Sebuah kenyataan indah yang sangat sulit dipercaya meski sudah terjadi didepan mata.
Lagi-lagi Franda hanya bisa menitikan air mata, adegan haru
selanjutnya ia lihat saat Bisma menidurkan Elfaris diatas tempat tidur,
mengecup kening bocah tampan itu dan menyelimutinya seraya mengucapkan
selamat tidur. Benar-benar Franda dibuat menangis haru karna itu semua
yang diimpikan jagoan kesayangannya selama ini.
"selamat tidur jagoan ayah. Mimpi indah ya sayang, ayah sayaaang
banget sama Ais, mmuach.. Ayah sayang kamu.."ujar Bisma memberikan
kecupan lembutnya tepat dikening Elfaris. Bibirnya tersenyum senang
memandangi wajah tampan darah dagingnya yang sudah terlelap itu.
"malam ini aku tidur disini ya Nda? Aku ingin terus dekat sama Ais,
tadi aku udah janji akan temani dia malam ini, boleh kan?"tanya Bisma
tiba-tiba.
Franda malah diam, sepertinya ia tidak menyahuti pertanyaan Bisma barusan.
Bisma menghela nafasnya. Ia berjalan mendekali Franda dan memegang pundak perempuan bermata sipit itu.
"kamu nangis?"tanyanya pelan.
"a..aku, akuu.."
"maafin aku yah?
Pasti kamu nangis gara-gara aku lagi. Aku minta maaf Nda kalau
selalu membuat kamu nangis.."Bisma meraih pelan pipi cuaby Franda dan
mengelusnya lembut, air mata Franda ia usap dengan ibu jarinya.
"aku gak papa ko Bis.
Kamu gak perlu minta maaf, lebih baik sekarang kamu pulang yah? Udah
malam, Dina pasti udah nunggu kamu dirumah.."Franda menjauhkan wajahnya
yang tengah Bisma sentuh itu.
Sementara Bisma hanya diam. Ia faham betul bagaimana sifat perempuan cantik yang tak lama lagi akan dinikahinya ini.
"yaudah aku pulang dulu.
Tadinya aku mau menginap disini. Aku udah janji sama Ais. Tapi kalau kamu minta aku pulang yaudah aku pulang.
Bilang maaf sama Ais yah karna aku gak bisa temani dia malam ini,
aku pamit Nda."Bisma berjalan pelan meninggalkan ruangan kamar
jagoan kecilnya itu. Sebenarnya terasa berat harus meninggalkan Elfaris
dan Franda, apalagi sekarang Bisma sudah sangat merasa nyaman bisa
bersama keduanya, tapi ia juga tidak bisa egois, ia masih memiliki Dina
istri sah nya.
"maafin aku Bis, sebenarnya aku ingin banget kamu disini, tapi aku gak bisa karna aku tahu bagaimana perasaan Dina.
Semoga kamu mengerti.."Franda membatin. Dipandangnya sosok Bisma
yang semakin berjalan jauh. menjauhinya hingga tak terlihat lagi karna
sudah pergi. Franda kemudian beralih memandang sosok putra kecilnya,
bibirnya tersenyum melihat wajah polos Elfaris yang sudah terlelap.
"bunda melakukan semua ini buat kamu.
Bunda mau menikah dengan ayah kamu itu juga hanya buat Ais, bunda
sayang sama Ais, selamat tidur ya sayang, mimpi indah.."Franda mengelus
lembut puncak kepala Elfaris. Satu kecupan kecil ia daratkan dikening
Elfaris. Rasanya begitu bahagia karna semua yang Elfaris inginkan akan
segera terwujud.
**
Pagi-pagi sekali Bisma sudah terlihat sangat rapi. Ia mengenakan
kemeja kotak-kotak tanpa dasi karna ia tidak akan pergi kekantor pagi
ini. Celana jeans hitam juga ia kenakan hingga terlihat begitu rapi dan
santai.
"pagi sayang.."sapanya saat menghampiri Dina dimeja ruang makan.
"pagi juga Bis.."Dina melemparkan satu senyuman manisnya.
Bisma duduk disamping istri tercintanya itu, diraihnya sehelai roti yang sudah Dina siapkan diatas piring putih dihadapannya.
"pagi ini aku mau kerumah Franda lagi, aku mau jemput dia juga
Elfaris dan mengajaknya kerumah mamah di Bandung. Mamah yang nyuruh aku
sekalian buat membicarakan hari pernikahannya.
Tadinya aku mau ajak kamu, tapi katanya kamu mau kerumah mamah kamu,
padahal aku berharap banget kamu bisa ikut.."jelas Bisma terlihat cukup
berharap. Dina hanya menyunggingkan senyum kecil tanpa membalas ucapan
Bisma. Sebenarnya hatinya sangat sakit karna sebentar lagi Bisma akan
menduakan cintanya dengan Franda. Namun apa boleh buat ini demi
kebahagiaan Bisma juga kemauannya sendiri tanpa paksaan dari siapapun.
"aku dirumah mamah gak nginep ko sayang, sorenya langsung pulang,
jadi aku pasti bisa pulang cepat. Biar nanti sekalian pulangnya kamu aku
jemput yah?"Bisma menyentuh lengan Dina dan menggenggamnya dengan
senyum kebahagiaan yang terus terpancar dari raut wajahnya.
"ngh..mendingan sekarang kamu berangkat aja Bis, Franda sama Elfaris pasti udah nunggu.
Pulangnya kamu gak perlu jemput aku, rencananya aku mau menginap
dirumah mamah malam ini. Jadi besoknya aja kamu jemput aku, itu pun
kalau kamu gak sibuk.."tolak Dina halus.
"aku pasti gak akan sibuk ko sayang.
Yaudah apapun yang kamu mau aku pasti ikutin.
Aku berangkat yah? Kalau ada apa-apa langsung hubungi aku aja.
Aku pergi, mmuach"Bisma beranjak dari duduknya. Satu kecupan hangat
ia daratkan dikening Dina. Sungguh sangat beruntung sekali siapapun yang
menjadi istrinya ini. Sikapnya yang lembut penuh kasih sayang, pantas
saja Dina rela melakukan apapun demi kebahagiaannya.
"hati-hati yah, titip salam aku buat mamah dan papah.."ujar Dina dibalas anggukan kecil juga acungan ibu jari oleh Bisma.
Dina tersenyum. Ia tak henti-hentinya memandang sosok lelaki bertubuh tidak terlalu kekar itu.
"bahagia sekali aku bisa lihat wajah bahagia kamu Bis.
Meski cukup sakit menerima semuanya, tapi aku akan coba Bis. Mungkin
ini awal dari semua perhatian dan kasih sayang kamu yang akan terbagi
untuk Franda juga Elfaris.
Aku akan coba ikhlas, semoga kamu masih tetap memberikan perhatian serta kasih sayang kamu buat aku.
Aku sayang kamu Bis, aku cinta kamu dan gak mau kehilangan kamu.."Dina menatap lirih kepergian suami tercintanya itu.
**
Setelah menempuh perjalanan yang cukup lama, akhirnya mobil sedan
berwarna merah milik Bisma ini berhenti tepat didepan rumah mewah
bernuansa putih milik kedua orang tuanya.
Bisma buru-buru keluar dan membukakak pintu mobilnya untuk Franda juga Elfaris yang berada didalam mobilnya.
"Ayo Nda kita masuk, mamah sama papah udah nunggu didalam.."ujarnya lembut.
"i.iya Bis.."Franda mengangguk kecil dan sedikit gugup.
"ko pintunya susah dibuka sih yah?
Dali tadi Ais mau buka susah telus, pintunya macet yah.."tiba-tiba
Bisma tersenyum kecil mendengar teriakan jagoan kecilnya yang masih
berada didalam mobil. Ia berjalan mendekat dan dengan mudahnya
membukakan pintu tersebut untuk Elfaris.
"aah jagoan ayah manja nih.. Pintunya gampang dibuka juga, uhh
bilang aja mau ayah bukain, iya kan?"Bisma mencubit kecil hidung mancung
Elfaris dengan ekspresi gemasnya.
"hihi, abis ayah culang. Masa bunda dibukain pintunya tapi Ais enggak.."ujar Elfaris yang ternyata iri atas perlakuan sang ayah.
"iya deh ayah minta maaf. Yaudah sekarang kita masuk yuk?
Oma sama opa udah nunggu didalam, ayo sayang, kita masuk.."ajak
Bisma meraih tubuh Elfaris dan menggendongnya dari depan. Puncak kepala
Elfaris ia kecup, bibirnya tak henti tersenyum karna akhirnya bisa
membawa Elfaris lagi untuk bertemu kedua orang tuanya, terlebih sekarang
Franda ikut juga bersamanya.
"ayo bunda?"ajak Elfaris melirik Franda.
"iya Nda ayo kita masuk.."Bisma meraih tangan Franda dan menuntunnya untuk memasuki rumah mewah milik kedua orang tuanya itu.
Franda hanya mengangguk kecil dan menuruti ajakan dua malaikat yang akan memberikan kebahagiaan untuknya ini.
"jujur aku sangat kangen sama rumah ini. Dulu aku sama Bisma sering
banget main kesini, bahkan aku juga pernah menginap disini. Dan sekarang
aku baru bisa kesini lagi.
Om, tante, Franda kangen kalian.."batin Franda memandang bagian depan rumah mewah dihadapannya.
**
"akhirnya kalian datang juga. Mamah dari tadi nanyain terus, papah fikir kalian batal datang.
Mamah sampai hampir mau menangis tadi. Katanya dia ingin bertemu
Aris. Mungkin mamah terlalu rindu sama Aris.."lelaki paruh baya ini
tersenyum senang saat membukakan pintu rumahnya. Ia melihat putra semata
wayangnya menggendong seorang anak kecil juga perempuan cantik yang
berdiri disampingnya.
"maaf yah pah, tadi dijalan macet. Jadi perjalanan cukup lama.
Memangnya mamah dimana? Biar nanti Bisma langsung bawa Ais kesana"ujar
Bisma seraya mencium punggung tangan lelaki tersebut yang tak lain
adalah om Kris ayah kandungnya.
"selamat siang om, apakabar?"sapa Franda dan ikut meraih tangan om Kris. Mencium punggung tangannya penuh kelembutan.
Om Kris sampai terharu melihat adegan didepan matanya ini. Apalagi
disaat Elfaris ikut mencium punggung tangannya, sangat sopan dan pintar
sekali bocah tampan ini.
"kabar om baik. Maafin Bisma yah?
Om sudah dengar semua ceritanya. Tapi om berterimakasih, berkat
kejadian itu kini om bisa merasakan memiliki cucu, cucu yang om juga
tante kamu inginkan sejak lama. Terimakasih Franda.."kedua bola mata om
Kris berkaca.
"i..iya om, sama-sama.
Om gak perlu minta maaf, Franda udah lupain semua kejadian itu ko
om. Buat Franda sekarang yang terpenting itu hanya Elfaris. Karna
kebahagiaan Franda ada di Ais semua.."jelas Franda lembut diiringi
senyuman tulus.
"om bangga sama kamu, ternyata tidak sedikit pun tersirat dendam dihati kamu.
Om jadi gak sabar ingin segera menikahkan kalian, karna om ingin
Bisma menjadi laki-laki yang bertanggung jawab. Sekali lagi om minta
maaf yah?"lagi-lagi kata maaf keluar dari mulut om Kris. Franda
tersenyum kecil dan menganggukkan kepalanya.
"emm, yaudah pah gimana kalau sekarang kita temuin mamah dulu. Kan gak enak kalau ngobrolnya diluar gini.."usul Bisma tiba-tiba.
"astaga papah sampai lupa. Yasudah kita masuk. Sini biar Aris sama opa? Sini sayang? Aris kangen gak sama opa?
Kita temuin oma didalam yuk?"om Kris beralih meraih tubuh Elfaris dan menggendongnya.
"Ais kangen sama opa, sama oma juga. Ais kan sayang sama opa dan
oma.."ujar Elfaris membuat tawa kecil keluar dari mulut om Kris.
"lucu sekali cucu opa ini. Yaudah kita kekamar opa yah? Opa punya
banyak mainan buat Aris.."om Kris kemudian membawa Elfaris memasuki
rumahnya menuju kamarnya dilantai atas.
"papah kayaknya seneng banget. Baru kali ini loh Nda aku lihat papah senyum dan tertawa selepas itu.
Makasih yah, makasih buat semuanya.."Bisma tersenyum memandang wajah
cantik Franda, ia tak tahu harus dengan apa membalas semua kebahagiaan
yang Franda berikan untuknya juga kedua orangtuanya.
"i..iya Bis sama-sama.
Aku juga ikut senang kalau papah kamu senang.."balas Franda mengangguk diiringi senyum.
Bisma kemudian merangkul pundak Franda, ia mengajaknya masuk meski
tanpa sadar kalau perlakuannya ini membuat Franda kikuk dan kaku.
"masuk yuk?"ujarnya pelan. Franda hanya mengangguk kecil meng-iyakan.
**
"jadi semua mainan ini buat Ais Opa?"
Om Kris mengangguk mantap dengan senyuman khas yang tersungging dari bibir tipisnya.
"semuanya?"
Lagi-lagi pria berkumis tipis ini mengangguk saat Elfaris sang cucu bertanya kembali.
"waaah banyak sekali. Tapi gimana cala Ais bawa mainannya pulang?
Kalau pakai mobil ayah pasti gak bakalan cukup Opa.."ujarnya begitu
polos dan kagum melihat banyak sekali mainan yang diperlihatkan om Kris
juga tante Casma untuknya.
"kan bisa Opa kirim nanti kerumah Aris di Jakarta. Nanti Opa akan
kirim semua mainannya dari sini pakai mobil lain. Gimana?"usul om Kris.
"wah? Belati nanti jadi bisa dibawa pulang semua Opa?
Asiikk.. Makasih Opaa Ais sayang Opaaa..."Elfaris langsung beranjak
memeluk tubuh kekar om Kris. Tante Casma yang masih duduk dikursi roda
pun ikut tersenyum senang melihatnya.
"iya sayang sama-sama.
Pokoknya apapun yang Aris mau pasti akan Opa kasih.
Tapi bilang makasih juga dong sama Oma, kan ada mainan yang dari Oma
juga.."Elfaris langsung melirik tante Casma dan beralih memeluk wanita
paruh baya yang sudah terlihat cukup bisa move on dari kesedihannya itu.
"makasih Omaa.. Ais benal-benal senang.. Sekai lagi makasih.. Ais sayang Oma sama Opa.."ujar Elfaris begitu polos dan tulus.
"iya sayang sama-sama..
Terimakasih juga yah karna kamu udah hadir memberikan senyuman
didalam hidup Oma, makasih Aris, makasih sayang.."balas tante Casma
meneteskan air mata bahagianya.
"
"lucu ya pah?
Sangat mirip dengan Bisma, dulu Bisma kalau dikasih mainan banyak
pasti sangat senang. Dan Aris benar-benar menuruni semua sifat dari
ayahnya"tante Casma tersenyum haru melihat sikap cucu satu-satunya itu.
Kedua bola matanya sampai berkaca terharu karna bahagia.
Sementara itu..
Franda rupanya tengah berada diruangan balkon lantai atas sebuah
kamar yang dulu pernah menjadi kamarnya saat masih tinggal dirumah
Bisma. Kedua bola matanya terus menelusuk memandangi seisi ruangan dan
pemandangan yang begitu sejuk dari sana. Semua kenangan indahnya dulu
terasa terulang kembali, bibirnya sampai ntak henti tersenyum mengingat
kenangan-kenangan indah tersebut.
"Ekhem. Kayaknya serius banget disini, pantesan aku cariin dari tadi gak ketemu, ternyata kamu malah disini.."
tiba-tiba Franda menoleh kaget mendengar sapaan dari suara yang sangat tidak asing ditelinganya.
"B..Bisma?"pekiknya. Bisma tersenyum seraya berjalan mendekati Franda.
"kangen yah sama suasana kamar ini?
Jujur kalau aku kangen banget. Apalagi sama genteng yang diatas itu,
aku benar-benar kangen.."Bisma memandang genteng rumahnya yang biasa
menjadi tempatnya merenung dengan Franda dulu, tempat dimana ia sering
meluapkan curahan-curahan hatinya tentang apapun pada Franda. Tempat itu
juga sering kali menjadi tempat Bisma menyendiri jika tengah bersedih.
Bahkan Bisma dan Franda pernah jatuh dari atas sana karna bercandaan
mereka yang terlalu berlebihan. Tempat tersebut benar-benar menyimpan
sejuta kenangan indah untuk kedua insan ini.
"keatas yuk?"ajak Bisma tiba-tiba.
"ta..tapi Bis?"
"udaah kita keatas aja. Mumpung udaranya lagi sejuk, biasanya paling
seru kalau jam segini nangkring disana. Yuk?"Bisma menarik pergelangan
tangan Franda. Ia berjalan kearah depan dan segera melancarkan aksinya
seperti saat masa remaja dulu. Memanjat tembok dengan perlahan namun
pasti hingga ia bisa berada tepat diatas genteng rumahnya dengan cepat.
Sedangkan Franda hanya berkacak pinggang seraya menggelengkan
kepalanya melihat sikap laki-laki yang tak lama lagi akan menjadi
suaminya ini.
"hufh kebiasaan..
Pasti akunya ditinggalin, udah tau aku gak bisa manjat kayak kamu,
bener-bener yah kamu tuh.."dumel Franda kesal. Bisma hanya cengengesan
sambil menggaruk rambutnya yang tidak gatal.
"hehe lupa beneran Nda, abis kamu lelet sih, dari dulu tetep aja
lelet, gak pernah berubah.."ujar Bisma tertawa kecil sedikit meledek.
Franda kemudian mencari tangga kayu yang biasanya sudah terdapat
disekitar pojokan, balkon rumah Bisma ini memang cukup luas.
Arsitekturnya sengaja dibuat seunik mungkin karna memang Bisma yang
meminta, hingga tempat diatas genteng ini menjadi tempat favoritnya
untuk menyendiri.
"sini aku bantu?"Bisma mengulurkan tangannya saat Franda berusaha naik dengan tangga kayu yang sudah disenderkannya keatas.
"awas hati-hati.."
"nah, iya.. Happ"
"issh jangan peluk-peluk. Kamu tuh masih aja yah kayak dulu. Suka nyari kesempatan dalam kesempitan.."
Bisma langsung terlihat kikuk karna masa-masa saat remajanya dulu
seolah terulang lagi. Ia menahan tawa karna kalimat yang Franda ucapkan
pun persis sama seperti dulu.
"memang cuma kamu yang selalu bisa buat aku ketawa Nda. Bodohnya
aku. Kenapa bukan kamu yang aku nikahi dulu, aku tidak pernah bisa peka
terhadap isi hati aku sendiri. Andai kamu yang aku nikahi dari awal,
mungkin setiap hari aku bisa tertawa riang seperti ini, bahagia,
apaklagi ditambah kehadiran Elfaris. Rumah kita pasti akan selalu ramai
dihiasi candaan dan tawa kecilnya.."batin Bisma berangan-angan dengan
bibir yang tak henti tersenyum dan memandang wajah cantik Franda.
Franda duduk diatas atap genteng dengan kaki yang ia turunkan
kebawah, sama halnya dengan Bisma yang ikut duduk disamping Franda.
Tempatnya memang cukup tinggi, namun tidak membuat takut karna
disana terdapat pagar besi pembatas untuk berpegangan. Disana juga
terdapat tempat datar yang bisa dipakai untuk merebahkan diri meski
tanpa atap dan hanya berhiaskan langit biru dilangit. Sungguh
benar-benar tempat yang indah dan nyaman.
"jadi ingat waktu dulu yah, biasanya aku selalu curhat sama kamu
disini, ketawa bareng, nangis bareng, bahkan kita pernah jatuh bareng
disini. Kamu masih ingat gak Nda?"Bisma memandang lurus kedepan dengan
satu pertanyaan yang terlontar dari mulutnya.
"aku selalu ingat Bis, apalagi dulu kamu pernah buat aku nangis
disini. Menangis karna kamu ledekin aku habis-habisan. Kamu bilang aku
gak bisa melek lah, pipi aku kembung lah, gendut lah, padahal aku tuh
gak gendut, justru kamu yang cungkring.
Itu semua memang membuat aku kesal, tapi itu kenangan indah saat aku
bercanda dengan kamu.."batin Franda tersenyum sendiri membayangkan
semua hal indah dimasa lalunya.
"oh iya, kamu masih ingat gak sama panggilan ledekan kita?"Bisma menoleh kearah Franda.
"m..maksud kaa.."
"Gendut!"
"isssh apaan deh, aku gak gendut tau, dasar cungkring!"
"ahaha ndut, nda ndut, nda nduut.. Ahaha"
"isshh cungkring.. Bisma cungkriing.. Cungkring-cungkring.."
Hahaha kedua insan ini kini malah saling meledek. Seperti anak kecil
namun bibir mereka tersenyum dan tertawa lepas. Bisma sedikit menangkap
sinar kebahagiaan diwajah Franda. Ia sempat terdian dan berhenti
bersuara, menatap wajah cantik perempuan disampingnya itu, ia bahkan
sedikit mendekatkan wajahnya, dekat dan dekat.
"B..bis?"
hening...
"B..bisma!"
Franda langsung nenepuk pundak Bisma membuat Bisma terkejut dan menghentikan aksinya.
"i..iya nda a..apa?"kagetnya panik.
"k..kamu kenapa sih?
T..tadi kamu mau ngapain?"tanya Franda gugup.
"engh.. Aku gak mau ngapa-ngapain ko. Lupain aja yah Ndut"jawab Bisma mengalihkan perhatian dengan kembali meledek Franda.
"Cungkring, kring-kring. Badan kayak gagang telpon juga. Terus aja
panggil aku gendut, aku tuh gak gendut tau Bis.. Rese ihh"ketus Franda
tampak kesal. Bisma malah tertawa kecil melihat wajah Franda yang
ditekuk seperti ini.
"iya deh gak ndut. Nda itu cantik, imut, cuaby, sipit, manis, putih dan Aku cowok yang Cungkring kayak gagang telpon ini suka.."
Franda langsung membolakan matanya kaget.
"udah ah, gak usah melotot gitu, mata kamu tuh gak bisa melotot tau
gak. Mending sekarang aku peluk kamu. Cini-cini.."Bisma merangkul pundak
Franda dan mendekapnya. Merekatkan kepala Franda agar bersender didada
bidangnya. Nyaman, sungguh sangat membuat Franda nyaman.
"aku sayang kamu Nda.
Makasih udah jadi ibu terbaik buat anak aku.
Semoga aku bisa bahagiain kamu yah?
Maaf kalau selama ini aku hanya buat penderitaan dan kesedihan dihidup kamu.
Tapi aku janji, jika kita udah nikah nanti, aku gak akan pernah biarin hal buruk itu terulang lagi.
Aku pasti akan bahagiain kamu. Aku janji Nda.."Bisma mengelus lembut
rambut hitam Franda. Ia bahkan mendaratkan satu kecupan lembutnya
dikening Franda membuat Franda hanya bisa terdiam dan merasakan
kebahagiaan serta kenyamanan atas ketulusan cinta Bisma padanya.
"Ya Tuhan.. Semoga ucapan Bisma bisa aku pegang.
Jujur aku sangat mencintainya. Aku gak bisa kehilangan dia, aku cinta dia Tuhan..
Semoga juga aku tidak egois karna aku tahu Bisma sudah memiliki istri. Maafkan aku.."batin Franda memejamkan matanya lirih.
Bersambung..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Nggak Komentar, Nggak Kece :p