Sedangkan Bisma sendiri tidak terlihat mendampingi Dhira saat hendak meninggalkan Rumah Sakit tempatnya dirawat ini, kenapa(?) pasti kalian sudah tau sendiri jawabannya.
Yapss karna om Landry yang melarangnya, bahkan om Landry menyuruh Bisma untuk pulang sendiri dan belakangan tanpa bersamanya juga Dhira
"Ayo sayang masuk?.."suruh om Landry lembut mempersilahkan menantu kesayangannya ini masuk kedalam Mercy Putihnya dibantu oleh tante Nela sang istri, sedangkan kedua orang tua Dhira sendiri tidak ikut menjemput kepulangan Dhira karna sedang ada urusan diluar kota
"i..iya Pah.."balas Dhira gugup diiringi senyuman manisnya kemudian segera masuk dan duduk di Jok belakang bersama tante Nela. Om Landry pun tersenyum lalu segera menyuruh Pak Maman sopir pribadinya untuk segera menjalankan mobilnya
"kenapa Aku gak lihat Bisma?..
Apa Dia udah lupa sama Aku?
Apa Dia udah gak peduli lagi sama Aku?
Padahal apa yang Ia inginkan sudah terwujud sekarang, Allah udah mengambil calon anak Aku tanpa harus digugurkan seperti apa yang Bisma mau waktu kemarin.."batin Dhira lirih sambil memegangi perutnya, hatinya bertanya-tanya tentang sosok suaminya yang sama sekali belum Ia lihat ini, bahkan Dhira sendiri tidak tau keberadaan dan kondisi Bisma seperti apa
Dhira terus menatap kearah kaca jendela mobil om Landry, air matanya pun kembali menetes saat mengingat detik-detik sebelum kecelakaan itu terjadi
"hiks.. Aku gak tau kenapa semuanya jadi kaya gini Bis, Bayi didalam rahim Aku sekarang udah gak ada, darah daging dari Rafael sekarang udah gak tumbuh lagi didalam rahim Aku..
Aku bener-bener gak kuat nerima semua ini, Aku gak kuat Bisma.."batin Dhira terus meneteskan butiran bening dari pelupuk matanya, hatinya benar-benar sakit saat mengetahui kalau bayi yang tengah Ia kandung tidak bisa diselamatkan lagi, padahal bayi itu yang selama ini menguatkan Dhira agar tidak pernah putus asa menjalani kehidupan yang sangat kejam ini, apalagi saat mengingat sosok Bisma yang selalu bersikap kasar padanya, sungguh hanya karna bayi itulah Dhira bisa kuat dan mencoba bisa menerima semuanya..
Tapi sekarang? Entahlah apa yang akan terjadi..
"Papah benar-benar tidak menyangka kalau calon Penerus satu-satunya keluarga papah harus tiada begitu saja, Papah benar-benar marah sama Bisma karna tidak bisa menjaga kamu Dhira, papah kecewa sama Dia, bahkan papah ingin sekali memberinya pelajaran yang setimpal agar anak kurang ajar itu tidak bersikap seenaknya lagi dan bisa menjaga kamu dengan baik..
Papah sungguh kecewa.."batin om Landry lirih saat menatap wajah menantu kesayangannya ini dari kaca depan spion mobilnya, sampai tidak terasa air matanya tiba-tiba menetes begitu saja karna rasa kecewanya yang sangat teramat besar ini..
Sementara itu...
Bisma ternyata juga sudah tidak mengenakan baju pasient nya lagi, Ia baru saja hendak keluar dari dalam Rumah Sakitnya karna kondisinya juga memang sudah tidak apa-apa dari hari kemarin, namun Bisma selalu berusaha untuk menerobos kamar rawat Dhira sang istri karna ingin melihatnya dan meminta maaf sudah menyebabkan Ia terluka seperti ini..
Bisma berjalan dengan langkah sangat gontai didalam koridor Rumah Sakit yang sangat sepi itu, fikirannya pun melayang entah kemana, hatinya sungguh sangat kecewa saat mengatahui kalau Dhira sudah pulang terlebih dahulu darinya, bahkan sampai tidak ada seorang pun yang memberitahu Bisma tentang kepulangan Dhira
"Papah benar-benar kejam Pah, kenapa Papah harus ngelakuin ini sama Bisma?..
Dhira istri Bisma Pah, gak seharusnya Papah ngelarang Bisma buat ketemu sama Dhira, Bisma cuma mau minta maaf sama Dhira Pah, Bisma mau minta maaf..."batin Bisma lirih, air matanya pun menetes membasahi wajahnya yang kusut bagaikan tidak memiliki semangat hidup lagi, bahkan langkahnya semakin gontai tanpa arah dan tujuan
"Aku emang salah Ra, kamu pantas kalau memang harus membenci Aku, Aku bener-bener nyesel..
Aku nyesel Ra, Aku nyeseeeel... hiks.."lirih Bisma lagi dengan air mata yang semakin deras mengalir dipipi putihnya, tubuhnya pun terkulai lemas dilorong Rumah Sakit yang sangat sepi itu, Ia bersender didinding Rumah Sakit dan terus menyesali semua perbuatannya
"Aku gak bermaksud bunuh anak kamu Ra, Aku gak ada maksud sedikitpun, Aku cuma emosi, Aku emosii.."Bisma menenggelamkan wajahnya dikedua lututnya yang Ia tekuk, rambutnya pun Ia jambak saking kesalnya lalu berteriak kencang..
"AAAAAAaaaaa.rrrggghhhh..!!! Hiks.."teriak Bisma kencang diakhiri isakan tangisnya lagi. Sekarang yang Bisma lakukan hanya menangis dan menangis, menyesali semua yang sudah terjadi, memang setiap penyesalan pasti selalu datang belakangan karna kalau datang duluan itu bukan penyesalan melainkan sebuah niat..*eh?
***
Mobil Mercy putih om Landry ini pun kini sudah sampai dirumahnya yang sangat megah dan mewah ini. Rumah yang ditempati oleh Dhira dan Bisma setelah mereka menikah beberapa waktu lalu dan sekarang Om Landry dan tante Nela sang istri berencana untuk tinggal dirumah ini lagi karna ingin menjaga Dhira dan mengawasi Bisma tentunya agar tidak mendekati Dhira lagi apalagi sampai menyakitinya..
"nah, sekarang kamu istirahat dulu yah?
Biar mamah Nela yang temenin, Papah maa..."belum sempat om Landry meneruskan ucapannya ini, tiba-tiba matanya langsung melotot kaget saat melihat Bisma sudah berdiri dibelakangnya tepat didekat kamar Dhira
"ngapain kamu sudah ada disini?.."tanya om Landry melirik sinis kearah Bisma
"ma..maaf Pah, Bi..Bisma cuma ketemu sama Dhira aja, Bisma mau bicara sama Dhira Pah.."jawab Bisma sedikit gugup karna takut
"ENGGAK!! Papah gak akan ngizinin kamu ketemu sama Dhira lagi, Papah gak mau kamu nyakitin Dhira lagi, apalagi kamu telah membuat calon Cucu Papah meninggal, Papah GAK AKAN ngizinin kamu lagi!!"tegas om Landry menolak mentah-mentah keinginan Bisma ini, bahkan Ia sampai menekan kata-katanya. Sedangkan Dhira sendiri hanya diam dan meneteskan air mata, entahlah Ia diam karna masih marah sama Bisma atau justru kaget karna om Landry membentak Bisma begitu kasar
"ta..tapi Pah, Bisma cuma mau bicara sebentar aja, Bisma mau minta maaf sama Dhira Pah, Bisma nyesel, Bisma mohon kasih Bisma kesempatan, maafin Bisma Pah maafin Bisma.."pinta Bisma lirih, Ia pun mencium punggung tangan om Landry dengan air matanya yang sudah banjir itu, namun om Landry bukannya merasa iba, Ia justru malah menepis wajah Bisma yang mencium tangannya itu secara kasar
"sekali Papah bilang enggak, tetep gak bisa!!"tegas om Landry kemudian segera menuntun Dhira agar masuk kedalam kamar tanpa menghiraukan Bisma lagi
"pah, pah Bisma mohoon.. Kasih Bisma kesempatan Pah, Bisma janji Bisma gak nyakitin Dhira lagi, Bisma janji Bisma akan segera kasih Papah Cucu, Bisma janji Paah..."mohon Bisma kini menyentuh kedua kaki om Landry hingga langkahnya terhenti
"Pah Bisma mohoon.."pinta Bisma lagi dengan wajah menyesalnya itu, om Landry menatap tajam wajah Bisma yang berderai air mata kemudian segera menepis tangan Bisma yang menyentuh kakinya
"JANGAN pernah sentuh kaki papah lagi!!"tegas om Landry menepis kasar tangan Bisma sampai Bisma tersungkur jatuh kelantai, Dhira dan tante Nela hanya bisa menitikan air mata tanpa bisa berbuat apa-apa lagi karna mereka tau sifat om Landry memang keras seperti ini...
Dhira pun masuk kedalam kamarnya ditemani tante Nela dan om Landry, sedangkan Bisma hanya memandang miris pintu kamar Dhira yang ditutup
"Kenapa kamu diem aja Ra?..
Kenapa kamu gak belain Aku didepan Papah?..
Apa kamu sama kaya papah yang gak mau maafin Aku?..
Sumpah demia apapun Aku nyesel Ra, Aku nyeseel..."batin Bisma lirih yang masih menatap pintu kamar Dhira, kemudian Ia pun segera meninggalkan kamar Dhira menuju kamar tamu, karna malam ini Bisma mungkin akan tidur disana..*huhu kacian juga mangbis..':(
malam harinya...
Dhira tampak begitu gusar karna sampai larut seperti ini pun matanya tidak mau terpejam juga, sedangkan tante Nela dan om Landry sendiri mungkin sudah tidur dikamarnya masing-masing..
"ya Allah.. Kenapa Aku kepikiran Bisma terus?..
Apa Dia baik-baik aja?.."batin Dhira gelisah mengkhawatirkan keadaan Bisma
"Aku memang benci sama kamu Bis karna kamu udah berniat buat bunuh bayi Aku, tapi kecelakaan kemarin Aku gak bisa nyalahin kamu sepenuhnya karna itu memang bukan salah kamu, itu salah kita berdua..
Tapi Aku juga gak bisa nge'ikhlasin bayi Aku gitu aja, Aku gak bisa Bis, gak bisa..."lirih Dhira lagi, tiba-tiba air matanya pun menetes saat mengingat kalau kini didalam rahimnya sudah tidak tumbuh buah cintanya bersama Rafael lagi, Ia sungguh menyesal karna tidak bisa menjaga bayinya sampai lahir dan tumbuh besar
"hiks.. Maafin Aku Raf, Aku gak bisa jaga anak kita dengan baik, maafin Aku.."lirih Dhira lagi kemudian berbaring diatas tempat tidurnya, Ia pun mencoba memejamkan matanya kembali meskipun sangat sulit..
Sementara itu...
Bisma juga ternyata tidak bisa tidur, Ia masih saja memikirkan Dhira dan ingin sekali menemui Dhira, Bisma melirik jam ditangannya yang sudah menunjukkan pukul 01:00wib. Tepat jam satu tengah malam..
"Gue harus temuin Dhira sekarang, semoga saja Dia belum tidur.."pikir Bisma kemudian beranjak keluar dari kamarnya menuju kamar Dhira..
Bisma berjalan sangat pelan bahkan mengendap seperti seorang pencuri saat menuju kamar Dhira, mungkin karna Ia takut ketahuan oleh om Landry
langkah kaki Bisma pun kin sudah sampai tepat didepan kamar Dhira, Ia menarik nafasnya panjang lalu segera meraih handle pintu kamar Dhira..
Bersambung....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Nggak Komentar, Nggak Kece :p