Selasa, 21 Januari 2014

Diantara Tiga Cinta #Part 40

Dua bulan kini telah berlalu..


Setelah hampir satu tahun tinggal bersama Franda juga Elfaris. Dina kini semakin merasa dibedakan. Kasih sayang yang biasanya Bisma berikan untuknya menjadi berkurang. Perhatian, serta hal lain yang biasa ia dapat dari Bisma kini justru jarang ia dapatkan. Rasa iri dan cemburu itu pun kembali muncul dihati Dina.

"Aku lagi antar Franda kerumah Rafael. Nanti aku pasti langsung jemput kamu. Maaf ya bun, tadi Franda soalnya ingin ketemu sama kakaknya. Rafael kebetulan lagi sakit. Jadi aku antar Franda dulu kesana.."

Itu adalah pesan singkat yang Bisma kirim. Dina benar-benar dibuat semakin kesal dan emosi membaca pesan tersebut.

"Franda Franda dan Franda.
Aku jadi gak ngerti Bis..
kamu kayaknya lebih sayang sama Franda dari pada aku. Padahal aku cuma minta dijemput aja, itu pun karna aku tadi kesini gak baw mobil. Tapi kamu..?" dada Dina terasa sesak mendapati sikap Bisma yang semakin berbeda padanya. ia menaruh BB hitamnya dan memasukkannya kembali kedalam tas kecil yang ia bawa.

Dina beranjak keluar dari pusat perbelanjaan yang tengah ia datangi. Tadinya ia memang tengah mencari sebuah kado untuk Dicky yang kemarin berulang tahun dan belum sempat ia belikan.

"Tadi Aku ingin ajak Elfaris tapi Franda gak izinin dengan alasan Ais lagi kurang enak badan. Tapi sekarang dia sendiri malah pergi kerumah kakaknya, Elfaris pasti dia bawa. Bisma bahkan ikut nganterin.
Aku makin gak ngerti sama kamu Fran, kamu udah ambil semuanya dari aku, termasuk Bisma. Aku.. Aku bener-bener gak ngerti.." Dina menggeleng lirih. Kedua bola matanya sedikit berkaca. Ia kemudian melangkah keluar. Mencari taksi yang lewat agar bisa ia naiki untuk pulang.






**
"Cocoh ko bisa kayak gini Coh? Maafin Nda yah, Nda udah jarang temuin Cocoh, Nda juga jarang perhatiin kesehatan Cocoh. Maafin Ndaa.." Franda berujar lirih. ia duduk ditepi tempat tidur dimana Rafael sang kakak terbaring lemah disana. Air mata Franda menetes sedih melihat keadaan Rafael yang cukup mengkhawatirkan.

Rafael menoleh. Bibirnya tersenyum kecil melihat wajah sang adik yang tengah menangisi keadaannya.
Rafael berusaha mengangkat tangannya menyentuh pipi cuaby Franda.

"Cocoh gak papa. Jangan nangis, nanti anak kamu ikutan nangis. Masa udah mau punya dua anak tapi cengeng?" ujarnya berusaha tegar agar Franda berhenti mencemaskannya.
Ais mata Franda pun ia hapus, perut bunxit Franda ia elus lembut meski dengan posisi berbaring karna tubuhnya masih sangat lemas.

Franda menggeleng takut. Ketakutannya semakin menjadi. Apalagi saat pembantu dirumah Rafael bilang kalau penyakit jantung kakaknya itu sering kambuh. Rafael sering pingsan mendadak. Franda jadi teringat akan penyakit Rafael yang cukup mengerikan itu.

"Sebenarnya Nda pengen banget tinggal disini sama Cocoh. Nda pingin nemenin Cocoh, biar ada yang perhatiin Cocoh juga. Tapii..?"

"Kalau kamu tinggal disini, nanti yang ngurusin suami kamu siapa, hem? Elfaris juga. Mereka itu lebih butuh kamu dari pada Cocoh.." ujar Rafael lembut. Bisma yang sedari tadi tengah menggendong Elfaris hanya tersenyum kecil mendengar ucapan Rafael.

"T..tapi tetep aja Coh, Cocoh itu lebiih.."

"Usstt udah. Cocoh beneran gak papa ko, gak perlu berlebihan gitu." jelas Rafael meyakinkan seraya tersenyum meski terlihat sebuah kebohongan dari senyumnya.

Franda diam. Ia sedikit membungkukkan badannya mencoba menyentuh pipi Rafael dengan pipinya.

"Hiks Nda sayang sama Cocoh. Nda takut kehilangan Cocoh.." ujarnya lirih terisak.

"A..aku permisi keluar dulu yah? S..sebentar aja." pamit Bisma tiba-tiba.

"Ais ikut ayah.." pinta Elfaris manja seraya mengangkat kepalanya yang bersender pada dada Bisma sejak tadi.

"Iya sayang. Nda, Coh, a..aku permisi sebentar yah? C..cuma sebentar ko. Mau angkat telfon.." ujar Bisma setengah ragu memperlihatkan BB hitamnya yang menyala.

"I..iya Bis, yaudah gak papa. Ais disini aja, ayahnya berat sayang, kasihan gendong Ais terus dari tadi."

"Gak papa, Ais biar sama aku aja. Badan dia masih anget, gak papa biar sama aku.." tolak Bisma halus. Franda mengangguk kecil mengiyakan.

Bisma kemudian keluar dari ruangan kamar Rafael dengan masih menggendong Elfaris jagoan kecilnya yang memang tengah kurang enak badan dan sedikit demam.


**
"Iya Din, a..aku masih dirumah Rafael. Maaf ya sayang, aku gak enak kalau langsung pulang. Rafael lagi sakit, trus Ais juga gak bisa aku tinggalin, Franda bisa kerepotan kalau Ais aku tinggal disini, ngertiin ya sayang, aku gak bermaksuu.."

"Aku udah dirumah. Disini gak ada siapa-siapa. Kamu kenapa cuma kasian sama Franda aja? Apa aku gak berati buat kamu?"

"Enggak Dina. Please jangan berfikir kayak gitu. Aku tuuh.."

"Yaudah kamu pulang sekarang."

"T..tapi Din?"

"Berati kamu emang gak sayang lagi sama aku. Oke fine! Aku bakal.."

"I..iya. Oks yaudah aku pulang. Tunggu aku yah? Jangan pernah berfikiran macem-macem. Aku sayang kamu."

"Tuutt!!"

Tiba-tiba Dina memutuskan sambungan tefonnya.

Bisma mengusap wajahnya. Ia menarik nafas berat tidak menyangka kalau posisinya akan menjadi serumit ini.

"Kenapa sama Dina sih? Gak biasanya dia kayak gini.." batinnya bingung.

Elfaris sendiri malah terlelap dalam dekapannya. Bocah tampan itu tampak sangat lemas, wajahnya sedikit pucat dan demamnya memang masih cukup terasa saat Bisma menyentuh Kening Elfaris.

"Jagoan ayah kasihan.. Gak biasanya ayah lihat Ais selemas ini. Pasti karna kemarin kehujanan sama bunda Franda ya sayang? Hem?" Bisma mengecup puncak kepala Elfaris dan mengusapnya sekilas.

"Untungnya bunda kamu cuma kena flu ringan aja. Maafin ayah ya, karna gara-gara ayah telat jemput, kalian jadi kehujanan.." Bisma kembali mengusap puncak kepala Elfaris.

"Emang susah ya punya dua istri. Ingin mengertikan istri yang pertama, tapi yang kedua jadi terabaikan. Begitupun sebaliknya. Kemarin aku nganterin Dina buat kesalon, tapi aku malah lupa jadi gak jemput Ais disekolah. Dan sekarang? Aku anter Franda kesini tapi Dina gak aku jemput. Hufh maafin aku ya Din, Nda.. maafin ayah juga Ais. ayah belum bisa jadi yang kalian inginkan.." Bisma membatin. ia mendekap tubuh Elfaris yang masih digendongnya kemudian segela berlalu masuk kekamar Rafael untuk berpamitan pulang karna Dina sudah menunggu.

Bersambung..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Nggak Komentar, Nggak Kece :p