Rabu, 01 Januari 2014

Diantara Tiga Cinta #Part 24

Pagi-pagi sekali perempaun cantik bermata sipit ini sudah tampak rapi keluar dari dalam kamarnya. Ia menuruni anak tangga rumahnya menghampiri Rafael sang kakak yang sudah menunggunya diruang tengah.


"ko sendirian sih? Elfarisnya mana?"Rafael melontarkan satu pertanyaan heran karna sosok bocah tampan yang sangat disayanginya itu tidak terlihat bersama Franda adik tercintanya.

"katanya dia gak mau ikut. Nda udah coba buat paksa dia, tapi tetep Elfaris tidak mau ikut Coh.."jelas Franda.

"tapi Cocoh takut lama perginya Nda, mungkin bisa sampai sore atau bisa pulang malam nantinya. Kamu coba bujuk dia lagi, jangan sampai Ais kita tinggal sendirian dirumah nantinya. Biar Cocoh tunggu kalian dimobil.."suruh Rafael kemudian berlalu meninggalkan Franda.

"Elfaris itu sangat mirip sekali dengan ayahnya Coh, dia kalau sudah bilang tidak mau ya susah, mau dipaksa juga pasti jawabannya akan tetap sama yaitu tidak mau.."Franda menghela nafasnya berat. Ia memutar langkahnya untuk kembali menghampiri Elfaris dan membujuknya agar mau ikut pergi bersamanya juga Rafael.

Hari ini Rafael memang hendak memeriksakan kesehatannya, ia memiliki sedikit gangguan terhadap kesehatan tubuhnya, Franda sudah tahu hal ini karena Rafa sendiri yang memberitahukannya, walau awal Franda tahu ia sangat shock, namun Rafael meyakinkan kalau penyakit yang dideritanya tidak terlalu parah, jadi kemungkinan masih bisa disembuhkan asal rutin untuk mengecek kondisi kesehatannya.



Franda terus berjalan menaiki anak tangga rumahnya. Langkah kakinya berhenti tepat didepan pintu kamar Elfaris. Ia meraih handle pintu tersebut dan membukanya pelan.
Dilihatnya disana Elfaris masih tetap pada posisi semula, bermain playstation diatas karpet tebal disamping tempat tidurnya.


"ko bunda enggak jadi pelgi? Kenapa bun? Katanya bunda bilang mau pelgi sama om Laffa?"Elfaris memandang bingung kehadiran Franda didalam kamarnya.

"om Rafa bilang kalau Ais gak ikut, om Rafa gak akan jadi pergi. Om Rafa gak berani ninggalin Ais sendiri dirumah, jadi mau gak mau bunda harus paksa Ais biar mau ikut dan sama-sama temani om Rafa cek kesehatan.."jelas Franda. Ia mendekat dan duduk disamping Elfaris, membujuknya secara lembut berharap kalau putra semata wayangnya ini akan menuruti perintahnya.

"tapi Ais tetap tidak bisa ikut bunda, Ais mau dilumah aja, tolong biangin sama om kalau Ais tetep gak bisa ikut, Ais takut sama lumah sakit, Ais takut lambut Ais nanti diambil lagih sama om Doktel, jadi Ais tetap gak bisa ikut.."kekeuh Elfaris membuat Franda hanya bisa menghela nafasnya. Entah bagaimana cara berfikir bocah tampan ini, pemikirannya sangat sulit untuk dirubah, kalau ia bilang tidak maka sampai kapan pun keputusannya itu tidak bisa menjadi Iya, dan itulah Elfaris.

"hemz, sangat sama persis dengan Bisma. Dia juga gak bisa dirubah pendiriannya, cara berfikirnya, cara bicaranya, bahkan sikap kamu yang masih sangat kecil ini begitu sama dan mirip dengan ayah kamu.."batin Franda memandang Lirih.

"yaudah kalau Ais tetap gak mau ikut, bunda gak bisa paksa Ais.
Tapi bunda mohon, kalau ada apa-apa Ais langsung hubungi bunda ya sayang? Ais hafal nomor handphone bunda kan? Jangan buat bunda khawatir ya nak? Bunda sama om Rafa pasti pulang cepat ko, jaga diri baik-baik. Bunda sangat sayang Ais, mmuach.."Franda beranjak dari duduknya. Ia mengusap puncak kepala Elfaris dan mendaratkan satu kecupan lembut dikening Elfaris.

"Ais juga sayang sama bunda. Ais pasti gak akan buat bunda khawatil, Ais disini baik-baik aja bun, pelcaya sama Ais.."ujar Elfaris yakin. Franda menoleh sekilas dan mengangguk diiringi senyum. Ia kemudian berlalu keluar dari dalam kamar Elfaris untuk segera pergi menyusul Rafael yang sudah menunggunya diluar.


"maafin Ais kalau Ais gak bisa ikut, Ais takut nanti lambut Ais digunting lagih kaya waktu kelumah sakit baleng om ayah. Nanti kalau Ais enggak milip ayah lagih gimana bun? Ais kan mau milip ayah, bunda bilang lambut Ais yang sekalang ini sangat sama dengan ayah.
Ais juga mau dilumah aja, mudah-mudahan om ayah main kesini, Ais kangen sama om ayah bun.."batin Elfaris tersenyum menatap kepergian Franda yang sudah berlalu meninggalkannya seorang diri.

Elfaris kembali meraih stik playstation dihadapannya dan memainkan games yang sangat disukainya itu.

"sebental lagih om ayah pasti datang, kemalin kan om ayah udah janji sama Ais buat main ps baleng.."ujarnya begitu yakin.




Sementara itu..


Pandangan wanita paruh baya ini terlihat begitu kosong menatap lurus kedepan. Ia duduk diatas kursi rodanya tanpa bergeming sedikit pun, air matanya tiba-tiba saja menetes mengalir membasahi pipi putihnya.
Mungkin keadaan yang dialaminya sekarang membuatnya menjadi terpuruk dan sangat terpukul seperti ini, terlebih anak semata wayangnya yang tak lain adalah Bisma diketahui tidak akan pernah bisa memberikannya keturunan lain karna rahim Dina sendiri memiliki kerusakan parah hingga harus diangkat dan dikeluarkan.


"apa selamanya mamah akan terus seperti ini Bis?
Apa mamah tetap tidak bisa merasakan apa yang dirasakan oleh perempuan lain untuk memiliki cucu?
Mamah sayang kamu, mamah juga tidak bisa menyalahkan kamu apalagi Dina, mamah sayang kalian, tapi mamah kesepian disini Bis..."batinnya lirih. Tak lama seorang lelaki paruh baya datang menghampirinya, ia mendekat dan berdiri dibelakang wanita yang sering disapa tante Casma ini.

"papah sudah suruh Bisma untuk kesini.
Seharusnya kalau mamah rindu sama dia, mamah tinggal bilang saja mah, Bisma pasti akan langsung datang tanpa terkecuali, Bisma itu anak yang baik, anak kebanggan kita. Sejak dulu juga dia tidak pernah membuat kita kecewa. Meski sekarang kekecewaan itu hadir karna dia tidak bisa memberikan kita cucu, tapi mamah harus yakin satu hal mah, ini bukan keinginan Bisma, ini sudah kehendak yang diatas yang membuat kita harus lebih bersabar lagi, jangan terus bersedih ya mah? Papah masih akan tetap setia menemani mamah, mamah juga harus menjaga kondisi kesehatan mamah.."jelasnya begitu lembut penuh ketegaran. Tante Casma menoleh haru dan mengusap lembut pipi lelaki yang ternyata om Kris suaminya.

"kita masuk kedalam yah? Angin diluar tidak baik untuk kesehatan mamah, mamah juga harus minum obatnya dulu, kita kedalam mah.."ajaknya kemudian menarik kursi roda yang diduduki oleh tante Casma menuju kamarnya.




**
"sebenalnya kita mau kemana sih om? Om mau ajak Ais kemana? Kenapa lama banget nyampenya?"tanya Elfaris polos saat berada didalam mobil merah Bisma.

"sebentar lagi juga nyampe ko sayang, sabar yah? Sebentar lagi kita akan sampai.."jelas Bisma lembut diiringi senyum.

Elfaris mengangguk kecil dan kembali memandang kendaraan yang berlalu lalang lewat kaca jendela mobil Bisma. Entah kenapa ia begitu sabar dan penurut hingga percaya dan mau mengikuti ajakan Bisma yang entah akan membawanya kemana.

"aku benar-benar masih tidak percaya kalau anak kecil yang duduk disamping aku ini adalah darah dagingku.
Aku, aku sangat tidak sabar ingin bertemu kamu Nda, aku ingin kamu menjelaskan semuanya pada Elfaris, aku juga ingin mendengar dia memanggil aku Ayah, bukan om lagi, aku sangat menginginkan panggilan itu keluar dari mulut kecilnya, sangat ingin Nda.."batin Bisma lirih, ia menoleh sekilas memandang wajah polos Elfaris, wajah yang sangat mirip dengannya itu.

"Elfaris bilang kamu sama Rafael sedang pergi keluar, tadinya aku sengaja datang kerumah kamu bermaksud untuk meminta penjelasan atas semuanya, tapi berhubung kamu tidak ada ditempat, makanya aku sengaja ajak Elfaris pergi. Aku mau mengajak dia kerumah orang tua aku. Kebetulan tadi papah hubungi aku Nda, jadi aku minta maaf kalau aku sudah lancang membawa Elfaris pergi, aku hanya membawanya sebentar, kami pasti akan langsung pulang sebelum kamu tiba dirumah nanti.."lanjutnya sedikit terukir senyum. Puncak kepala Elfaris ia raih dan diusapnya lembut.

"kalau Ais dibeli satu pemintaan, Ais pingin banget om ayah itu jadi ayahnya Ais. Dia baik bun, Ais senang kalau udah didekat om ayah.
Kalau bunda bisa kabulin keinginan Ais ini, Ais janji akan jadi anak yang baik dan penulut sama bunda. Ais ingin om ayah, Ais ingin om ayah jadi ayah Ais.."batin Elfaris tersenyum lirih menyentuh tangan Bisma yang mengusap puncak kepalanya.

"senyumnya begitu mirip dengan Franda, tapi lekukan wajahnya sangat mirip denganku. Kelopak matanya yang sipit, bola matanya yang bening dan sangat terlihat polos, pipi chuaby nya kayak kamu Nda.
Andai aku bisa tahu semua ini dari awal, mungkin aku adalah laki-laki yang paling bahagia bisa memiliki anak setampan Elfaris dengan bunda yang sehebat kamu.
Aku minta maaf telah membuat kamu menderita selama ini, aku janji akan tebus semuanya, aku janji Nda.."Bisma tersenyum yakin. Satu kecupan yang begitu lembut ia daratkan dipuncak kepala Elfaris. Rasanya begitu bahagia bisa terus bersama darah dagingnya ini, apalagi ia bisa lebih leluasa dan membuat hatinya puas bisa bersama Elfaris seharian ini.




**
Setelah selesai memeriksakan kondisi Rafael dirumah sakit, tanpa menunggu lama lagi Franda langsung bergegas mengajak Rafael pulang karna terlalu khawatir jika meninggalkan Elfaris terlalu lama dirumah, apalagi Elfaris hanya sendirian disana.

"biar Nda yang bawa mobilnya Coh, Cocoh istirahat aja, Dokter bilang Cocoh itu jangan terlalu banyak melakukan aktifitas berat, mulai besok juga biar Nda aja yang mengurus pekerjaan Cocoh dikantor, Nda gak mau Cocoh kenapa-napa, Nda sekarang hanya punya Cocoh, jadi Nda harap Cocoh jangan sepelekan masalah kesehatan Cocoh ini, Nda sangat sayang Cocoh Coh, jangan buat Nda takut yah?
Nda sayang Cocoh.."Franda menatap lirih wajah Rafael yang kini sudah berada didalam mobil Honda Jazz yang siap ia kemudikan.

"Cocoh juga sangat sayang kamu Nda. Jangan terlalu berlebihan, Cocoh gak papa ko.
Yaudah sekarang jalanin mobilnya, Cocoh gak tega kalau harus meninggalkan Elfaris dirumah sendirian, kita langsung pulang aja.."ujar Rafael lembut diiringi senyum. Franda mengangguk kecil, kunci mobilnya pun ia putar dan mulai ia lajukan meninggalkan area rumah sakit untuk pulang.




**
"ko dali tadi Oma diam telus sih om? Oma nya lagih sakit yah?"Elfaris menatap Bisma bingung. Keningnya mengerut karna wanita paruh baya yang duduk diatas kursi roda ini malah menangis melihat wajah tampannya yang sangat mirip dengan Bisma itu.

"Bis..maa?"terdengar suara lirih tante Casma dengan nada terbata. Kedua tangannya ia angkat, telapak tangannya ia daratkan menyentuh pipi cuaby Elfaris.

"dia Bisma pah, dia Bisma kecil mamah.. Dia Bismaa.."lanjutnya kemudian menarik tubuh Elfaris kedalam dekapannya. Air mata Bisma sungguh tak kuasa ia tahan melihat sikap sang mamah. Begitu pun om Kris yang ikut terharu meski ia tidak mengerti siapa sosok bocah tampan yang dibawa Bisma ini.

"baru kali ini Bisma mendengar suara mamah lagi, biasanya mamah selalu tidak mau bicara sama Bisma, tapi barusan mamah menyebut nama Bisma, bahkan mamah memanggil Elfaris Bisma, Bisma gak tahu harus bicara apa, Bisma senang mah, Bisma sangat senang.."Bisma mendekatkan wajahnya dan mengecup lembut puncak kepala sang mamah. Rasa haru dan bahagia terasa bercampur aduk menjadi satu.

"Bisma kecilku.. Akhirnya kamu datang juga, mamah sangat menantikan kehadiran Bisma kecil ini mah.. Dia Bisma kecil kita dulu, dia Bisma kecil kita.."lirih tante Casma terlihat sangat bahagia akan kehadiran Elfaris.

"kamu harus jelasin siapa anak kecil ini Bis, papah tidak mau kamu memberikan harapan-harapan palsu terhadap mamah kamu.
Papah juga tidak ingin kalau mamah terlalu yakin anak ini adalah Bisma kecilnya, tolong jelaskan semuanya sama papah, jelaskan dengan sejelas-jelasnya agar papah mengerti.."pinta om Kris sedikit memaksa.

"Bisma akan jelasin semuanya pah, Bisma janji. Tapi ijinin Bisma lebih lama dulu untuk melihat mamah dengan wajah bahagianya ini. Bisma udah lama gak lihat mamah sebahagia ini pah, bahkan Bisma baru dengar suara mamah lagi sekarang, Bisma sangat merindukan sosok mamah yang seperti ini, Bisma sangat sayang mamah pah.. Maaf kalau selama ini Bisma selalu membuat mamah dan papah kecewa.."jelas Bisma masih terus mendekap lirih kepala tante Casma yang ia dekatnya dengan wajahnya.

Om Kris mengangguk setuju. Tidak bisa dipungkiri kalau ia juga merasa bahagia melihat kondisi istrinya yang akhirnya bisa bangkit dari keterpurukan, harapannya hanya satu, semoga sosok anak kecil berwajah tampan ini memang Bisma kecilnya, sosok Bisma yang tak lain adalah cucu kandungnya, semoga saja.




**
Setelah tiba dirumah mewah yang ia tempati bersama Rafael. Franda begitu terlihat panik dan terkejut. Wajanya sontak terlihat tegang dan cemas karna tidak mendapati sosok putra semata wayangnya disana.


"Cocooh!!"teriaknya berlari cepat keluar dari kamar Elfaris.


"Cocoh Ais gak ada Cooh, Ais enggak ada.."lanjutnya kembali berteriak menghampiri Rafael dilantai bawah.


"apa? Elfaris gak ada?
M..maksud kamu apa sih Nda? Cocoh gak ngerti?"Rafael mengerutkan keningnya bingung.

"hiks.. Aie Coh.. Ais, Ais enggak ada, Ais enggak adaa..
Dia gak ada dikamarnya, gak ada Cocoh.. Hiks-hiks Ais.."Franda terisak cemas.

"kamu tenang dulu Nda, kamu tenang. Mungkin Elfaris lagi diruangan lagi, kita cari dulu, jangan panik kayak gini. Kamu tenang yah? Kita cari Elfaris sama-sama.."jelas Rafael mencoba menenangkan.

"Ais.. Kamu dimana sayang?
Jangan buat buna panik kayak gini..
Hiks Ais.."Franda menghapus air matanya dan segera berlari kecil menuju ruangan lain untuk mencari Elfaris.

Rafael juga tidak tinggal diam. Ia ikut berpencar mencari keberadaan Elfaris didalam rumah mewahnya ini. Setiap ruangan ia cari, dari mulai depan rumah, belakang, lantai atas, bahkan halaman rumah pun ia cari.


"kemana anak itu?
Kenapa bisa menghilang seperti ini?"Rafael menghentikan langkahnya yang sedikit tersenggal.

"enggak ada juga Coh.. Ais tetap enggak ada disini, Ais enggak ada Cocooh.. hiks Ais.. Kamu dimana sih sayang? Kenapa Ais buat bunda khawatir seperti ini?.."Franda menangis terisak menghampiri Rafael. Kecemasannya semakin bertambah karna sosok Elfaris memang tidak bisa ia temukan didalam rumah mewahnya ini.

"kamu tenang dulu. Cocoh juga udah cari kesetiap ruangan, tapi tetap Elfaris gak ada. Kamu tenang yah?
Kita cari sekali lagi, mungkin Elfaris lagi keasyikan diruangan lain, jangan panik seperti ini, kamu harus tenang Nda, percaya sama Cocoh, Elfaris pasti baik-baik aja, tenang yah sayang?.."Rafael menarik kepala Franda dan mendekap serta mengecupnya lembut penuh ketenangan.

"tapi Nda takut Elfaris kenapa-napa Coh.. Nda gak bisa hidup tanpa Ais, Nda gak bisa Cocoh.."batin Franda menggeleng lirih.

Rafael membawa Franda masuk agar mencari Elfaris sekali lagi, ia juga menenangkan adik satu-satunya ini agar berhenti menangis dan membuang semua hal buruk yang berkecamuk difikirannya.




**
Suara ketukan pintu yang tiba-tiba terdengar dari dalam membuat Franda terperanjak kaget. Kondisinya yang semakin kalut ini membuatnya sedikit kehilangan kendali.

"itu mungkin Ais Coh, iya Nda yakin itu pasti Elfaris.."ujarnya sangat begitu yakin. Franda buru-buru menghampiri pintu utama rumahnya untuk melihat siapa yang datang mengetuk pintu rumahnya tersebut.

"semoga saja itu memang Elfaris, tapi dari mana dia bisa sampai pulang se sore ini?"batin Rafael dipenuhi tanda tanya besar.



"Ckleek.."

Franda membuka pelan pintu rumahnya. Kedua bola matanya langsung berkaca mendapati sosok bocah tampan yang sedari tadi membuatnya khawatir.

"Elfaris?"pekiknya.

"Bundaaaa.."Elfaris berteriak dan berlari berhambur memeluk tubuh Franda.

"Aisss.. Sayang kamu kemana aja? Kamu kenapa buat bunda cemas nak? Bunda sangat takut, bunda takut Ais kenapa-napa, bunda takut sayang.."Franda mendekap lirih tubuh putra semata wayangnya ini.

"maafin Ais bunda, Ais gak bemaksud buat bunda cemas, maafin Ais yah bun.."sesal Elfaris. Ia melepaskan pelukannya dan mengusap lembut pipi Franda.

"Elfaris enggak salah Nda, aku yang salah udah bawa Elfaris pergi tanpa izin, sekali lagi aku minta maaf."tiba-tiba Franda menoleh kaget mendengar suara yang sangat tidak begitu asing baginya. Ia mendekat kearah Bisma, pandangan matanya sungguh terlihat sangat kecewa melihat sosok lelaki tampan ini.



"PLAAKK!!"

Tiba-tiba saja Bisma terpelongo kaget mendapat satu tamparan yang entah kenapa bisa Franda daratkan dipipi putihnya.

"N..nda?"Bisma memegang pipinya kaget.

"kamu jahat tau gak! Kamu gak mikirin bagaimana perasaan aku!
Aku udah hampir GILA Bis! Kamu jangan seenaknya bawa-bawa Elfaris pergi, apalagi tanpa seizin aku, kamu itu tega tau gak! Jahat kamu Bis!!"bentak Franda berderai air mata memaki lelaki dihadapannya ini.

"a..aku minta maaf. Aku, aku tau aku salah, tapi gak seharusnya juga kamu tampar aku seperti ini.
Aku memang salah Nda, tapi apa aku salah jika aku mengajak pergi anak aku sendiri? Itu hak aku kan Nda? Hak aku sebagai ayah Elfaris yang boleh membawanya pergi? Dan kamu gak bisa melarang itu."jelas Bisma.


"JLEGG!!"

Tubuh Franda bagaikan dihujam ratusan benda tajam mendengar Bisma bisa berbicara seperti itu.

"enggak! Kamu gak usah berbicara ngaco Bis. Elfaris itu ANAK aku! Dia bukan anak siapapun, dia HANYA anak aku, bukan anak siapapun."tegas Franda menekan kata-katanya dengan cairan bening yang terus keluar dari pelupuk matanya tanpa bisa ia tahan lagi.

"kamu gak usah bohong lagi Nda, aku udah tahu semuanya. Aku udah tahu kalau Elfaris itu adalah anak aku. Bahkan aku sudah mengeceknya sendiri dengan tes darah. DNA aku dan Elfaris sama, kita cocok karna Elfaris adalah darah daging aku, dia anak kandung aku, anak kita kan Nda? Dia memang anak kita. Jadi kamu gak bisa pungkirin itu semua. Dan aku juga punya hak untuk mengajak Elfaris bahkan membawanya pergi sekalipun, karna aku ayah kandungnya"Bisma semakin memperjelas ucapannya.

"engaak!! Elfaris itu anak akuu!! Dia anak aku, bukan anak siapapun, dia hanya anak akuu.."elak Franda. Ia menutup kedua telinganya rapat-rapat seolah tidak mau mendengar apa yang Bisma ucapkan barusan.

"enggak Nda, dia anak aku juga, dia bukan hanya anak kamu, tapi dia anak kita, anak kandung kita Nda.."jelas Bisma lirih. Ia mencoba membuat Franda tenang dan berhenti menyembunyikan semua kenyataan ini meski tangannya langsung Franda tepis kasar.

"jangan sentuh aku!
Cukup sampai disini aja Bis.
Aku mohon jangan paksa aku buat mengakui semuanya.
Elfaris itu anak aku, dia hanya anak aku, aku mohon jangan ambil Elfaris dari aku. Dia itu anak aku.. Aku yang merawatnya sejak kecil, dia anak aku Bis, hanya anak aku.. Hiks"Franda memeluk tubuh Elfaris dan mendekapnya erat. Ia sangat begitu ketakutan kalau Bisma akan mengambil Elfaris darinya.

"Nda.. Nda kamu jangan bersikap kayak gini dong Nda.. Kita bisa bicarakan semuanya baik-baik.. Please Nda, jangan bilang kalau Elfaris itu hanya anak kamu, didalam tubuh dia juga mengalir darah aku, jadi izinkan aku juga untuk mengakui kalau Elfaris itu anak aku, please Nda.."mohon Bisma seraya mengulurkan tangannya.

"ENGGAK! Enggak Bisma enggak!! Aku yang merawat dia dari kecil Bis, dia anak aku. Please aku mohon kamu percaya itu, dia hanya anak aku, anak aku Bis.."kekeuh Franda terus mengelak semua rahasia yang sudah terbongkar ini.

"tapi Nda..?"Bisma


"CUKUPP!!"

Tiba-tiba Rafael mendekat dengan wajah memerah menahan marah. Kedua tangannya ia kepalkan melihat apa yang terjadi didepan kedua bola matanya ini.


"BRUGGGH!!"

Satu bogem mentah tiba-tiba saja Bisma dapatkan akibat pukulan keras dari Rafael. Tubuhnya sampai tersungkur jatuh kelantai akibat pukulan yang cukup keras itu.

"jadi loe adalah bajingan yang selama ini membuat adik gue menderita?
Loe orangnya HAH? Gue gak nyangka loe sebejat dan sekejam ini terhadap adik gue. Gue benar-benar gak menyangka Bisma"Rafael dengan ekspresi wajah penuh kemarahan menunjuk wajah Bisma.


"BRUGGHH!!"

Belum sempat Bisma berkata apa-apa, ia kembali mendaratkan satu bogem mentahnya lagi. Franda hanya bisa menangis mendekap tubuh Elfaris. Ia tidak sanggup melihat adegan yang terjadi dihadapannya ini.

"Raf, gue bisa jelasin semuanya Raf..
Gue tahu gue salah, tapi ini gak seperti yang loe fikirkan, gue bisa jelasin Raf, gue bis..a"ucapan Bisma terpotong karna Rafael kembali menghantam wajahnya.


"BRUGGGH!!"

"Gue GAK BUTUH penjelasan apapun dari bajingan seperti loe!
Loe itu sudah jelas-jelas salah Bis. Alasan apapun yang loe kasih gak akan merubah kesalahan terbesar loe ini. Apalagi loe udah cukup lama membuat adik gue menderita, loe itu benar-benar bajingan Bis, loe bajingaaaan!!"

"BRUGGGGH!!!"

Dengan sangat emosi dan marahnya Rafael menghantam perut dan wajah Bisma hingga Bisma jatuh tersungkur kembali.

"loe tahu?
Karna ulah bejat loe itu adik gue menderita Bis..
Gue bahkan harus kehilangan adik gue karna dia malu terhadapn gue, dia malu karna dia hamil diluar pernikahan gara-gara ulah loe! Dia nekat pergi meninggalkan gue dan keluarganya. Dia nekat ngelakuin semua itu Bis, dan itu semua karna ulah loe.
Kedua oroang tua gue bahkan meninggal saat mencari keberadaan dia. Bokap nyokap gue Bis.. Dan itu juga karna loe! KARNA LOE BISMAA!!"teriak Rafael membentak penuh emosi. Meluapkan semua kekesalannya selama ini.

"Ya Allah.. Ternyata kesalahanku bisa sefatal dan sebesar ini..
Maafin gue Raaf.. Gue minta maaf.."lirih Bisma menyesali semuanya.

"MAAF? loe fikir dengan kata maaf semua penderitaan yang dialami oleh Franda bisa hilang? loe fikir dengan kata maaf loe juga nyokap sama bokap gue bisa hidup lagi? Loe fikir Elfaris akan berhenti menangis melihat bundanya terus-terusan sedih dengan kata maaf loe itu? Enggak Bis, ENGGAAK!!"bentak Rafael keras. Bisma menunduk lemas tidak tahu harus berucap apalagi. Mungkin semua ucapan Rafael memanglah benar, kesalahannya terlalu besar dan fatal hingga tidak bisa dimaafkan begitu saja.

"bunda tolong bilang sama om Laffa, jangan pukul om ayah lagi bun, jangan bentak om ayah juga.. Ais sayang sama om ayah, tolong bilangin bunda, Ais gak mau om ayah sakit, Ais gak mau bun.."tiba-tiba Elfaris bersuara dibalik wajahnya yang terus ia sembunyikan dalam dekapan Franda. Hati Bisma sendiri semakin teriris mendengar permintaan Elfaris barusan. Rasanya semakin menyesal saja dirinya.

"Cooh..?"panggil Franda pelan.

"bawa Elfaris masuk Nda, bawa dia kekamarnya.
Jangan biarkan dia dekat dengan bajingan ini. Dia tidak pantas Nda mendapat panggilan ayah dari Elfaris. Cocoh harap kamu bisa menuruti perintah Cocoh.."jelas Rafael. Franda hanya bisa mengangguk pasrah. Ia mengangkat tubuh Elfaris dan membawanya menuju lantai atas kamarnya.

"maafin bunda sayang.. Tapi bunda gak sanggup kalau harus kehilangan kamu. Bunda takut ayah kamu akan mengambil kamu dari bunda, jadi lebih baik selamanya kamu tidak memiliki ayah, biar bunda yang akan menjadi ibu serta ayah untuk kamu.."batin Franda terus mendekap Elfaris dalam gendongannya dan membawanya meninggalkan Bisma juga Rafael.






Bersambung..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Nggak Komentar, Nggak Kece :p