Rabu, 01 Januari 2014

Diantara Tiga Cinta #Part 19

Bisma sedari tadi hanya mengetuk-ngetuk pisau dan garpu yang dipegangnya, sehelai roti diatas piring makannya pun hanya ia potong-potong kecil tanpa ia santap, nafsu makannya seolah sirna, fikirannya pun tak jauh memikirkan kejadian beberapa tahun silam yang sama sekali sulit ia ingat apa kejadian sesungguhnya yang saat itu terjadi.


"ko om ayah gak makan lotinya sih? Tus lotinya cuma dipotong-potong aja lagi, lotinya enggak enak yah? Atau om enggak suka makan loti?"tanya Elfaris tiba-tiba. Bisma pun buru-buru menghentikan aksi memotong-motong roti terserbut, ia segera merubah posisi duduknya dan membuyarkan lamunannya.

"e..enggak, om gak papa ko. Om suka sama rotinya, su..suka banget malah, ini om mau makan.."ujar Bisma gugup. Tanpa menunggu lama potongan roti tersebut pun Ia masukkan kedalam mulutnya agar Elfaris percaya.

"ohh tadinya Ais pikil om enggak suka sama lotinya"Elfaris mengangguk kecil dengan senyum manis yang ia sunggingkan. Bisma hanya mengusap kepala Elfaris sekilas dan kembali menyantap sarapan paginya.

"nanti kalau sarapannya sudah selesai, kamu langsung pulang aja Bis, aku gak mau kalau kamu terus-terusan disini, Dina bisa salah faham kalau kamu terlalu lama disini"ujar Franda tiba-tiba. Bisma menoleh kaget mendengar ucapan Franda.

"kenapa?"Franda mengerutkan keningnya bingung melihat tatapan aneh Bisma.

"e..enggak, gak papa ko Nda. I..iya nanti aku langsung pulang"jawab Bisma gugup.

Franda menghela nafasnya dan kembali menyantap sehelai roti dihadapannya yang sudah ia olesi dengan selai cokelat favoritnya itu.

"oh iya Nda, aku boleh tanya sesuatu gak?"tanya Bisma tiba-tiba.

"sesuatu?"Franda memicingkan matanya bingung.

"tapi gak disini, aku mau bicara empat mata sama kamu.."Bisma melirik Elfaris yang berada disampingnya, rupanya ia ingin berbicara serius dengan Franda tapi tidak didepan Elfaris.

"ini penting Nda, please cuma sebentar ko.."lanjutnya lagi. Franda tampak berfikir sejenak. Ia ikut menatap jagoan kecilnya yang sibuk mengunyah roti dipiring makannya.

"Ais udah makannya, Ais mau kekamal dulu, dah Bunda mmuach!"tiba-tiba Elfaris beranjak dari kursi makannya. Ia mengecup pipi Franda sekilas kemudian berlalu pergi meninggalkan sang Bunda juga Bisma.

"anak pintar.."gumam Bisma tersenyum melihat tingkah Elfaris.

"memangnya kamu mau bicara apa? Kenapa harus hanya empat mata?"Franda kembali menyantap sarapan paginya, rupanya ia tidak terlalu serius menanggapi keinginan Bisma yang ingin berbicara empat mata dengannya ini.

"aku ingin tanya soal kejadian empat tahun lalu Nda"ujar Bisma tiba-tiba. Bola mata Frana melotot kaget menatap Bisma.

"Apa dulu kita pernah melakukan sesuatu?"tanyanya lagi. Franda terdiam sejenak mendengar pertanyaan Bisma.

"jawab Nda, apa empat tahun lalu kita pernah melakukan sesuatu? Apa Aku pernah nyentuh kamu?"lanjutnya lagi dengan ucapan dan pandangan yang serius menatap mata Franda.

"a..aku gak ngerti, ma..maksud kamu apa sih Bis? K..ko kamu tanya kayak gitu sama aku?"tanya Franda balik. Suaranya terengar gugup dan takut, air matanya pun tiba-tiba menetes begitu saja.

"Aku tanya sekali lagi Nda. Apa dulu aku pernah nyentuh kamu?"Bisma meraih pundak Franda dan memegangnya berharap agar Franda mau menatap keseriusan dimatanya.

"enggak. Kamu gak pernah ngelakuin apapun ko, dan kamu juga gak pernah nyentuh aku."jawab Franda bohong. Ia memalingkan wajahnya dan menyingkirkan tangan Bisma yang menyentuh bahunya.

"bohong. Kamu pasti bohong.
Kamu pasti bohong kan Nda?
Aku sama sekali gak ingat kejadian waktu itu, jadi please aku mohon kamu jawab jujur. Apa aku PERNAH nyentuh kamu Franda?"Bisma kembali melontarkan pertanyaan yang sama. Kali ini nada bicaranya sedikit ia tinggikan berharap kalau Franda mau berkata jujur.

"kamu saja tidak ingat, apalagi aku. Jadi untuk apa semuanya diingat? Labih baik kamu pulang dan lupakan semuanya.."ujar Franda enteng, ia beranjak dari duduknya dan berusaha menutupi air mata yang terus mengalir tanpa bisa ia cegah itu.

"Dulu aku pernah menyentuh seorang gadis. Aku dalam keadaan enggak sadar. Yang ada difikiran aku saat itu adalah Dina. Aku mengira gadis yang aku sentuh itu Dina.
Aku memang tergila-gila sama Dina sampai-sampai aku tega menyentuh dia sebelum dia aku nikahi.
Tapi ternyata aku salah. Disaat gadis yang tak lain adalah Dina aku nikahi, Dina sama sekali tidak mengakui kalau ia pernah aku sentuh. Dia tetap bersikukuh kalau pertama kalinya aku menyentuh dia dimana saat malam pertama kita, bukan sebelum kita menikah.."Bisma mulai bercerita tentang kenyataan yang membuatnya tidak mengerti ini. Langkah Franda pun terhenti begitu mendengar penuturan Bisma.

"malam itu ternyata aku bukan menyentuh Dina. Aku menyentuh gadis lain, aku sempat melihat ada tanda hitam dipunggung gadis yang aku sentuh. Dan disaat aku menyentuh Dina yang sudah sah menjadi istri aku, aku tidak melihat tanda hitam itu disana. Dina memang bukan gadis itu.
Aku sama sekali tidak ingat semuanya Nda, aku benar-benar dalam keadaan antara sadar dan tidak saat itu.
Aku..aku bingung, sampai saat ini aku selalu memikirkan hal ini, terlebih aku melihat tanda hitam itu ternyata ada dipunggung kamu.
Apa kamu gadis itu? Apa kamu gadis yang aku sentuh empat tahun silam itu Nda?
Aku mohon jawab, aku yakin kamu tahu, kamu pernah tinggal dirumah aku dulu, jadi kemungkinan besar kamu tahu semuanya.."lanjutnya meneruskan ceritanya. Perlahan Bisma melangkahkan kakinya mendekati Franda yang hanya diam mematung mendengar ucapan Bisma.

"please Nda, jawab jujur.
Apa kamu gadis itu?
Apa kamu gadis yang Aku sentuh malam itu? Aku mohon jawab.."pinta Bisma lirih. Ia menatap wajah Franda dengan mata berkaca-kaca.

"kenapa kamu malah tanya semua itu sama aku Bis? Semua jawaban ada dihati kamu, kamu sudah tau sendiri jawabannya, jadi aku rasa aku udah gak perlu jawab lagi. Semuanya ada disini, dihati kamu Bis."jelas Franda menunjuk dada Bisma kemudian berlalu pergi menyeka air matanya yang sedari tadi tidak mau berhenti mengalir itu.

"aku gak tau Nda, aku gak bisa jawab. Makanya aku tanya sama kamu"Bisma memandang lirih kepergian Franda.

"hiks.. Kamu aja sama sekali gak ingat Bis, jadi untuk apa semuanya diingat. Aku udah cukup sakit mendapatkan semua ini, aku ikhlas, tapi aku mohon jangan suruh aku untuk mengingat semua itu, sakit Bis, sakiit.."batin Franda terisak lirih.

"mending kamu cepet pulang. Aku gak suka kalau kamu terus-terusan ada disini. Dan mulai sekarang aku minta agar kamu gak sering ngunjungin Elfaris atau pun rumah ini. Kamu sudah punya istri Bis, jadi jangan sampai istri kamu mempunyai fikiran yang macam-macam karna kamu terus berada disini.."jelas+pinta Franda menatap Bisma sekilas kemudian berlalu menaiki anak tangga rumahnya meninggalkan Bisma.

"aku gak akan pernah berhenti mengunjungi rumah ini Nda sebelum kamu jelasin semuanya. Dan aku juga akan tetap menemui kamu dan Elfaris disini, Aku sangat menyayangi Elfaris Nda, entah kenapa aku merasa ada sesuatu dengan anak tampan itu. Aku pulang sekarang, tapi aku pasti akan kembali lagi kesini.."jelas Bisma yakin. Ia pun beranjak keluar dari rumah milik Rafael kakak dari Franda ini untuk segera pulang.




**
"loh ko dari tadi kamu diem terus sih? Lagi ada masalah yah? Cerita dong sama aku?"tanya Dina bingung. Ia menyenderkan manja kepalanya dipunggung Bisma.

"aku enggak apa-apa ko sayang, kamu gimana tadi dirumah mamahnya? Mamah nanyain aku gak?"ujar+tanya Bisma balik. Dina menjauhkan kepalanya dari punggung Bisma. Ia duduk didekat suaminya itu dan menatapnya teduh.

"mamah enggak papa ko Bis, mamah nanyain kamu katanya kenapa enggak ikut, ya aku jawab aja kamu lagi sibuk. Lagian aku disana cuma main-main aja ko, kangen sama mamah.."jelas Dina tersenyum kecil.

"dasar manja, baru beberapa bulan enggak ketemu mamahnya aja langsung pulang kesana, enggak ngajak suaminya lagi, manja banget sih kamu sayang"ledek Bisma mengacak pelan poni lurus Dina.

"issh aku bukannya manja tau, tapi emang kangen aja, kan udah hampir setengah tahun aku gak pulang kesana, lagian kalau ngajak kamu pasti gak bisa terus, selalu sibuk.."Dina memanyunkan bibirnya seperti anak kecil. Bisma hanya terkekeh geli melihat ekspresi wajah istrinya ini.

"yaudah nanti kapan-kapan aku main kesana deh, sekalian aku juga mau pulang kerumah mamah aku, pengen temuin mereka juga.."ujar Bisma lembut. Dina hanya mengangguk kecil tanda setuju.

"oh iya Bis, kemarin mamah ngajak aku main kerumah panti asuhan, disana banyak banget bayi-bayi juga anak-anak kecil, lucu-lucu lagi. Mamah nyaranin aku buat adopsi bayi, apa kamu mau?"tanya Dina tiba-tiba. Bisma membolakan matanya menatap Dina.

"ta..tapi kalau kamu gak mau juga gak papa ko, a..aku enggak akan maksa, aku..aku cuma pingin dirumah ini ada tangisan anak kecil aja, aku kan gak bisa kasih kamu keturunan Bis, jadi apa salahnya kalau kita adopsi anak.."lanjutnya lagi. Nada suara Dina sedikit lirih dan takut kalau keinginannya ini hanya akan membuat Bisma marah tidak setuju.

"anak? Franda juga punya anak kan?
Astaga.. Kenapa gue gak kefikiran kalau Franda punya anak. Apalagi sampai saat ini gue gak tahu siapa suami Franda ayah dari Elfaris itu, apa jangan-jangan??"Bisma tersentak kaget begitu mengingat Elfaris dan Franda. Rupanya ucapan Dina membuatnya teringat kembali akan kejadian saat pagi tadi, dimana ia tengah membahas masa lalu yang sulit diingat olehnya sendiri itu.

"Bis, kamu ko diem? Ka..kamu gak setuju yah?"tanya Dina ragu. Ia mengguncang pelan bahu Bisma dan membuyarkan lamunannya.

"engh, i..iya sayang? A..aku, akuu.."ucapan Bisma terpotong.

"enggak papa ko kalau kamu gak setuju sama usul aku. Aku ngerti kamu tetep pengen berusaha, tapi kamu tau sendiri kan Bis, rahim aku udah diangkat dan aku gak akan pernah bisa kasih kamu anak. Aku..aku cuma mau bahagiain kamu, aku taku sekarang aku bukanlah istri yang sempurna, tapi gak ada salahnya kan kalau kita merawat bayi orang lain asal kita merawatnya dengan penuh kasih sayang, aku pingin ngerasain jadi Ibu juga Bis meski bukan dari darah daging aku sendiri, aku ingin ngerasain itu semua.."jelas Dina lirih. Ia memalingkan wajahnya dan segera menghapus air matayang jatuh dipipi putihnya agar tidak terlihat oleh Bisma.

"jangan nangis sayang..
Maaf kalau aku terlalu egois, tapi aku belum bisa Din, aku tetap ingin berusaha. Gak ada yang gak mungkin didunia ini. Aku harap kamu ngerti sayang, kita pasti bisa punya anak tanpa harus mengadopsi anak orang lain, percaya sama aku.."Bisma meraih pundak Dina dan menatapnya begitu teduh, usapan lembut pun terasa dipipi dina.

"tapi itu semua gak mungkin Bis. Rahim aku udah rusak, Dokter bahkan udah angkat rahim aku.
Aku gak akan pernah bisa kasih kamu anak meski kita berusaha setiap hari sekalipun, itu gak akan pernah bisa terjadi Bisma, enggak akan.."jelas Dina menitikan air mata. Bisma mendekap erat tubuh Dina dan berusaha menenangkannya, mungkin sikapnya egois, tapi ia punya alasan tersendiri kenapa sampai saat ini tidak mau mengangkat atau mengadopsi anak.

"maafin aku yah, aku gak bermaksud buat kamu sedih terus..
Aku hanya belum siap sayang, aku belum siap kalau harus merawat anak orang lain, aku hanya ingin merawat anak aku sendiri, darah daging aku, bukan darah daging orang lain.."ujar Bisma pelan. Tangannya mengelus lembut punggung dan rambut panjang Dina.

"tapi aku gak tega lihat kamu kayak gini terus Bis, aku mau lihat kamu bahagia..
Apa aku harus nyuruh kamu nikah sama orang lain? Mungkin itu benar-benar bisa membuat kamu memiliki keturunan dari darah daging kamu. Aku akan lakuin Bis, aku ingin lihat kamu bahagia.. Kamu udah cukup sabar selama ini, tapi aku gak tega lihatnya.
Aku gak sempurna Bisma, aku istri yang enggak sempurna buat kamu.."batin Dina lirih. Air matanya terus mengalir tanpa bisa ia hentikan lagi. Takdir yang menimpanya memang sangat buruk dan menyakitkan, namun yakinlah suatu saat semuanya pasti akan berakhir indah meski entah sampai kapan air mata ini terus mengalir.

"kenapa gue keinget terus sama Franda dan Elfaris?
Apa Elfaris itu anak Gue?
Kalau Elfaris bener-bener anak Gue, berarti Gue punya keturunan, dan Gue gak perlu harus ngadopsi anak. Gue harus cari tahu semuanya. Franda memang gak mau cerita, tapi Aku sendiri yang akan cari tahu semuanya Nda.
Aku juga akan cerita semuanya sama kamu sayang, aku gak mungkin bohongin kamu tentang Franda dan Elfaris, aku akan cerita semua sama kamu Dina. Kalau semuanya sudah aku ketahui aku siap kamu marahi habis-habisan pun, aku memang pantes dapat itu semua. Aku siap Din, aku siap sayang.."batin Bisma memejamkan matanya lirih. Situasi dan kondisinya benar-benar sulit. Antara percaya dan tidak. Hal yang tidak pernah ia duga sebelumnya ternyata bisa sefatal ini, mungkin sebuah teguran, hukuman atau justru teka-teki yang Tuhan berikan untuknya. Kita hanya bisa menunggu semuanya terbongkar dengan jelas..






Bersambung...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Nggak Komentar, Nggak Kece :p