sementara Dhira justru tiba-tiba mendadak mual, rasanya Ia ingin sekali memuntahkan sesuatu yang membuatnya mual itu
"Huueek..
Uweeek!!"Dhira menutup mulutnya dan terus menahan agar tidak muntah karna rasa mualnya itu
Bisma sendiri hanya melirik lewat kaca spion motornya, entahlah kenapa Ia hanya diam saja, bahkan menegur untuk mengetahui keadaan Dhira pun tidak
"itu pasti gara-gara bayi pembawa sial itu loe jadi mual kaya gini Ra?..
Kalo bayi sialan itu gak hidup dirahim loe pasti gak akan kaya gini jadinya.."batin Bisma menatap sinis kearah Dhira, otaknya sepertinya sudah mulai kembali eror, bahkan Ia kini malah menyalahkan janin yang tengah Dhira kandung
"Bis, A..aku mohon berhentiin dulu motornya, A..aku mual banget Bis.. Huuekk!!"ucap Dhira masih menutup mulutnya, Ia menepuk pelan punggung Bisma agar menghentikan laju motornya. Namun apa? Bisma sama sekali tidak mempedulikan ucapan Dhira, Ia terus saja melajukan motornya tanpa mempedulikan keadaan Dhira yang sudah tidaj tahan ingin muntah
"hueek!! Biss.. Aku..aku mohon, ueek!!..
Bis Aku, Akuu udah gak kuat Bis, tolong berhen..tiin dulu motornya.."pinta Dhira lagi, wajahnya kini menjadi pucat bahkan mengeluarkan keringat dingin, Ia terus menutup mulutnya karna sudah tidak sanggup menahan rasa mualnya itu
akhirnya dengan wajah yang sangat kesal dan penuh keterpaksaan, Bisma pun menghentikan motornya disamping jalanan yang cukup sepi itu, sementara Dhira buru-buru langsung turun dan memuntahkan semuanya yang membuat perutnya mual, yaa walaupun hanya cairan putih saja yang keluar dari dalam mulutnya itu
"huueek-hueek!! Uueek..."Dhira terus muntah-muntah dipinggiran jalan raya, wajahnya pun semakin pucat saja dan terlihat sangat lelah. Bisma yang melihatnya hanya diam sambil terus menatap sinis kearah Dhira
"gara-gara anak elu Raf istri Gue jadi kaya gini.. Harusnya loe gak perlu nyuruh anak loe itu terlalu lama didalam rahim Dhira, Gue lebih suka kalau Dia ikut sama loe, dan Gue janji gak akan pernah nyakitin Dhira lagi apalagi sampai buat Dia nangis, asal anak itu harus mati dan GAK nyusahin Gue dan Dhira lagi.."batin Bisma begitu nafsunya menginginkan janin yang tengah Dhira kandung itu mati, padahal janin itu tidak salah apa-apa dan Dia pun tidak tau menahu tentang masalah yang ditanggung Bisma,Rafael maupun Dhira
Bisma terus saja menatap tajam kearah Dhira, apalagi kearah perut Dhira yang masih datar itu, hempp entahlah apa yang ada difikirannya saat ini, otaknya sudah dipenuhi nafsu dan amarah, bahkan mungkin kalau Ia memegang pisau sudah Ia tusukkan kearah perut Dhira agar bayi itu segera mati..
"emh.. Maa..maaf Bis, Aku..aku gak bermaksud buat kamu nunggu lama.."Dhira kembali menghampiri Bisma, Ia begitu gugup melihat wajah Bisma yang seperti yang siap menerkam mangsanya itu
"udah naik, gak usah kebanyakan minta maaf loe!!"suruh Bisma ketus dan segera menghampiri motornya, Ia pun naik keatas motor ninja merahnya itu diikuti pula oleh Dhira yang naik dibelakang Bisma
Bisma pun mulai melajukan motornya tanpa mengucap kata-kata lagi, bahkan menyuruh Dhira agar berpegangan pun tidak sama sekali
"ya Allah.. Bisma pasti marah lagi sama Aku, kenapa sikap Bisma gampang banget berubah, Aku pengen Dia baik terus kaya tadi, kenapa harus kaya gini ya Allah.."batin Dhira lirih, air matanya pun menetes membasahi pipinya yang dingin itu, Ia pun mencoba berpegangan pada pinggang Bisma namun tidak memeluk seperti saat Bisma menyuruhnya berpegangan tadi..
**
Setelah menempuh perjalanan yang tidak terlalu lama itu, akhirnya motor Bisma pun berhenti tepat didepan rumahnya, Ia pun segera masuk tanpa mempedulikan Dhira lagi, bahkan mengkhawatirkan keadaan Dhira pun tidak sama sekali
Dhira hanya berjalan pelan sambil menunduk, langkahnya begitu terlihat lemas, apalagi melihat sikap Bisma yang sudah seperti ini lagi.. Hufh rasanya Dhira sudah tidak memiliki tenaga lagi untuk berjalan
"hiks.. Sampai kapan kamu terus-terusan bersikap kaya gini Bis?..
Baru baik sebentar tapi kamu udah cuek lagi, bahkan mungkin sebentar lagi kamu bakalan bentak dan kasar lagi sama Aku. Aku gak ngerti sama sikap kamu ini Bis, Aku gak ngerti..."batin Dhira miris menatap kearah Bisma yang sudah masuk lebih dulu, air matanya pun tak terelakan lagi menetes dari pelupuk mata indahnya
Dhira terus berjalan masuk kedalam rumahnya, Ia menaiki anak tangga rumahnya itu agar segera sampai didalam kamarnya, tubuhnya sudah benar-benar lemas sehingga Ia sangat ingin sekali cepat sampai untuk merebahkan diri dan beristirahat..
**
Terlihat Bisma masih asik berkutat diruangan khusus sebelah kamarnya ini, matanya begitu serius menatap layar laptopnya, bahkan jari-jarinya pun tak henti-hentinya mengetik keypad di laptopnya itu. Entahlah apa yang tengah Ia kerjakan, yang pasti Bisma hanya meluapkan semua amarah dan kekesalannya ini pada pekerjaannya yang sebenarnya tidak terlalu penting
"AAAAaaaaaarrrrggg!!!"tiba-tiba Bisma berteriak dan menghempaskan tangannya diatas meja kerjanya itu
dan..
"Braaakkss!!"laptop dan semua berkas-berkas diatas meja itu pun jatuh berserakan dilantai, entah kenapa Bisma menjadi seperti ini, Ia tidak seperti Bisma yang dulu yang sangat baik dan penuh kasih sayang..
"kenapa Gue harus ngalamin mimpi buruk ini Tuhan?.. Kenapa Gue harus ngalamin??.."lirih Bisma terkulai lemas diatas meja kerjanya, wajahnya pun Ia sembunyikan pada pergelangan tangannya yang Ia letakkan diatas meja, air matanya menetes begitu saja, sunggu miris melihat kondisi Bisma seperti ini, bahkan Dhira yang ternyata tengah berdiri diambang pintu ruangan Bisma ini pun ikut menangis melihat kearah Bisma
"hiks.. Kenapa harus kaya gini sih Bis?..
Apa kamu bener-bener marah sama Aku?..
Apa kamu beneran benci sama Aku?..
Aku gak kuat lihat kamu nyiksa diri kamu sendiri, lebih baik Aku kamu bentak dari pada harus lihat kamu kaya gini, Aku sayang sama kamu Bis, Aku sayaang..."batin Dhira lirih, air matanya kembali menetes melihat sikap Bisma yang sangat aneh, bahkan kini malah mengacuhkannya tanpa sebab yang jelas, Dhira tidak berani menanyakan bahkan menyapa Bisma karna takut malah kena bentakan.. Dhira hanya bisa diam dan diam menunggu Bisma sendiri yang menyapanya
"kayaknya kamu emang butuh waktu sendiri Bis, lebih baik Aku tinggal dan gak ganggu kamu dulu biar kamu tenang.."pikir Dhira dan segera mengurungkan niatnya untuk menemui Bisma ini, Ia pun berbalik arah dan kembali masuk kedalam kamarnya..
"kenapa Gue harus jadi adik loe sih Raf?..
Kenapa loe harus nimpahin semua kesalahan loe sama Gue?..
Kenapa Gue yang harus nerima semuanya Raf, KENAPAAA??.."teriak Bisma penuh emosi, Ia menatap photo Rafael yang terpajang didinding kamar yang kini menjadi ruangannya itu. Bisma pun meraih photo Rafael dan mengambilnya
"Loe udah sukses hancurin hidup Gue, loe udah sukses Raf..
Sekarang elo pasti udah puas lihat hidup Gue yang hancur, Loe udah puas kan Raf?..
Dan sekarang anak hasil perbuatan bejat loe harus Gue tanggung juga, Loe bener-bener berengsek.. BRENGSEEEEEKKK!!!"Bisma membanting bingkai photo Rafael itu dengan sangat keras kelantai, amarahnya semakin memuncak saja saat mengingat Dhira tengah mengandung darah daging dari Rafael, Bisma benar-benar murka dan rasanya ingin segera membunuh bayi tersebut
"Kenapa loe harus ninggalin semua mimpi buruk ini buat Gue? KENAPAAA?..
Kenapa disaat Gue udah sayang sama Dhira loe masih aja nyuruh janin loe itu tumbuh didalam rahim Dhira?..
Kenapa loe gak ajak Dia ikut sama Loe kenapa Raaf KENAPAAA??.."Bisma berteriak sambil menginjak-nginjak photo Rafael, Ia sudah seperti orang yang kehilangan akal sehat karna tidak bisa mengontrol emosinya ini..
Bisma terus saja menginjak-nginjak bingkai photo Rafael yang sudah hancur bahkan kaca nya pun sampai pecah berserakan, hingga akhirnya tubuh Bisma terkulai lemas bersender ditembok ruangan khususnya tersebut
"Gue gak kuat Raaf, Gua gak kuat lihat janin loe tumbuh didalam perut Dhira, Gue gak kuaaat..
Gue pengen banget janin yang dikandung Dhira itu darah daging Gue, bukan darah daging loe Raaf.. Gue pengen punya anak dari Dia, buakn anak loe.."lirih Bisma menangis lemas, Ia terus bersender ditembok kamarnya itu, Bisma tidak bisa mengendalikan emosi dan dirinya sendiri, sampai-sampai selalu seperti ini kalau sudah emosi dan kesal..
Sementara itu...
Terlihat raut wajah Dhira kini berubah menjadi berseri-seri, Ia menatap photo Bisma yang ada didalam kamarnya itu, fikirannya pun teringat akan kejadian saat dikantor tadi
"Aku gak nyangka tadi bisa dapat kiss dari kamu Bis, rasanya begitu lembut dan hangat, bahkan Rafael saja tidak pernah bisa memberikan kecupan yang begitu lembut seperti tadi.."ucap Dhira yang kini beralih memegang bibirnya, Ia masih mengingat jelas saat lidah Bisma beradu didalam rongga mulutnya, bahkan Bisma sampai menggigit-gigit kecil bibir bagian bawahnya, namun entah kenapa tiba-tiba raut wajah Dhira langsung berubah muram kalau mengingat sikap Bisma saat ini
"kenapa semua kejadian indah itu harus berakhir seperti ini Bis?..
Kenapa tiap kamu baik dan begitu lembut sama Aku tiba-tiba kamu langsung mendadak cuek dan kasar?..
Apa kamu gak bisa menghilangkan sikap labil kamu ini Bis?..
Apa semuanya akan terus kaya gini??"mata Dhira pun berubah berkaca-kaca, hatinya sangat miris kalau harus mendapat perlakuan seperti ini terus dari Bisma
"Apa ini memang udah takdir Aku Bis?..
Aku gak tau apa Aku bisa bahagia kalau kaya gini terus?..
Aku cuma mau jadi istri yang sama seperti seorang istri lainnya, Aku ingin mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari kamu Bis..
Aku pengen kamu nyayangin Aku juga bayi ini, bahkan Aku pengen banget kamu ngelus perut Aku dan nanyain tentang kehamilan Aku ini, Aku pengen banget kamu kaya gitu Bis.."harap Dhira yang kini hanya Bisa berhayal saja untuk bisa mendapatkan semuanya yang sangat tidak memungkinkan itu, Dhira mengelus perut datarnya dan kembali air matanya pun menetes
"kalau papah kamu gak pergi ninggalin kita, mamah yakin semuanya gak akan kaya gini sayang, mamah takut kalau papah Bisma enggak mengharapkan kehadiran kamu, mamah takut Dia benci sama kamu sayang, mamah takuut.."lirih Dhira sambil terus mengelus perutnya, pipinya sudah benar-benar banjir dengan air mata, bahkan sosok putih yang sedari tadi mengintai dan memperhatikannya pun ikut miris melihat Ia menangis...
Bersambung...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Nggak Komentar, Nggak Kece :p