Rabu, 01 Januari 2014

Diantara Tiga Cinta #Part 22

Dokter tampan yang masih terbilang sangat muda ini terlihat begitu sibuk mengurusi beberapa pasiennya. Ia sampai tidak menyadari kalau BB nya sedari tadi bergetar tanda ada panggilan masuk.


"bagaimana kondisi anak saya Dokter?"tanya ibu paruh baya dengan wajah paniknya menatap Dokter muda bernama Reza ini.

"putri ibu tidak apa-apa, kondisinya sekarang sudah jauh membaik. Jadi ibu tidak perlu khawatir.."ujar Reza tersenyum ramah.

"kalau begitu terimakasih Dokter.."balas ibu paruh baya tersebut. Reza mengangguk kecil diiringi senyuman manisnya, perlahan kedua kakinya pun melangkah keluar meninggalkan ruang rawat pasiennya.


"si Bisma ngapain lagi sih? Ko perasaan sering banget hubungin gue? Mana dengan pertanyaan yang sama lagi. nih anak enggak sabaran banget pengen tahu tentang hasil tes DNA itu.."Reza mengerutkan keningnya bingung saat melihat beberapa panggilan tidak terjawab dari layar BB nya, bahkan banyak BBM yang masuk dan itu semua hanya dari Bisma.


"loe bisa ambil hasil tes tersebut sekarang. Hasilnya udah keluar, jadi loe bisa tahu hasil DNA loe sama anak kecil itu hari ini.."
send=>Bisma Karisma.

"huhf.. Sebenarnya apa yang Bisma lakukan yah? Ko bisa-bisanya dia jadi bersikap aneh seperti ini? Lagi pula apa hubungan dia sama anak itu? Kenapa harus di tes DNA segala?"pikir Reza masih saja bingung. Ia kembali mengantongi BBnya setelah membalas pesan BBM dari Bisma.

"tapi itu bukan urusan gue, itu juga bukan masalah buat gue. Masalah terbesar gue sekarang ya (namamu), dia marah banget dan lebih cuek sekarang. Gue gak tahu kenapa sikap (namamu) jadi seperti ini, hufh.."Reza menghela nafasnya berat. Ia kembali meneruskan langkahnya menuju ruangan kerjanya lagi. Fikirannya benar-benar sangat banyak dipenuhi masalah. Apalagi kamu sering marah-marah dan bersikap cuek terhadap Reza, mungkin memang kesalahan ada pada diri Reza karna terlalu sibuk dengan pekerjaannya tanpa peduli akan perasaanmu.





Sementara itu..


"Franda Calling..."

"Franda?"Bisma mengerutkan keningnya bingung saat melihat layar BB nya.

"tumben dia nelpon, ada apaan yah?"pikirnya bingung kemudian segera meraih BB yang tadi tergeletak diatas tempat tidur itu.

"iya Nda ada apa ayah?"Bisma menekan tombol hijau dan mulai mendekatkan BBnya ketelinga.

Franda sendiri bukannya menjawab ia justru malah diam seperti orang kebingungan.

"Nda..?"panggil Bisma pelan.

"engh~ m..maaf Bis, aku salah nomor.."ucap Franda dan buru-buru mematikan sambungan telponnya.

"aneh? Franda kenapa sih? Ko perasaan gue jadi gak enak gini yah?"batin Bisma tidak mengerti.

"ahh mungkin tadi Franda memang salah nomor, yaudah deh mending sekarang gue mandi aja. Gue harus buru-buru ke Rumah Sakit buat ngambil hasil tes DNA itu, gue harus tahu semuanya hari ini juga. Reza bilang hasil tesnya sudah keluar, jadi gue bisa tahu semuanya lewat tes itu.."batin Bisma yakin. Ia melempar BBnya keatas tempat tidur kemudian berlalu masuk kedalam kamar mandi.




**
"Bundaa, Bunn Bunda.."suara parau Elfaris terdengar begitu lirih. Ia terus saja mengigau memanggil sang bunda, padahal kedua kelopak matanya masih terpejam, tapi mulut kecilnya tak henti memanggil nama bunda.

"Bundaa.. Ais mau ayah Bunn.. Ais mau ketemu ayah.."pintanya dengan suara yang sedikit melemah.

Wajah Franda sendiri sudah basah dengan air mata karna pilu melihat kondisi putranya yang seperti ini.

"maafin bunda sayang, maafin bunda..
Bunda gak mungkin suruh ayah kamu kesini.. Bunda gak bisa nak.. Bunda gak bisa.."lirih Franda menggenggam erat tangan Elfaris. Kening Elfaris pun ia kompres dengan handuk kecil yang sudah dibasahi air dingin.
Suhu tubuh Elfaris sejak malam tadi memang mendadak panas, jadi tak heran kalau Franda menjadi sepanik dan sekhawatir ini akan keadaan Elfaris.

"Bundaa.. Ais mau ayah Bunn.. Ais mau ketemu ayah.."Elfaris membuka kelopak matanya dan memandang Franda dengan tatapan memilukan.

"enggak sayang.. Ais sama bunda aja, Ais istirahat yah? Obatnya diminum dulu, biar cepat turun panasnya.."tolak Franda mencoba mengalihkan pembicaraan karna permintaan Elfaris tidak mungkin bisa ia kabulkan.

"tapi Ais mau ketemu ayah Bunn.. Ais mau minum obatnya disuapin sama ayah.. Ais mau ayah ada disini.. Ais punya ayah kan bunda? Ais mau ketemu ayah buun.."lirihnya meneteskan air mata. Wajah yang semakin memucat dan suhu panas tubuhnya yang tidak juga mau turun.

"Ya Tuhan.. Apa aku terlalu egois?
Tapi aku gak mungkin hubungin Bisma dan meminta dia untuk datang kesini.. Itu tidak mungkinn.."Franda menarik tubuh mungil Elfaris kedalam dekapannya. Kedua matanya terpejam dengan air mata yang terus mengalir membasahi pipinya.

"Ais gak boleh nakal yah? Disini kan ada bunda, lebih baik sekarang Ais minum obatnya lalu istirahat. Ais kan anak pintar, jadi gak boleh nakal.."Franda melepaskan pelukannya dan memandang wajah Elfaris, ia mengusapnya pelan berharap kalau Elfaris bisa mengerti dan mau menuruti ucapannya.

"Ais cuma mau ketemu sama ayah, tapi bunda malah bilang Ais nakal..
Bunda jahat! Bunda gak pelnah sayang sama Ais. Ais benci sama bunda, Ais benci bundaaa!!"teriak Elfaris mendorong kasar tubuh Franda dan beranjak dari tempat tidurnya meski keadaanya sangat lemah.

"enggak nak, Jangan pernah benci sama bunda.. Maafin bunda Ais.."Franda menggeleng lirih melihat sikap jagoan kecilnya yang baru kali ini memberontak terhadapnya.

"Ais mau cali ayah, Ais mau ketemu ayah. Bunda jangan lalang Ais, pokoknya Ais halus ketemu ayah!!"ujar Elfaris melangkah keluar meninggalkan Franda.

"enggak.. Aiss!! Kamu gak boleh pergi.. Ais masih sakit sayang.. Ais gak boleh pergi!!"teriak Franda mengejar Elfaris keluar dari kamarnya.

"hiks, Ais halus cali om ayah. om ayah pasti tau dimana ayah Ais..
Hiks Ais mau ketemu, Ais gak mau dibohongin bunda telus.. Bunda selalu boongin Ais, padahal Ais cuma mau ketemu ayah aja, habis itu Ais pasti gak akan minta ketemu ayah lagi, hiks ayaah.."lirihnya menangis tersedu-sedu sambil terus melangkah keluar dari dalam rumah mewahnya.




**
"loh, kamu mau kemana Bis?"langkah Bisma tiba-tiba terhenti mendengar suara Dina yang menegurnya.

"ngh~ a..aku, aku mau keluar dulu yah sayang? Cuma sebentar ko, nanti aku pasti langsung pulang, hanya sebentar..
Aku pamit yah? mmuach.."Bisma mengecup kening Dina dan beranjak pergi meneruskan langkahnya.

"ko Bisma kelihatan buru-buru banget yah? Memangnya dia ada urusan apa sih? Gak biasanya Bisma buru-buru kayak gini?"fikir Dina heran melihat sikap Bisma.

"BB?"pekik Dina melihat BB Bisma yang tergeletak begitu saja diatas tempat tidurnya.

"Bis, BB kamu keting..gal"tiba-tiba Dina menghentikan ucapannya karna sepertinya Bisma sudah menjauh pergi.

"hemz.. Kebiasaan kamu itu suka ninggalin BB dirumah, nanti gimana cara aku ngehubungin kamunya coba?"Dina menghela nafasnya melihat sikap sang suami. Ia duduk diatas tempat tidurnya, tangan kanannya meraih BB milik Bisma yang tertinggal.

"udah lama aku gak pernah buka-buka BB kamu lagi Bis. Kalau sekarang aku lihat-lihat boleh kali yah?"batin Dina tersenyum sendiri memperhatikan BB ditangannya. Ia pun mulai membuka dan mengotak-atik BB tersebut.

"apa ini?"mata Dina tiba-tiba terbelalak kaget melihat pesan BBM yang masuk dari BB Bisma.

"tes DNA? Apa maksudnya sih? Memangnya siapa yang di tes?"fikirnya bingung.

"Rumah Sakit?
Iya aku harus cari tahu. Bisma pasti nyembunyiin sesuatu dari aku.
Aku harus ke Rumah Sakit dan mengambil hasil tes tersebut. Atau jangan-jangan Bisma barusan pergi karna hendak mengambil hasil tesnya.
Ya Allah.. Kenapa hati aku berfikiran yang macam-macam seperti ini sama Bisma?
Bisma gak mungkin kan kalau berhianat dibelakang aku?
Itu semua gak mungkin.. Bisma, Bisma gak mungkin tega bohongin aku.. Itu gak mungkin..."air mata Dina perlahan menetes tanpa terasa dan tanpa bisa ia cegah. Ia pun segera beranjak tanpa menunggu lama lagi untuk mencari tahu semuanya.

"jangan sampai kamu benar-benar berhianat dibelakang aku Bis..
Aku gak akan pernah bisa maafin kalau sampai itu terjadi.
Kamu udah janji gak akan pernah nyakitin aku, tapi sekarang hati aku sakit banget mengetahui semua ini Bis.."Dina memandang lirih BB milik Bisma yang masih digenggamnya kemudian berlalu pergi untuk mencari tahu apa maksud semua ini.




**
"Elfariss.. Aiss tunggu!! Jangan lari sayang.. Berhenti Aiss!!!"teriak Franda berlari mengejar langkah kecil Elfaris yang terus menjauh darinya itu.

"gak mauuu.. Bunda jangan ikutin Ais telus, bunda jangan lalang Ais lagi. Ais mau cali ayah buun, Ais mau ketemu ayaah.."tolak Elfaris kekeuh tidak mau berhenti berlari.

"enggak sayang, Ais gak perlu bersikap kayak gini. sebentar lagi ayah pasti datang, kita tunggu ayah didalam ya nak? Ayah sedang menuju kesini.."bujuk Franda pelan. Sejenak langkah Elfaris terhenti. Ia menoleh dan menatap wajah Franda dengan wajah yang semakin telihat pucat itu.

"enggak, bunda pasti boongin Ais lagi. Ayah gak mungkin datang kesini, bunda pasti bohongin Ais, bunda pasti bohoongg!! Hiks.. Ayaah"Elfaris menggeleng terisak dengan air mata yang membanjiri wajah tampannya. Franda sendiri tak kuasa menahan tangis melihat sikap Elfaris yang menjadi pemberontak seperti ini. Mungkin Elfaris lelah karna Franda terlalu sering berbohong saat ia menanyakan sosok ayah. Padahal sampai saat ini Franda sama sekali tidak memberitahukan siapa dan dimana ayah kandung Elfaris.

"ada apa ini Nda? Kenapa sama Elfaris? Kenapa kamu bisa ada diluar rumah kayak gini?"tiba-tiba Bisma datang menghampiri Franda setelah menghentikan mobil merahnya tak jauh dari Franda.

"Bis? Kamuu.."Franda memandang Bisma lirih. Rasanya ingin sekali ia menubruk tubuh Bisma dan mendekapnya, meluapkan semua rasa sesak didalam hatinya itu, namun semuanya ia tahan sebisa mungkin agar tetap bisa bersikap wajar didepan Bisma.

"Nda kamu kenapa? Elfaris juga kenapa? Tadi kamu bilang Elfaris lagi sakit, tapi kenapa kalian bisa ada diluar rumah gini?"tanya Bisma lagi. Franda hanya menoleh menatap Elfaris yang berdiri cukup jauh darinya.

"oom.."panggil Elfaris lirih. Tanpa pikir panjang lagi Bisma segera beranjak menghampiri Elfaris. Menenangkan bocah tampan itu dan mendekapnya erat.

"Ais kenapa?.. Ko Ais bisa ada diluar sih? Katanya Ais lagi sakit, ko diluar sih sayang? Hem? Ais kenapa?"tanya Bisma pelan. Ia mengusap lembut rambut hitam Elfaris dan menghapus air mata dipipi Elfaris.

"Ais pingin ketemu ayah.. Ais mau cali ayah omm.. Tapi bunda selalu boongin Ais.. Bunda gak mau kasih tau dimana ayah Ais.. Bunda jahat omm, bunda gak mau temuin Ais sama ayah.. Bunda jahaat.."adu Elfaris dengan nada lirih dan wajah polosnya.

Bisma menoleh menatap Franda yang masih berdiri mematung melihatnya. Franda sendiri menggeleng menahan tangis dan rasa sesak mendengar ucapan Elfaris barusan.

"Ais gak boleh bicara kayak gitu yah? Bunda itu enggak jahat sayang..
Suatu saat Ais pasti bisa ketemu sama Ayah Ais. Sekarang lebih baik kita masuk yah? Ais harus istirahat.. Om lihat juga wajah Ais pucat banget, jadi kita harus masuk kedalam buat istirahat.."jelas Bisma mencoba membujuk.

"tapi Ais mau ketemu ayah dulu.. Ais mau ayah om.."pinta Elfaris lirih. Bisma menghentikan langkahnya. Ia menghela nafasnya memandang bocah kecil dihadapannya ini.

"nanti kita cari ayah Ais sama-sama, tapi sekarang kita masuk dulu. Kalau Ais udah enggak sakit om janji akan bantu Ais cari ayah.. Gimana?"tawar Bisma lembut.

"tapi om gak akan boongin Ais kan?"tanya Elfaris ragu.

"enggak sayang, om gak akan pernah berani bohongin Ais.."balas Bisma mengacak pelan poni Elfaris.

"yaudah Ais mau. Tapi Ais mau sama om aja, Ais gak mau sama bunda.."pinta Elfaris manja. Bisma tersenyum setuju. Tubuh Elfaris pun kemudian ia angkat dan digendongnya untuk masuk kembali kedalam rumah.

"dia ayah kamu Ais.. Yang sekarang sedang menggendong kamu itu ayah kamu nak.. Dia yang udah membuat kamu lahir kedunia ini, dia ayah kamu..
Jangan pernah benci sama bunda karna bunda gak bisa hidup tanpa Ais.. Bunda berbohong dan melakukan ini semua karna bunda tidak mau kehilangan kamu.. Maafin bunda sayang.."Franda menatap lirih tubuh Elfaris dan Bisma yang berjalan masuk melewatinya.

"ayo Nda kita masuk. Kamu jangan berdiri terus disitu.."ajak Bisma tiba-tiba.

"i..iya Bis.."balas Franda mengangguk setuju dengan ekspresi gugup plus kagetnya.



Sementara itu..

Dari kejauhan tampak sebuah mobil Honda Jazz hitam berhenti tak jauh dari rumah yang ditempati Franda.
Terlihat pula seorang perembuan cantik dengan kacamata hitamnya berada didalam mobil tersebut karna kaca jendela mobilnya sedikit ia buka.

"jadi ini maksud dari hasil DNA itu Bis?
Kamu tega sama aku. Kamu tega bohongin aku Bis..
Bahkan kamu tega bermain dibelakang aku sampai selama ini, sampai menghasilkan seorang anak.
Kamu.. Kamu benar-benar tega Bisma, kamu tega.."lirihnya memejamkan mata membiarkan bulir bening keluar dari pelupuk matanya.

"hasil tesnya positiv. Nanti tinggal kasih tau saja sama Bisma. Oh iyam sebelumnya makasih yah Din kamu udah mau ngambil hasil tesnya kesini langsung. Tolong bilangin aja sama Bisma kalau hasil dari DNA nya sama anak kecil itu positiv yang berarti satu darah. Dan anak itu memang anaknya Bisma. Tolong bilangin yah Din? Sebelumnya makasih.."ucapan Reza yang begitu polos menjelaskan semuanya kini masih terngiang jelas dimemori ingatan Dina. Entah Reza dengan sadar atau tidak bisa mengucapkan kalimat tersebut dengan tanpa berfikir panjang lagi, padahal Dina sendiri adalah istri dari Bisma, sedangkan Elfaris anak dari Franda. Kenapa Dokter muda ini bisa tidak memikirkan bagaimana perasaan Dina. Hufh, entahlah kepolosan Reza memang benar-benar sudah mendekati stadium akut.


"usia Elfaris sudah hampir 3'tahun, berarti kamu sudah sangat lama sekali berhianat dibelakang aku.
Kalau memang kamu gak bisa mencintai aku lagi bilang Bis.. Gak perlu dengan cara menyakitkan seperti ini..
Aku kecewa sama kamu, aku sangat kecewa Bis.."ujarnya menatap kearah Bisma Franda juga Elfaris yang sudah mulai masuk kedalam rumah.

Tak lama Dina pun segera menutup kaca jendela mobilnya dan melajukan mobilnya kembali untuk pulang kerumahnya.




Bersambung..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Nggak Komentar, Nggak Kece :p