Malam kian larut, jam dinding dirumah bernuansa putih ini sudah hampir
menunjukkan pukul 23:00wib. Namun sosok yang ditunggu belum juga datang.
Padahal tadi hanya janji pergi sebentar, tapi nyatanya? Ia bahkan tidak
ada pulang sampai selarut ini, atau mungkin memang sudah lupa untuk
pulang kerumah ini lagi.
Pramudina atau Dina hanya bisa memandang lirih. Kejadian hari ini
membuat dadanya terasa sesak dan sakit. Butiran bening air mata bahkan
sudah tidak bisa mengalir lagi seolah semuanya telah terkuras karna
terus menerus menangis.
Dina memandang secarik kertas yang didapatnya dari Reza saat dirumah
sakit tadi, surat yang kini membuatnya tahu akan apa yang sebenarnya
terjadi, surat itu pula yang membuat hatinya sakit karna merasa
dibohongi oleh Bisma suaminya sendiri.
"sepertinya kamu memang lebih memilih bersama Franda dan anak kamu itu Bis.
Aku tahu aku memang gak bisa kasih kamu keturunan, tapi apa harus dengan cara ini kamu sakitin aku?
Kita bisa bicara baik-baik kan Bis? Tidak dengan cara seperti ini.. Kamu tega, kamu kejam Bis.."lirihnya kembali terisak.
Dina memandang bingkai photo pernikahannya dengan Bisma yang ia
pajang di dinding kamarnya itu, hatinya semakin terasa sakit dan
teriris, kenyataan pahit ini sulit dicerna dengan akal sehat, namun
justru itulah kenyataan yang terjadi.
"kamu selalu bilang kalau kamu sayang aku. Kamu juga selalu bilang
kalau hanya aku yang kamu cintai. Bahkan kata-kata kamu untuk tidak akan
membiarkan air mata aku menetes masih aku ingat Bis..
Sekarang mana bukti semua itu?
Kamu bahkan sampai tidak pulang kerumah Bis, kamu juga seolah lupa
sama aku, kamu gak kasih kabar dimana dan sedang apa kamu. Dan sekarang?
Sekarang kamu lihat Bis.. Air mata aku menetes dan keluar dari pelupuk
mata aku. Kamu bilang akan mencegah itu semua kan?
Mana Bis?.. Manaa?.. Kamu gak bisa buktiin semua itu.. Kamu jahaat..
Kamu egois Bisma.."air mata Dina semakin deras mengalir kembali
membasahi wajah putihnya. Entah sampai kapan ia akan menangis seperti
ini, sosok Bisma sendiri tidak terlihat dan memang belum pulang sampai
selarut ini.
Dina membaringkan tubuhnya diatas tempat tidur, meski masih terasa
sesak dihati karna Bisma tak kunjung datang, mungkin dengar
mengistirahatkan tubuhnya sejenak ia bisa sedikit tenang.
"aku masih kecewa sama kamu Bis.. Aku masih kecewa.."batinnya memejamkan mata lirih.
**
"enggak Bis, mending sekarang kamu pulang aja. Aku gak enak kalau
kamu menginap disini. Dina juga bisa kecewa kalau kamu masih disini.
Jadi lebih baik kamu pulang, biar Elfaris aku yang jaga.."jelas Franda
menolak halus keinginan Bisma yang tetap kekeh ingin menjaga Elfaris dan
menginap disana.
"gak papa lah Nda, Dina juga pasti ngerti ko. Lagian Elfaris
kayaknya masih marah sama kamu, biar aku bujuk dan tenangin dia dulu.
Tidurnya juga belum lelap, apalagi suhu tubuhnya masih panas, aku takut
dia kenapa-napa, jadi izinin aku buat tetap disini, untuk malam
ini.."pinta Bisma masih dalam posisi berbaring disamping Elfaris yang
sudah terlelap.
"t..tapi gimana sama istri kamu? Aku takut nanti Dina malah salah
faham dan marah sama kamu Bis.."mimik wajah Franda sedikit terlihat
takut.
"udah, semua akan baik-baik aja ko. Percaya sama aku..
Sekarang kamu tidur, udah malam. Biar aku yang disini jagain
Elfaris.."suruh Bisma lembut diiringi senyum. Ia terlihat begitu
menyayangi Elfaris sampai bersikukuh agar tetap bisa menginap dan
menemani Elfaris.
"y..yaudah aku permisi dulu, nanti kalau ada apa-apa panggil aku aja.
Bunda ke kamar dulu yah sayang? mmuach.. Cepat sembuh nak, dan
jangan marah sama bunda lagi.."Franda mendaratkan satu kecupan lembutnya
dikening Elfaris. Bisma hanya tersenyum melihatnya, tak lama Franda pun
bergegas keluar menuju kamarnya dan membiarkan Bisma tidur bersama
Elfaris.
"kayaknya Elfaris memang benar-benar anakku..
Dia bisa membuat aku sepanik dan sekhawatir ini, padahal biasanya aku gak pernah seperti ini.
Semoga hasil DNA itu bisa sama dengan apa yang kurasakan, semoga saja.
Om sayang kamu.."harap Bisma mengecup kening Elfaris. Ia menyelimuti
sebagian tubuh Elfaris dengan selimut. Tak lama Bisma pun ikut
berbaring dan terlelap disamping bocah tampan itu.
"kayaknya bunda memang terlalu egois sama kamu..
Tapi bunda mohon, jangan pernah benci bunda nak.. Bunda gak sanggup kalau harus kehilangan Ais..
Bunda akan izinin Ais sama ayah, bunda akan coba buat kasih yang
terbaik buat kamu. Maafin bunda kalau bunda selalu bohongin Ais..
Bunda sayang kamu.."Franda memandang lirih pintu kamar Elfaris yang
ia tutup perlahan. Kakinya pun segera melangkah meninggalkan kamar
Elfaris. Mungkin dengan seperti ini Elfaris akan senang dan berhenti
membencinya.
"untung saja Cocoh lagi diluar kota, kalau dirumah pasti cocoh gak
akan izinin Bisma menginap disini.."batin Franda sedikit menyunggingkan
senyum saat melewati kamar Rafael sang kakak.
Tak lama Franda masuk kedalam kamarnya yang terletak disamping kamar Rafael itu untuk segera beristirahat dan tidur.
**
Reza sendiri baru saja tiba dirumahnya. Wajahnya terlihat mengantuk
dan lelah, langkahnya saja sedikit sempoyongan efek dari kondisi matanya
yang mengantuk.
"oaam.. (nama Kamu) mana yah? Ko gak kelihatan?
Apa dia udah tidur?"pikirnya mencari sosok kamu yang tidak ia lihat dari tadi.
"hemz.. Pasti udah tidur, lagian udah hampir jam dua belas juga,
pasti (nama kamu) memang udah tidur.."gumamnya kemudian beranjak menuju
lantai atas.
"hoaam.. Ngantuk bangeett.."Reza mengerjapkan matanya dan sesekali mulutnya menguap lebar.
Reza membuka pintu kamarnya. Ia berjalan pelan memasuki kamarnya
itu, tas kerja yang ditentengnya pun ia taruh. Bibirnya sedikit
menyunggingkan senyum melihatmu yang terlelap diatas sofa didekat tempat
tidur.
"pasti abis nungguin Eja lagi, maafin Eja yah? Eja selalu buat (nama
kamu) susah.."ujarnya mengusap pelan puncak kepalamu dan mengecupnya
lembut.
"mending Eja pindahin aja deh, nanti badan kamu bisa sakit kalau
tidur disini.."fikirnya beranjak mengangkat tubuhmu dan membaringkannya
diatas tempat tidur.
Tak membutuhkan waktu lama, dalam hitungan detik pun kamu sudah berpindah tidur diatas kasur bukan diatas sofa lagi.
Reza ikut menghempaskan tubuhnya disampingmu. Bibirnya tak henti tersenyum memandang wajah polosmu saat tertidur.
"untungnya gak kebangun, kalau kebangun pasti marah lagi.
Eja tahu ko kalau Eja salah, tapi ini profesi Eja, harusnya (nama
kamu) bisa ngertiin. Eja juga gak mau kayak gini, Eja sayang kamu, tapi
rasa sayang Eja gak bisa Eja tunjukkin setiap waktu. Mungkin Eja emang
bodoh, bahkan terlalu lemot, tapi yang Eja tahu, cinta dan kasih sayang
itu gak perlu ditunjukkin terus menerus, cukup Eja yang tahu dan
perlahan kamu bisa rasain ketulusan kasih sayang dan cinta Eja..
Selamat malam.. Eja sayang (nama kamu).."satu kecupan lembut
mendarat dibibir tipismu. Kalau kamu sedang dalam keadaan tertidur Reza
memang berani mengecup bibirmu, namun jika tidak ia tidak mungkin berani
melakukan hal tersebut karna takut kamu marah.
Reza berbaring disampingmu. Ia menaruh lengan kirinya diatas perutmu, kepalamu pun ia tarik hingga bersender didada bidangnya.
"semoga Eja bisa seperti Ilham yang selalu bisa membuat istri dan
keluarga kecilnya nyaman. Semoga juga kita cepat punya baby. Eja pengen
punya anak biar ada yang manggil Eja papah.."Reza memejamkan matanya
dengan harapan-harapan indah yang ia impikan.
Esok paginya..
Dina baru saja terbangun dan mencoba keluar dari dalam kamarnya. Ia
berjalan pelan menuju dapur, namun langkahnya tiba-tiba saja terhenti.
Mata Dina membola kaget melihat Bisma yang entah sejak kapan sudah
berada di meja ruang makan.
"pagi sayang..
Maaf yah aku gak bangunin kamu, maaf juga aku semalam gak bisa pulang, BB aku ketinggalan dirumah, jadi susah ngabarin kamunya.
Oh iya sarapan dulu yuk? Aku udah siapin sarapan pagi nih buat kamu.."ujar Bisma lembut dengan senyuman manisnya.
Dina hanya diam, ia tidak melontarkan sepatah kata pun. Tatapannya
juga sedikit berkaca melihat sosok Bisma yang terlihat polos dan manis
didepannya, seolah kalau tidak terjadi apa-apa.
"hey, ko bengong sih sayang? Aku buatin nasi goreng kesukaan kamu
nih tadi, dimakan yuk?"Bisma beranjak menghampiri Dina, tangan kanannya
mencoba memegang pundak Dina berharap kalau Dina segera duduk dan
menemaninya sarapan.
Namun mata Bisma tersentak kaget saat Dina menepis tangannya kasar,
ia bahkan terlihat cuek tanpa mau menatap wajah Bisma, apalagi saat
Bisma hendak mengecup keningnya sebagai sapaan selamat pagi, Dina justru
menghindar begitu saja dan membuang wajahnya.
"k..kamu kenapa sayang?"Bisma memasang wajah polos tidak mengerti.
"GAK USAH pura-pura gak ngerti!
Mending kamu gak usah pulang aja sekalian, kamu bisa tetap tinggal
dirumah Franda dan anak kamu itu, aku rasa aku udah gak ada gunanya
disini, bahkan mungkin kamu memang tidak akan pernah peduli lagi sama
aku!"ketusnya sedikit menitikan air mata.
"ma..maksud kamu apa sih sayang? A..aku gak ngerti"Bisma mengerutkan keningnya bingung.
"gak ngerti? Kamu bilang GAK NGERTI Bis?
Lalu apa maksud surat ini? Apa Bisma?"bentak Dina menunjukkan secarik kertas yang didapatnya dari Reza kemarin.
"surat?"wajah Bisma semakin terlihat bingung. Ia mengambil surat
dari tangan Dina dan mulai membacanya. Mencari tahu apa maksud dari
ucapan dan tuduhan Dina barusan.
"kamu ternyata tega Bis, kamu kejam..
Kamu bahkan berani bermain dibelakang aku dengan perempuan lain,
sampai memiliki anak pula. Kalau kamu memang udah bosan dan gak cinta
sama aku BILANG Bis, enggak dengan cara yang seperti ini.."jelas Dina
lirih.
"ja..jadi Elfaris benar-benar anak gue?
Ya Tuhan.. Jadi selama ini Franda lah perempuan yang aku sentuh
waktu itu?"mata Bisma membola kaget melihat isi kertas yang merupakan
hasil tes DNA nya dengan Elfaris. Kedua tangannya sedikit gemetar karna
kenyataan ini tidak pernah ia duga sebelumnya.
"aku tahu aku memang gak bisa kasih kamu keturunan, tapi tidak dengan cara ini juga kamu perlakukan aku Bis..
Aku masih punya hati, aku gak bisa kamu perlakukan seperti ini, gak
bisa Bisma.."Dina menunduk lirih dengan air mata yang terus mengalir
membasahi wajahnya.
"enggak sayang, kamu salah faham. Aku bisa jelasin semuanya.
Aku..aku juga gak nyangka kalau Elfaris itu anak aku. Aku berani
bersumpah Din. Ini diluar kendali aku, aku bisa jelasin.. Aku bisa
jelasih semuanya.."Bisma melangkah mendekati Dina. Ia mencoba meraih
pundak Dina meski langsung Dina tepis kasar.
"gak ada yang perlu kamu jelasin. Semuanya udah terlihat jelas.
Kamu memang diam-diam selingkuh dibelakang aku. Kamu selingkuh jauh
sebelum rahim aku rusak, bahkan mungkin sebelum kita menikah kamu sudah
dengan Franda. Elfaris anak kamu saja sudah hampir berumur 3'tahun.
Kamu hebat, selamat atas semuanya, aku mohon jangan ganggu hidup aku
lagi, aku minta CERAI!"jelas Dina menatap lekat wajah Bisma dan hendak
berlalu pergi. Sebenarnya ia sangat berat mengatakan hal itu, tapi rasa
kecewa didalam dirinya membuat Dina berani mengucapkan kalimat tersebut.
"enggak sayang. Aku gak akan pernah cerai'in kamu, gak akan pernah Din..
Kamu salah faham, aku bisa jelasin semuanya.
Aku mohon tarik kembali kata-kata kamu itu. Aku sayang kamu Dina,
aku gak mau kehilangan kamu.."lirih Bisma menarik pergelangan tangan
Dina dan mendekap tubuhnya erat.
"lepasin Bis, lepaas.."Dina mencoba memberontak, namun tenaga Bisma lebih kuat darinya.
"please dengerin penjelasan aku dulu. Semua yang kamu fikirkan itu salah.. Please sayang.."pinta Bisma sedikit memohon.
Dina terdiam. Ia behenti memberontak. Mungkin ia memang harus
membiarkan Bisma menjelaskan semuanya. Perlahan Bisma pun melepaskan
dekapannya. Kedua tangannya ia tempelkan dipipi Dina, tatapan mata
teduhnya pun menatap tajam mata Dina.
"please dengerin aku dulu yah?
Aku gak pernah bohongin kamu. Aku juga gak pernah berani hianatin kamu.
Ini diluar kendali aku.
Kamu bisa lihat mata aku Din, kamu bisa lihat apa ada kebohongan
disana, aku sama sekali gak pernah berniat nyakitin dan bohongin kamu..
Please percaya dan ijinin aku buat jelasin semuanya.."mohon Bisma dengan
mata berkaca-kaca.
Dina hanya diam, ia sama sekali tidak berani menatap balik mata
Bisma. Mungkin ia bisa luluh karna tatapan Bisma yang sangat meneduhkan
itu.
"kamu masih ingat, dulu sebelum kita menikah kamu pernah ninggalin
aku pergi. Kamu bilang kalau kamu gak bisa sama aku, kamu bahkan lebih
memilih menghindar dan menjauh dari aku. Tinggal diluar negri adalah
cara yang kamu ambil. Entah kenapa rasanya dulu kamu egois banget.
Padahal kamu tahu sendiri kalau aku itu sangat mencintai kamu, bahkan
bisa dibilang aku sudah sangat tergila-gila sama kamu.
Aku gak bisa terima semua itu, aku frustasi Din, aku bahkan sampai
pergi ketempat discotik dan minum-minuman ber-alkohol disana, padahal
seumur hidup aku gak pernah berani menyentuh minuman keras itu. Tapi
karna kepergian kamu aku berani melakukan semua itu.
Malam itu aku mabuk berat karna tidak bisa jauh dari kamu, terlebih
kamu juga tidak mau bertemu dengan aku, aku kalut. Aku udah kaya orang
gila Din..
Sampai akhirnya aku pulang dalam keadaan mabuk berat. Aku pulang
sangat larut dan Franda yang saat itu memang masih tinggal dirumah aku
yang membukakan pintu.
Selebihnya aku gak ingat lagi kejadian apa yang terjadi malam
itu.."jelas Bisma mencoba menjelaskan apa yang terjadi sebenarnya antara
Ia dan Franda. Ia mengingat kejadian saat lalu awal dari semua
kesalahan fahaman ini.
"kamu tau? Kejadian malam itu adalah awal dari semua itu. Karna apa?
Karna malam itu aku dengan keadaan mabuk berat aku menyentuh seorang
perempuan, seseorang yang sebelumnya aku kira adalah kamu, wajah
seseorang itu sangat mirip dengan kamu, mungkin karna memang hanya kamu
yang ada diotak aku saat itu. Kesalahan fatal itu pun terjadi, hingga
akhirnya malam itulah yang menyebabkan semuanya terjadi.."lanjut Bisma
kembali bercerita. Dina sendiri hanya diam menunduk mendengarkan setiap
kalimat yang keluar dari mulut Bisma.
"dua bulan setelah kejadian itu akhirnya kita menikah. Awalnya aku
memang terus bersikukuh buat nikahin kamu, aku bahkan sampai mendesak
mamah sama papah untuk secepatnya melamar kamu. Untungnya kedua orang
tua kamu yang memang kenal dekat sama mamah papah mereka setuju. Kamu
tidak jadi tinggal diluar negri sana dan akhirnya pun kita menikah meski
aku harus berusaha keras buat yakinin kamu kalau aku sangat mencintai
kamu.
Tapi apa kamu tau? Aku melakukan semua itu karna kejadian malam itu,
aku merasa harus bertanggung jawab akan apa yang aku lakukan, aku
laki-laki sejati bukan pengecut. Jadi aku harus bertanggung jawab karna
aku udah pernah nyentuh kamu.."jelas Bisma.
"tapi aku gak pernah merasa disentuh sama kamu Bis..
Aku bahkan baru tahu kejadian ini sekarang..
Aku juga selalu bilang kalau pertama kalinya kamu nyentuh aku ya
saat malam pertama kita, bukan yang kamu ceritakan ini.."elak Dina
mencoba menjelaskan kejadian sebenarnya.
"iya sayang aku tahu. Malam itu memang bukan kamu yang aku sentuh,
tapi justru Franda.."ujar Bisma berat. Mata Dina langsung membola kaget
dan air matanya pun kembali menetes.
"kamu tau sendiri kan disaat pesta pernikahan kita Franda sama
sekali tidak datang, ia bahkan menghilang seolah lenyap ditelan bumi
sejak kita menikah. Dan dia kembali beberapa tahun kemudian, dia kembali
dengan seorang anak kecil laki-laki yang memanggil dirinya Bunda. Kamu
bisa simpulin semuanya kan? Jadi semua tuduhan kamu terhadap aku itu
salah. Aku sendiri baru tahu kalau anak laki-laki yang tak lain adalah
Elfaris itu adalah anak aku. Aku benar-benar baru tahu sekarang
Din.."jelas Bisma berkaca-kaca dengan rasa sesak didadanya.
"ja..jadi Franda sempat menghilang karna mungkin saat itu ia tengah hamil akibat ulah kamu.
Dia lebih memilih untuk pergi tanpa mau berbicara sama kamu karna tidak mau merusak kebahagiaan kita?
Ya Allah.. Kenapa Franda melakukan hal ini?
Aku gak bisa bayangin kalau aku ada diposisi dia, aku gak bisa
bayangin Bis.."lirih Dina kini baru bisa mengerti dengan semuanya.
Bisma menarik pinggang Dina kedalam dekapannya, kepala Dina pun ia
tempelkan didada bidangnya. Puncak kepala Dina ia kecup, air matanya
sungguh tak kuasa untuk ia tahan lagi.
"kamu harus tanggung jawab sama Franda Bis..
Kasihan dia, dia udah cukup menderita selama ini karna ulah kamu.
Kamu gak boleh egois.. Aku akan ikhlas kalau kamu mau menikahi dia
sekalipun.. Dia gak salah, aku bisa bayangin gimana sulitnya berada
diposisi dia. Tolong buat dia bahagia Bis.. Jangan sakiti dia lagi
dengan semuanya..
Aku gak mau egois dan mau menang sendiri. Aku masih punya hati Bis,
tolong kasih cinta kamu buat Franda, aku yakin kamu akan jauh lebih
bahagia kalau bersama dia. Apalagi dengan hadirnya Elfaris. Dia anak
kamu, darah daging kamu Bis.."Dina memandang lirih wajah Bisma. Mungkin
ini keinginannya yang cukup sulit Bisma kabulkan, tapi tanpa Dina minta
sebenarnya Bisma sudah memiliki rencana untuk menikahi Franda jika
Elfaris anaknya, dan sekarang semuanya sudah terbukti, bahkan Dina saja
sudah seperti memberikan lampu hijau untuknya.
"aku butuh waktu Din..
Jujur aku ingin sekali mempertanggung jawabkan perbuatan aku. Tapi bagaimana sama kamu? Apa kamu mau aku madu?..
Aku takut.. Aku takut kamu nanti akan pergi ninggalin aku.
Lagi pula Franda belum tentu mau aku nikahin, aku masih bingung
sayang.."batin Bisma menggeleng dan mengusap air mata dipipi Dina lalu
mendekap tubuh Dina lagi kedalam pelukan hangatnya.
Bersambung..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Nggak Komentar, Nggak Kece :p