Pagi-pagi sekali perempaun cantik bermata sipit ini sudah tampak rapi
keluar dari dalam kamarnya. Ia menuruni anak tangga rumahnya menghampiri
Rafael sang kakak yang sudah menunggunya diruang tengah.
"ko sendirian sih? Elfarisnya mana?"Rafael melontarkan satu
pertanyaan heran karna sosok bocah tampan yang sangat disayanginya itu
tidak terlihat bersama Franda adik tercintanya.
"katanya dia gak mau ikut. Nda udah coba buat paksa dia, tapi tetep Elfaris tidak mau ikut Coh.."jelas Franda.
"tapi Cocoh takut lama perginya Nda, mungkin bisa sampai sore atau
bisa pulang malam nantinya. Kamu coba bujuk dia lagi, jangan sampai Ais
kita tinggal sendirian dirumah nantinya. Biar Cocoh tunggu kalian
dimobil.."suruh Rafael kemudian berlalu meninggalkan Franda.
"Elfaris itu sangat mirip sekali dengan ayahnya Coh, dia kalau sudah
bilang tidak mau ya susah, mau dipaksa juga pasti jawabannya akan tetap
sama yaitu tidak mau.."Franda menghela nafasnya berat. Ia memutar
langkahnya untuk kembali menghampiri Elfaris dan membujuknya agar mau
ikut pergi bersamanya juga Rafael.
Hari ini Rafael memang hendak memeriksakan kesehatannya, ia memiliki
sedikit gangguan terhadap kesehatan tubuhnya, Franda sudah tahu hal ini
karena Rafa sendiri yang memberitahukannya, walau awal Franda tahu ia
sangat shock, namun Rafael meyakinkan kalau penyakit yang dideritanya
tidak terlalu parah, jadi kemungkinan masih bisa disembuhkan asal rutin
untuk mengecek kondisi kesehatannya.
Franda terus berjalan menaiki anak tangga rumahnya. Langkah kakinya
berhenti tepat didepan pintu kamar Elfaris. Ia meraih handle pintu
tersebut dan membukanya pelan.
Dilihatnya disana Elfaris masih tetap pada posisi semula, bermain playstation diatas karpet tebal disamping tempat tidurnya.
"ko bunda enggak jadi pelgi? Kenapa bun? Katanya bunda bilang mau
pelgi sama om Laffa?"Elfaris memandang bingung kehadiran Franda didalam
kamarnya.
"om Rafa bilang kalau Ais gak ikut, om Rafa gak akan jadi pergi. Om
Rafa gak berani ninggalin Ais sendiri dirumah, jadi mau gak mau bunda
harus paksa Ais biar mau ikut dan sama-sama temani om Rafa cek
kesehatan.."jelas Franda. Ia mendekat dan duduk disamping Elfaris,
membujuknya secara lembut berharap kalau putra semata wayangnya ini akan
menuruti perintahnya.
"tapi Ais tetap tidak bisa ikut bunda, Ais mau dilumah aja, tolong
biangin sama om kalau Ais tetep gak bisa ikut, Ais takut sama lumah
sakit, Ais takut lambut Ais nanti diambil lagih sama om Doktel, jadi Ais
tetap gak bisa ikut.."kekeuh Elfaris membuat Franda hanya bisa menghela
nafasnya. Entah bagaimana cara berfikir bocah tampan ini, pemikirannya
sangat sulit untuk dirubah, kalau ia bilang tidak maka sampai kapan pun
keputusannya itu tidak bisa menjadi Iya, dan itulah Elfaris.
"hemz, sangat sama persis dengan Bisma. Dia juga gak bisa dirubah
pendiriannya, cara berfikirnya, cara bicaranya, bahkan sikap kamu yang
masih sangat kecil ini begitu sama dan mirip dengan ayah kamu.."batin
Franda memandang Lirih.
"yaudah kalau Ais tetap gak mau ikut, bunda gak bisa paksa Ais.
Tapi bunda mohon, kalau ada apa-apa Ais langsung hubungi bunda ya
sayang? Ais hafal nomor handphone bunda kan? Jangan buat bunda khawatir
ya nak? Bunda sama om Rafa pasti pulang cepat ko, jaga diri baik-baik.
Bunda sangat sayang Ais, mmuach.."Franda beranjak dari duduknya. Ia
mengusap puncak kepala Elfaris dan mendaratkan satu kecupan lembut
dikening Elfaris.
"Ais juga sayang sama bunda. Ais pasti gak akan buat bunda khawatil,
Ais disini baik-baik aja bun, pelcaya sama Ais.."ujar Elfaris yakin.
Franda menoleh sekilas dan mengangguk diiringi senyum. Ia kemudian
berlalu keluar dari dalam kamar Elfaris untuk segera pergi menyusul
Rafael yang sudah menunggunya diluar.
"maafin Ais kalau Ais gak bisa ikut, Ais takut nanti lambut Ais
digunting lagih kaya waktu kelumah sakit baleng om ayah. Nanti kalau Ais
enggak milip ayah lagih gimana bun? Ais kan mau milip ayah, bunda
bilang lambut Ais yang sekalang ini sangat sama dengan ayah.
Ais juga mau dilumah aja, mudah-mudahan om ayah main kesini, Ais
kangen sama om ayah bun.."batin Elfaris tersenyum menatap kepergian
Franda yang sudah berlalu meninggalkannya seorang diri.
Elfaris kembali meraih stik playstation dihadapannya dan memainkan games yang sangat disukainya itu.
"sebental lagih om ayah pasti datang, kemalin kan om ayah udah janji sama Ais buat main ps baleng.."ujarnya begitu yakin.
Sementara itu..
Pandangan wanita paruh baya ini terlihat begitu kosong menatap lurus
kedepan. Ia duduk diatas kursi rodanya tanpa bergeming sedikit pun, air
matanya tiba-tiba saja menetes mengalir membasahi pipi putihnya.
Mungkin keadaan yang dialaminya sekarang membuatnya menjadi terpuruk
dan sangat terpukul seperti ini, terlebih anak semata wayangnya yang
tak lain adalah Bisma diketahui tidak akan pernah bisa memberikannya
keturunan lain karna rahim Dina sendiri memiliki kerusakan parah hingga
harus diangkat dan dikeluarkan.
"apa selamanya mamah akan terus seperti ini Bis?
Apa mamah tetap tidak bisa merasakan apa yang dirasakan oleh perempuan lain untuk memiliki cucu?
Mamah sayang kamu, mamah juga tidak bisa menyalahkan kamu apalagi
Dina, mamah sayang kalian, tapi mamah kesepian disini Bis..."batinnya
lirih. Tak lama seorang lelaki paruh baya datang menghampirinya, ia
mendekat dan berdiri dibelakang wanita yang sering disapa tante Casma
ini.
"papah sudah suruh Bisma untuk kesini.
Seharusnya kalau mamah rindu sama dia, mamah tinggal bilang saja
mah, Bisma pasti akan langsung datang tanpa terkecuali, Bisma itu anak
yang baik, anak kebanggan kita. Sejak dulu juga dia tidak pernah membuat
kita kecewa. Meski sekarang kekecewaan itu hadir karna dia tidak bisa
memberikan kita cucu, tapi mamah harus yakin satu hal mah, ini bukan
keinginan Bisma, ini sudah kehendak yang diatas yang membuat kita harus
lebih bersabar lagi, jangan terus bersedih ya mah? Papah masih akan
tetap setia menemani mamah, mamah juga harus menjaga kondisi kesehatan
mamah.."jelasnya begitu lembut penuh ketegaran. Tante Casma menoleh haru
dan mengusap lembut pipi lelaki yang ternyata om Kris suaminya.
"kita masuk kedalam yah? Angin diluar tidak baik untuk kesehatan
mamah, mamah juga harus minum obatnya dulu, kita kedalam mah.."ajaknya
kemudian menarik kursi roda yang diduduki oleh tante Casma menuju
kamarnya.
**
"sebenalnya kita mau kemana sih om? Om mau ajak Ais kemana? Kenapa
lama banget nyampenya?"tanya Elfaris polos saat berada didalam mobil
merah Bisma.
"sebentar lagi juga nyampe ko sayang, sabar yah? Sebentar lagi kita akan sampai.."jelas Bisma lembut diiringi senyum.
Elfaris mengangguk kecil dan kembali memandang kendaraan yang
berlalu lalang lewat kaca jendela mobil Bisma. Entah kenapa ia begitu
sabar dan penurut hingga percaya dan mau mengikuti ajakan Bisma yang
entah akan membawanya kemana.
"aku benar-benar masih tidak percaya kalau anak kecil yang duduk disamping aku ini adalah darah dagingku.
Aku, aku sangat tidak sabar ingin bertemu kamu Nda, aku ingin kamu
menjelaskan semuanya pada Elfaris, aku juga ingin mendengar dia
memanggil aku Ayah, bukan om lagi, aku sangat menginginkan panggilan itu
keluar dari mulut kecilnya, sangat ingin Nda.."batin Bisma lirih, ia
menoleh sekilas memandang wajah polos Elfaris, wajah yang sangat mirip
dengannya itu.
"Elfaris bilang kamu sama Rafael sedang pergi keluar, tadinya aku
sengaja datang kerumah kamu bermaksud untuk meminta penjelasan atas
semuanya, tapi berhubung kamu tidak ada ditempat, makanya aku sengaja
ajak Elfaris pergi. Aku mau mengajak dia kerumah orang tua aku.
Kebetulan tadi papah hubungi aku Nda, jadi aku minta maaf kalau aku
sudah lancang membawa Elfaris pergi, aku hanya membawanya sebentar, kami
pasti akan langsung pulang sebelum kamu tiba dirumah nanti.."lanjutnya
sedikit terukir senyum. Puncak kepala Elfaris ia raih dan diusapnya
lembut.
"kalau Ais dibeli satu pemintaan, Ais pingin banget om ayah itu jadi
ayahnya Ais. Dia baik bun, Ais senang kalau udah didekat om ayah.
Kalau bunda bisa kabulin keinginan Ais ini, Ais janji akan jadi anak
yang baik dan penulut sama bunda. Ais ingin om ayah, Ais ingin om ayah
jadi ayah Ais.."batin Elfaris tersenyum lirih menyentuh tangan Bisma
yang mengusap puncak kepalanya.
"senyumnya begitu mirip dengan Franda, tapi lekukan wajahnya sangat
mirip denganku. Kelopak matanya yang sipit, bola matanya yang bening dan
sangat terlihat polos, pipi chuaby nya kayak kamu Nda.
Andai aku bisa tahu semua ini dari awal, mungkin aku adalah
laki-laki yang paling bahagia bisa memiliki anak setampan Elfaris dengan
bunda yang sehebat kamu.
Aku minta maaf telah membuat kamu menderita selama ini, aku janji
akan tebus semuanya, aku janji Nda.."Bisma tersenyum yakin. Satu kecupan
yang begitu lembut ia daratkan dipuncak kepala Elfaris. Rasanya begitu
bahagia bisa terus bersama darah dagingnya ini, apalagi ia bisa lebih
leluasa dan membuat hatinya puas bisa bersama Elfaris seharian ini.
**
Setelah selesai memeriksakan kondisi Rafael dirumah sakit, tanpa
menunggu lama lagi Franda langsung bergegas mengajak Rafael pulang karna
terlalu khawatir jika meninggalkan Elfaris terlalu lama dirumah,
apalagi Elfaris hanya sendirian disana.
"biar Nda yang bawa mobilnya Coh, Cocoh istirahat aja, Dokter bilang
Cocoh itu jangan terlalu banyak melakukan aktifitas berat, mulai besok
juga biar Nda aja yang mengurus pekerjaan Cocoh dikantor, Nda gak mau
Cocoh kenapa-napa, Nda sekarang hanya punya Cocoh, jadi Nda harap Cocoh
jangan sepelekan masalah kesehatan Cocoh ini, Nda sangat sayang Cocoh
Coh, jangan buat Nda takut yah?
Nda sayang Cocoh.."Franda menatap lirih wajah Rafael yang kini sudah berada didalam mobil Honda Jazz yang siap ia kemudikan.
"Cocoh juga sangat sayang kamu Nda. Jangan terlalu berlebihan, Cocoh gak papa ko.
Yaudah sekarang jalanin mobilnya, Cocoh gak tega kalau harus
meninggalkan Elfaris dirumah sendirian, kita langsung pulang aja.."ujar
Rafael lembut diiringi senyum. Franda mengangguk kecil, kunci mobilnya
pun ia putar dan mulai ia lajukan meninggalkan area rumah sakit untuk
pulang.
**
"ko dali tadi Oma diam telus sih om? Oma nya lagih sakit
yah?"Elfaris menatap Bisma bingung. Keningnya mengerut karna wanita
paruh baya yang duduk diatas kursi roda ini malah menangis melihat wajah
tampannya yang sangat mirip dengan Bisma itu.
"Bis..maa?"terdengar suara lirih tante Casma dengan nada terbata.
Kedua tangannya ia angkat, telapak tangannya ia daratkan menyentuh pipi
cuaby Elfaris.
"dia Bisma pah, dia Bisma kecil mamah.. Dia Bismaa.."lanjutnya
kemudian menarik tubuh Elfaris kedalam dekapannya. Air mata Bisma
sungguh tak kuasa ia tahan melihat sikap sang mamah. Begitu pun om Kris
yang ikut terharu meski ia tidak mengerti siapa sosok bocah tampan yang
dibawa Bisma ini.
"baru kali ini Bisma mendengar suara mamah lagi, biasanya mamah
selalu tidak mau bicara sama Bisma, tapi barusan mamah menyebut nama
Bisma, bahkan mamah memanggil Elfaris Bisma, Bisma gak tahu harus bicara
apa, Bisma senang mah, Bisma sangat senang.."Bisma mendekatkan wajahnya
dan mengecup lembut puncak kepala sang mamah. Rasa haru dan bahagia
terasa bercampur aduk menjadi satu.
"Bisma kecilku.. Akhirnya kamu datang juga, mamah sangat menantikan
kehadiran Bisma kecil ini mah.. Dia Bisma kecil kita dulu, dia Bisma
kecil kita.."lirih tante Casma terlihat sangat bahagia akan kehadiran
Elfaris.
"kamu harus jelasin siapa anak kecil ini Bis, papah tidak mau kamu memberikan harapan-harapan palsu terhadap mamah kamu.
Papah juga tidak ingin kalau mamah terlalu yakin anak ini adalah
Bisma kecilnya, tolong jelaskan semuanya sama papah, jelaskan dengan
sejelas-jelasnya agar papah mengerti.."pinta om Kris sedikit memaksa.
"Bisma akan jelasin semuanya pah, Bisma janji. Tapi ijinin Bisma
lebih lama dulu untuk melihat mamah dengan wajah bahagianya ini. Bisma
udah lama gak lihat mamah sebahagia ini pah, bahkan Bisma baru dengar
suara mamah lagi sekarang, Bisma sangat merindukan sosok mamah yang
seperti ini, Bisma sangat sayang mamah pah.. Maaf kalau selama ini Bisma
selalu membuat mamah dan papah kecewa.."jelas Bisma masih terus
mendekap lirih kepala tante Casma yang ia dekatnya dengan wajahnya.
Om Kris mengangguk setuju. Tidak bisa dipungkiri kalau ia juga
merasa bahagia melihat kondisi istrinya yang akhirnya bisa bangkit dari
keterpurukan, harapannya hanya satu, semoga sosok anak kecil berwajah
tampan ini memang Bisma kecilnya, sosok Bisma yang tak lain adalah cucu
kandungnya, semoga saja.
**
Setelah tiba dirumah mewah yang ia tempati bersama Rafael. Franda
begitu terlihat panik dan terkejut. Wajanya sontak terlihat tegang dan
cemas karna tidak mendapati sosok putra semata wayangnya disana.
"Cocooh!!"teriaknya berlari cepat keluar dari kamar Elfaris.
"Cocoh Ais gak ada Cooh, Ais enggak ada.."lanjutnya kembali berteriak menghampiri Rafael dilantai bawah.
"apa? Elfaris gak ada?
M..maksud kamu apa sih Nda? Cocoh gak ngerti?"Rafael mengerutkan keningnya bingung.
"hiks.. Aie Coh.. Ais, Ais enggak ada, Ais enggak adaa..
Dia gak ada dikamarnya, gak ada Cocoh.. Hiks-hiks Ais.."Franda terisak cemas.
"kamu tenang dulu Nda, kamu tenang. Mungkin Elfaris lagi diruangan
lagi, kita cari dulu, jangan panik kayak gini. Kamu tenang yah? Kita
cari Elfaris sama-sama.."jelas Rafael mencoba menenangkan.
"Ais.. Kamu dimana sayang?
Jangan buat buna panik kayak gini..
Hiks Ais.."Franda menghapus air matanya dan segera berlari kecil menuju ruangan lain untuk mencari Elfaris.
Rafael juga tidak tinggal diam. Ia ikut berpencar mencari keberadaan
Elfaris didalam rumah mewahnya ini. Setiap ruangan ia cari, dari mulai
depan rumah, belakang, lantai atas, bahkan halaman rumah pun ia cari.
"kemana anak itu?
Kenapa bisa menghilang seperti ini?"Rafael menghentikan langkahnya yang sedikit tersenggal.
"enggak ada juga Coh.. Ais tetap enggak ada disini, Ais enggak ada
Cocooh.. hiks Ais.. Kamu dimana sih sayang? Kenapa Ais buat bunda
khawatir seperti ini?.."Franda menangis terisak menghampiri Rafael.
Kecemasannya semakin bertambah karna sosok Elfaris memang tidak bisa ia
temukan didalam rumah mewahnya ini.
"kamu tenang dulu. Cocoh juga udah cari kesetiap ruangan, tapi tetap Elfaris gak ada. Kamu tenang yah?
Kita cari sekali lagi, mungkin Elfaris lagi keasyikan diruangan
lain, jangan panik seperti ini, kamu harus tenang Nda, percaya sama
Cocoh, Elfaris pasti baik-baik aja, tenang yah sayang?.."Rafael menarik
kepala Franda dan mendekap serta mengecupnya lembut penuh ketenangan.
"tapi Nda takut Elfaris kenapa-napa Coh.. Nda gak bisa hidup tanpa Ais, Nda gak bisa Cocoh.."batin Franda menggeleng lirih.
Rafael membawa Franda masuk agar mencari Elfaris sekali lagi, ia
juga menenangkan adik satu-satunya ini agar berhenti menangis dan
membuang semua hal buruk yang berkecamuk difikirannya.
**
Suara ketukan pintu yang tiba-tiba terdengar dari dalam membuat
Franda terperanjak kaget. Kondisinya yang semakin kalut ini membuatnya
sedikit kehilangan kendali.
"itu mungkin Ais Coh, iya Nda yakin itu pasti Elfaris.."ujarnya
sangat begitu yakin. Franda buru-buru menghampiri pintu utama rumahnya
untuk melihat siapa yang datang mengetuk pintu rumahnya tersebut.
"semoga saja itu memang Elfaris, tapi dari mana dia bisa sampai pulang se sore ini?"batin Rafael dipenuhi tanda tanya besar.
"Ckleek.."
Franda membuka pelan pintu rumahnya. Kedua bola matanya langsung
berkaca mendapati sosok bocah tampan yang sedari tadi membuatnya
khawatir.
"Elfaris?"pekiknya.
"Bundaaaa.."Elfaris berteriak dan berlari berhambur memeluk tubuh Franda.
"Aisss.. Sayang kamu kemana aja? Kamu kenapa buat bunda cemas nak?
Bunda sangat takut, bunda takut Ais kenapa-napa, bunda takut
sayang.."Franda mendekap lirih tubuh putra semata wayangnya ini.
"maafin Ais bunda, Ais gak bemaksud buat bunda cemas, maafin Ais yah
bun.."sesal Elfaris. Ia melepaskan pelukannya dan mengusap lembut pipi
Franda.
"Elfaris enggak salah Nda, aku yang salah udah bawa Elfaris pergi
tanpa izin, sekali lagi aku minta maaf."tiba-tiba Franda menoleh kaget
mendengar suara yang sangat tidak begitu asing baginya. Ia mendekat
kearah Bisma, pandangan matanya sungguh terlihat sangat kecewa melihat
sosok lelaki tampan ini.
"PLAAKK!!"
Tiba-tiba saja Bisma terpelongo kaget mendapat satu tamparan yang entah kenapa bisa Franda daratkan dipipi putihnya.
"N..nda?"Bisma memegang pipinya kaget.
"kamu jahat tau gak! Kamu gak mikirin bagaimana perasaan aku!
Aku udah hampir GILA Bis! Kamu jangan seenaknya bawa-bawa Elfaris
pergi, apalagi tanpa seizin aku, kamu itu tega tau gak! Jahat kamu
Bis!!"bentak Franda berderai air mata memaki lelaki dihadapannya ini.
"a..aku minta maaf. Aku, aku tau aku salah, tapi gak seharusnya juga kamu tampar aku seperti ini.
Aku memang salah Nda, tapi apa aku salah jika aku mengajak pergi
anak aku sendiri? Itu hak aku kan Nda? Hak aku sebagai ayah Elfaris yang
boleh membawanya pergi? Dan kamu gak bisa melarang itu."jelas Bisma.
"JLEGG!!"
Tubuh Franda bagaikan dihujam ratusan benda tajam mendengar Bisma bisa berbicara seperti itu.
"enggak! Kamu gak usah berbicara ngaco Bis. Elfaris itu ANAK aku!
Dia bukan anak siapapun, dia HANYA anak aku, bukan anak siapapun."tegas
Franda menekan kata-katanya dengan cairan bening yang terus keluar dari
pelupuk matanya tanpa bisa ia tahan lagi.
"kamu gak usah bohong lagi Nda, aku udah tahu semuanya. Aku udah
tahu kalau Elfaris itu adalah anak aku. Bahkan aku sudah mengeceknya
sendiri dengan tes darah. DNA aku dan Elfaris sama, kita cocok karna
Elfaris adalah darah daging aku, dia anak kandung aku, anak kita kan
Nda? Dia memang anak kita. Jadi kamu gak bisa pungkirin itu semua. Dan
aku juga punya hak untuk mengajak Elfaris bahkan membawanya pergi
sekalipun, karna aku ayah kandungnya"Bisma semakin memperjelas
ucapannya.
"engaak!! Elfaris itu anak akuu!! Dia anak aku, bukan anak siapapun,
dia hanya anak akuu.."elak Franda. Ia menutup kedua telinganya
rapat-rapat seolah tidak mau mendengar apa yang Bisma ucapkan barusan.
"enggak Nda, dia anak aku juga, dia bukan hanya anak kamu, tapi dia
anak kita, anak kandung kita Nda.."jelas Bisma lirih. Ia mencoba membuat
Franda tenang dan berhenti menyembunyikan semua kenyataan ini meski
tangannya langsung Franda tepis kasar.
"jangan sentuh aku!
Cukup sampai disini aja Bis.
Aku mohon jangan paksa aku buat mengakui semuanya.
Elfaris itu anak aku, dia hanya anak aku, aku mohon jangan ambil
Elfaris dari aku. Dia itu anak aku.. Aku yang merawatnya sejak kecil,
dia anak aku Bis, hanya anak aku.. Hiks"Franda memeluk tubuh Elfaris dan
mendekapnya erat. Ia sangat begitu ketakutan kalau Bisma akan mengambil
Elfaris darinya.
"Nda.. Nda kamu jangan bersikap kayak gini dong Nda.. Kita bisa
bicarakan semuanya baik-baik.. Please Nda, jangan bilang kalau Elfaris
itu hanya anak kamu, didalam tubuh dia juga mengalir darah aku, jadi
izinkan aku juga untuk mengakui kalau Elfaris itu anak aku, please
Nda.."mohon Bisma seraya mengulurkan tangannya.
"ENGGAK! Enggak Bisma enggak!! Aku yang merawat dia dari kecil Bis,
dia anak aku. Please aku mohon kamu percaya itu, dia hanya anak aku,
anak aku Bis.."kekeuh Franda terus mengelak semua rahasia yang sudah
terbongkar ini.
"tapi Nda..?"Bisma
"CUKUPP!!"
Tiba-tiba Rafael mendekat dengan wajah memerah menahan marah. Kedua
tangannya ia kepalkan melihat apa yang terjadi didepan kedua bola
matanya ini.
"BRUGGGH!!"
Satu bogem mentah tiba-tiba saja Bisma dapatkan akibat pukulan keras
dari Rafael. Tubuhnya sampai tersungkur jatuh kelantai akibat pukulan
yang cukup keras itu.
"jadi loe adalah bajingan yang selama ini membuat adik gue menderita?
Loe orangnya HAH? Gue gak nyangka loe sebejat dan sekejam ini
terhadap adik gue. Gue benar-benar gak menyangka Bisma"Rafael dengan
ekspresi wajah penuh kemarahan menunjuk wajah Bisma.
"BRUGGHH!!"
Belum sempat Bisma berkata apa-apa, ia kembali mendaratkan satu
bogem mentahnya lagi. Franda hanya bisa menangis mendekap tubuh Elfaris.
Ia tidak sanggup melihat adegan yang terjadi dihadapannya ini.
"Raf, gue bisa jelasin semuanya Raf..
Gue tahu gue salah, tapi ini gak seperti yang loe fikirkan, gue bisa
jelasin Raf, gue bis..a"ucapan Bisma terpotong karna Rafael kembali
menghantam wajahnya.
"BRUGGGH!!"
"Gue GAK BUTUH penjelasan apapun dari bajingan seperti loe!
Loe itu sudah jelas-jelas salah Bis. Alasan apapun yang loe kasih
gak akan merubah kesalahan terbesar loe ini. Apalagi loe udah cukup lama
membuat adik gue menderita, loe itu benar-benar bajingan Bis, loe
bajingaaaan!!"
"BRUGGGGH!!!"
Dengan sangat emosi dan marahnya Rafael menghantam perut dan wajah Bisma hingga Bisma jatuh tersungkur kembali.
"loe tahu?
Karna ulah bejat loe itu adik gue menderita Bis..
Gue bahkan harus kehilangan adik gue karna dia malu terhadapn gue,
dia malu karna dia hamil diluar pernikahan gara-gara ulah loe! Dia nekat
pergi meninggalkan gue dan keluarganya. Dia nekat ngelakuin semua itu
Bis, dan itu semua karna ulah loe.
Kedua oroang tua gue bahkan meninggal saat mencari keberadaan dia.
Bokap nyokap gue Bis.. Dan itu juga karna loe! KARNA LOE BISMAA!!"teriak
Rafael membentak penuh emosi. Meluapkan semua kekesalannya selama ini.
"Ya Allah.. Ternyata kesalahanku bisa sefatal dan sebesar ini..
Maafin gue Raaf.. Gue minta maaf.."lirih Bisma menyesali semuanya.
"MAAF? loe fikir dengan kata maaf semua penderitaan yang dialami
oleh Franda bisa hilang? loe fikir dengan kata maaf loe juga nyokap sama
bokap gue bisa hidup lagi? Loe fikir Elfaris akan berhenti menangis
melihat bundanya terus-terusan sedih dengan kata maaf loe itu? Enggak
Bis, ENGGAAK!!"bentak Rafael keras. Bisma menunduk lemas tidak tahu
harus berucap apalagi. Mungkin semua ucapan Rafael memanglah benar,
kesalahannya terlalu besar dan fatal hingga tidak bisa dimaafkan begitu
saja.
"bunda tolong bilang sama om Laffa, jangan pukul om ayah lagi bun,
jangan bentak om ayah juga.. Ais sayang sama om ayah, tolong bilangin
bunda, Ais gak mau om ayah sakit, Ais gak mau bun.."tiba-tiba Elfaris
bersuara dibalik wajahnya yang terus ia sembunyikan dalam dekapan
Franda. Hati Bisma sendiri semakin teriris mendengar permintaan Elfaris
barusan. Rasanya semakin menyesal saja dirinya.
"Cooh..?"panggil Franda pelan.
"bawa Elfaris masuk Nda, bawa dia kekamarnya.
Jangan biarkan dia dekat dengan bajingan ini. Dia tidak pantas Nda
mendapat panggilan ayah dari Elfaris. Cocoh harap kamu bisa menuruti
perintah Cocoh.."jelas Rafael. Franda hanya bisa mengangguk pasrah. Ia
mengangkat tubuh Elfaris dan membawanya menuju lantai atas kamarnya.
"maafin bunda sayang.. Tapi bunda gak sanggup kalau harus kehilangan
kamu. Bunda takut ayah kamu akan mengambil kamu dari bunda, jadi lebih
baik selamanya kamu tidak memiliki ayah, biar bunda yang akan menjadi
ibu serta ayah untuk kamu.."batin Franda terus mendekap Elfaris dalam
gendongannya dan membawanya meninggalkan Bisma juga Rafael.
Bersambung..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Nggak Komentar, Nggak Kece :p