Wajah tampan bocah kecil bermata sipit ini begitu terlihat serius
menyaksikan aksi Bunda dan lelaki yang selalu Ia panggil om Ayah. Ia
duduk diatas anak tangga pertama dengan kepala yang sengaja Ia masukkan
dari kedua celah yang terdapat disamping anak tangga tersebut, bola
matanya sungguh indah dan mulutnya ikut menganga melihat begitu serius
aksi kedua orang tua kandungnya
"uhh ayo Bun, telus! Lebih cepat lagi, Bunda pasti bisa. Ayo Bun.."ucapnya memukul telapak tangannya sendiri gemas
"Yeeeee Aku Menaaang!! Akhirnya Aku bisa juga ngalahin kamu Nda,
Yeeeee!!"teriak Bisma tiba-tiba, rupanya mobil balapnya Finish lebih
dulu dibanding Franda
"Mati Aku.."Franda mengusap wajahnya lemas, begitu pun dengan si bocah tampan Elfaris ikut melemas karna Bundanya kalah
"yaah Bunda.. Belati om Ayah bakalan pulang, huh Bunda
payah.."batinnya sedikit kecewa karna semuanya tidak bisa seperti apa
yang Ia harapkan
"Haha gimana Nda? Udah siap?"Bisma tertawa senang melirik Franda
"A..Aku, Aku gak bisa Bis.. Maaf!"Franda beranjak dari duduknya dan hendak berlalu pergi
"gak ada yang gak bisa buat Aku, permainan tetap permainan dan
sekarang Aku yang menang, Aku mau hadiahnya"jelas Bisma menarik
pergelangan tangan Franda hingga Franda berhenti melangkah
"tapi Aku tetep gak bisa Bis, kamu ngerti dong, kita tub bukan kaya
dulu lagi tau gak, Aku dan kamu udah beda dan kamu udah punya istri,
jadi Aku haraa..p"tiba-tiba Bisma meletakkan jari telunjuknya dibibir
tipis Franda hingga Franda menggantungkan ucapannya
"anggap aja kita masih kaya dulu, ini kan hanya permainan, jadi
jangan terlalu diambil serius, Aku cuma mau sekarang.."Bisma mendekatkan
wajahnya membuat Franda berusaha mundur hingga akhirnya mentok dan
bersender pada sofa rumahnya
"Bis kamu jangan nekat, kalau Dina sampai tau Dia akan marah besar
sama kamu, jadi Aku harap ka..muu"Franda menghentikan ucapannya karna
wajah Bisma semakin mendekat dan hembusan nafasnya pun suha bisa Franda
rasakan
"Aku gak peduli Nda, Aku tetap akan lakuin ini, jadi..? Nikmatin aja
oke?"jelas Bisma sedikit berbisik dan membuat Franda sungguh tidak bisa
berkutik lagi
Franda pun hanya bisa memejamkan matanya pasrah merasakan sentuhan
lembut menempel dibibir tipisnya, sentuhan yang pernah Ia rasakan saat
Bisma menyentuhnya dulu, sentuhan yang kini membuat tubuhnya melemas
tidak bisa apa-apa, bahkan tenaga untuk mendorong tubuh Bisma agar
menghentikan aksinya saja seperti lenyap dan sangat sulit, terpaksa Ia
pun harus diam lagi membiarkan Bisma menyentuh bibir tipisnya
"AAAAAAaaaa!! Om Ayah lagi ngapain Bunda Ais? Aaaaaa!!!"tiba-tiba
Elfaris berteriak sambil menutupi wajahnya dengan telapak tangan. Franda
dan Bisma pun dibuat kaget akan aksi teriakan Elfaris
"CUKUP Bis! Kamu keterlaluan! Kamu gak lihat apa kalau Elfaris anak
kamu memperhatikan kita? Isssh EGOIS tau gak!!"Franda mendorong tubuh
Bisma kasar hingga tautan dengan bibirnya terlepas, Ia pun beranjak
menghampiri Elfaris, sedangkan Bisma hanya melongo mendengar ucapan
Franda barusan
"Ais ngapain sih disini? Kan Bunda udah bilang ais harus tidur,
kenapa Ais jadi bandel?"kesal Franda memarahi putra semata wayangnya ini
"maafin Ais Bunda, tadi Ais gak bisa bobo, makanya Ais balik lagi
kesini, Ais cuma mau lihat Bunda sama om Ayah, tapi tadi Ais malah lihat
om Ayah mau gigit Bunda, makanya Ais teliak.."sesal Elfaris menunduk
takut
"Om Ayah enggak gigit Bunda, tadi Om Ayah cuma lagi becandaan sama
Bunda, Ais jangan berfikiran yang macam-macam, sekarang Ais naik keatas
dan masuk kamar, Bunda gak mau Ais membantah perintah Bunda lagi!"jelas
Franda berusaha tegas pada Elfaris
"tapi Buun?"ucapan Elfaris terpotong
"Gak ada tapi-tapian! Masuk lalu tidur!"tegas Franda lagi, Elfaris
pun hanya bisa menunduk lemas menuruti perintah Bundanya untuk segera
naik kelantai atas dan masuk kedalam kamarnya
Sedangkan Bisma sendiri masih saja diam mematung ditempatnya, rupanya Ia masih memikirkan ucapan Franda tadi
"Kamu juga! Ngapain kamu masih disitu? Mending sekarang kamu pergi
dan pulang! Aku gak suka kalau kamu bersikap kaya gini Bis, Aku gak
suka!"ketus Franda menatap Bisma tajam penuh emosi
"Siapa Elfaris sebenarnya Nda? Kenapa tadi kamu bilang Dia anak Aku?
Apa Ais beneran anak Aku?"tanya Bisma tiba-tiba. Franda membolakan
matanya kaget mendengar Bisma bertanya seperti itu
"ma..maksud kamu?"tanya Franda balik
"tadi kamu sendiri kan yang bilang kalau Elfaris anak Aku? Apa Dia
beneran anak Aku Nda? Tapi bagaimana ceritanya hingga kamu bisa bicara
kalau Elfaris anak Aku?"Bisma mengerutkan keningnya bingung mencoba
berfikir dengan logika yang sangat sulit dipahami ini
"i..itu, ka..kamu cuma salah denger kali, A..aku tadi cuma refleks
aja, la..lagian Elfaris gak mungkin anak kamu Bis.. Dia itu anak Aku dan
Ayahnya, bu..bukan anak kamu.."seketika wajah Franda berubah menjadi
gugup dan takut, kedua telapak tangannya bergetar dan terasa sangat
dingin karna barusan Ia harus berbohong
"tangan kamu dingin, kamu pasti bohong.."tiba-tiba Bisma menggenggam
telapak tangan Franda dan merasakan dinginnya kulit halus Franda
"A..aku gak bohong, udah deh kamu gak usah bicara ngaco terus.
Mending sekarang kamu pulang, Dina pasti nungguin kamu Bis, kamu gak
kasihan apa sama Dina? Ayo pulang.. Gak enak kalau kamu terus-terusan
disini.."Franda mencoba mengalihkan perhatian dan pembicaraan Bisma
"Aku mau nginep disini aja Nda, Dina lagi dirumah orang tuanya ko,
tadi Dia udah BBM Aku. Jadi gak ada alasan lagi buat kamu nyuruh Aku
pergi dari sini"ujar Bisma enteng membuat kedua bola mata sipit Franda
melotot seketika mendengarnya
"isssh kamu jangan gila deh Bis, mending sekarang kamu pulang, kalau
sampai Dina tau gimana? Dia bisa salah faham tau gak!"ketus Franda
kesal
"Aku gak gila ko, lagian kalau pun Aku nginap disini Aku akan tidur
sama Elfaris, bukan sama kamu. Jadi Aku enggak gila.."jelas Bisma
tersenyum menatap wajah Franda
"huhf.. Ya Tuhan.. Kenapa Bisma jadi ngeyel kaya gini sih? Kamu tuh
gak ngerti sama posisi Aku dan status kamu Bis.."Franda menghela
nafasnya berat
"Aku mau temui Ais dulu, malam ini Aku akan tetap nginap disini, itu
atas keinginan Ais loh, Aku gak mau ngecewain Dia karna Aku sangat
sayang sama Ais.."ujar Bisma lagi masih dengan senyuman khasnya, Ia pun
segera beranjak menaiki anak tangga rumah Franda menuju kamar Elfaris
dilantai atas
"apa Aku harus terus biarin kamu deket dengan Elfaris Bis?
Aku takut.. Aku takut kamu tau semuanya dan mengambil Elfaris dari
Aku. Tapi Aku juga gak bisa egois, Elfaris anak kamu, Ia berhak dekat
sama kamu, yang Aku takutkan hanya kamu tau semuanya dan akan mengambil
Elfaris dari Aku, Aku belum siap Bis dan Aku gak akan pernah siap kalau
sampai hal itu terjadi.."batin Franda memandang pilu Bisma yang sudah
meninggalkannya sendirian
Tak lama Franda pun segera membereskan ruangan yang sedikit terlihat
berantakan akibat bermain playstation tadi. Air matanya sesekali
menetes saat Ia mengingat tak sengaja menyebut Elfaris anak Bisma,
apalagi saat Bisma bertanya tentang hal tersebut, jantung Franda seakan
dibuat copot karenanya, tapi untung saja Bisma tidak bertanya hal itu
lagi dan percaya kalau Elfaris bukan putra kandungnya.
**
"Humm.. Kamu masak apa sih sayang malam-malam gini?
Eja fikir kamu kemana, eh ternyata ada disini.."tiba-tiba kamu
menoleh kaget dari aksi asikmu karna mendengar suara Reza, bibirmu pun
tersenyum melihat ekspresi wajah Reza yang terlihat masih sangat
mengantuk
"Aku lapar Ja, makanya nyoba masak, disini gak ada makanan sih.. Eja
mau gak? Nanti makannya berdua yah? Tadi kan waktu di Mall Eja belum
sempet makan, pasti lapar.."kamu mematikan kompor gas yang masih menyala
lalu segera menyiapkan sepiring nasi goreng dan membawanya keatas meja
makan
"sebenarnya Eja masih ngantuk, tapi boleh deh makan, tapi suapin yah
sayang?"pinta Reza manja, Ia duduk disalah satu kursi meja makan
didekatmu
"ih tumben Eja manja? Yaudah nanti Aku suapin, tapi gantian
yah?"pintamu tersenyum begitu manis. Reza hanya menganggukkan kepalanya
setuju
Sepiring nasi goreng buatanmu yang menurut Reza sangat lezat ini pun
akhirnya habis kalian lahap, Reza dan kamu rupanya sama-sama tengah
dilanda lapar hingga sedari tadi kalian tidak mau berhenti mengunyah dan
malah saling berebut
"uhh Eja udah dong, masa Eja terus sih? Aku baru makannya sedikit,
pokoknya itu suapan terakhir buat Aku.."kamu merebut sendok makan yang
dipegang Reza berisi suapan nasi goreng terakhir
"yah gak bisa dong sayang, Eja juga masih lapar tau, pokoknya ini
buat Eja"kekeuh Reza meraih kembali sendok tersebut dan hendak diarahkan
kemulutnya
"ish tapi kan Eja laki-laki, harusnya Eja mengalah dong.. Masa sama
istri sendiri gak mau ngalah?"ambekmu melipat kedua tangan didada
"salah sendiri, kenapa bikin nasi gorengnya cuma sedikit"Reza memalingkan wajahnya cuek
"issh ko Eja ngomongnya gitu sih? Nyebelin!!"kesalmu menghentakkan kaki lalu beranjak meninggalkan Reza sendiri
"yaah ngambek, Eja kan cuma becanda. Jangan ngambek dong.. Nih deh
Eja kasih buat kamu, suapa nasi goreng terakhir buat istri Eja tercinta,
ayo buka mulutnya?"Reza meraih tanganmu lembut dan menyuruhmu membuka
mulut, Ia mengarahkan sesendok nasi goreng tersebut kearah mulutmu
"beneran buat Aku?"tanyamu ragu
"iya sayang beneran, ayo buka mulutnya?"Reza mengangguk kecil dan
tersenyum menatapmu, kamu pun membuka mulutmu dan melahap suapan
terakhir nasi goreng yang sempat kamu rebutkan itu
"enak kan? Besok gantian deh Eja yang masak, sekarang bobo yah? Udah
malam, besok pagi Eja juga harus ke Rumah Sakit, gak enak kalau harus
bolos lagi.."Reza menaruh sendok yang dipegangnya diatas meja, kamu
sendiri masih mengunyah dan berusaha menelan nasi goreng tersebut
"berarti besok Aku sama Reza gak bisa sama-sama seharian lagi, Reza
pasti akan sibuk dan pulang disaat Aku udah tidur.. Ko rasanya berat
banget yah Ja kalau harus jauh dari kamu.."batinmu menatap Reza dengan
mata sedikit berkaca
"muach! Ko malah ngelamun sih? Ayo tidur? Kita ke kamar
sekarang.."tiba-tiba Reza mengecup bibirmu sekilas dan mengangkat
tubuhmu membuat kamu kaget dan terbuyar dari lamunanmu
"Eja ngagetin, yaudah kita tidur sekarang.."ujarmu tersenyum manja,
kamu melingkarkan kedua tanganmu dileher Reza dan Reza siap membawamu
kedalam kamar kalian untuk melanjutkan tidur yang sempat terganggu tadi.
Sementara itu...
Bisma sekarang tengah berbaring diatas kasur dimana Elfaris juga
ikut berbaring disana, kedua kelopak matanya masih enggak untuk terpejam
karna sedari tadi Elfaris juga tidak mau tidur
"om, kenapa yah Bunda Ais selalu marah kalau Ais tanya soal Ayah?
Padahal Ais cuma pingin tau Ayah Ais, Ais pingin ketemu dan lihat Ayah
om, Ais pingin tau wajah Ayah Ais kaya apa, tapi Bunda selalu marah dan
larang Ais buat tanya soal Ayah, Bunda juga selalu sedih kalau Ais tanya
dimana Ayah, Ais jadi bingung.. Apa Ais gak punya Ayah om?"Elfaris
membalikkan badannya memandang Bisma, bola mata indahnya terlihat
berkaca seperti menahan tangis, mungkin rasa rindu yang teramat sangat
pada sang Ayah membuatnya harus selalu memendang rasa tersebut, padahal
usianya sendiri masih sangat kecil dan sangat butuh figur seorang Ayah
"hemz.. Mungkin Bunda sama Ayah Ais lagi berantem makanya Bunda
larang Ais terus, orang dewasa kan emang ribet, tapi Ais harus yakin
kalau Ais itu punya Ayah, Ais ak mungkin bisa lahir tanpa adanya Ayah,
om yakin suatu saat Ais pasti bisa ketemu sama Ayah, percaya deh.."Bisma
menyentuh kedua pipi cuaby Elfaris dan menatapnya begitu teduh
"tapi sampai kapan om? Ais udah mau ulang tahun ke'4 sebental lagi,
tapi Ayah belum juga ada disini, Bunda selalu bilang kalau Ayah lagi
sibuk dan belum bisa kesini, Bunda juga selalu bilang kalau suatu saat
Ais pasti ketemu Ayah, tapi sampai kapan om? Ais kangen Ayah.. Ais
pingin tidur dipeluk Ayah.. Ais juga gak mau lihat Bunda sedih terus,
Ais pingin Ayah om.."air mata Elfaris menetes tanpa bisa Ia tahan lagi,
dada Bisma pun mendadak sesak mendengar penuturan bocah tampan berusia
mendekati 4tahun ini
"Ais bisa ko anggap om sebagai Ayah Ais.. Ais boleh peluk om sambil
tidur, om akan temani Ais malam ini, tapi Ais gak boleh sedih yah?"Bisma
mengulurkan tangannya menyambut tubuh mungil Elfaris untuk Ia dekap,
air matanya tiba-tiba menetes saat merasakan pelukan hangat Elfaris yang
membuat hatinya tersentuh hebat
"Ayah.. Hiks, Ais pingin Ayah..
Kenapa om ini enggak jadi Ayah Ais aja?..
Ais pingin Ayah ya Allah.. Ais pingin Ayah.."batin Elfaris memejamkan matanya lirih
"sekarang bobo yah? Udah tengah malam, nanti Bunda marah kalau
sampai Ais belum bobo juga, bobo yah sayang? Om akan temani Ais terus
tapi Ais harus bobo.."perlahan Bisma melepaskan pelukannya dan merapikan
poni hitam Elfaris
"jangan nangis lagi, anak laki-laki gak boleh cengeng, sekarang bobo
yah? Jangan bergadang karna itu gak baik buat kesehatan Ais.."Bisma
mengusap kedua pipi Elfaris dan menghapus air mata yang membasahi wajah
Elfaris, Ia juga menarik selimut bergambar mobil-mobilan untuk menutupi
tubuh Elfaris
"Ais belum bisa bobo om, Ais suka gak bisa bobo kalau belum tengah
malam, makanya Bunda suka marah dan nyuruh Ais bobo siang karna Ais gak
bisa bobo cepat disaat malam.."jelas Elfaris memandang wajah Bisma
"insomnia maksudnya? Tapi ko bisa? Kan Ais masih kecil sayang? Itu
gak baik buat Ais.."Bisma terkekeh geli mendengar penuturan Elfaris
"tapi itu emang benel om, Bunda bilang sih Ais milip sama Ayah, Ayah
Ais juga gak bisa kalau bobo belum tengah malam, makanya mata Ais jadi
makin cipit nih gala-gala begadang telus.."Elfaris menunjuk mata
sipitnya dengan bibir mungil yang sedikit Ia manyunkan, Bisma sungguh
gemas melihat ekspresi wajah bocah kecil yang lucu nan tampan ini
"sangat sama PERCIS dengan Gue.
Siapa sebenarnya Elfaris ini? Apa benar Dia anak Gue?
Ahh enggak, itu gak mungkin, ini pasti cuma kebetulan, yapz.. Cuma
kebetulan aja.."batin Bisma tersenyum mencoba membuang semua fikiran dan
harapan besar yang sebetulnya sangat Ia harapkan
"bobo yah? Om temenin, gak boleh begadang lagi, itu enggak baik
sayang.."suruh Bisma lembut. Elfaris melirik jam dinding didalam ruangan
kamarnya yang sudah menunjukkan pukul 00:30wib itu, Ia pun mengangguk
setuju dan segera memejamkan kedua kelopak matanya. Tangan mungilnya
memeluk tubuh Bisma, wajahnya Ia sembunyikan didada bidang Bisma
membayangkan kalau saat ini yang tengah Ia peluk adalah sang Ayah
"lucu kamu sayang.. Andai aja kamu beneran anak om.."Bisma tersenyum
kecil mengelus rambut Elfaris, Ia juga ikut mendekap tubuh mungil
Elfaris dan tidur dipelukannya hingga akhirnya mereka berdua pun
terlelap dialam mimpi masing-masing..
Bersambung..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Nggak Komentar, Nggak Kece :p