Kamis, 11 April 2013

Tangis dan Cinta #Part 4


Kini kamu tengah merias wajahmu didepan cermin, sebuah seragam sekolah SMA berwarna biru putih kotak-kotak ini terlihat begitu pas menempel dibadanmu

"cantik juga ternyata.. Semoga hari ini Aku gak ketemu Ilham. Aku udah muak sama cowok yang tidak punya hati itu.
Aku harus lupain Dia, iya Aku harus move on..."

Kamu menatap mantap wajahmu sendiri. Tangan kananmu mengepal erat memberikan semangat tinggi untuk dirimu sendiri. Bibirmu pun tersenyum seolah hal buruk kemarin sudah sedikit bisa kamu lupakan

Tak lama terdengar suara ketukan pintu kamarmu yang diketuk dari luar


"non, non (namamu).. Non udah bangun belum? Sarapannya sudah mbok siapin non.."

suara mbok Nah yang begitu lembut terdengar ditelingamu.
Kamu pun segera beranjak meraih ransel sekolahmu dan meraih handle pintu kamarmu untuk segera keluar

"(namamu) udah siap ko mbok. Arfa udah bangun?"tanyamu tersenyum begitu ramah menatap wanita paruh baya dihadapanmu itu

"Den Arfa sudah bangun dari tadi, tapi sekarang si Aden lagi dibawah, tadi sih mbok lihat Den Arfa berdiri menatap kearah luar Non, tapi simbok gak tau aden Arfa lihatin apa..."jelas mbok Nah membuat seukir senyum kembali mengembang dibibir tipismu

"hemz.. Paling Dia ngelihatin tetangga didepan itu mbok, Arfa kan emang suka merhatiin semua tetangga didepan, maklum Dia kan gak punya temen, jadi udah gak aneh.."ucapmu mengelus pundak mbok Nah

"iya mungkin ya Non, hemz yasudah sekarang Non (namamu) mending sarapan dulu, nanti malah telat lagi.."suruh mbok Nah lembut

"(namamu) gak sarapan dulu mbok, ini udah hampir telat, kalau sarapan dulu bisa beneran telat..
Bilangin sama Arfa aja yah kalau (namamu) berangkat duluan, nanti kalau simbok pulang, Arfa suruh diam dirumah aja, gak boleh main keluar atau main jauh-jauh..."ujarmu sedikit tergesa melangkahkan kakimu menuju lantai bawah

Mbok Nah hanya mengangguk kecil menuruti perintahmu, Ia memang langsung pulang kalau pekerjaannya sudah selesai, sementara Arfa, Ia juga sudah terbiasa tinggal sendiri karna Arfa belum bersekolah, usianya baru 4tahun. Dulu memang Arfa sempat masuk TK. Tapi semenjak perceraian itu Arfa rasanya lebih memilih diam dirumah karna tidak ada yang peduli dan meu mengantarnya sekolah lagi. Sedangkan kamu sibuk dengan sekolahmu.



**
Kedua bola mata yang bening dan wajah putih yang sangat polos ini tak henti menatap wajah lelaki bertubuh kecil ini.
Keningnya mengerut, bola matanya seolah tidak bisa Ia kedipkan, bibirnya pun mengerucut karna lelaki yang dilihatnya tidak sedikit pun merespon kedatangannya

"om keapa diem teus sih?
Eman om ladi lihatin apa? Ko lihatnya kedepan teus??"

Pertanyaan yang begitu polos pun Ia lontarkan. Namun percuma saja lelaki ini masih saja diam tidak meresponnya

"Arfa binung haus nomong apaladi, om itu danteng.. Tapi keapa diem teus?
Om ga bisa nomong yah? Atau om ga bisa denel Arfa nomong apa??"lirih Arfa bergumam dan berbicara sendiri. Ia pun mengambil posisi duduk disamping lelaki bertubuh kecil berwajah unyu ini

"gak usah ganggu om deh, om lagi gak bisa diganggu..."

ucapan yang begitu dingin dilontarkan oleh lelaki yang sedari tadi Arfa perhatikan.
Mata Arfa langsung melonjak kaget mendengar suara lelaki ini

"om bisa nomong? Arfa pikil om ga bisa nomong.. Hihii suaa om badus juda yah.."ujar Arfa menyunggingkan senyuman khasnya yang begitu manis

Pemuda ini hanya menoleh kearah Arfa sekilas kemudian berlalu masuk kedalam rumahnya tanpa menghiraukan Arfa lagi

"yaah ko Arfa ditigal?
Hemz.. Om yan aneh, tapi Arfa suka.. Kakak (namamu) pasti suka juda. Om ini kihatannya baik.."Arfa menatap wajah pemudai ini penuh senyum. Ia pun segera ikut beranjak meninggalkan rumah tetangga didepan rumahnya ini dengan perasaan bahagia dipenuhi senyum.



Sementara itu..


Sudah hampir 10'menit kamu berdiri dipinggiran jalan raya ini. Mobil sedan putihmu tiba-tiba berhenti mendadak karna ban belakangnya kempes, entahlan kenapa bisa kempes yang pasti tadi saat kamu mengendarainya mobil ini masih bisa berjalan normal

"uhhh ko gak ada taksi lewat ti??
Udah telat niihh.. Aaargghh gimana ini? Bisa kena hukuman kalau sampai telat.."wajahmu seketika itu berubah menjadi merah karna panik.
Berkali-laki kamu pun melirik jam tangan berwarna putih ditanganmu, entahlah apa yang akan terjadi kalau smapai 10'menit lagi tidak ada satu taksi pun yang lewat, mungkin kamu akan benar-benar dihukum nanti

Namun tiba-tiba bibirmu terukir sebuah senyum. Kedua bola matamu memandang kearah belakang dimana disana sebuah taksi berwarna biru muda itu melaju kearahmu.
Dengan seger tangan kananmu pun melambai menghentikan taksi itu


"Ke SMA KARISMA yah Pak..."

Terdengar kamu mengucapkan kalimat itu begitu bersamaan dengan seorang pria bertubuh tinggi tegap.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Nggak Komentar, Nggak Kece :p