. Rupanya sikapmu tadi benar-benar membuatnya emosi.

Ia pun kemudian berlalu pergi memasuki Gerbang sekolah SMA Karisma ini menuju kedalam ruang kelasnya.


Sementara itu..

Terlihat Bisma baru saja keluar dari dalam mobil Hitam mewahnya. Ia mengaitkan tas hitam dipunggungnya. Matanya menatap kesekeliling sekolah yang milik Keluarganya ini. Suasana sekolah yang cukup sepi tidak membuat Bisma takut dimarahi atau dihukum karna terlambat, semua pengurus sekolah sudah tau tentang kekurangan Bisma, apalagi sekolah ini milik sang kakek dan tentu akan menjadi miliknya juga kelak

"Pak Mardi langsung pulang yah Pak? Nanti kalau Bisma butuh sesuatu biar Bisma minta bantuan sahabat Bisma aja, pulangnya baru Pak Mardi jemput Bisma lagi.."

Bisma menoleh kearah lelaki paruh baya yang menjadi sopir pribadinya itu, ucapannya sungguh lembut dan ramah. Ia memang anak tunggal dai keluarga yang sangat kaya raya, namun tidak sedikit pun harta kekayaannya membuat Ia menjadi tinggi hati dan sombong

"i.iya Den, Pak Mardi pulang sekarang, Aden hati-hati yah? Obatnya jangan lupa diminum nanti.."ujar Pak Mardi kemudian siap menstaterkan mobil hitam yang dinaikinya

"sip Pak, Bisma gak bakalan kenapa-napa ko, Pak Mardi juga hati-hati yah? Bisma mau masuk dulu.."balas Bisma benar-benar sungguh ramah. Pak Mardi hanya mengangguk dan tersenyum kemudian berlalu meninggalkan Bisma.

"hempp.. Semoga hari bisa Aku lewati dengan baik.. Aku ingin bersahabat dengan pagi yang cerah ini Tuhan.. Izinkan Aku bisa merasakan udara pagi yang sejuk ini lebih lama lagi.. Izinkan pula Aku untuk menggapai cita-citaku meski rasa sakit ini semakin terasa sakit.."

Bisma menghela nafasnya seraya mulai melangkah memasuki gerbang sekolahnya ini. Bibirnya selalu mencoba tersenyum meski sebenarnya hatinya sungguh sakit kalau mengingat fisik dan kesehatannya tidak seperti anak lain

Bisma terus berjalan melangkahkan kakinya, sesekali para penjaga sekolah mulai dari Pak satpam, guru Piket, bahkan Guru yang lewat menyapa Bisma penuh kehangatan, Pak Kepala Sekolah yang kebetulan tak sengaja bertemu Bisma pun ikut menyapa.
Yaps memang seperti inilah sosok Bisma, sungguh dikagumi dan dihormati oleh semua pengurus sekolah SMA Karisma ini. Terlebih dengan sikap ramahnya yang sangat luar biasa membuat orang lain nyaman dan kagum..


**
Setelah cukup lama berkutat dengan mata pelajaran pagi hari ini yang membuat otak benar-benar di peras habis, akhirnya bisa kamu lewati juga karna jam istirahat telah tiba.
Dengan segera semua teman-teman didalam kelasmu pun berhamburan keluar kelas, termasuk anak-anak dikelas lain juga. Namun entah kenapa kamu justru malah berdiam diri menopang dagu dengan kedua tanganmu yang kamu letakkan diatas meja

"hufh.. Ilham lagi, kenapa sih Gue harus ketemu Ilham terus??
Apalagi ternyata cewek barunya itu sekelas juga disini. Bener-bener nyebelin!
Rasanya pengen pindah sekolah aja kalo kaya gini terus.."dengusmu kesal dengan mata sedikit berkaca menatap kemesraan yang Ilham tunjukkan dengan jelas didepan matamu

"humpp.. Kita ke kantin dulu yu Bebz? Biar Iam yang tlaktir deh, abis itu pulang sekolah nanti kita nonton.. Sekalian buat ngerjain tugas kelompok juga, kan kita satu kelompok, jadi bisa barengan terus.."ucap Ilham saat berjalan hendak keluar dari dalam kelas, Ia menggandeng tangan Leni sang kekasih barunya. Kamu hanya membuang muka sambil meremas buku sekolahmu

"pulangnya ngerjain tugas dulu aja, baru nonton. Kamu tau sendiri kan kalau udah nonton suka lupa waktu, jadi mendong kita kerjain tugas kelompoknya dulu, baru deh nonton.."balas Leni sedikit berpendapat. Ilham pun melirik kearahmu layaknya ingin sekali kamu mendengar dan melihat adegan tersebut

"Aku sih terserah kamu aja bebz, asal kamu seneng dan kita bisa sama-sama terus.."setuju Ilham merangkul pundak Leni, namun pandangannya tetap saja sesekali menoleh kearahmu

"issssh..!! Mendingan loe berdua cepetan keluar deh! MUAK Gue lihat loe berdua!!"bentakmu tiba-tiba dengan tangan mengepal dan wajah yang memerah menahan amarah

"waah kayaknya ada yang gak suka kita disini, kita pergi aja yu sayang? Gak asik, disini ada pengganggu.."ajak Ilham yang langsung melangkahkan kakinya meninggalkan ruang kelas dan kamu.
Leni sendiri hanya mengangguk setuju tanpa ada rasa curiga atau bingung akan ucapan Ilham

"Dasar cowok GILA! bisanya cuma mainin perasaan perempuan..
Gue benci Loe Ham GUE BENCIIIIIIII!!!!"teriak mu kesal diiringi butiran air mata yang tak terasa jatuh membasahi pipi putihmu

"hiks, Gue benci sama Ilham, Gue benciiiii..
Kenapa kamu tega sih Ham? Apa salah Aku? Aku udah sayang sama kamu, tapi kenapa kamu balas ketulusan Aku kaya gini? Aku benci kamu Ham, Aku benciiii...."lirihmu terisak menatap kepergian Ilham dan kekasih barunya itu


"hemz.. Rupanya gadis ini tengah patah hati. Kasihan juga, padahal Dia sungguh cantik. Tapi Aku gak berani kalau harus menenangkannya, biar Dia tenang sendiri aja deh.."

Bisma yang ternyata dari tadi masih duduk dibangku bagian pojok memperhatikanmu cukup serius, Ia hanya bisa bergumam tanpa berani menyahut atau berusaha membuatmu tenang

"Gue beneran benci Loe Ham. Pokoknya Gue bakalan buktiin kalau Gue bisa dapat pengganti loe yang lebih baik dan lebih segalanya dari loe, Gue bakalan buktiin! Gue benci sama Loe! Gue Benciii!!!"batinmu memejamkan kedua bola matamu sejenak. Meresapi kenangan indah yang ternyata hanya sekilas bisa Ilham berikan untukmu, rasa kesal,benci dan dendam pun akhirnya mberkecamuk didalam hati dan fikiranmu. Ternyata Ilham memang benar-benar sudah membuatmu hidupmu berubah menjadi seperti ini


"Gadis secantik kamu gak baik kalau menangisi satu cowok yang membuat hatimu hancur.
Air matamu terlalu berharga untuk kamu buang. Lihatlah kedepan, jangan terlalu lama menoleh kebelakang apalagi kesamping.
Masih banyak pria lain yang lebih baik dan siap berbagi kebahagiaan denganmu.
Air mata ini terlalu berharga, jadi gak baik dibuang terus.. Tetap senyum yah? Hari yang sangat indah ini sangat tidak baik kalau dilewati dengan tangisan..."

tiba-tiba Bisma berjalan menghampirimu, Ia menyodorkan sebuah sapu tangan berwarna putih miliknya kearahmu. Senyumnya sungguh manis, kata-kata yang Ia lontarkan pun begitu lembut. Kamu sendiri hanya menatap wajah Bisma dengan tatapan bingung

"maaf kalau Aku jadi ikut campur, Aku cuma gak suka lihat gadis cantik nangis dan membuang air matanya, hidup itu indah. Ini hanya sedikit permainan Tuhan yang kelak akan membuatmu bisa lebih berhati-hati lagi. Tetap tersenyum kawan, hari esok pasti akan lebih baik lagi..."

ucapan itu kembali terdengan ditelingamu. Kata-kata yang memang sangat benar dan cukup membuatmu kuat terlontar dari mulutnya. Kamu pun hanya bisa diam terpelongo dengan tangan yang menerima sapu tangan tersebut. Sementara Bisma langsung berlalu pergi meninggalkanmu sendirian

"Dia siapa yah? Ko Gue baru tau ada cowok seperti Dia dikelas ini?"pikirmu masihs aja terpelongo. Ternyata kamu tidak menyadari kalau Bisma itu satu kelas denganmu dan teman kelasmu juga. Mungkin karna kamu memang tidak pernah memperhatikan keaaan sekelilingmu dan lebih sering memperhatikan Ilham yang kini membuat kehancuran bagi hati dan hidupmu.



**
"Kakak-Kakak-Kakaaaak... Ahilnya kakak Arfa puang juda, Arfa kanen kak.. Arfa kanen kakaaaak...."

Arfa berlari berhambur memeluk tubuh lelahmu. Wajahnya sungguh berbinar begitu melihat kedatanganmu

"Kakak juga kangen sama Arfa. Tapi kakak capek banget, kakak mau istirahat, Arfa main sendiri aja yah? Kakak mau ke kamar.."ucapmu melepaskan tangan mungil Arfa dari tubuhmu kemudian berlalu meninggalkan Arfa menuju kamarmu dilantai atas

"kakak Arfa keapa? Ko jadi cuek sama Arfa? Kan Arfa masih kanen.. Tapi keapa lasung tigain Arfa ditu aja? Padahal Arfa penen main, Arfa dai tadi ga ada temen buat main.. Arfa nuguin kakak sape puang sekoah, tapi kakak cuekin Arfa ladi.."lirih Arfa menatapmu dengan mata berkaca-kaca. Kali ini sikampu membuatnya kecewa lagi. Ini memang bukan yang pertama kalinya dan sering sekali Arfa dapatkan darimu

"Mamah.. Keapa mamah haus pegi dai rumah ini?
Seadainya mamah masih disini, Arfa pati ga akan sendiian, Arfa kanen mamah.. Arfa penen puna temen mah.."air mata Arfa tiba-tiba menetes membasahi pipi putih chuaby nya. Bola mata indah yang berwarna hitam berbinar itu terlihat suram disaat mengingat sosok mama yang sekarang entah dimana keberadaannya

Arfa pun melangkah lemas dengan kaki yang sedikit Ia seret, wajahnya benar-benar sedih dan kecewa. Dadanya pun terasa sesak seolah tidak ada satu pun yang peduli lagi padanya

"Arfa kanen mamah.. Arfa kanen papah.. Arfa juda kanen kakak..
Arfa cuma penen besama ladi kaya duu.. Arfa ga mau sendii teus diumah, Arfa kesepian mah pah kak, Arfa butuh kaian..."lirih Arfa menatap dengan tatapan kosong dan fikiran yang melayang entah kemana. Anak sekecil dan sepolos Arfa memang tidak seharusnya mendapat sikap sedingin dan secuek ini dari keluarga disekitarnya


"om Kiki???"pekik Arfa tiba-tiba membolakan kedua matanya. Ia tidak sengaja melihat sosok tetangga didepan rumahnya itu lewat kaca jendela rumahnya

"Arfa haus temuin om kiki. Arfa haus ajak om Kiki nomong.. Eyan Uti aja biang kao om Kiki bisa nomong.. Iya Arfa haus kesana ladi. Arfa mau temenan sama om Kiki aja. Arfa yakin kao ok Kiki oang baik. Arfa haus kesana ladi..."ucap Arfa yakin. Ia langsung memutar langkah kakinya keluar dari rumah menuju tetangga didepan rumahnya yang Ia sebut om Kiki itu.


**
"Kamu masih saja berdiam disini Ky?
Fana kan udah ga ada, Dia gak akan pernah kesini lagi. Kamu jangan seperti ini terus, Eyang sedih kalau lihat kamu kaya gini terus..
Dia udah tenang disana.. Dia gak bisa kesini karna Tuhan belum berkehendak..
Kamu harus ikhlas nak, jangan siksa diri kamu seperti ini, Eyang sedih lihat cucu kesayangan eyang menjadi seperti ini..
Kamu harus kuat, kamu harus move on dari masa lalu. Masa depanmu masih panjang.. Eyang sayang kamu Ky, Eyang sayang Dicky..."

Perempuan paruh baya yang sudah berumur ini merangkul pundak cucu kesayangannya yang ternyata bernama Dicky. Air matanya menetes tak kuasa Ia tahan karna melihat Dicky seperti ini terus. Hatinya serasa disayat ribuan benda tajam kala sudah melihat Dicky duduk termenung diteras depan rumahnya menunggu kedatangan sang kekasih yang sekarang sudah pergi karna sebuah kecelakaan maut

Dicky memejamkan kedua bola mata indahnya. Butiran air bening pun keluar dari pelupuk mata yang sangat indah tersebut. Ia memang tidak pernah mau berbicara, tapi Ia mendengar dan bisa merasakan apa yang dirasakan oleh sang Eyang..


"kasian Eyan Uti.. Tenata bukan cuma Arfa yan sealu sedih, Eyan Uti sama om Kiki juda sedih.."batin Arfa menatap miris kearah Dicky dan sang Eyang. Ia pun mengurungkan niatnya untuk menemui Dicky, Ia takut kalau kedatangannya hanya akan membuat Dicky dan sang Eyang tambah bersedih..




Bersambung...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Nggak Komentar, Nggak Kece :p