Bisma terus saja menatap kearah perut Dhira yang masih datar itu,
tatapannya semakin tajam dan dipenuhi dendam juga amarah, seakan ingin
sekali Ia membunuh janin yang tengah hidup didalam rahim istrinya itu
"kalau aja ngebunuh orang itu gak dosa, mungkin Gue udah habisin
nyawa loe dan ngirim loe ketempat bokap loe yang udah ngancurin hidup
Gue itu..!!"batin Bisma penuh ambisi, sorotan matanya pun semakin tajam
menatap perut Dhira yang belum terlihat membuncit itu
"kamu lagi lihatin apa sih Bis?..
Ko malah bengong?.."tanya Dhira tiba-tiba yang berhasil membuyarkan lamunan Bisma
"e..enggak, Gue gak papa ko.."jawab Bisma sedikit gugup kemudian
segera beranjak meninggalkan Dhira begitu saja, Dhira yang melihatnya
malah meneteskan air mata karna sikap Bisma kembali kasar lagi
"hiks.. Ya allah, baru aja tadi Bisma begitu lembut bicara sama Aku,
bahkan Dia sampe mau nyuapin Aku, tapi kenapa sekarang ucapannya udah
pake Elo-Gue lagi?..
Siapa sebernya sosok lelaki yang menjadi suami Aku ini?.."lirih
Dhira menatap kearah Bisma yang sudah keluar dari dalam kamarnya, air
matanya pun terus menetes hingga membasahi kedua pipinya yang mulus
itu..
Dhira pun kembali berbarin diatas tempat tidurnya karna waktu masih
menunjukkan pukul 01:15wib atau jam setengah dua kurang 15'menit..
Keesokan harinya...
Seperti Biasanya Bisma berangkat menuju kantornya, namun kali ini
sikap Bisma sudah berbeda lagi, Ia tidak mengucapkan satu patah kata pun
pada Dhira, bahkan saat Ia hendak berangkat ke kantornya pun tidak
berpamitan sama sekali
"ya Allah.. Kenapa lagi sama kamu Bis?..
Kenapa kamu harus giniin Aku terus?..
Padahal baru semalam Aku merasa begitu nyaman sama sikap kamu Bis, tapi sekarang?
Sekarang kamu begitu dingin, bahkan aku ajak bicara pun kamu malah
diam dan pergi gitu aja.. Hiks, sampai kapan kita kaya gini terus?.. Aku
sayang sama kamu Bis, Aku udah sayang banget sama kamu.."batin Dhira
lirih menatap kearah Bisma yang sudah berlalu dengan sedan hitamnya
itu..
Dhira pun segera masuk kembali kedalam rumahnya untuk melakukan pekerjaannya seperti biasa yang sebagai Ibu rumah tangga
**
Langkah kaki Bisma begitu lunglai dan sangat enggak sekali masuk
kedalam Kantor yang sekarang menjadi miliknya ini, sebenarnya Bisma
ingin menenangkan diri, tapi Ia tidak tau harus dimana menenangkan
dirinya karna kalau dirumah pasti Ia akan terus-terusan emosi saat
melihat perut Dhira
Bisma duduk dikursi ruangan kerjanya, Ia mengetuk-ngetuk sebuah
pulpen dengan jarinya keatas meja, sementara kepalanya sendiri Ia
senderkan dikursinya yang sangat nyaman itu
"Gue pengen banget loe itu hamil anak Gue Ra, bukan anak Rafael..
Tapi Gue gak mungkin bunuh anak yang ada dirahim Loe, karna Gue tau
Dia gak berdosa, tapi Gue tetep gak bisa nerima kehadiran Dia nanti Ra,
Gue gak bisa.."batin Bisma lirih, Ia memejamkan matanya hingga perlahan
air matanya pun menetes membasahi pipinya yang putih itu
"Gue emang udah bisa nerima loe Ra, bahkan Gue udah sayang banget
sama loe, walaupun pernikahan kita karna sebuah keterpaksaan, tapi Gue
udah sayang sama loe Ra, sayaang.."air mata Bisma terus menetes
membasahi pipinya, matanya pun terus terpejam membayangkan wajah
perempuan yang kini Ia sayangi itu
"tapi Gue gak tau Ra, apa Gue bisa nerima anak hasil buah cinta loe
sama Rafael.. Gue bener-bener gak bakalan bisa kalau harus ngakuin anak
haram itu sebagai anak Gue. gak bisa Ra, gak bisa.."Bisma menggelengkan
kepalanya, raut wajahnya kini berubah menjadi kesal kalau mengingat
siapa ayah dari bayi yang sedang Dhira kandung, Bisma memang masih belum
bisa menerima itu semua karna terlalu menyakitkan untuknya
Bisma pun bangun dari duduknya, Ia berdiri menghadap kearah luar
jendela kantornya, Ia tersenyum karna tiba-tiba muncul bayangan wajah
Dhira yang tersenyum kearahnya
"ha,ha kayaknya loe udah berhasil buat Gue gila Ra, iya gila. Gila
gara-gara wajah sama senyuman loe terus-menerus terbayang diotak Gue,
Gue emang udah Gila ha,ha.."Bisma tertawa kecil mentertawakan dirinya
sendiri, tatapannya seperti orang yang kehilangan akal sehat, bayangkan
saja, Ia tersenyum sendiri bahkan tertawa kecil karna terus-terusan
terbayang wajah dan senyuman Dhira diotaknya
"Gue pasti akan sangat bahagia banget kalau sekarang loe ada disini
Ra, Gue janji Gue gak akan bentak loe lagi kalau loe ada disini. Gue
kangen, Gue pengeen banget bisa meluk loe, gak tau kenapa walaupun Gue
sering marah dan ngebentak loe, tapi loe gak pernah marah sedikitpun
dengan sikap Gue ini, Gue salut sama ketegaran hati loe Ra.."Bisma
kembali tersenyum mengingat apa yang sering Ia lakukan pada Dhira, Ia
benar-benar tidak menyangkan didunia ini ada perempuan yang tegar
seperti Dhira, padahal hampir setiap hari Bisma selalu membentaknya,
bahkan bukan hanya membentak tapi memukul atau menampar sekalipun
"hemz.. Kenapa Gue jadi kangen sama elo ya Ra?..
Gue pengen loe datang kesini Ra, Gue pengeee..."belum sempat Bisma
meneruskan ucapannya, tiba-tiba terdengar suara pintu ruangan Bisma yang
diketuk oleh seseorang dari luar
"tok-tok-tok!!"suara pintu yang diketuk
"siapa??.."tanya Bisma sedikit berteriak sambil melirik kearah pintu
ruangannya itu, namun tidak ada jawaban melainkan pintu itu langsung
dibuka secara perlahan dari luar
"ma..maaf Bis, Aku udah ganggu kamu..
A..aku boleh masuk?.."tiba-tiba sosok yang Bisma tunggu-tunggu itu
muncul diambang pintu ruangan Bisma, Ia dengan sangat ragu dan gugup
meminta izin agar bisa masuk kedalam ruangan kerja suaminya ini
"Dhi..Dhira?..
el..Loe nga..ngapain ada disini?.."tanya Bisma gugup plus kaget
karna tidak menyangka Dhira bisa masuk kedalam ruangan kerjanya ini,
Dhira hanya menunduk karna takut Bisma marah Ia telah lancang menemui
Bisma ke kantornya langsung
"ya udah loe boleh masuk.."ucap Bisma mempersilahkan Dhira duduk,
sebenarnya Ia sangat senang sekali ternyata Dhira mendengarkan suara
hatinya yang sangat ini bertemu dengan Dhira ini, namun Bisma tetap saja
enggak menunjukkan sikap senangnya itu didepan Dhira
"ma..makasih Bis.."balas Dhira masih gugup, Ia pun duduk disofa yang berada diruangan kantor Bisma
"loe mau ngapain datang kesini?..
Tumben-tumbenan banget, biasanya juga gak pernah.."tanya Bisma
ketus, Ia berjalan menghampiri Dhira yang tengah duduk sisofa ruangan
tersebut
"ma..maaf Bis, Aku..aku cuma mau kasih makan siang buat kamu, Aku
lihat tadi pagi kamu gak sempet sarapan, Aku cuma takut aja kalau nanti
kamu sakit, maaf bukannya Aku lancang.. Aku cuma gak mau aja kamu
kenapa-napa.."jawab Dhira bertambah gugup, bahkan Ia tidak berani
menatap wajah Bisma karna takut Bisma marah dan malah membentaknya nanti
"ternyata loe itu emang perhatian sama Gue Ra..
Tapi kenapa loe harus nunduk sih?.. Apa sebegitu seramnya Gue dimata
loe?.. Atau karna loe takut Gue bentakin terus??.."pikir Bisma yang
kini malah mematung memperhatikan Dhira yang terus menunduk
"Aku tau kamu pasti bisa makan diluar.. Tapi Aku cuma mau balas
kebaikan kamu yang semalam, kamu udah masakin Aku nasi goreng bahkan
kamu sampai nyapin Aku..
Dan sekarang Aku udah masakin kamu makanan, mudah-mudahan aja kamu
suka dan mau memakannya Bis.."ucap Dhira menunjukkan kotak makanan yang
Ia bawa, Ia menyodorkannya kearah Bisma, walaupun sangat ragu Bisma akan
menerimanya tapi Dhira tetap mencobanya dan berdoa semoga sikap kasar
Bisma tidak muncul disaat yang tidak tepat
"kalau lagi bicara sama Gue gak usah nunduk.. Gue bukan dibawah,
jadi loe gak usah natap kebawah terus.."ucap Bisma tiba-tiba yang
berhasil membuat Dhira mendonga'kan wajahnya
"ma..maaf Bis, Akuu.."belum sempat Dhira meneruskan ucapannya, tiba-tiba Bisma mengambil kotak makanan yang masih Dhira pegang
"Gue laper, makanannya Gue ambil, thanks yah?.."Bisma tersenyum
begitu manisnya, kata-katanya pun tedengar begitu halus ditelinga Dhira,
meskipun tidak menggunakan kata Aku-Kamu tapi Dhira begitu senang
mendengarnya
"i..iya Bis, sama-sama.."balas Dhira gugup plus senang, Ia
benar-benar tidak menyangka kalau Bisma mau mencoba makanan hasil
masakannya sendiri
"Gue coba ya Ra?.."izin Bisma mulai menyuapkan sesendok makanan yang
dipegangnya itu kedalam mulutnya, Dhira mengangguk kecil lalu ikut
duduk disamping Bisma
"g..gimana Bis?.. E..enk ga?.."tanya Dhira was-was plus khawatir kalau Bisma akan kecewa dengan masakannya ini
namun Bisma malah tersenyum kearah Dhira dan kembali menyendokkan makanan itu kedalam mulutnya
"enak Ra, enak banget malahan thanks yah?.. Gue suka.."jawab Bisma
mantap sambil terus asik melahap makanannya, Dhira tersenyum senang dan
mengangguk kecil, Ia benar-benar bahagia melihat Bisma menyukai
masakannya
namun...
Tiba-tiba saja Dhira menempelkan jari telunjuknya disudut bibir Bisma karna ada sebutir nasi yang menempel disana
"aduh Bis, ka..kamu tuh kalau makan jangan kaya anak kecil donk..
Ma..masa belepotan gini sih?.."ucap Dhira mencoba membersihkan sisa
makanan dan sebutir nasi yang menempel disudut bibir Bisma itu
Bisma tidak menghiraukan ucapan Dhira, Ia malah tersenyum sambil memandangiwajah Dhira
"loe lebih cantik kalau dilihat dari dekat kaya gini Ra, apalagi
senyuman dibibir loe itu, benar-benar manis.."kagum Bisma menatap wajah
cantik Dhira yang memang sangat cantik ini
Ia pun mulai mendekatkanwajahnya kearah wajah Dhira
semakin dekat..
Dekat....
Dekaaat...
Daan...
Dan..
Bersambung...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Nggak Komentar, Nggak Kece :p