Setelah membersihkan dirinya dan melepas pakaian basahnya akibat
berenang tadi. Kini Bisma sudah tampak lebih segar seraya keluar dari
kamar mandinya. Ia hanya mengenakan celana boxer hitam, dan handuk putih
yang dikaitkan dilehernya. Rambut basahnya ia gosok asal dengan handuk
putih tersebut agar tidak terlalu basah.
Tiba-tiba bibir Bisma tersenyum. Ia melihat sosok istri pertamanya
yang ternyata masih pulas diatas tempat tidurnya. Bisma berjalan pelan
dan mendekat menghampiri perempuan cantik itu.
"tidurnya pulas banget sayang, hem.. Kalau lihat kamu lagi kayak
gini, aku jadi pengen.."Bisma tersenyum jahil. Ia mengelus pipi Dina dan
menciumi leher jenjang Dina yang mulus itu.
"kasih satu tanda boleh kalik yah?
Soalnya udah lama gak main-main sama Dina.
Kalau sama Franda aku belum berani, gak tahu kenapa aku kayaknya
takut banget, takut dia gak mau maksudnya hihi.."lagi-lagi Bisma tertawa
diiringi senyuman nakalnya. Ia melempar handuknya kelantai. Membiarkan
tetesan air dari rambutnya menetes membasahi pipi Dina. Leher Dina ia
hirup dan ia kecup dengan lembut. Entah apa yang tengah Bisma lakukan,
yang pasti tak lama Dina merasa terusik akibat ulah suaminya itu.
"ngh~ apaan sih ini? Ko basah.."Dina mendesah seraya membuka kelopak
matanya. Ia memegangi rambut Bisma yang memang sangat basah akibat tadi
baru selesai mandi.
"ya ampuun.. Kirain ada nyamuk raksasa yang gigit aku. Pantesan aja sakit.
Bisma udah dong.. Sakit tau.."Dina berujar pelan seraya mendorong wajah Bisma yang terus menciumi lehernya itu.
Bisma menoleh. Menatap teduh wajah cantik istrinya ini, bibirnya tersenyum.
"baru juga satu tanda. Eh udah kebangun. Padahal aku masih kangen
loh, ngelukis tanda merah dileher kamu.."ucap Bisma ngasal. Dina
langsung mengubah posisinya menjadi duduk, begitu pun Bisma yang ikut
duduk disamping istri pertamanya itu.
"kamu gak usah macem-macem deh. Kalau Franda lihat gimana? Mana
pintunya gak ditutup lagi. Jaga perasaan dia juga dong Bis.."Dina
menatap Bisma kesal, pintu kamarnya yang terbuka membuat Bisma hanya
cengengesan melihatnya.
"hehe iya sayang, maaf deh.. Abis lupa kalau pintunya dari tadi kebuka.
Lagian Franda pasti ngerti ko, kamu sama Franda itu sama-sama saling
mengerti. Makanya aku beruntung banget bisa memiliki kalian berdua.
Beruntung banget Din.."Bisma meraih kedua lengan Dina dan mengecupnya
lembut.
"aku tadi habis berenang sama Ais juga Franda. Tadinya mau ajak
kamu, cuma kamunya lagi tidur, jadinya gak jadi deh. Maaf yah..?"Bisma
berujar lagi.
Dina tersenyum, menggelengkan kepalanya pelan dan mengelus kedua pipi Bisma dengan ibu jari lembutnya.
"gak papa ko, aku juga tadi lihat. Cuma pura-pura gak tahu aja,
makanya aku tidur lagi.."Dina mencubit kecil hidung Bisma. Ucapannya
membuat Bisma sedikit terkejut.
"k..kamu udah tahu? T..tapi kamu gak lihat yang aneh-aneh kan tadi?"Bisma sepertinya takut.
"aku cuma lihat Ais teriak-teriak terus sambil berenang pakai ban
bebek-bebekan warna kuningnya. Selebihnya sih gak lihat apa-apa
lagi.."jelas Dina berbohong.
"syukur deh, soalnya kalau lihat pasti bakalan bikin hati kamu sakit.."batin Bisma membuang nafasnya lega.
"oh iya, kamu sama Franda udah pernah ngapain aja?
Udah usaha buat kasih adik untuk Ais belum?"tanya Dina tiba-tiba.
Entah apa maksud dari pertanyaannya ini, kedua bola mata Bisma langsung
melonjak kaget mendengarnya.
"ehm~ a..aku gak bermaksud lancang ko Bis.
A..aku cuma mau tahu aja, aku yakin Franda lebih bisa bahagiain
kamu. Lagi pula tanpa kamu jawab, aku udah tahu jawabannya sendiri ko,
dan jawabannya pasti udah. Iya kan?"tebak Dina diiringi senyum.
Bisma hanya diam. Ia bingung harus menjawab apa. Ia juga tidak tahu
kenapa Dina bersikap seperti ini, apalagi kenyataan yang sesungguhnya
Bisma memang belum pernah menyentuh Franda, kecuali saat beberapa tahun
silam yang membuat Elfaris bisa ada sekarang.
"hemm, yaudah. Kalau gitu aku mau mandi dulu. Kamu pakai baju, habis itu aku mau buat makanan untuk makan malam nanti..
Muach. Gak usah fikirin ucapan aku barusan.
Apapun yang kamu lakukan terhadap Franda, aku gak akan marah ko Bis.
Aku bisa ngerti.."Dina beranjak dari tempat tidurnya. Ia mengecup bibir
Bisma sekilas kemudian segera masuk kedalam kamar mandi untuk
membersihkan tubuhnya.
Bisma lagi-lagi hanya diam. Ia memegang bibirnya yang barusan Dina
kecup. Matanya menatap kearah pintu kamar mandi yang terdapat Dina
disana.
"sebenarnya apa yang ada didalam fikiran kamu sih Din?
Aku gak ngerti.
Aku juga pingin punya anak lagi dari Franda dan kasih Ais adik. Tapi apa itu gak nyakitin kamu?
Aku takut kamu nanti sakit, sekarang aja kasih sayang aku ke kamu udah terbagi buat Franda dan Ais. Gimana nantinya?
Aku takut gak bisa ngontrol diri aku sayang.. Aku takut kamu semakin
sakit nantinya.."Bisma membatin lirih atas sikap Dina yang membuatnya
bingung tidak mengerti. Ditambah dengan keadaan yang sekarang membuat
Bisma merasa bersalah juga terhadap Dina atau pun Franda.
**
Setelah selesai dengan makan malamnya. Dina, Bisma, Franda maupun
Elfaris kini sudah berada dikamarnya masing-masing karna malam memang
sudah cukup larut dan waktunya beristirahat.
Elfaris sendiri kini tengah berada dikamar sang bunda. Entah kenapa
ia sedari tadi tidak bisa tidur dikamarnya, padahal saat Bisma
meninggalkannya ia sudah terlelap, dan sekarang Elfaris malah terbangun
dan masuk kekamar Franda, tidur bersama bunda yang sangat disayanginya
itu walau matanya tidak mau terpejam.
Sedangkan Bisma sendiri masih mengobrol diruang tengah bersama Dina.
Entah apa yang mereka obrolkan, mungkin menyambung obrolan saat sore
tadi, atau entahlah apa.
"Bundaa.."Elfaris berujar manja.
"hem apa sih sayang? Kan bunda udah disini sama Ais.
Ko dari tadi gak mau bobo juga. Kenapa hem?"Franda membuka kelopak
matanya. Memandang wajah tampan Elfaris yang membuatnya terusik ini.
"Ais pingin bobo sama ayah.."pinta Elfaris tiba-tiba.
"ko bunda diem?
Tapi Ais benelan pingin bobo sama ayah bun.. Sama bunda juga. Kan
disini kasulnya besal, jadi pasti cukup kalau tidul beltiga
buun.."ujarnya lagi kini menatap Franda serius.
"udah deh Ais gak usah minta yang macem-macem.
Sekarang bobo, bunda gak suka kalau Ais jadi manja kayak gini.
Biasanya juga bobo sendiri, jadi gak usah macem-macem!"tegas Franda
galak.
Elfaris langsung menunduk diam. Ia membaringkan tubuhnya disamping
Franda, memeluk guling didekatnya dengan posisi membelakangi sang bunda.
Sepertinya bocah tampan ini ngambek.
"udah gak usah ngambek, apalagi sampe nangis. Bunda gak suka sama anak yang cengeng.
Sekarang bobo, kalau gak bobo bunda marah, kalau bunda marah, bunda gak mau deket Ais lagi.
Bobo sama ayahnya bisa besok siang atau sore. Jadi sekarang Ais
lebih baik bobo. Ngerti?"jelas Franda benar-benar tegas dan cukup galak.
"hiks.. Bunda jaat!
Masa Ais mau bobo sama ayah aja gak boleh, bunda jaat!"Elfaris menutup wajahnya dengan bantal dan menangis terisak disana.
"kalau bunda jahat, bunda pasti udah pukulin Ais. Bunda itu cuma mau
biar Ais enggak manja. Masa cuma gitu aja langsung bilang bunda jahat?
Memangnya Ais udah gak sayang lagi sama bunda hem?"ujar Franda masih saja kesal, membuat Elfaris semakin menangis dan terisak.
"hemm ko malam-malam gini nangis sih? Bukannya bobo malah
nangis.."tiba-tiba Bisma membuka pintu kamar Franda dan berjalan
menghampiri jagoan kecilnya juga Franda.
"Ayah?"pekik Elfaris yang langsung membalikkan tubuhnya begitu mendengar suara Bisma.
"B..bisma?"Franda pun ikut memekik heran.
"jagoan ayah kenapa?
Masa nangis sih, hem?
Bukannya bobo juga.."Bisma duduk ditepi tempat tidur Franda. Elfaris langsung berhambur memeluknya.
"hiks bunda jaat yah. Masa Ais mau bobo sama ayah tapi gak boleh
sama bunda. Padahal Ais pingin bobo sama ayah, sama bunda juga, tapi
bunda malah malahin Ais.. Hiks"adu Elfaris tersedu. Bisma terkekeh
melihat ekspresi wajah Elfaris yang lucu.
"ko gitu sih nda?
Emangnya kenapa kamu gak bolehin Ais tidur sama aku?"Bisma menoleh
menatap Franda yang sudah merubah posisinya menjadi duduk bersender
diatas tempat tidur.
"y..ya habis anak kamu tuh manja banget. Biasanya juga suka tidur
sendiri. Sekarang minta tidur sama kamu, kan gak mungkin, apalagi harus
sama aku juga. Terlalu manja tau gak Bis.."jelas Franda sedikit ketus.
"tapi tadi bunda malahin Ais yah.. Ais mau bobo sama ayah aja, gamau sama bunda.."adu Elfaris bertingkah manja didepan ayahnya.
"ohh gitu? Jadi Ais udah gak mau bobo sama bunda?
Yaudah, kalau gitu bunda juga gak mau bobo sama Ais lagi. Ngapain
bobo sama anak cengeng yang manja. Udah gitu nakal lagi.."Franda
pura-pura ngambek. Bisma benar-benar terkekeh melihat perdebatan lucu
anak dan istrinya ini.
"ayaaaah.."Elfaris memeluk leher Bisma manja. Menenggelamkan wajah tampannya tanpa mau melihat kearah sang bunda.
"usstt udah ah, masa jagoan ayah kayak gini?
Yaudah sekarang bobo yah? Ayah akan temenin Ais disini. Bobo ya
sayang?"Bisma membaringkan tubuh Elfaris, lalu ikut berbaring
disampingnya, membuat posisi Elfaris berada ditengah-tengah antara Bisma
dan Franda.
"manja."Franda meledek Elfaris.
"ayah bundanyaa.."
Franda terkekeh menahan tawa. Sungguh sangat jahil sekali ibu satu anak ini.
"ayah bobonya ditengah aja, Ais gamau deket bunda.."pinta Elfaris tanpa menoleh kearah Franda.
"iya, yaudah ayah ditengah. Tapi Ais bobo yah?"Bisma setuju lalu
merubah posisinya menjadi berada ditengah antara Elfaris dan Franda.
Elfaris mengangguk kecil meng-iyakan.
"sekarang Ais bobo. Ayah kan udah disini buat nemenin Ais. Jadi Ais
harus cepetan bobo.."Bisma menarik selimut tebal didekatnya untuk
menutupi badan Elfaris.
"percuma tau, dia tuh gak bakalan mau tidur. Ais kan anak
nakal.."tiba-tiba Franda menyindir seraya menatap lagit-langit kamarnya.
"udah dong, jangan digangguin terus. Kamu tuh aneh tau gak, masa
sama anak sendiri ribut terus.."Bisma membalikkan tubuhnya menatap
Franda.
"abis anak kamu tuh nyebelin. Manja banget lagi. Semua keinginannya
harus selalu dipenuhi, dan itu gara-gara kamu"jelas Franda kini malah
saling menatap.
"ko jadi aku sih?
Emangnya salah yah kalau aku manjain anak aku sendiri?"
"ya jelas salah. Ais jadinya gak mau mandiri kalau terus kamu manjain. Lihat sendiri sekarang kan?"
"ya tapi kan itu tuh bukti bahwa aku sayang sama Ais. Jadi kamu jangan salahin aku sepenuhnya juga dong nda."Bisma membela diri.
"ya tetep aja salah!"Franda kekeuh.
Sejenak Elfaris pun diam dan melongo melihat kedua orang tuanya yang malah saling menyalahkan.
"Ais mau bobo dikamal Ais aja deh kalau gituh!"ujar Elfaris
tiba-tiba. Ia membuka selimutnya dan bergegas turun dari tempat
tidurnya.
"tuh kan ngambek.. Kamu sih.."Bisma ikut turun dan bergegas menyusul Elfaris.
"kenapa jadi nyalahin aku?"tanya Franda polos.
"udah yah, Ais mau bobo sendili aja.
Ayah disini sama bunda.
Ais gak papa ko.
Ais gak mau ganggu ayah.
Ais bisa bobo sendili.
Ais sayang ayah.. Muah.. Samat malam yah.."jelas Elfaris. Ia
mengecup pipi Bisma kemudian menutup pintu kamar Franda dari luar. Bisma
sendiri malah cengo melihat sikap jagoan kecilnya itu.
"kayaknya Ais nyuruh gue ngelakuin sesuatu malam ini.
Hemm anak yang pintar.."batin Bisma tersenyum yakin. Ia menutup pintu kamar Franda dan menguncinya rapat-rapat.
"k..ko dikunci sih Bis?"tanya Franda gugup.
Bisma tidak menjawab. Ia malah tersenyum dan berjalan menghampiri Franda ditempat tidurnya.
"k..kamu mau ngapain?"Franda mengubah posisinya menjadi duduk.
"kasih adik buat Ais yuk?"ujar Bisma tiba-tiba. Bola mata Franda langsung melonjak kaget seketika itu juga.
"k..kamu jangan macem-macem deh Bis.. N...nanti kalau Dina tau gimana?"Franda semakin gugup.
Bisma menghela nafasnya. Ia meraih kedua pipi Franda dan menatap teduh wajah perempuan cantik dihadapannya itu.
"apa kamu gak capek mikirin hati orang lain terus?
Apa kamu gak mau mikirin hati kamu sendiri?
Perasaan kamu? Dan cinta kamu, hem?"Bisma berujar serius.
"t..tapi Bis?"
"Dina gak akan marah ko nda. Lagian kamu istri aku.
Apa kamu gak mau ngelakuin kewajiban kamu sendiri?
Kita udah sah nda. Kamu istri aku, dan aku suami kamu.
Apa kamu gak mau ngasih apa yang aku mau?
Apa kamu gak mau kasih Ais adik?
Dan apa kamu juga gak mau punya anak lagi dari aku?"
Franda akhirnya diam.
Ia menunduk bingung harus menjawab apa.
"kamu coba tanya hati kamu.
Aku yakin kamu mau. Kamu mau berbagi kebahagiaan sama aku.
Kamu juga mau berbagi kesedihan, suka bahkan duka sama aku.
Ayo dong nda, jangan buat diri kamu sendiri tersiksa.
Aku yakin kamu sayang sama aku, begitu pun sebaliknya. Aku sangat menyayangi kamu.."
lagi-lagi Franda tetap diam tak mau bersuara. Bahkan menatap wajah Bisma pun ia tak mau.
"diam, berati mau.."
Franda langsung menoleh menatap Bisma.
Bisma tersenyum melihat jawaban yang sesuai keinginannya ini. Ia
langsung mendorong tubuh Franda dan membaringkannya diatas tempat tidur.
"gak perlu takut. Aku gak akan melakukannya dengan kasar. Aku gak
mungkin kasar sama orang yang aku sayang. Apalagi orang itu udah kasih
aku kebahagiaan yang tak ternilai harganya.."Bisma menyingkirkan poni
Franda yang menutupi wajah cantik Franda.
"bahagia itu mudah nda. Jika kita mau dan yakin untuk bahagia, kita pasti akan bahagia..
Kebahagiaan aku itu kamu, dan aku yakin kebahagiaan kamu juga aku.
Jadi..."
"yaudah aku mau.. Tapi janji nanti jangan pernah kurangin kasih sayang Dina sama aku juga Ais.
Apalagi kalau kita punya anak lagi.
Kamu harus adil, gimana?"
"oke cantik.. Aku setuju.
Ayah sangat setuju bun.."Bisma mengecup bibir Franda sekilas.
"ihh apaan sih pake ayah bunda segala!"Franda terkekeh.
"biarin, kan biar romantis.. Muach"Bisma kembali mengecu bibir juga hidung Franda.
Franda hanya tersenyum, bahagia dan pasrah dengan apa yang dilakukan suaminya ini.
"ayah sayang kamu bun..
Saangat sayang kamu.."Bisma berbisik pelan ditelinga Franda. Ia meraih kedua tangah Franda agar mengalung dilehernya.
"bunda juga sayang kamu yah.. Saangat sayang kamu.."batin Franda
kemudian memejamkan kedua kelopak matanya. Merasakan sentuhan yang
begitu lembut pada bibirnya, leher, bahkan seluruh bagian wajahnya karna
Bisma kecupi dengan lembut hingga keduanya terhanyut dalam kemesraan
dan keromantisan malam ini.
"KLIK!!"
Tiba-tiba lampu mendadak padam. Entah itu PLN yang ngajakin readers
berantem, atau karena author yang matiin. Yang pasti itu harus disensor
dan gak boleh dibayangin.. Hahaha
bersambung...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Nggak Komentar, Nggak Kece :p