Bocah kecil berusia 3tahun ini sedari tadi hanya diam memandangi ruangan
serba putih dihadapannya. Jemari kecilnya sesekali mengetuk-ngetuk meja
didekatnya dengan sebuah pulpen kecil.
"ko lama sih om? Sebenelnya kita kesini mau ngapain sih? Tus temen
om nya kemana? Ko dali tadi gak datang-datang?"tanyanya dengan ekspresi
polos menatap Bisma.
"bosen yah? Maaf deh, sebentar lagi temen om pasti datang, Ais
tunggu dulu yah? Habis ini nanti kita jalan-jalan di mall, sabar
oke?"ujar Bisma tersenyum mengusap rambut hitam bocah yang ternyata
Elfaris itu.
"hmm iya deh Ais tunggu lagi, tapi janji nanti kita jalan-jalan yah?
Soalnya Ais pengen main-main lagi sama om.."pinta Elfaris berharap.
"iya sayang, om janji! Nanti kita pasti akan main-main..
Ais akan om ajak main, trus beli mainan banyak.."balas Bisma setuju.
Elfaris yang mendengarnya pun tersenyum senang.
"om ayah baik, Ais pingin banget punya ayah kayak om ayah..
Ais behalap kalau om ayah ini ayahnya Ais.. Tapi apa itu bisa? Om
ayah kan bukan ayah Ais.."batin Elfaris memandang wajah Bisma pilu.
"Aduh sorry Bis, loe pasti udah nunggu lama yah? Sorry banget nih,
soalnya tadi salah satu pasien gue keadaannya mendadak kritis lagi, jadi
harus cepat-cepat gue tangani, sorry yah.."ucap Reza tiba-tiba masuk
kedalam ruangannya menghampiri Bisma dan Elfaris.
"hemz.. Nyantai aja Ja, gak papa ko, gue bisa ngertiin profesi loe.
Yaa walaupun udah cukup pegel sih nunggu loe hampir setengah jam
disini.."balas Bisma beranjak dari duduknya.
"oh iya, tapi ngomong-ngomong loe ada perlu apa nih ketempat
gue?"Reza duduk dikursi ruangannya dengan satu pertanyaan yang keluar
dari mulutnya.
"oh iya, trus ini siapa? Ko bisa ada disini?"lanjutnya lagi, kini menunjuk Elfaris yang duduk disamping Bisma.
"ini Elfaris Ja. Dia anaknya Franda, loe kenal Franda kan? Yang
waktu itu sempat datang keacara pernikahan loe, dan Elfaris ini yang
waktu itu hilang dirumah loe.."jelas Bisma. Reza malah mengerutkan
keningnya mengingat siapa bocah tampan dihadapannya itu.
"ohhh iya gue inget. Dia keponakannya Pak Direktur Rafael itu kan?"tebak Reza.
"nah, iya bener.. Dia keponakannya Rafael dan Franda itu adiknya Rafael.."balas Bisma setuju.
"tapi kenapa dia bisa sama loe? Trus kalian berdua kesini mau ngapain?"tanya Reza bingung.
Bisma beranjak dari duduknya. Ia mendekat dan berdiri disamping Reza.
"Gue mau loe tes DNA gue sama anak ini Ja, loe bisa kan?"pinta Bisma sedikit berbisik.
"HAH?"mata Reza melotot kaget mendengar ucapan Bisma.
"bisa enggak? Loe kan Dokter, masa cuma tes DNA aja gak bisa?"lanjutnya lagi sedikit menyepelekan.
"gue bisa sih, tapi kenapa harus tes DNA? Emangnya anak ini siapanya
loe Bis? Bukannya tes DNA itu hanya buat nyari tahu dia darah daging
loe atau bukan yah? dan itu hanya dilakukan apabila loe emang memiliki
hubungan darah sama anak ini?"Reza menggaruk kepalanya bingung.
"udah loe tinggal tes aja apa susahnya sih Ja?
Loe mau bantuin gue kan? Gue butuh banget nih hasil dari tes itu,
pokoknya loe gak perlu banyak tanya. Gue cuma mau pastiin aja kalau anak
ini anak gue atau bukan, makanya gue datang kesini buat minta bantuan
loe.."jelas Bisma sedikit memaksa.
Reza memandang wajah Elfaris masih dengan tatapan bingungnya. Ia juga menatap wajah Bisma seperti orang linglung.
"enggak terlalu mirip, anak ini lebih ganteng dan lebih putih dari
pada Bisma, trus matanya juga sipit enggak kayak mata Bisma. Tapi kenapa
Bisma malah nyuruh gue tes DNA dia sama nih anak?"batin Reza polos.
"Ja! Loe bisa bantuin gue gak sih? Koe loe malah bengong?"kesal Bisma menepuk pundak Reza.
"i..iya Bis gue bisa. Yaudah gue minta sample rambut loe sama anak
ini buat gue tes nantinya."Reza buru-buru mengeluarkan gunting kecil
dari laci didekatnya.
"oke, loe tinggal ambil aja rambut gue, cuma beberapa helai doang
kan?"Bisma memotong rambutnya sendiri beberapa helai lalu memberikannya
pada Reza.
"oke, sekarang tinggal anak kecil ini yang harus gue ambil rambutnya.."Reza berjalan mendekati Elfaris.
"om mau ngapain Ais?"Elfaris memandang Reza bingung.
"om Reza mau minta rambut Ais sedikit, boleh yah? Rambut om juga
tadi udah diambil ko, tapi tenang aja cuma sedikit.."jelas Bisma
meyakinkan.
"iya, boleh yah? Om motongnya juga cuma sedikit ko, gak akan banyak.."ujar Reza menambahi.
"tapi Ais takut dimalahin sama bunda. Lagian om kan Doktel bukan
tukang cukul, masa om Doktel mau motong lambut Ais?"bingung Elfaris
tidak mengerti akan sikap dua orang dewasa didepannya ini.
"hemz.. Yaudah kalau gitu anggap aja om ini tukang cukur deh. Jadi
om boleh kan minta rambutnya Ais sedikit?"bujuk Reza sedikit
membungkukkan badannya menyamakan dengan tinggi Elfaris.
Bisma terkekeh melihat apa yang dilakukan oleh Reza.
"boleh enggak nih? Cuma sedikit aja ko, om janji.."ujar Reza meyakinkan.
"hmm yaudah deh boleh, tapi jangan kasih tau bunda Ais yah? Bunda
bisa malah kalau lambut Ais dipotong sama om, soalnya om kan bukan
tukang cukul lambut.."setuju Elfaris akhirnya.
"oke sip, om janji gak akan kasih tahu bunda Ais.."balas Reza setuju.
Elfaris mengangguk kecil dan tersenyum, begitu pun dengan Bisma yang ikut tersenyum.
"sebentar lagi aku akan tahu teka-teki ini Nda.
Kalau memang benar Elfaris anak aku, aku pasti akan tanggung jawab.
Aku janji, aku gak akan buat kamu menderita dengan semua beban akibat
ulah aku, aku janji.."batin Bisma tersenyum yakin.
**
"jadi tadi cuma main-main ke mall aja? Ais enggak pergi ketempat
yang aneh-aneh kan?"bidik Franda menatap Elfaris yang baru saja pulang
diantar Bisma ini sedikit curiga.
"enggak ko bunda, tadi om ayah cuma ajak Ais main ke mall, tus
beliin Ais banyak mainan deh.."jawab Elfaris menunjukkan kantung
belanjaannya yang berisikan banyak mainan itu.
"hemz.. Yadauh sekarang Ais masuk kamar yah? Mandi, habis itu istirahat.."suruh Franda lembut.
"iya bunda, tapi nanti habis mandi Ais boleh mainin mainan balu Ais
ini kan bun? Soalnya mainannya bagus-bagus, Ais pingin cepet-cepet
mainin bunda.."pinta Elfaris polos.
"iya boleh, tapi jangan tidur terlalu malam yah? mmuach, bunda
sayang sama Ais.."Franda mengecup kening putra semata wayangnya itu
penuh kasih sayang.
"makasih bunda, Ais juga sayaang sama bunda, mmuuah!!"balas Elfaris
ikut mengecup pipi Franda. Kakinya pun segera ia langkahkan cepat menuju
kamarnya meninggalkan Franda.
"seneng banget rasanya kalau udah lihat wajah kamu seceria ini sayang..
Bunda gak akan cegah ayah kamu untuk kasih kamu mainan, mungkin bagi
Bisma itu hanya sebatas mainan biasa buat kamu, tapi bagi bunda itu
adalah hak kamu. Hak yang memang udah sepantasnya kamu dapatkan dari
Bisma.
Maaf kalau selama ini bunda masih egois.
Bunda gak mau kehilangan kamu, jadi lebih baik kamu gak usah punya
ayah, kamu cukup punya bunda saja sayang.. Hanya punya bunda."batin
Franda memandang lirih tubuh kecil Elfaris yang sudah berlalu
meninggalkannya.
Sementara itu..
Bisma kini tengah menemani Dina sang istri makan malam. Setelah
mengantarkan Elfaris pulang, Bisma memang buru-buru pulang kerumahnya
karna tidak mau membuat Dina kecewa. Ia sudah janji untuk pulang tidak
terlalu larut agar bisa menemani Dina makan malam bersamanya.
"masakan kamu makin hari makin enak aja sayang. Ko pinter banget sih
masaknya? Jadi gak kenyang-kenyang nih aku makannya juga.."ujar Bisma
menambah nasi serta lauk-pauknya pada piring makannya.
"uhh bilang aja deh kalau kamu tuh lapar, pake muji segala, gombal tau gak.."canda Dina sedikit menahan tawa.
"hehe iya sih emang aku lagi lapar, tapi beneran deh sayang, makanan
kamu itu gak ada duanya, pokoknya enaaak deh, the best!!"puji Bisma
lagi. Ia mengacungkan kedua ibu jarinya dengan tawa kecil yang ringan.
"iya-iya, yaudah makanannya diabisin yah? Aku mau ambilin kamu minum
dulu, tunggu sebentar.."Dina beranjak dari duduknya menuju dapur untuk
mengambilkan Bisma minuman. Rupanya ia lupa tidak menyiapkan air minum
untuk suaminya itu, mungkin karna terlalu asik dalam obrolan hangat
Bisma sampai ia bisa lupa.
"gimana caranya aku ceritain semuanya sama kamu Dina.
Aku takut kamu kecewa, aku taku kamu justru akan marah sama aku, tapi ini benar-benar diluar kendali aku sayang..
Kalau Elfaris nanti terbukti anak kandung aku, aku harap kamu mau
mendengar semua penjelasan aku, aku juga berharap kalau kamu nanti akan
setuju dengan keputusan yang aku ambil.
Aku cinta kamu, tapi aku juga sangat sayang sama Franda, aku gak mungkin biarin dia tersiksa sendiri karna ulah aku.
Aku sayang kalian semua.."batin Bisma memandang lirih Dina yang sudah meninggalkannya sendiri itu.
"dari awal Bisma menikah sama Dina mamah selalu menanyakan cucu.
Bisma tahu Bisma anak yang tidak bisa membanggakan, tapi kalau nanti
Elfaris benar-benar anak Bisma, berarti mamah punya cucu mah.. Mamah
bisa punya cucu dari Bisma, Elfaris sangat mirip dengan Bisma,
kemungkinan itu tidak mungkin salah, Elfaris pasti anak Bisma, Bisma
yakin mah, karna hati Bisma menyatakan seperti itu."tiba-tiba Bisma
mengingat akan sosok mamah yang sangat menginginkan cucu darinya, sosok
mamah yang sebenarnya tengah menderita sakit cukup lama, bahkan semenjak
mengetahui kalau istri Bisma tidak bisa memberikan Bisma keturunan,
sang mamah jadi tidak pernah mau mengeluarkan suaranya, ia hanya berdiam
diri duduk diatas kursi roda, hatinya terasa hancur karna putra semata
wayangnya tidak bisa memberikannya seorang cucu.
"mamah sayang sama Dina, mamah gak mungkin nyuruh kamu buat cerain
dia. Tapi apa mamah benar-benar tidak bisa memiliki cucu Bis? Padahal
mamah sangat berharap ada sosok anak kecil yang memanggil mamah dengan
sebutan Oma, mamah ingin itu semua Bisma.. Mamah ingin melihat anak kamu
memanggil mamah Oma.."ucapan lirih itu kembali terngiang didalam memori
ingatan Bisma. Air mata Bisma pun menetes, ia menghentikan acara
makannya sejenak.
"mamah baik. Mamah sangat baik sama Bisma. Apapun keputusan Bisma mamah gak pernah marah dan selalu setuju.
Maafin Bisma yah mah kalau selama ini Bisma selalu membuat mamah
sedih.. Tapi Bisma janji, kalau Elfaris terbukti anak kandung Bisma,
Bisma akan bawa dia buat ketemu mamah. Bisma akan bawa dia ke Bandung
mah, mamah pasti senang..
Urusan dengan Franda biar Bisma yang atur, Bisma juga gak akan
egois, Bisma pasti akan mempertanggungjawabkan semuanya. Bisma janji
mah, karna Bisma bukan laki-laki pengecut.."batin Bisma yakin dengan air
mata yang sudah berderai membasahi wajahnya.
Bersambung...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Nggak Komentar, Nggak Kece :p