Jumat, 26 April 2013

Terpaksa BUKAN Cinta #14

Bisma terus saja menatap kearah perut Dhira yang masih datar itu, tatapannya semakin tajam dan dipenuhi dendam juga amarah, seakan ingin sekali Ia membunuh janin yang tengah hidup didalam rahim istrinya itu



"kalau aja ngebunuh orang itu gak dosa, mungkin Gue udah habisin nyawa loe dan ngirim loe ketempat bokap loe yang udah ngancurin hidup Gue itu..!!"batin Bisma penuh ambisi, sorotan matanya pun semakin tajam menatap perut Dhira yang belum terlihat membuncit itu

"kamu lagi lihatin apa sih Bis?..
Ko malah bengong?.."tanya Dhira tiba-tiba yang berhasil membuyarkan lamunan Bisma

"e..enggak, Gue gak papa ko.."jawab Bisma sedikit gugup kemudian segera beranjak meninggalkan Dhira begitu saja, Dhira yang melihatnya malah meneteskan air mata karna sikap Bisma kembali kasar lagi


"hiks.. Ya allah, baru aja tadi Bisma begitu lembut bicara sama Aku, bahkan Dia sampe mau nyuapin Aku, tapi kenapa sekarang ucapannya udah pake Elo-Gue lagi?..
Siapa sebernya sosok lelaki yang menjadi suami Aku ini?.."lirih Dhira menatap kearah Bisma yang sudah keluar dari dalam kamarnya, air matanya pun terus menetes hingga membasahi kedua pipinya yang mulus itu..

Dhira pun kembali berbarin diatas tempat tidurnya karna waktu masih menunjukkan pukul 01:15wib atau jam setengah dua kurang 15'menit..






Keesokan harinya...

Seperti Biasanya Bisma berangkat menuju kantornya, namun kali ini sikap Bisma sudah berbeda lagi, Ia tidak mengucapkan satu patah kata pun pada Dhira, bahkan saat Ia hendak berangkat ke kantornya pun tidak berpamitan sama sekali


"ya Allah.. Kenapa lagi sama kamu Bis?..
Kenapa kamu harus giniin Aku terus?..
Padahal baru semalam Aku merasa begitu nyaman sama sikap kamu Bis, tapi sekarang?
Sekarang kamu begitu dingin, bahkan aku ajak bicara pun kamu malah diam dan pergi gitu aja.. Hiks, sampai kapan kita kaya gini terus?.. Aku sayang sama kamu Bis, Aku udah sayang banget sama kamu.."batin Dhira lirih menatap kearah Bisma yang sudah berlalu dengan sedan hitamnya itu..

Dhira pun segera masuk kembali kedalam rumahnya untuk melakukan pekerjaannya seperti biasa yang sebagai Ibu rumah tangga




**
Langkah kaki Bisma begitu lunglai dan sangat enggak sekali masuk kedalam Kantor yang sekarang menjadi miliknya ini, sebenarnya Bisma ingin menenangkan diri, tapi Ia tidak tau harus dimana menenangkan dirinya karna kalau dirumah pasti Ia akan terus-terusan emosi saat melihat perut Dhira

Bisma duduk dikursi ruangan kerjanya, Ia mengetuk-ngetuk sebuah pulpen dengan jarinya keatas meja, sementara kepalanya sendiri Ia senderkan dikursinya yang sangat nyaman itu


"Gue pengen banget loe itu hamil anak Gue Ra, bukan anak Rafael..
Tapi Gue gak mungkin bunuh anak yang ada dirahim Loe, karna Gue tau Dia gak berdosa, tapi Gue tetep gak bisa nerima kehadiran Dia nanti Ra, Gue gak bisa.."batin Bisma lirih, Ia memejamkan matanya hingga perlahan air matanya pun menetes membasahi pipinya yang putih itu

"Gue emang udah bisa nerima loe Ra, bahkan Gue udah sayang banget sama loe, walaupun pernikahan kita karna sebuah keterpaksaan, tapi Gue udah sayang sama loe Ra, sayaang.."air mata Bisma terus menetes membasahi pipinya, matanya pun terus terpejam membayangkan wajah perempuan yang kini Ia sayangi itu

"tapi Gue gak tau Ra, apa Gue bisa nerima anak hasil buah cinta loe sama Rafael.. Gue bener-bener gak bakalan bisa kalau harus ngakuin anak haram itu sebagai anak Gue. gak bisa Ra, gak bisa.."Bisma menggelengkan kepalanya, raut wajahnya kini berubah menjadi kesal kalau mengingat siapa ayah dari bayi yang sedang Dhira kandung, Bisma memang masih belum bisa menerima itu semua karna terlalu menyakitkan untuknya

Bisma pun bangun dari duduknya, Ia berdiri menghadap kearah luar jendela kantornya, Ia tersenyum karna tiba-tiba muncul bayangan wajah Dhira yang tersenyum kearahnya

"ha,ha kayaknya loe udah berhasil buat Gue gila Ra, iya gila. Gila gara-gara wajah sama senyuman loe terus-menerus terbayang diotak Gue, Gue emang udah Gila ha,ha.."Bisma tertawa kecil mentertawakan dirinya sendiri, tatapannya seperti orang yang kehilangan akal sehat, bayangkan saja, Ia tersenyum sendiri bahkan tertawa kecil karna terus-terusan terbayang wajah dan senyuman Dhira diotaknya

"Gue pasti akan sangat bahagia banget kalau sekarang loe ada disini Ra, Gue janji Gue gak akan bentak loe lagi kalau loe ada disini. Gue kangen, Gue pengeen banget bisa meluk loe, gak tau kenapa walaupun Gue sering marah dan ngebentak loe, tapi loe gak pernah marah sedikitpun dengan sikap Gue ini, Gue salut sama ketegaran hati loe Ra.."Bisma kembali tersenyum mengingat apa yang sering Ia lakukan pada Dhira, Ia benar-benar tidak menyangkan didunia ini ada perempuan yang tegar seperti Dhira, padahal hampir setiap hari Bisma selalu membentaknya, bahkan bukan hanya membentak tapi memukul atau menampar sekalipun

"hemz.. Kenapa Gue jadi kangen sama elo ya Ra?..
Gue pengen loe datang kesini Ra, Gue pengeee..."belum sempat Bisma meneruskan ucapannya, tiba-tiba terdengar suara pintu ruangan Bisma yang diketuk oleh seseorang dari luar


"tok-tok-tok!!"suara pintu yang diketuk

"siapa??.."tanya Bisma sedikit berteriak sambil melirik kearah pintu ruangannya itu, namun tidak ada jawaban melainkan pintu itu langsung dibuka secara perlahan dari luar

"ma..maaf Bis, Aku udah ganggu kamu..
A..aku boleh masuk?.."tiba-tiba sosok yang Bisma tunggu-tunggu itu muncul diambang pintu ruangan Bisma, Ia dengan sangat ragu dan gugup meminta izin agar bisa masuk kedalam ruangan kerja suaminya ini

"Dhi..Dhira?..
el..Loe nga..ngapain ada disini?.."tanya Bisma gugup plus kaget karna tidak menyangka Dhira bisa masuk kedalam ruangan kerjanya ini, Dhira hanya menunduk karna takut Bisma marah Ia telah lancang menemui Bisma ke kantornya langsung

"ya udah loe boleh masuk.."ucap Bisma mempersilahkan Dhira duduk, sebenarnya Ia sangat senang sekali ternyata Dhira mendengarkan suara hatinya yang sangat ini bertemu dengan Dhira ini, namun Bisma tetap saja enggak menunjukkan sikap senangnya itu didepan Dhira

"ma..makasih Bis.."balas Dhira masih gugup, Ia pun duduk disofa yang berada diruangan kantor Bisma

"loe mau ngapain datang kesini?..
Tumben-tumbenan banget, biasanya juga gak pernah.."tanya Bisma ketus, Ia berjalan menghampiri Dhira yang tengah duduk sisofa ruangan tersebut

"ma..maaf Bis, Aku..aku cuma mau kasih makan siang buat kamu, Aku lihat tadi pagi kamu gak sempet sarapan, Aku cuma takut aja kalau nanti kamu sakit, maaf bukannya Aku lancang.. Aku cuma gak mau aja kamu kenapa-napa.."jawab Dhira bertambah gugup, bahkan Ia tidak berani menatap wajah Bisma karna takut Bisma marah dan malah membentaknya nanti

"ternyata loe itu emang perhatian sama Gue Ra..
Tapi kenapa loe harus nunduk sih?.. Apa sebegitu seramnya Gue dimata loe?.. Atau karna loe takut Gue bentakin terus??.."pikir Bisma yang kini malah mematung memperhatikan Dhira yang terus menunduk

"Aku tau kamu pasti bisa makan diluar.. Tapi Aku cuma mau balas kebaikan kamu yang semalam, kamu udah masakin Aku nasi goreng bahkan kamu sampai nyapin Aku..
Dan sekarang Aku udah masakin kamu makanan, mudah-mudahan aja kamu suka dan mau memakannya Bis.."ucap Dhira menunjukkan kotak makanan yang Ia bawa, Ia menyodorkannya kearah Bisma, walaupun sangat ragu Bisma akan menerimanya tapi Dhira tetap mencobanya dan berdoa semoga sikap kasar Bisma tidak muncul disaat yang tidak tepat

"kalau lagi bicara sama Gue gak usah nunduk.. Gue bukan dibawah, jadi loe gak usah natap kebawah terus.."ucap Bisma tiba-tiba yang berhasil membuat Dhira mendonga'kan wajahnya

"ma..maaf Bis, Akuu.."belum sempat Dhira meneruskan ucapannya, tiba-tiba Bisma mengambil kotak makanan yang masih Dhira pegang

"Gue laper, makanannya Gue ambil, thanks yah?.."Bisma tersenyum begitu manisnya, kata-katanya pun tedengar begitu halus ditelinga Dhira, meskipun tidak menggunakan kata Aku-Kamu tapi Dhira begitu senang mendengarnya

"i..iya Bis, sama-sama.."balas Dhira gugup plus senang, Ia benar-benar tidak menyangka kalau Bisma mau mencoba makanan hasil masakannya sendiri

"Gue coba ya Ra?.."izin Bisma mulai menyuapkan sesendok makanan yang dipegangnya itu kedalam mulutnya, Dhira mengangguk kecil lalu ikut duduk disamping Bisma

"g..gimana Bis?.. E..enk ga?.."tanya Dhira was-was plus khawatir kalau Bisma akan kecewa dengan masakannya ini

namun Bisma malah tersenyum kearah Dhira dan kembali menyendokkan makanan itu kedalam mulutnya

"enak Ra, enak banget malahan thanks yah?.. Gue suka.."jawab Bisma mantap sambil terus asik melahap makanannya, Dhira tersenyum senang dan mengangguk kecil, Ia benar-benar bahagia melihat Bisma menyukai masakannya



namun...


Tiba-tiba saja Dhira menempelkan jari telunjuknya disudut bibir Bisma karna ada sebutir nasi yang menempel disana

"aduh Bis, ka..kamu tuh kalau makan jangan kaya anak kecil donk.. Ma..masa belepotan gini sih?.."ucap Dhira mencoba membersihkan sisa makanan dan sebutir nasi yang menempel disudut bibir Bisma itu

Bisma tidak menghiraukan ucapan Dhira, Ia malah tersenyum sambil memandangiwajah Dhira

"loe lebih cantik kalau dilihat dari dekat kaya gini Ra, apalagi senyuman dibibir loe itu, benar-benar manis.."kagum Bisma menatap wajah cantik Dhira yang memang sangat cantik ini


Ia pun mulai mendekatkanwajahnya kearah wajah Dhira


semakin dekat..





Dekat....




Dekaaat...



Daan...




Dan..


Bersambung...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Nggak Komentar, Nggak Kece :p