Kamis, 25 April 2013

Terpaksa BUKAN Cinta #3


Setelah selesai mengobati luka ditangan Bisma, Dhira tersenyum melihat wajah polos Bisma saat tertidur, apalagi wajah Bisma tidak kalah ganteng dengan wajah Rafael kekasihnya yang kini sudah pergi


"wajah kamu lucu banget Bis kalau lagi tidur kaya gini..
Tapi gak tau kenapa tiap kamu bicara, Aku begitu takut Bis, apalagi kalau kamu udah ngebentak, rasanya lebih baik Aku kamu pukul dari pada harus kamu bentak, karna Aku paling takut kalau harus dibentak.."Dhira masih menatap lekat wajah polos suaminya ini, entah kenapa tangannya seperti yang ingin sekali menyentuh wajah tampan Bisma, hingga Dhira pun memberanikan dirinya untuk menyentuh pipi Bisma yang putih itu

"dulu, Rafael pernah bilang kalau kamu itu adik yang sangat baik, dan Rafael gak pernah sekalipun melihat kamu membentak seorang gadis, karna Rafael tahu kamu itu paling gak bisa ngebentak orang lain, apalagi seorang perempuan..
Mudah-mudahan aja apa yang Rafael bilang itu bener ya Bis, Aku cuma mau kamu gak terus-terusan nyalahin Aku, karna Aku juga gak mau kaya gini, ini udah takdir Tuhan Bis, dan kita gak bisa mengingkarinya.."Dhira meneteskan air mata, hatinya begitu sakit kalau mengingat perlakuan Bisma yang sering membentak bahkan tak jarang kalau sudah emosi Bisma juga pernah menampar pipi Dhira. Tapi semua itu Dhira tahan karnaMungkin itu memang sudah jalan hidupnya yang harus seperti ini..

Dhira mengelus lembut pipi Bisma, Ia pun merapikan rambut Bisma yang menutupi matanya

Bisma yang merasakan ada sentuhan diwajahnya pun merasa terusik, Ia pun terbangun dan begitu kaget saat melihat tangan kanan Dhira mengelus keningnya

"NGAPAIN LOE DISINI??..."kaget Bisma dengan bentakannya yang berhasil membuat Dhira kaget dan ketakutan

"ma..maaf Bis, ta..tadi Aku, aku cumaa.."ucap Dhira begitu gugup dan segera menjauhkan tangannya dari wajah Bisma

"Halaah, apaan sih Loe?..
Ini juga, GAK USAH Loe So PEDULI sama GUE!!"lagi-lagi Bisma membentak Dhira, Ia beranjak dan langsung menarik paksa perban yang Dhira lilitkan ditangan kanannya hingga luka ditangan Bisma pun kembali mengeluarkan darah segar

Dhira hanya menunduk menatapi Bisma yang sudah beranjak meninggalkannya

"hiks.. apa Aku salah Bis, kalau Aku mau mencoba menjadi istri yang baik buat kamu?
Kenapa kamu selalu marah tiap lihat wajah Aku? Apa sebegitu bencinya kamu sama Aku Bis.."lirih Dhira sambil membereskan kotak P3K yang dipegangnya, kemudian Ia pun segera menyimpan kotak P3K itu dan menyusul Bisma kedalam kamarnya..



@kamar Bisma

Ternyata Bisma sudah tertidur pulas diatas tempat tidurnya, posisi tidur Bisma sangat ngasal, entahlah mungkin Ia sangat nyama tidur dengan posisi yang seperti itu, bahkan bahkan kepalanya saja Bisma tutupi dengan bantal..*hemz aneh(?)

Dhira masuk kedalam kamar Bisma dan menghampiri tempat tidur Bisma, Dhira tersenyum melihat cara suaminya tidur ini, namun Dhira tidak ikut berbaring disamping bisma, Ia malah mengambil satu bantal dan sebuah selimut lalu menaruhnya dilantai yang tanpa dilapisi oleh karpet atau kain apapun. Dhira berbaring disana karna memang selama menikah dengan Bisma Dhira tidak diperbolehkan tidur dengan Bisma dan Bisma menyuruhnya tidur dilantai


Dhira pun berbaring diatas lantai yang dingin itu dengan selimut tipis yang menutupi tubuhnya, tangannya meraih sebuah bingkai photo yang Ia simpan dilaci kamarnya

"seandainya kamu masih disini Raf, semuanya pasti gak akan kaya gini..
Kenapa kamu harus pergi, kenapa kamu gak ajak Aku Rafa.. Aku kangen sama kamu Raf, Aku gak bisa jalani ini semua tanpa kamu.."lirih Dhira memandangi photo lelaki bermata sipit dibingkai photonya yang ternyata Rafael, air matanya pun menetes membasahi kedua pipinya yang putih

"apa kamu gak kasian sama anak kita Raf.. Dia butuh kamu, dia butuh figur seorang ayah yang mungkin gak akan pernah Ia dapatkan dari Bisma, Aku takut Bisma gak mau ngakuin anak ini nanti Raf, karna anak ini memang bukan anak Bisma tapi anak kamu.."air mata Dhira kembali menetes, Ia mengelus perutnya yang masih datar dan belum terlihat membesar karna usia kandungannya baru menginjak 6'minggu

yaps.. Hampir setiap malam Dhira memang selalu mengadu pada Rafael lewat bingkai photo lelaki bermata sipit ini yang kini sudah tenang dialam sana.
Dhira tidak pernah menyangka kalau kisah cintanya akan se'tragis ini, apalagi semenjak kepergian Rafael, hidupnya serasa tidak ada artinya lagi, bahkan Ia selalu meminta agar Rafael mengajaknya pergi karna Ia sudah tidak sanggup dengan kehidupannya yang sekarang.
Tapi setelah Ia memandangi perutnya, Ia langsung menyadari kalau disana tengah tumbuh calon bayinya bersama Rafael, Dhira langsung teringat akan hal itu dan Ia selalu merasa kuat kalau mengingat Ia tengah mengandung darah daging dari Rafa, karna kekuatannya untuk masih bertahan hidup saat ini hanya karna kehadiran janin dirahimnya saja tanpa terkecuali..*kasian ih':(

Dhira pun mulai memejamkan matanya, dipeluknya erat bingkai photo Rafael didadanya, Ia sangat berharap kalau malam ini Rafael akan hadir menemaninya meskipun hanya dialam mimpi, hingga akhirnya Dhira pun terlelap tidur hanya beralaskan selimut yang menutupi tubuhnya..




Pagi harinya..


Bisma sudah siap dengan seragam kantor yang Ia kenakan, meskipun awalnya Ia sangat enggan kerja diperkantoran karna cita-citanya hanya ingin menjadi seorang seniman dan musisi, bukan menjadi seorang pengusaha seperti apa yang om Landry inginkan.
Dan dengan sangat Terpaksa dan saangat enggan, akhirnya Bisma mencoba mengikuti apa yang papahnya inginkan itu untuk menjadi seorang pengusaha karna Ia harus mengurusi beberapa perusahaan yang sebelumnya dipegang oleh Rafael, sedangkan om Landry sendiri sudah sangat sibuk mengurusi beberapa perusahaannya yang di luar sana

dengan sangat enggan, Bisma pun duduk menghampiri Dhira yang sudah menunggunya diruang makan untuk sarapan bersama.
Tak ada satu patah kata pun yang Bisma lontarkan terhadap istrinya ini, karna yang ada hanyalah emosi saja kalau sudah melihat wajah Dhira

"kenapa Gue harus ngalamin mimpi buruk ini sih Raf?
Kenapa Loe harus ninggalin semua kenangan buruk Loe buat Gue?..
Salah Gue sama Loe apa Raf, Gue cuma pengen jadi diri Gue sendiri dan bebas dari cewek loe yang udah berhasil membuat hidup Gue hancur ini, Gue cuma mau hidup normal lagi Raf kaya dulu.."batin Bisma lirih saat melihat wajah Dhira yang sepertinya sangat ingin sekali Bisma membunuhnya karna sudah menghancurkan hidupnya

"kalau aja ngebunuh orang itu gak dosa, mungkin Gue udah kirim cewek pembawa sial Loe ini biar bisa sama-sama denga Elo di alam sana!!"Bisma menatap sinis wajah Dhira, sementara Dhira langsung menunduk karna takut melihat tatapan Bisma yang begitu tajam

"ka..kamu kenapa Bis? K..ko kamu lihatin A..aku kaya gitu? Memangnya Aku kenapa?.."tanya Dhira memberanikan diri untuk bertanya, meskipun sangat gugup karna Ia takut kalau hanya akan bentakan saja yang Ia dapatkan nanti

"Gue mau ngantor, dan Loe GAK USAH ngurusin urusan Gue lagi!!"bentak Bisma beranjak dari duduknya meninggalkan Dhira dan menghiraukan pertanyaan Dhira tadi, padahal Bisma belum sedikitpun memakan sarapannya pagi ini

"kamu lihat Raf, Bisma selalu seperti ini sama Aku..
Aku gak kuat Rafa kalau harus terus-terusan seperti ini, Aku butuh kamu Raf, Aku butuh kammu.."lirih Dhira meneteskan air mata menatap kearah Bisma yang sudah melaju dengan mobil sedan hitamnya..




**
"Hey, bengong aja Loe Bis?..
Kenapa sih? Loe gak lagi mikirin istri loe yang cantik itu kan?.."tiba-tiba seorang pemuda berhasil mengagetkan Bisma yang sedari tadi hanya melamun diruang kerjanya, pemuda berpipi Chuaby itu melempar sebuah map kearah Bisma dengan gaya bercandanya

"issh.. Apaan sih Loe Ga? Bisanya ngagetin doang,
lagian gak ada kerjaan banget Gue mikirin tuh cewek, yang ada hidup Gue jadi tambah pusing semenjak harus gantiin posisi si Rafa buat jadi suaminya, hancur Ga hidup Gue.."protes Bisma mengelak kalau saat ini Ia sedang memikirkan Dhira sang istri, padahal dari tadi yang ada difikirannya memang hanya Dhira

"hemz.. Ya udah loe coba terima semua ini aja lah Bis, lagian Dhira kan cantik, Gue aja suka, cuma sayangnya Dia lebih milih kakak Loe itu dari pada Gue, jadi harusnya Loe beruntung banget bro bisa dapetin Dhira tanpa susah payah lagi.."jelas pemuda yang ternyata bernama Rangga ini lalu duduk berhadapan didepan Bisma dengan Bisma

"Hah? Beruntung Loe bilang Ga?..
Gue udah kena sial kaya gini Loe masih bilang beruntung??.."protes Bisma tidak terima dengan ucapan sahabat Rafael yang satu ini yang juga sudah sangat akrab dengannya, Rangga tersenyum sambil merapikan poni nya yang dibuat keatas itu

"hehe, iya Gue tau ini emang sulit sih Bis..
Tapi kenapa Loe harus murung terus kaya gini?..
Kenapa Loe gak nikmatin aja hidup Loe yang sekarang dan BUANG semua impian Loe tentang menjadi seorang seniman itu?
Ingat bro, Dhira itu cantik, bahkan sangat cantik, Gue yakin dia bisa jadi istri yang baik buat Loe, dan Loe bisa bahagia sama Dia.."Rangga menepuk pelan pundak Bisma, mungkin kalau sekarang Ia berada diposisi Bisma justru Rangga sangat merasa beruntung, karna baginya Dhira itu sosok perempuan yang sangat baik dan cantik, terlebih lagi Rangga juga sangat menyukai Dhira

"tapi lo gak tau Ga kalau sekarang Dhira udah hamil, dan Dia hamil bukan anak Gue, tapi anak Rafael, apa gak sakit Ga, Gue harus nanggung semuanya nya yang bukan atas kesalahan Gue.."batin Bisma lirih, yaps Rangga memang tidak mengetahui akan hal itu, yang mengetahui tentang kehamilan Dhira hanya keluarga Dhira dan Bisma saja, sedangkan orang lain tidak ada yang tau

"hemz.. Ya udah deh, Gue mo langsung balik, udah malem juga.
Oh iya itu berkas-berkas yang harus loe pelajari buat meeting besok pagi jangan sampe gak loe pelajari.
Gue pamit Bis.."Rangga beranjak pergi meningggalkan Bisma, Ia pun segera berjalan keluar dari dalam ruangan Bisma

namun, baru saja beberapa langkah, Rangga langsung menghentikan langkahnya dan melirik kearah Bisma

"ada yang Gue lupa Bis, Loe jangan pulang terlalu malem apalagi ngebiarin Dhira sendirian dirumah, hujan udah mulai turun tuh, dan satu hal yang harus loe tau, Dhira sangat takut kalau sendirian dirumah saat keadaan sedang hujan, apalagi kalau sampe listriknya mati, Dia bisa sangat ketakutan.."pesan Rangga menjelaskan apa yang Dhira takuti lalu segera keluar dari ruangan Bisma dengan senyuman khasnya

"Gila, dari mana si Rangga bisa tau itu selengkap itu? Bahkan Ia sampe tau apa yang Dhira takutkan, Gue aja gak tau sama sekali.."Bisma tak habis fikir dengan sahabatnya yang satu itu

"halah.. Gue gak peduli deh, mo Dhira ketakutan ke, mo Dhira mati pun Gue udah gak peduli sama tuh cewek.."ucap Bisma ngasal, Ia pun meraih berkas-berkas yang Rangga kasih tadi dan mulai mempelajarinya untuk mengalihkan fikirannya yang terus tertuju pada Dhira yang kini memang sendirian dirumahnya

"Dhira paling takut kalau sendirian dirumah, apalagid alam keadaan hujan, Dia bisa histeris ketakutan Bis, terlebih lagi kalau sampai listriknya mati, Dhira pasti bakalan sangat ketakutan.."tiba-tiba saja ucapan Rangga tadi terngiang difikiran Bisma, hingga Ia pun tidak bisa konsen terhadap berkas-berkas yang sedang Ia pelajari itu

"Aaaarrgghh!! Kenapa sih Loe selalu terngiang diotak Gue?..
Kenapa loe gak pernah bisa biarin Gue tenang Raaa??.."teriak Bisma kesal, Ia melempar beberapa map yang ada dimeja kerjanya, bahkan berkas-berkas yang tadi Bisma pegang pun kini sudah berserakan dilantai

Bisma terdiam, Ia menatap kearah luar yang kini memang sudah diguyur hujan yang cukup lebat, bahkan cahaya kilat dan suara petir pun terdengar begitu sering diiringi rintik hujan yang semakin deras. Bisma menatap arloji yang melingkar dipergelangan tangan kirinya

"hemz.. Baru juga jam tujuh.."gumam Bisma pelan, sebenarnya Ia sangat panik akan keadaan Dhira begitu mendengar ucapan Rangga tadi, namun Ia berusaha menghilangkan fikirannya itu. Bisma menarik nafas panjang dan bersender pada kursi kerjanya, matanya terpejam akibat rasa cape juga ngantuk yang menyelimuti dirinya, hingga akhirnya Bisma pun terlelap diatas kursi ruang kerjanya itu..






**
"ya Allah.. Hujannya lebat banget, Bisma mana lagi, kenapa jam segini Dia belum pulang juga?.."Dhira tampak begitu khawatir, langkahnya terus bolak-balik melihat kearah luar kaca jendela kamarnya meskipun sangat takut karna cahaya kilat sering kali terlihat, Ia berharap Bisma segera pulang karna Dhira sangat takut sendirian dirumah dalam keadaan hujan seperti ini

"aduuh Bis, kamu dimana?.. Kamu cepet pulang dong, Aku taku Bisma, Aku takut banget.."Dhira semakin cemas dan mulai ketakutan, berkali-lkali Ia melirik jam didinding kamarnya, dan sekarang waktu sudah menunjukkan pukul sembilan, namun kemana Bisma? Sampai sekarang juga Ia belum terlihat pulang menemui Dhira

Dhira semakin ketakutan saja, tubuhnya kini bergetar karna suara petir yang sangat begitu dahsyat terdengar Menggelengar, Ia bersembunyi dipojokan lemari kamarnya sambil menutup kedua telinganya dan wajahnya Ia tenggelamkan dikedua lututnya

"Bisma.. Aku takut Bis, kamu kemana, kenapa kamu belum pulang juga?.."lirih Dhira semakin ketakutan

dan..



"JEDDDERRR..!!"lagi-lagi suara petir itu terdengar begitu kencang dan dahsyat, bahkan cahaya lampu dikamar Dhira kini menjadi padam berbarengan dengan suara petir yang sangat dahsyat itu, yaps listriknya mati, mungkin koslet karna terkena sambaran petir atau entah sengaja dimatikan oleh PLN nya..


"Rafaa.. Aku takut Raf, Aku takuut.."lirih Dhira memanggil nama Rafael yang kini tidak mungkin bisa menenangkannya lagi saat dalam keadaan ketakutan seperti ini, apalagi sekarang listrinya pun ikut mati hingga menambah rasa takut pada diri Dhira

Dhia hanya bisa menangis dan menangis karna ketakutan, terlebih lagi suasananya sekarang menjadi sangat gelap dan hanya diteragi oleh cahaya-cahaya kilat yang sangat mengerikan

"ya Allah.. Kamu dimana sih Bis?
Aku mohon kamu pulang.. Aku takut Bisma, Aku takuut.. Hiks, Bis.."dhira menangis semakin menjadi, matanya tidak berani Ia buka, tubuhnya semakin bergetar, bahkan bibirnya pun menjadi menggigil seperti orang kedinginan..



Tiba-tiba..




"Braaak..!!"terdengar seperti suara pintu kamar Dhira yang dibuka paksa dari luar

"Bisma?.."pekik Dhira menoleh kearah pintu dan sangat berharap kalau memang Bisma lah yang datang


dan..










Bersambung..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Nggak Komentar, Nggak Kece :p