Bisma sedari tadi hanya mengetuk-ngetuk pisau dan garpu yang
dipegangnya, sehelai roti diatas piring makannya pun hanya ia
potong-potong kecil tanpa ia santap, nafsu makannya seolah sirna,
fikirannya pun tak jauh memikirkan kejadian beberapa tahun silam yang
sama sekali sulit ia ingat apa kejadian sesungguhnya yang saat itu
terjadi.
"ko om ayah gak makan lotinya sih? Tus lotinya cuma dipotong-potong
aja lagi, lotinya enggak enak yah? Atau om enggak suka makan loti?"tanya
Elfaris tiba-tiba. Bisma pun buru-buru menghentikan aksi
memotong-motong roti terserbut, ia segera merubah posisi duduknya dan
membuyarkan lamunannya.
"e..enggak, om gak papa ko. Om suka sama rotinya, su..suka banget
malah, ini om mau makan.."ujar Bisma gugup. Tanpa menunggu lama potongan
roti tersebut pun Ia masukkan kedalam mulutnya agar Elfaris percaya.
"ohh tadinya Ais pikil om enggak suka sama lotinya"Elfaris
mengangguk kecil dengan senyum manis yang ia sunggingkan. Bisma hanya
mengusap kepala Elfaris sekilas dan kembali menyantap sarapan paginya.
"nanti kalau sarapannya sudah selesai, kamu langsung pulang aja Bis,
aku gak mau kalau kamu terus-terusan disini, Dina bisa salah faham
kalau kamu terlalu lama disini"ujar Franda tiba-tiba. Bisma menoleh
kaget mendengar ucapan Franda.
"kenapa?"Franda mengerutkan keningnya bingung melihat tatapan aneh Bisma.
"e..enggak, gak papa ko Nda. I..iya nanti aku langsung pulang"jawab Bisma gugup.
Franda menghela nafasnya dan kembali menyantap sehelai roti
dihadapannya yang sudah ia olesi dengan selai cokelat favoritnya itu.
"oh iya Nda, aku boleh tanya sesuatu gak?"tanya Bisma tiba-tiba.
"sesuatu?"Franda memicingkan matanya bingung.
"tapi gak disini, aku mau bicara empat mata sama kamu.."Bisma
melirik Elfaris yang berada disampingnya, rupanya ia ingin berbicara
serius dengan Franda tapi tidak didepan Elfaris.
"ini penting Nda, please cuma sebentar ko.."lanjutnya lagi. Franda
tampak berfikir sejenak. Ia ikut menatap jagoan kecilnya yang sibuk
mengunyah roti dipiring makannya.
"Ais udah makannya, Ais mau kekamal dulu, dah Bunda
mmuach!"tiba-tiba Elfaris beranjak dari kursi makannya. Ia mengecup pipi
Franda sekilas kemudian berlalu pergi meninggalkan sang Bunda juga
Bisma.
"anak pintar.."gumam Bisma tersenyum melihat tingkah Elfaris.
"memangnya kamu mau bicara apa? Kenapa harus hanya empat
mata?"Franda kembali menyantap sarapan paginya, rupanya ia tidak terlalu
serius menanggapi keinginan Bisma yang ingin berbicara empat mata
dengannya ini.
"aku ingin tanya soal kejadian empat tahun lalu Nda"ujar Bisma tiba-tiba. Bola mata Frana melotot kaget menatap Bisma.
"Apa dulu kita pernah melakukan sesuatu?"tanyanya lagi. Franda terdiam sejenak mendengar pertanyaan Bisma.
"jawab Nda, apa empat tahun lalu kita pernah melakukan sesuatu? Apa
Aku pernah nyentuh kamu?"lanjutnya lagi dengan ucapan dan pandangan yang
serius menatap mata Franda.
"a..aku gak ngerti, ma..maksud kamu apa sih Bis? K..ko kamu tanya
kayak gitu sama aku?"tanya Franda balik. Suaranya terengar gugup dan
takut, air matanya pun tiba-tiba menetes begitu saja.
"Aku tanya sekali lagi Nda. Apa dulu aku pernah nyentuh kamu?"Bisma
meraih pundak Franda dan memegangnya berharap agar Franda mau menatap
keseriusan dimatanya.
"enggak. Kamu gak pernah ngelakuin apapun ko, dan kamu juga gak
pernah nyentuh aku."jawab Franda bohong. Ia memalingkan wajahnya dan
menyingkirkan tangan Bisma yang menyentuh bahunya.
"bohong. Kamu pasti bohong.
Kamu pasti bohong kan Nda?
Aku sama sekali gak ingat kejadian waktu itu, jadi please aku mohon
kamu jawab jujur. Apa aku PERNAH nyentuh kamu Franda?"Bisma kembali
melontarkan pertanyaan yang sama. Kali ini nada bicaranya sedikit ia
tinggikan berharap kalau Franda mau berkata jujur.
"kamu saja tidak ingat, apalagi aku. Jadi untuk apa semuanya
diingat? Labih baik kamu pulang dan lupakan semuanya.."ujar Franda
enteng, ia beranjak dari duduknya dan berusaha menutupi air mata yang
terus mengalir tanpa bisa ia cegah itu.
"Dulu aku pernah menyentuh seorang gadis. Aku dalam keadaan enggak
sadar. Yang ada difikiran aku saat itu adalah Dina. Aku mengira gadis
yang aku sentuh itu Dina.
Aku memang tergila-gila sama Dina sampai-sampai aku tega menyentuh dia sebelum dia aku nikahi.
Tapi ternyata aku salah. Disaat gadis yang tak lain adalah Dina aku
nikahi, Dina sama sekali tidak mengakui kalau ia pernah aku sentuh. Dia
tetap bersikukuh kalau pertama kalinya aku menyentuh dia dimana saat
malam pertama kita, bukan sebelum kita menikah.."Bisma mulai bercerita
tentang kenyataan yang membuatnya tidak mengerti ini. Langkah Franda pun
terhenti begitu mendengar penuturan Bisma.
"malam itu ternyata aku bukan menyentuh Dina. Aku menyentuh gadis
lain, aku sempat melihat ada tanda hitam dipunggung gadis yang aku
sentuh. Dan disaat aku menyentuh Dina yang sudah sah menjadi istri aku,
aku tidak melihat tanda hitam itu disana. Dina memang bukan gadis itu.
Aku sama sekali tidak ingat semuanya Nda, aku benar-benar dalam keadaan antara sadar dan tidak saat itu.
Aku..aku bingung, sampai saat ini aku selalu memikirkan hal ini,
terlebih aku melihat tanda hitam itu ternyata ada dipunggung kamu.
Apa kamu gadis itu? Apa kamu gadis yang aku sentuh empat tahun silam itu Nda?
Aku mohon jawab, aku yakin kamu tahu, kamu pernah tinggal dirumah
aku dulu, jadi kemungkinan besar kamu tahu semuanya.."lanjutnya
meneruskan ceritanya. Perlahan Bisma melangkahkan kakinya mendekati
Franda yang hanya diam mematung mendengar ucapan Bisma.
"please Nda, jawab jujur.
Apa kamu gadis itu?
Apa kamu gadis yang Aku sentuh malam itu? Aku mohon jawab.."pinta Bisma lirih. Ia menatap wajah Franda dengan mata berkaca-kaca.
"kenapa kamu malah tanya semua itu sama aku Bis? Semua jawaban ada
dihati kamu, kamu sudah tau sendiri jawabannya, jadi aku rasa aku udah
gak perlu jawab lagi. Semuanya ada disini, dihati kamu Bis."jelas Franda
menunjuk dada Bisma kemudian berlalu pergi menyeka air matanya yang
sedari tadi tidak mau berhenti mengalir itu.
"aku gak tau Nda, aku gak bisa jawab. Makanya aku tanya sama kamu"Bisma memandang lirih kepergian Franda.
"hiks.. Kamu aja sama sekali gak ingat Bis, jadi untuk apa semuanya
diingat. Aku udah cukup sakit mendapatkan semua ini, aku ikhlas, tapi
aku mohon jangan suruh aku untuk mengingat semua itu, sakit Bis,
sakiit.."batin Franda terisak lirih.
"mending kamu cepet pulang. Aku gak suka kalau kamu terus-terusan
ada disini. Dan mulai sekarang aku minta agar kamu gak sering ngunjungin
Elfaris atau pun rumah ini. Kamu sudah punya istri Bis, jadi jangan
sampai istri kamu mempunyai fikiran yang macam-macam karna kamu terus
berada disini.."jelas+pinta Franda menatap Bisma sekilas kemudian
berlalu menaiki anak tangga rumahnya meninggalkan Bisma.
"aku gak akan pernah berhenti mengunjungi rumah ini Nda sebelum kamu
jelasin semuanya. Dan aku juga akan tetap menemui kamu dan Elfaris
disini, Aku sangat menyayangi Elfaris Nda, entah kenapa aku merasa ada
sesuatu dengan anak tampan itu. Aku pulang sekarang, tapi aku pasti akan
kembali lagi kesini.."jelas Bisma yakin. Ia pun beranjak keluar dari
rumah milik Rafael kakak dari Franda ini untuk segera pulang.
**
"loh ko dari tadi kamu diem terus sih? Lagi ada masalah yah? Cerita
dong sama aku?"tanya Dina bingung. Ia menyenderkan manja kepalanya
dipunggung Bisma.
"aku enggak apa-apa ko sayang, kamu gimana tadi dirumah mamahnya?
Mamah nanyain aku gak?"ujar+tanya Bisma balik. Dina menjauhkan kepalanya
dari punggung Bisma. Ia duduk didekat suaminya itu dan menatapnya
teduh.
"mamah enggak papa ko Bis, mamah nanyain kamu katanya kenapa enggak
ikut, ya aku jawab aja kamu lagi sibuk. Lagian aku disana cuma main-main
aja ko, kangen sama mamah.."jelas Dina tersenyum kecil.
"dasar manja, baru beberapa bulan enggak ketemu mamahnya aja
langsung pulang kesana, enggak ngajak suaminya lagi, manja banget sih
kamu sayang"ledek Bisma mengacak pelan poni lurus Dina.
"issh aku bukannya manja tau, tapi emang kangen aja, kan udah hampir
setengah tahun aku gak pulang kesana, lagian kalau ngajak kamu pasti
gak bisa terus, selalu sibuk.."Dina memanyunkan bibirnya seperti anak
kecil. Bisma hanya terkekeh geli melihat ekspresi wajah istrinya ini.
"yaudah nanti kapan-kapan aku main kesana deh, sekalian aku juga mau
pulang kerumah mamah aku, pengen temuin mereka juga.."ujar Bisma
lembut. Dina hanya mengangguk kecil tanda setuju.
"oh iya Bis, kemarin mamah ngajak aku main kerumah panti asuhan,
disana banyak banget bayi-bayi juga anak-anak kecil, lucu-lucu lagi.
Mamah nyaranin aku buat adopsi bayi, apa kamu mau?"tanya Dina tiba-tiba.
Bisma membolakan matanya menatap Dina.
"ta..tapi kalau kamu gak mau juga gak papa ko, a..aku enggak akan
maksa, aku..aku cuma pingin dirumah ini ada tangisan anak kecil aja, aku
kan gak bisa kasih kamu keturunan Bis, jadi apa salahnya kalau kita
adopsi anak.."lanjutnya lagi. Nada suara Dina sedikit lirih dan takut
kalau keinginannya ini hanya akan membuat Bisma marah tidak setuju.
"anak? Franda juga punya anak kan?
Astaga.. Kenapa gue gak kefikiran kalau Franda punya anak. Apalagi
sampai saat ini gue gak tahu siapa suami Franda ayah dari Elfaris itu,
apa jangan-jangan??"Bisma tersentak kaget begitu mengingat Elfaris dan
Franda. Rupanya ucapan Dina membuatnya teringat kembali akan kejadian
saat pagi tadi, dimana ia tengah membahas masa lalu yang sulit diingat
olehnya sendiri itu.
"Bis, kamu ko diem? Ka..kamu gak setuju yah?"tanya Dina ragu. Ia mengguncang pelan bahu Bisma dan membuyarkan lamunannya.
"engh, i..iya sayang? A..aku, akuu.."ucapan Bisma terpotong.
"enggak papa ko kalau kamu gak setuju sama usul aku. Aku ngerti kamu
tetep pengen berusaha, tapi kamu tau sendiri kan Bis, rahim aku udah
diangkat dan aku gak akan pernah bisa kasih kamu anak. Aku..aku cuma mau
bahagiain kamu, aku taku sekarang aku bukanlah istri yang sempurna,
tapi gak ada salahnya kan kalau kita merawat bayi orang lain asal kita
merawatnya dengan penuh kasih sayang, aku pingin ngerasain jadi Ibu juga
Bis meski bukan dari darah daging aku sendiri, aku ingin ngerasain itu
semua.."jelas Dina lirih. Ia memalingkan wajahnya dan segera menghapus
air matayang jatuh dipipi putihnya agar tidak terlihat oleh Bisma.
"jangan nangis sayang..
Maaf kalau aku terlalu egois, tapi aku belum bisa Din, aku tetap
ingin berusaha. Gak ada yang gak mungkin didunia ini. Aku harap kamu
ngerti sayang, kita pasti bisa punya anak tanpa harus mengadopsi anak
orang lain, percaya sama aku.."Bisma meraih pundak Dina dan menatapnya
begitu teduh, usapan lembut pun terasa dipipi dina.
"tapi itu semua gak mungkin Bis. Rahim aku udah rusak, Dokter bahkan udah angkat rahim aku.
Aku gak akan pernah bisa kasih kamu anak meski kita berusaha setiap
hari sekalipun, itu gak akan pernah bisa terjadi Bisma, enggak
akan.."jelas Dina menitikan air mata. Bisma mendekap erat tubuh Dina dan
berusaha menenangkannya, mungkin sikapnya egois, tapi ia punya alasan
tersendiri kenapa sampai saat ini tidak mau mengangkat atau mengadopsi
anak.
"maafin aku yah, aku gak bermaksud buat kamu sedih terus..
Aku hanya belum siap sayang, aku belum siap kalau harus merawat anak
orang lain, aku hanya ingin merawat anak aku sendiri, darah daging aku,
bukan darah daging orang lain.."ujar Bisma pelan. Tangannya mengelus
lembut punggung dan rambut panjang Dina.
"tapi aku gak tega lihat kamu kayak gini terus Bis, aku mau lihat kamu bahagia..
Apa aku harus nyuruh kamu nikah sama orang lain? Mungkin itu
benar-benar bisa membuat kamu memiliki keturunan dari darah daging kamu.
Aku akan lakuin Bis, aku ingin lihat kamu bahagia.. Kamu udah cukup
sabar selama ini, tapi aku gak tega lihatnya.
Aku gak sempurna Bisma, aku istri yang enggak sempurna buat
kamu.."batin Dina lirih. Air matanya terus mengalir tanpa bisa ia
hentikan lagi. Takdir yang menimpanya memang sangat buruk dan
menyakitkan, namun yakinlah suatu saat semuanya pasti akan berakhir
indah meski entah sampai kapan air mata ini terus mengalir.
"kenapa gue keinget terus sama Franda dan Elfaris?
Apa Elfaris itu anak Gue?
Kalau Elfaris bener-bener anak Gue, berarti Gue punya keturunan, dan
Gue gak perlu harus ngadopsi anak. Gue harus cari tahu semuanya. Franda
memang gak mau cerita, tapi Aku sendiri yang akan cari tahu semuanya
Nda.
Aku juga akan cerita semuanya sama kamu sayang, aku gak mungkin
bohongin kamu tentang Franda dan Elfaris, aku akan cerita semua sama
kamu Dina. Kalau semuanya sudah aku ketahui aku siap kamu marahi
habis-habisan pun, aku memang pantes dapat itu semua. Aku siap Din, aku
siap sayang.."batin Bisma memejamkan matanya lirih. Situasi dan
kondisinya benar-benar sulit. Antara percaya dan tidak. Hal yang tidak
pernah ia duga sebelumnya ternyata bisa sefatal ini, mungkin sebuah
teguran, hukuman atau justru teka-teki yang Tuhan berikan untuknya. Kita
hanya bisa menunggu semuanya terbongkar dengan jelas..
Bersambung...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Nggak Komentar, Nggak Kece :p