Kamis, 11 April 2013

Arfa Ohh Arfa #Part 3

Gadis kecil berkulit putih dengan rambut panjangnya ini melesat cepat berlari dari arah kejauhan.
Langkahnya sungguh cepat, hingga dalam hitungan detik Ia sudah bisa berdiri dihadapan Arfa.

"hosh-hosh.. Kamu ga apa-apa kan? Maafin teman Keyla yang tadi yah?.."ucapnya begitu lembut dengan nafas yang sedikit tersenggal-senggal


Arfa malah diam mengerutkan keningnya menatap wajah gadis kecil yang berdiri dihadapannya ini

"suala kamu tadi bagus dan ini buat kamu.."lanjutnya seraya menyodorkan selembar uang lima puluh ribu kearah Arfa

namun lagi-lagi Arfa malah diam, entahlah apa yang ada didalam fikirannya, padahal sudah jelas-jelas gadis kecil ini memuji dan memberinya rezeki yang begitu besar


"KEYLA!!"

tiba-tiba suara teriakan sang papi terdengar kembali, kali ini langkah kaki lelaki bermata sipit itu semakin dekat menghampiri Keyla dan Arfa

"aduh, Papi Keyla udah manggil..
Uangnya ambil yah? Suara kamu tadi benar-benar bagus..."

dengan tergesa-gesa gadis kecil ini pun meraih pergelangan tangan Arfa dan menaruh lembaran uang yang dipegangnya. Bibir mungilnya tersenyum kemudian berlari menjauhi Arfa karna sang Papi sudah memanggilnya

"ta..tapi ini uannya tealu besal.. A..Arfa ga bisa nelima!!"Arfa berteriak mencoba menghentikan langkah Keyla. Namun lagi-lagi Keyla malah tersenyum menoleh kearah Arfa kemudian segera masuk kedalam mobil Honda Jazz Hitam milik sang Papi

"Lain kali, Papi gak akan nurutin keinginan kamu lagi, berhenti dikeramaian jalan raya dan berlari keluar dari mobil begitu saya. Papti tidak suka Keyla.."tegas Rafael memperingati sang buah hati

"Im sorry Papi, Keyla ga sengaja.."balasnya sedikit menyunggingkan senyum

"hufh, yasudah kali ini papi maafin, tapi next time no!"tegasnya lagi. Keyla hanya tersenyum menutup mulutnya menahan tawa, namun pandangannya sesekali menoleh kearah Arfa yang masih berdiri dipertengahan lampu merah dengan akua yang dipegangnya

"anak itu lucu, Keyla pingin punya teman kaya anak laki-laki tadi, semoga kelak kita bisa bertemu lagi.."harap Keyla menatap kearah Arfa lewat kaca jendela mobilnya

"hemz.. Anak jalanan itu benar-benar membuat Bian kesal! Awas saja kalau sampai Keya suka sama gembel kecil itu, Bian akan buat perhitungan!"Bian menatap kesal melihat tingkah Keyla yang duduk disampingnya ini. Tangannya mengepal seolah ingin sekali meluapkan kekesalannya karna Keyla lebih membela pengamen jalanan tadi dibanding Ia sendiri.


**
"kayaknya anak kecil tadi saah nasih uang deh buat Arfa, hausnya kan egak sebesal ini, ini tealu besar.."pikir Arfa menatap lirih mobil Honda Jazz Hitam yang sudah hampir tidak terlihat itu

"hausnya tadi Arfa ga neima uang ini, Arfa ga mau dapat uang hana kalna lasa kasihan, Arfa masih muda, Arfa masih bisa keja denan keinat Arfa sendii, jadi Arfa ga peu dikasianin..."lirihnya begitu merasa bersalah mendapatkan lembaran uang berwarna biru tua tersebut

namun tiba-tiba perut kecilnya kembali mengeluarkan suara. Ia pun menatap perutnya itu dan memegangnya

"Arfa tau Arfa lapal, om itu juda lapal, tapi apa Arfa haus gunain uang ini? Baati sama aja Arfa kaya penemis? Arfa kan bukan penemis yan bisa dikasih uang ditu aja, Arfa masih bisa keja, Arfa bukan penemis..."

air mata Arfa tiba-tiba menetes, Ia menggelengkan kepalanya seolah kalau yang dilakukan gadis kecil tadi adalah sebuah kesalahan, entahlah mungkin pemikirannya memang sangat tidak seperti kebanyakan anak kecil lainnya, apa yang menurutnya salah berarti memang salah, dan apa yang menurutnya benar itu tidak bisa dibilang salah, pendiriannyas angat kuat tidak mudah untuk terpengaruh


"ko Gue jadi belajar banyak hal banget yah dari anak jalanan yang satu ini.
Gue aja terkadang suka mencari jalan pintas buat ngedapetin duit, bahkan gak jarang Gue juga sering ngebohongin sahabat atau teman Gue biar mereka mau ngasih Gue duit, bahkan Dicky sendiri pun pernah Gue palakin walau sangat susah, tapi Dia?
Ada yang ngasih Dia uang aja malah berfikir begitu jauhnya, Ia malah berfikiran kalau Ia bukan pengemis, padahal gadis kecil tadi itu udah jelas-jelas ngasih Dia duit karna suaranya tadi, bukan karna kasihan...
Ya Tuhan.. Kenapa Gue gak bisa yah berfikiran seperti anak ini? Gue gak pernah berfikir kalau ternyata banyak hal yang enggak Gue tau di dunia yang kejam ini..."

air mata Bisma tiba-tiba menetes melihat kegigihan Arfa, sikap dan sifatnya yang polos dan sungguh tegar membuat Bisma tak mampu menatap wajah Arfa berlama-lama lagi. Rasanya Ia sudah seperti lelaki yang sangat buruk dan bodoh. Ia terlalu banyak mengeluh dan terkadang juga berputus asa, padahal nasibnya sama sekali lebih beruntung dari pada Arfa

Bisma pun segera menyeka air matanya, Ia keluar dari balik pohon besar ini dan segera melangkah pergi. Entahlah kenapa Ia tidak menemui Arfa dan malah pergi begitu saja. Mungkin hatinya sungguh malu karna telah memperlakukan Arfa begitu buruk dan kasar.




**
Cuaca siang hari ini semakin terasa panas menyengat tubuh. Orang-orang yang berlalu-lalang dikota besar ini juga terlihat semakin ramai, yaps itu karna sekarang sudah saatnya jam makan siang. Para pekerja kantoran, pedagang bahkan buruh kasar pun mulai merebahkan tubuhnya sejenak untuk beristirahat dan menyantap makan siangnya.

Arfa sendiri masih saja asik berjalan menelusuri pinggiran jalan raya ditengah keramaian ini. Bibirnya sedikit menyunggingkan senyum dengan langkah kecil yang Ia percepat agar bisa segera sampai dirumah kosan yang tadi pagi sempat Ia datangi bersama om yang belum Ia ketahui namanya itu

"sekaang Arfa udah dapat uang, Arfa juda udah dapat makanan buat om yan tadi. Hufh.. Waaupun cuma nasi bukus, tapi Arfa haap om itu mau makan nasi ini, Arfa ga puna uang banak buat bei makanan yan lebih enak. Arfa juda ga baani pakain uang yan bewana biru ini.. Arfa bakaan simpan dan kembaiin uang ini, Arfa bukan penemis, jadi Arfa ga behak atas uang ini..."jelasnya meyakinkan dirinya sendiri. Memang seperti inilah sifat Arfa. Kehidupan jalanan yang teramat sangat keras membuatnya sedikit tau tentang arti kehidupan, Ia bahkan hendak mengembalikan uang yang diberikan Keyla padanya tadi. Dan lebih memilih mencari uang ditempat lain dengan hasil kerja kerasnya


Langkah kaki Arfa pun akhirnya berhenti tepat didepan sebuah rumah kosan yang ditempati Dicky setelah sebelumnya Ia harus melewati gang sempit dan beberapa jalan pintas lainnya


"Mudah-mudahan aja om tadi egak pisan kana keapalan karna Arfa keamaan nali makanannya.."ucap Arfa penuh harap. Ia pun mendekati pintu utama yang sedikit terbuka itu

"tenyata Arfa eman keamaan, om nya aja sape ketiduan ditu.. Hufh, maafin Arfa ya om..."

Arfa mendekat kearah Bisma, wajahnya mendadak lemas karna kedatangannya terasa sia-sia melihat Bisma terlalu lama menunggu, tangan kanannya pun mencoba mengelus kening Bisma. Ia menyingkirkan rambut Bisma dan tersenyum

"om ini danteng juda. Kaau udah besal nanti Arfa mau puna wajah yan danteng kaya om ini.."pikir Arfa menyunggingkan senyum yang begitu manis


"nghh.. Apaan sih?"tiba-tiba Bisma terusik dan menepis tangan kanan Arfa, Ia mungkin merasa terganggu karna elusan tangan Arfa yang menyentuh keningnya

"ma..maaf om, A..Arfa ga senaja, maafin Arfa yah?.."ucap Arfa sedikit gugup dan takut

Bisma pun beranjak dan mengubah posisinya menjadi duduk. Ia kembali teringat akan kejadian tadi pagi, makanya emosinya segera Ia tahan jangan sampai meluap dan bersikap kasar pada Arfa

"loe dari mana aja hah? Kenapa jam segini baru balik?
Loe masih kecil aja udah berhasil bikin Gue kesel, kalo sampe ada orang jahat diluar sana gimana? Gue juga yang repot tau gak!"jelas Bisma menatap Arfa dengan wajah kesalnya, ternyata tidak bisa dipungkiri kalau Bisma itu sebenarnya mengkhawatirkan keadaan Arfa

"Arfa tadi abis cai makanan om, maafin Arfa yah. Ini Arfa udah bawa makanannya buat om.."ucap Arfa dengan suara kecil. Ia menyodorkan kantong plastik berwarna hitam berisi nasi bungkus dan teh hangat yang dikemas dalam plastik kearah Bisma

"apaan tuh?"tanya Bisma lagi. Ia benar-benar tidak bisa mengerti niat tulus bocah kecil didepannya, sikapnya masih saja cuek dan ketus

"itu nasi bukus om, Arfa ga dapat uang banak hai ini, jadi cuma bisa bei nasi bukus sama teh hanat aja.."jawab Arfa menunduk takut

"yaudah sini! Gue laper!"pinta Bisma meraih paksa kantong plastik tersebut kemudian menaruhnya dimeja dan membukanya dengan sangat tergesa-gesa

sementara Arfa sendiri hanya menelan ludahnya melihat Bisma begitu lahap menyantap nasi bungkus tersebut

"harusnya loe tuh dari tadi datangnya, kaga tau apa kalo perut Gue udah kelaperan banget. Mana disini juga gak ada air setetes pun lagi, untung aja Gue kaga mati kelaperan..."ketus Bisma terus menyantap nasi bungkus tersebut begitu lahap tanpa menghiraukan Arfa yang hanya menelan ludahnya melihat Bisma memakan nasi bungkus tersebut

"astaga.. Bego banget sih Gue!!"tiba-tiba Bisma menghentikan acara makannya. Pandangan matanya menoleh kearah Arfa dan sekilas terpintas difikirannya kalau Ia benar-benar bersikap egois

"ko om behenti makannya? Nasinya ga enak ya om? Atau om mau nabah ladi? Nati Arfa namen ladi deh om.. Maafin Arfa yah kaau makanannya kuang enak.."lirih Arfa merasa bersalah

Bisma beranjak dari duduknya, Ia mendekat kearah Arfa merangkul pundak bocah kecil ini

"nasinya enak ko, bahkan sangat enak, tapi semua itu akan terasa lebih enak lagi kalau kita makan bersama.."jelas Bisma berbisik ditelinga kanan Arfa

"masud om?"tanya Arfa menoleh bingung. Bisma malah tersenyum kemudian mengangkat tubuh Arfa dan menggendongnya

"maksud om itu.. Kita makan bersama.. Karna kalau makan sendiri semuanya tidak akan terasa enak. Maafin om yah? Om udah egois.."Bisma duduk kembali dikursi kayu didalam rumah Dicky ini, sedangkan Arfa duduk dipangkuannya

"tapi kan Arfa bei makanannya buat om, jadi itu hak om bukan Arfa.."tolak Arfa menggelengkan kepalanya sambil menutu mulut kecilnya karna Bisma hendak menyuapinya nasi tersebut

"makan dulu, kalau gak mau makan om Gak Akan ngijinin buat ikut om lagi. Mending makan atau om suruh pergi biar gak ada temennya lagi?"ancam Bisma sedikit menakuti. Dengan segera Arfa pun menggeleng

"Arfa ga mau, Arfa tetep mau ikut om, janan suuh Arfa pegi ya om, Arfa bakaan lakuin apapun asal om ga suuh Arfa pegi.."lirih Arfa berkaca-kaca

"yaudah makanya makan. Om janji ga akan nyuruh loe pergi asal loe harus nurut sama om. Sekarang makan yah? buka mulutnya.."Bisma kembali menyodorkan makanyan tersebut kearah Arfa

"Ayo buka, ga usah takut, om gak akan marah atau kesal kalau kamu juga gak bikin om kesel.. Buka yah?"suruh Bisma lagi, kali ini nada bicaranya terdengar lembut. Bibirnya pun sedikit tersirat senyuman

Dengan sedikit keraguan dan merasa tidak enak hati, akhirnya Arfa pun mau membuka mulut mungilnya. Ia mengunyah makanan tersebut saat masuk kedalam rongga mulutnya

"enak kan?"Bisma melirik kearah Arfa

"enak om, tapi om juda haus ikut makan ladi yah?"Arfa tersenyum mantap, tangannya ikut mengambil makanan tersebut lalu mengarahkannya kearah Bisma

Bisma sungguh merasa ada sebuah perbedaan pada diri bocah kecil ini. Kenapa hatinya merasa dekat dan bahagia melihat senyuman mengembang diwajah mungilnya. Siapa sebenarnya bocah kecil ini? Apa hubungannya dengan Dia? Apakan masih ada ikatan lain? Atau??..
Hemz.. Entahlah, mungkin itu hanya perasaan Bisma saja, atau memang sebuah rahasia Tuhan yang belum bisa terungkap untuk saat ini.



Bersambung..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Nggak Komentar, Nggak Kece :p