Kini Bisma sudah berada didalam rumahnya. Ia tengah Dina obati karna
wajahnya yang babak-belur akibat pukulan Rafael saat dirumah Franda
tadi.
"sebenarnya siapa yang udah pukulin kamu sampe memar gini sih Bis?
Ko dia tega pukulin kamu? Memangnya kamu udah buat kesalahan apa sama
dia sampai dia pukulin kamu kayak gini?"tanya Dina sambil terus
membersihkan darah segar dari suduh bibir Bisma dengan kapas kecil yang
sudah ditetesi alkohol.
"aw! Pelan-pelan sayang, a..aku gak papa ko, ini memang kesalahan
aku, makanya aku dipukulin sampai seperti ini"jelas Bisma sedikit
meringis memegangi luka diwajahnya.
Dina menghela nafasnya. Ia menaruh betadine juga kapas yang sudah dioleskan pada luka suaminya itu.
"oh iya, gimana sama Franda? Kamu udah jelasin semuanya sama
dia?"tanya Dina tiba-tiba. Bisma hanya menoleh sekilas dengan gelengan
pelan penuh rasa sesal.
"ko belum? Memangnya kamu gak mau jelasin semuanya sama dia?
Katanya kamu kamu pingin tanggung jawab. Aku ikhlas ko Bis kalau pun
kamu mau menikahi Franda sekalipun, asal kamu bahagia aja, aku ikhlas..
Tapi kamu jangan cerai'in aku yah? Kalau udah nikah sama Franda
nanti.."Dina memandang wajah Bisma dengan sorotan mata berkaca.
Sebenarnya ia sangat berat harus mengatakan hal tersebut, tapi demi
kebahagiaan Bisma ia rela menyakiti hatinya sendiri asalkan Bisma
bahagia.
Bisma menarik tubuh Dina dan mendekapnya erat. Ia juga mengecup
puncak kepala Dina, mengelusnya lembut dengan air mata yang tiba-tiba
saja menetes saat mendengar apa yang Dina ucapkan tadi.
"aku gak bisa kasih kamu keturunan, tapi Franda bisa Bis, dia bahkan udah kasih kamu anak tanpa kamu duga sebelumnya.
Aku yakin kamu pasti bisa bahagia sama Dia. Tapi jangan kamu
ceraikan aku setelah kamu menikahi Franda nanti, aku ikhlas kamu madu,
asal kamu masih memberi aku kesempatan lebih lama memiliki kamu. Aku
sangat mencintai kamu Bis, sangat.."lirih Dina menenggelamkan wajahnya
di dada bidang Bisma.
"enggak sayang, aku gak mungkin cerai'in kamu.
Aku udah berjanji saat didepan penghulu dan kedua orang tua kita
kalau aku akan terus bersama kamu sampai maut sendiri yang memisahkan
kita.
Tapi apa kamu mau membagi cinta aku sama Franda? Aku takut itu justru akan menyakiti hati kamu nantinya.
Aku memang berniat ingin menikahi Franda, kamu yakin mau aku
madu?"Bisma melepaskan pelukannya. Ia memandang teduh wajah cantik istri
tercintanya ini.
"aku yakin Bis, jika itu membuat kamu bahagia aku sangat rela
membagi cinta kamu dengan Franda, menjadi istri pertama kamu, asal kamu
jangan tinggalin aku dan jangan ceraikan aku"ujar Dina. Bisma mengusap
pipi Dina yang berderai air mata. Rasanya begitu berat harus melakukan
hal yang sangat sulit ini.
"makasih sayang..
Aku janji gak akan pernah menceraikan kamu, aku sangat mencintai
kamu tulus Din, meski kamu gak bisa kasih aku keturunan, tapi aku bisa
menerima semua itu.
Tapi gak bisa aku pungkiri kalau aku juga ingin memiliki Franda, aku
sangat menginginkan dia menjadi pendamping aku, menjadi istri sah aku.
Aku gak tega lihat dia terus menerus menderita akibat ulah bejat
aku, aku gak tega sayang.."batin Bisma lirih. Ia kembali mendekap tubuh
Dina kedalam pelukannya.
Sungguh benar-benar sulit berada diposisi Bisma saat ini.
**
"J..jadi Aris itu benar-benar cucu kita pah? D..dia anak kandung
Bisma? D..dia Bisma kecil kita kan pah?"tante Casma memandang lirih
wajah om Kris setelah mendengar semua penjelasan yang dituturkan oleh
suami tercintanya ini.
"iya mah, Elfaris itu memang cucu kita, dia anak kandung Bisma,
Bisma kecil kita.."jelas om Kris ikut merasa haru akan kenyataan yang
tidak pernah terduga ini.
"tapi kenapa bisa Bisma menyakiti Franda sampai selama ini pah?
Kalau memang Aris anak Franda dan Bisma, kenapa juga Bisma malah
menikah dengan Dina? Mamah tidak tahu bagaimana yang Franda rasakan
akibat ulah anak kita ini, dia pasti sangat menderita pah, Franda pasti
menderita karena ulah Bisma.."air mata tante Casma kembali menetes.
Rupanya Bisma sudah menjelaskan semuanya pada om Kris, dan sekarang
tante Casma sendiri pun mengetahui semua itu karna om Kris yang sudah
memberitahunya.
"papah tahu sebenarnya Bisma sangat salah. Tapi dia bilang dia tidak
tahu mah. Kita tidak bisa menyalahkan Bisma juga. Kalau Bisma
mengetahui semuanya dari awal, dia juga tidak mungkin menyakiti Franda
sampai selama ini.
Jangan salahkan Bisma mah, dia anak kebanggaan papah dari dulu. Dia
bilang dia akan bertanggung jawab. Bisma baru mengetahui semua rahasia
besar ini beberapa hari lalu, jadi jangan pernah salahkan Bisma.."pinta
om Kris ikut meneteskan air mata. Ternyata lelaki paruh baya ini tahu
apa yang dirasakan oleh putra semata wayangnya hingga tidak sedikit pun
ia menyalahkan Bisma.
"tapi Bisma tetap saja salah pah.
Mamah tidak bisa membayangkan bagaimana keadaan Franda setelah Bisma
mereggut semuanya. Dia pasti sangat terpuruk, Franda itu anak yang
sangat baik pah.. Mamah menyayangi dia seperti anak kandung mamah
sendiri, tapi anak kita malah menyakiti dia, mamah kasihan sama Franda,
mamah mau dia menjadi menantu kita, bilang sama Bisma dia harus
bertanggung jawab, mamah juga tidak mau kehilangan Aris, mamah ingin
terus bersama dia pah, tolong bilang sama Bisma.."ujar tante Casma
lirih.
"tanpa mamah minta Bisma pasti akan melakukan hal tersebut mah,
Bisma bilang dia tidak mau mengulang kesalahan tersesarnya lagi. Mamah
tidak perlu khawatir, papah yakin Bisma akan mempertanggung jawabkan
semua perbuatannya terhadap Franda, papah sangat yakin mah.."jelas om
Kris sedikit menyunggingkan senyum kecilnya.
"mamah harap begitu pah. Semoga saja.."batin tante Casma ikut
tersenyum kecil. Bayangan wajah Elfaris yang membuatnya tersenyum
seperti ini.
"mamah tidak mau kehilangan Aris, mamah ingin dia, mamah juga ingin
kamu tidak menyakiti Franda lebih lama lagi, mamah sayang Aris dan
Franda Bis.."lanjutnya kemudian meraih tangan om Kris dan menggenggamnya
erat.
**
Malam kian larut. Sosok bocah tampan ini sedari tadi terus
membolak-balikkan tubuhnya, ia terlihat sangat gelisah dan tidak tenang.
"hiks, Ais kangen ayah..
Dimana sebenalnya ayah Ais?.."lirihnya kini malah menangis.
Elfaris beranjak dari tempat tidurnya. Ia turun dan keluar mendekali jendela kamarnya yang sudah tertutup rapi.
"sebaiknya sekarang Ais tidur! Bunda gak suka kalau Ais jadi cengeng seperti ini.
Tidur dan jangan tanyakan soal ayah lagi! Kita masih bisa hidup
tanpa ayah disini, jad jangan paksa bunda dan tanyakan soal ayah lagi,
ngerti?"
Ucapan Franda sesaat setelah membawanya masuk kedalam kamar kembali
terngiang. Air mata Elfaris juga kembali menetes. Entah kenapa tiba-tiba
Franda malah memarahinya saat ia bertanya tentang sia Bisma dan kenapa
tadi Rafael malah memukulinya, Franda marah dan tidak mau anak semata
wayangnya ini mengungkit hal itu lagi.
"Ais tahu sebenalnya bunda tahu dimana ayah. Tapi kenapa bunda sealu bohongin Ais?
Apa Ais gak pantes punya ayah ya bun?
Ais pingin punya ayah.. Ais pingin ayah nemenin Ais saat Ais tidul,
Ais juga pingin ayah hapus ail mata bunda saat bunda nangis..
Ais ingin ayah lindungi kita bun, bial bunda gak telus-telusan sedih
sepelti ini.."Elfaris memandang lirih kaca jendela kamarnya yang ia
buka. Hembusan angin malam dapat ia rasakan meniup poni hitamnya yang
lurus itu.
"waktunya jagoan ayah untuk bobo. Pokoknya Elfaris harus bobo, gak
boleh bobo terlalu malam oke?"sosok pria tampan ini menggendong tubuh
Elfaris dan membaringkannya diatas tempat tidur.
"oke ayah, Ais pasti mau bobo, tapi ayah halus bacain Ais dongeng,
tus ayah juga halus temenin Ais bobo disini.."ujar Elfaris melontarkan
satu permintaan.
"oke, ayah siap, asalkan Ais senang ayah pasti akan lakuin.."setujunya dibalas senyuman dan pelukan kecil oleh Elfaris.
"hiks.. Apa bisa Ais dapatin itu semua?
Ais pingin bun.. Ais pingin ayah ada disini.."lirih Elfaris
memandang tempat tidurnya yang terlihat tidak ada siapa-siapa itu.
Rupanya tadi ia tengah berhayal ditemani hadirnya sosok ayah yang
menemani tidurnya.
"Ya Tuhan.. Kenapa aku bisa setega dan sekejam ini terhadap putraku sendiri?
Jujur aku ingin sekali membuatnya bahagia, tapi aku tidak mampu
Tuhan.. Aku tidak bisa"Franda memandang lirih dengan berderai air mata
melihat sosok bocah tampan putra semata wayangnya ini. Sedari tadi
Franda memang tidak meninggalkan Elfaris langsung. Ia justru malah
berdiri diambang pintu kamar Elfaris yang sepenuhnya belum ia tutup.
"maafin bunda yah sayang..
Bunda tahu harapan Ais itu sangat besar untuk bertemu ayah. Bunda juga tahu kalau Ais sangat menginginkan ayah..
Tapi bunda gak bisa kasih itu semua, bunda gak bisa kasih tahu siapa
ayah kamu yang sebenarnya, bunda gak bisa sayang.."lanjutnya seraya
mengusap pipi chuaby nya yang basah akibat air mata itu.
"kalau saja ayah kamu belum memiliki istri, tanpa kamu minta pasti
bunda akan kasih tahu siapa ayah kamu sebenarnya. Tapi dia sudah
memiliki istri, bahkan bunda kenal dekat dengan istrinya itu. Bunda gak
mungkin biarin kamu dan bunda masuk kedalam keluarga kecilnya. Mereka
sudah bahagia nak, jangan suruh bunda untuk menghancurkan kebahagiaan
mereka dengan memberitahu siapa kamu yang sebenarnya.
Bunda gak bisa lakuin semua itu, lebih baik selamaya Ais gak punya
ayah, bunda lebih ikhlas asal kita tidak mengusik ayah kamu dan keluarga
kecilnya, cukup kita berdua saja sayang, Ais sama Bunda.."Franda
semakin terisak lirih. Ia tidak sanggup berlama-lama berdiri memandang
pilu sosok putra kesayangannya itu. Ia kemudian beranjak pergi
meninggalkan kamar Elfaris menuju kamarnya..
Bersambung..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Nggak Komentar, Nggak Kece :p