Kamis, 30 Oktober 2014

Perjanjian Cinta #Part50

Sebuah pusat perbelanjaan yang cukup luas dan besar. Terlihat keluarga kecil nan bahagia ini berputar-putar mencari apapun yang diinginkan.
Meski awalnya Bisma ragu mengajak Franda dan Elfaris kesebuah mall. Namun melihat raut kebahagiaan dari istri dan jagoan kecilnya itu membuat Bisma berfikir ulang karna ia pun merasa bahagia melihat keceriaan diwajah keduanya.

"Bunda Ais mau es klim." pinta Elfaris menghentikan langkahnya.

Franda segera merogoh tas hitamnya. Ia mengeluarkan dompet putihnya lalu diambil lah lembaran uang lima puluh ribuan dari dompetnya tersebut.

"Ini sayang, beli sendiri yah?" ujarnya lembut.

"Yeyyee! Makasih bunda. Ais mau beli dulu yah?" Elfaris meloncat senang. Wajahnya tampak sangat ceria karna apapun yang diinginkannya terus Franda turuti.

"Perasaan tadi di pintu masuk kita udah beli es krim deh buat Ais. Kenapa dikasih lagi sih bun? Kalau nanti dia sakit gimana?" Bisma mulai membuka suara. Rupanya ia sedikit tidak suka karna Franda terlalu memanjakan putranya.

"Gak papa dong yah sekali-kali. Lagian kalau dirumah Ais jarang kan makan es krim atau es lainnya. Jadi gak ada salah dong kalau Nda kasih?" jelas Franda melebarkan senyum manisnya. Bisma diam. Ia membuang nafasnya pasrah tanpa bisa memprotes lagi.

"Lucu banget. Perasaan dari tadi mukanya pasrah terus. Ayah kamu lucu sayang.." Franda membatin geli menahan tawa. Ekspresi wajah Bisma memang sangat lucu. Perut besarnya pun tak henti ia elusi pelan.

"Jadi gak cari coklatnya? Perasaan tujuan awal kita buat cari coklat deh bun." Bisma kembali membuka suara.

Franda tidak bergeming. Ia tetap saja dengan posisinya yang tersenyum memandangi wajah Bisma sambil mengusapi perut besarnya tanpa menyahuti ucapan Bisma(?).

"Hmm dia malah ngelamun.." Bisma menggelengkan kepalanya melihat apa yang terjadi pada istrinya ini.

Tak lama lelaki bertubuh tidak terlalu besar ini mendekat dan berdiri dibelakang Franda. Dengan sangat pelan kedua tangannya ia ulurkan lalu di daratkannya hingga melingkar diperut besar Franda.

"Ekhemm.. Lagi lihatin apa sih bun? Sampe serius gitu?" ujar Bisma menelusupkan wajahnya dileher jenjang Franda.

Franda tersentak kaget. Lamunannya terbuyar. Ia buru-buru menyentuh tangan Bisma yang melingkar lembut diperut besarnya.

"Y..yah kamu ngapain sih? K..ko bisa langsung meluk Nda gini?
Lepasin yah? Malu tau dilihat orang." ujar Franda berusaha melepaskan tangan Bisma.

Bisma tersenyum. Ia mengecup pipi Franda lalu melepaskan kedua tangannya yang memeluk Franda dari belakang.

"Gak tau tempat banget. Masa ditempat ramai kaya gini main.peluk-pelukan? Kamu tuh rese juga ya yah?! Gak tau apa kalau perut Nda udah segede gini?" ketus Franda sebal. Ia mengatur nafasnya karna terasa cukup sesak bercampur kaget saat Bisma memeluknya tadi.

"Lagian siapa suruh Nda bengong. Di ajak ngomong malah senyum-senyum sambil diem. Yaudah mending dipeluk aja biar gak kesambet." balas Bisma sekenanya.

"Ngh, y..ya tapi gak usah pake peluk juga kan bisa." Franda menatap Bisma sebal.

Bisma tersenyum. Ia melirik perut besar Franda lalu diusapnya pelan.

"Bunda kamu tuh suka malu-malu meong. Padahal ayah tuh yakin, bunda pasti seneng ayah peluk." Bisma berbisik didepan perut besar Franda. Ia mengajak bicara bayi keduanya yang masih Franda kandung lalu dikecupnya sekilas.

"Siapa yang malu-malu meong? Ihh kamu tuh rese ya yah?" protes Franda terkekeh sebal akan ucapan Bisma.

"Emang bener ko. Iya kan? Kalo gak seneng, gak mungkin perut Nda bisa segede ini."

"Isshhh Bismaa!!"

"Hehe becanda sayaang. Maaf deh maaf.."

"Tau ah, sebel!"

"Yaah mulai deh ngambek.."

"Tau!"

"Tuh kan.. Yaudah kan ayah tadi cuma becanda. Lagian emang bener kan ucapan ayah? Kalau Nda gak suka gak mungkin perut Nda bisaa.."

Franda langsung menatap Bisma tajam.

"Hehee peace bun.." Bisma cengengesan sambil mengangkat jarinya membentuk huruf V.

"Nda mau lihat Ais aja. Kamu nyenenginnya cuma sebentar-sebentar. Selebihnya banyak ngeselin!" ketus Franda beranjak meninggalkan Bisma untuk mencari Elfaris.

"Yaah mulai deh dia ngambek.
Ko gue bisa kelupaan yah kalo Franda tuh lagi sensitif-sensitifnya?
Namanya juga wanita hamil, pasti sangat sensitif.
Hmm tapi lucu juga sih kalo udah godain Franda. Pipinya tuh suka jadi merah, trus marahnya itu lucu. Hmm Nda Nda, makin sayang ayah sama kamu.." Bisma tersenyum melihat tingkah sang istri. Ia kemudian ikut beranjak untuk menyusul Franda menemui Elfaris.







**
Setelah cukup lama berputar-putar di mall dan berbelanja. Bisma memutuskan untuk pulang karna malam mulai larut.
Awalnya Franda dan Elfaris menolak dengan alasan belum merasa puas. Namun karna Bisma terus memaksa, akhirnya perempuan berbadan dua dan jagoan kecilnya itu pun mau pulang juga.

"Baru juga satu jam, masa udah pulang aja. Tega kamu yah.." Franda menunjukan raut kekecewaan diwajahnya.

"Iya bnel, balu juga sampe udah pulang. Ayah payah.." Elfaris ikut-ikutan kecewa. Rupanya ia benar-benar belum puas berkeliling dipuas peebelanjaan tersebut.

"Terserah deh mau pada ngomong apa. Yang pasti ini udah malam. Siapa suruh ngajak ke mall diatas jam tujuh, jadi ya tanggung sendiri kalau gak bisa lama-lama." ujar Bisma pura-pura cuek. Ia tetap fokua dengan mobil yang tengah dikemudikannya.

Franda berdecak sebal. Ia memalingkan wajahnya tanpa mau berlama-lama menatap Bisma.

"Ngambek aja terussss..." ujar Bisma menyindir. Ia mengetuk-ngetuk jarinya diatas stir saat Franda menoleh kearahnya.

"Siapa suruh bikin istri kesel terus?!" ketus Franda kembali memalingkan wajahnya.

Bisma malah tersenyum. Ia dengan jahilnya mencolek dagu Franda hingga membuat Franda semakin kesal.

"Issshhh kamu tuh bisa diem gak sih?!" geramnya.

"Enggak." jawab Bisma enteng.

Franda memalingkan wajahnya lagi. Namun Bisma kembali mencolek dagunya dengan jahil.

"Issshh Bisma DIEM bisa gak sih?!" bentak Franda menepis tangan Bisma cukup keras.

"O ouww kayaknya marahnya beneran nih?" Bisma menunjukkan deretan gigi putihnya dengan wajah tanpa dosa. (Baca: nyengir).

"Ya Tuhaan.. Kenapa dia selalu ngeselin kaya gini sih?
Yakin banget sejuta persen anak keduaku ini pasti bakalan lebih mirip sama ayahnya. Abis Bisma bikin kesel terus." Franda membatin menahan marah. Nafasnya sampai tidak beraturan karna tingkan Bisma yang terus saja menyebalkan.

"Ayah awass!!" tiba-tiba saja Elfaris berteriak menunjuk kearah depan.

Bisma yang kaget langsung melihat kearah depan dan menghentikan mobilnya mendadak.

"Ciieeeetttt...."

"BRUKK!!"

"Astaghfirullah.. Itu tadi apaan?" Bisma mengatur nafasnya kaget.

"Speltinya ayah nablak olang.." ujar Elfaris yakin.

"Nabrak?" Franda menoleh kaget menatap Elfaris.

"Tadi kaya ada yang lewat gitu bunda, tapi ayah sama bunda libut telus sih. Dadinya ayah nablak olang itu." Elfaris menjelaskan akan apa yang dilihatnya.

"DEGG!!"

Jantung Bisma seakan berhenti berdetak mendengar penuturan Elfaris.

"Bis, kamuu.." wajah Franda seketika nerubah menjadi panik dan takut.

"Ayah mau lihat dulu sebentar." Bisma membuka pintu mobilnya kemudian keluar untuk melihat akan apa yang barusan tak sengaja di tabraknya.

"Ais tunggu didalam. Bunda mau lihat keluar." ujar Franda kemudian ikut keluar dari mobilnya menyusul Bisma.

Elfaris hanya mengangguk kecil menuruti ucapan bundanya. Ia tetap didalam tidak ikut keluar dari mobil.


**
"D..dia?"

"Astaghfirullah.. Yah, kamu beneran nabrak orang?" Franda memekik kaget tidak percaya.

Bisma dengan tangan yang bergetar buru-buru mengangkat kepala seorang perempuan yang tergeletak didepan mobilnya.

"Yah tolongin, kita bawa kerumah sakit aja langsung."

"Engh, j..jangan."

"Kenapa jangan?" Franda menatap Bisma bingung.

"Engh, m..maksudnya gak usah di bawa ke rumah sakit. Kan rumah sakit cukup jauh bun. Kita bawa kerumah aja. Lagian dia cuma pingsan, lukanya juga gak terlalu parah." jelas Bisma sedikit gugup.

"Y..yaudah kita bawa masuk ke mobil." setuju Franda akhirnya.

"I..iya bun." Bisma mengangguk setuju.

Tubuh perempuan yang memiliki wajah sangat tak asing bagi Bisma pun langsung dibawa masuk kedalam mobil untuk segera dibawa pulang dan diberikan pertolongan.

"Mukanya sangat mirip sama Nadin. Apa dia Nadin?" Bisma membatin bingung mengingat wajah perempuan yang kini sudah berada didalam mobilnya.

"Yah cepetan, kamu ko lama banget sih? Nanti kalau lukanya malah makin parah gimana?" ujar Franda sedikit mengagetkan.

"Engh, i..iya bun. Ini mobilnya mau ayah jalanin ko." balas Bisma gugup. Tanpa menunggu lama dan membuat Franda berfikir macam-macam. Bisma pun segera menjalankan mobilnya agar bisa cepat pulang.






**
Setibanya dirumah, Bisma langsung membawa perempuan yang menurutnya bernama Nadin itu menuju kamar tamu. Ia membaringkan perempuan tersebut dengan Franda dan Elfaris yang membuntutinya dari belakang.

"Ayah mau ambil kotak P3K dulu." pamit Bisma berlalu keluar dari kamar. Ia tampak panik dan gelisah.

"Bisma kenapa? Ko dia bisa sepanik itu?" Franda memandang Bisma bingung.

"Bunda Ais ngantuk.."

Franda menoleh melihat sosok jagoan kecilnya yang memang sudah menguap terus sejak tadi.

"Ais duluan ke kamar yah? Nanti bunda nyusul.." suruh Franda lembut.

"Iya bun, Ais bobo duluan yah? Mmuahh, dah bunda.." Elfaris mengecup pipi Franda lalu beranjak keluar.

Franda mengacak poni Elfaris sebelum bocah tampan itu benar-benar pergi dari hadapannya.

Tak lama Bisma kembali masuk dengan membawa kotak P3K.

"Biar sama Nda aja yah, kamu mending ganti baju. Itu baju kamu ada noda darahnya. Nda juga sekalian nanti biar yang gantiin baju perempuan ini. Bajunya cukup kotor dan ada noda darahnya. Nanti biar dia pake baju Nda dulu."

"T..tapi bun?"

"Udah gak papa. Nda bisa ko kalau cuma kasih perban aja. Lagian lukanya cuma di kening aja kan?"

"Tapi bun, ini udah cukup malam. Mending bunda ke kamar aja buat istirahat. Ayah takut nanti Nda malah sakit, ke kamar aja ya?"

"Udah gak papa. Nda bisa ko yah." ujar Franda meyakinkan.

"Hufh, yaudah terserah aja. Kalo gitu ayah mau ke kamar dulu buat ganti baju." pasrah Bisma. Ia mengacak poni Franda lalu beranjak keluar.

"Iya." Franda mengangguk dengan senyuman kecilnya. Tidak sedikit pun ia merasa aneh atau curiga akan sikap Bisma yang sebenarnya cukup aneh.

"Kasian cewek ini, dia kayak abis dikejar-kejar orang.
Mukanya juga kaya orang ketakutan gitu. Tapi Bisma teledor, untung aja dia lukanya gak terlalu parah. Kalau parah kan bisa njang urusannya." Franda duduk mendekati perempuan yang masih terbaring pingsan ini.

Perlahan Franda mencoba mengobati luka di kening perempuan tersebut. Beberapa luka kecil ditangan pun ikut ia obati. Dibalut dan diperbannya dengan sangat hati-hati.
Tak lama pakaian yang dikenakan perempuan tersebut pun ia lepas dsn diganti dengan baju miliknya karna baju tersebut cukup kotor.

"Cewek ini lumayan cantik juga. Dia sebenarnya siapa yah? Ko perasaan aku jadi gak enak?" Franda membatin gelisah.




**
"Gak, itu gak mungkin Nadin!
Ya Tuhan.. Dia cuma masa lalu. Kenapa gue harus ketemu dia?
Kenapa juga gue malah bawa dia kerumah ini. Aaaaarrggghhhh!!!!"

Bisma mengacak rambutnya frustasi. Ia sepertinya memang yakin kalau perempuan yang tadi tak sengaja ditabraknya itu adalah Nadin gadis yang pernah menjadi masa lalu untuknya.

"Gue takut. Gue gak mau nyakitin Franda. Gue sayang dan cinta banget sama dia. Tapi kalau Franda tau tentang Nadin, d..dia pasti akan marah besar sama gue?
Ya Tuhan.. Gimana ini?
Kenapa Nadin harus hadir lagi sih?
Kenapa dia harus muncul?
ARRRGGHHHHH!!!!" Bisma benar-benar tampak frustasi dan ketakutan sendiri.
Entah apa maksud dari ucapannya.
Mungkin saat hubungannya tengah renggang dengan Franda  dulu Nadin sempat dekat dengannya. Atau mungkin sebelum Bisma mengenal Franda, Bisma memang pernah dekat dengan gadis bernama Nadin tersebut.





*
"Ya ampuun, ko masih belum ganti baju juga sih yah?
Kamu tuh bener-bener ya?"

Tiba-tiba sosok perempuan cantik berbadan dua ini masuk mendekati suaminya.

Bisma yang masih berdiam diri dan bengong menoleh sekilas akan kehadiran sang istri.

"Ih malah senyum lagi. Ditanya bukannya jawab malah senyum." Franda berjalan mendekati Bisma.

Bisma tidak menjawab. Ia malah mengulurkan tangannya saat Franda berdiri didekatnya. Tangan kekarnya itu ia daratkan diatas perut besar Franda lalu diusapnya perlahan.

"Ayah kangen sama dia bun.. Dia lagi ngapain ya didalam?" Bisma menempelkan telinganya diatas perut besar Franda. Kecupan-kecupan hangat pun ia daratkan dengan lembutnya disana.

"Dia lagi berenang yah.." canda Franda tertawa kecil.

"Mana bisa dia berenang? Kakaknya aja gak bisa-bisa." Bisma kembali mengecup perut besar Franda tanpa mau mengalihkan pandangannya.

"Ya kakaknya berati gak berbakat. Dia kan kaya Nda yang gak terlalu bisa berenang." Franda merubah posisinya menjadi duduk.

"Kangen bun.." Bisma menatap wajah Franda lirih.

"Kamu kenapa sih? Bukannya tadi dimobil kita lagi marahan ya?" Franda menautkan alisnya bingung.

Bisma tidak menjawab. Ia malah mendekap tubuh Franda lalu memeluknya erat meski sedikit kesulitan karna perut Franda yang semakin membesar.

"Yah jangan kenceng-kenceng meluknya. Sesak tau.."

"Tapi ayah kangen bun.."

"Hmm yaudah terserah. Nda juga kangen ko.." Franda membuang nafas pasrah. Ia menyenderkan kepalanya di dada bidang Bisma dengan kedua tangan yang ia lingkarkan mengusap punggung Bisma.

"Aku sayang banget sama kamu bunn.. Aku gak pernah sedikit pun berniat bua nyakitin kamu.
Aku beneran sayang kamu. Aku cinta kamu bunn.." Bisma mengusap kepala Franda lalu mengecupi pundak Franda. Puncak kepala istrinya itu ia kecup dengan lembut penuh kasih sayang.




Bersambung...


@dheana92
@Elfaris_Karisma

Perjanjian Cinta #part49

Wajah Bisma tampak terlihat berbinar bahagia.
Bagaimana tidak, baru saja ia mendapatkan kabar yang cukup membuatnya terkejut.
Kabar yang datang dari seorang dokter yang baru saja selesai memeriksa Franda istrinya.

Memang saat Franda pingsan tadi Bisma sangat panik dan langsung membawanya ke rumah sakit.
Kepanikan ayah satu anak itu berganti menjadi rasa bahagia saat sang dokter menyatakan kalau Franda istrinya ternyata tengah mengandung calon buah hati keduanya. Dan rasa mual serta pusing yang Franda rasakan itu karena adanya janin yang tengah tumbuh di dalam rahimnya.

Bibir Bisma tersenyum melebar. Ia masuk ke dalam ruangan dimana Franda masih berbaring disana. Ia masuk dengan diikuti langkah kecil Elfaris di belakangnya.
Ayah satu anak itu mendekati Franda lalu duduk disamping tempat Franda berbaring.

"Bundanya lagi sakit ya yah?" tiba-tiba Bisma menoleh mendengar sosok jagoan kecilnya bertanya.

Bisma menggeleng. Ia lagi-lagi tersenyum. Tubuh mungil Elfaris diraih dan digendongnya.

"Mmuach, bundanya gak papa ko sayang. Bundanya cuma kecapean, bunda sekarang lagi istirahat. Sebentar lagi juga bangun." jelasnya seraya mengecup pipi Elfaris lembut.

"Tapi tadi waktu dilumah bunda knapa yah? Ko bunda jatuh tlus pingsan?" Elfaris menatap ayahnya bingung.

"Enggak. Bunda gak papa, bentar lagi juga bangun." Bisma mengusap puncak kepala Elfaris lalu mengecupnya. Terlihat sekali kalau ayah satu anak ini sangat menyayangi Elfaris ditambah rasa bahagianya bertambah karena akan segera memiliki putra kedua.

"Ngh, Biss.. Bismaa.."

Tiba-tiba terdengar suara Franda yang rupanya sudah sadarkan diri dari pingsannya.

"Bunda yah?" Elfaris menunjuk bundanya.

Dengan segera Bisma langsung membawa Elfaris mendekati Franda. Ia menurunkan Elfaris lalu meraih tangan Franda dan menggenggam jemarinya erat.

"Kamu udah bangun bun? Ayah cemas banget tadi. Tapi ayah seneng sekarang bunda udah bangun.." wajah Bisma tampa berbinar bahagia.

"Iya bunda. Tadi bunda abis pingsan, tlus ayah bawa bunda kesini." Elfaris berucap polos.

Franda hanya membalas dengan senyuman kecil. Ia mencoba bangun meski kepalanya masih sedikit terasa pusing.

"Sshh aww!"

"Nda, udah tiduran aja. Gak usah di paksain. Dokter bilang tensi darah kamu cukup rendah, jadi wajar kalau tadi sampai pingsan.
Istirahat aja dulu yah?" ujar Bisma lembut dengan tatapan matanya yang meneduhkan.

Franda mengangguk. Ia mengikuti apa yang di ucapkan suaminya. Tubuhnya kembali berbaring dan di pandang dengan damainya wajah dua malaikat di hadapannya.

Bisma tersenyum. Puncak kepala Franda dikecupnya begitu lembut. Wajahnya sangat berseri tak dapat menyembunyikan lagi rasa bahagianya.

"Kayaknya ada yang aneh dari Bisma. Kenapa mukanya kelihatan seneng gitu? Apa mungkin dia seneng lihat aku masuk rumah sakit kaya gini? Atau dia seneng lihat aku sakit?" Franda membatin menerka-nerka akan sikap Bisma yang menurutnya sangat aneh dan menjanggal(?).

"Mending gak usah dikasih tau dulu deh. Kasih taunya dirumah aja.
Humm kamu pasti seneng banget Nda kalau tau kabar kehamilan kamu.
Aku aja bisa se-senang ini, gimana kamu?" Bisma tersenyum lebar memandangi wajah Franda juga perut datar Franda yang tengah ditumbuhi calon bayi keduanya.
Tingkahnya memang cukup aneh. Padahal tanpa ia beritahu juga pasti Franda akan tahu tentanf kehamilannya itu. Apalagi jika sudah bertemu dengan dokter yang memeriksanya saat keluar nanti.





**
"Dasar jahil ya? Udah punya anak satu juga masih aja mainnya rahasia-rahasiaan. Ihh dasar Bisma jahiil!" Franda menarik hidung Bisma gemas bercampur kesal.

"Ahaha gausah ditarik juga dong Nda. Sakit tau, aku cium juga nih? Muach.."

"Ih, apa sih? Udah sana jangan deket-deket. Aku lagi males tau lihat muka kamu. Bosen!" ketus Franda memalingkan wajahnya.

"Oh ya? Selius nih bocen?" goda Bisma yang kini malah sengaja mendekatkan wajahnya hingga ujung hidung mereka bersentuhan.

Franda terkekeh. Ia menarik leher Bisma lalu mengalungkan kedua tangannya. Satu kecupan tiba-tiba saja ia daratkan dengan beraninya diatas bibir Bisma.

"Muach!"

"HEH?!"

"Ahaha abis gemmes.."

"Nakal ya udah berani cium-cium bibir aku duluan?
Ini namanya HALUS dihukum.." Bisma langsung menjatuhkan Franda hingga posisi istrinya itu menjadi berbaring dibawahnya.

"Ahaha Bisma ammpunn."

"Tak ada ampun bagimu."

"Ahaha Bisma ih udaah.. Geli Bis.."

"Haha biarin! Sekali-kali aku kerjain kamu! Mmuach-muach-muuuuaach!!" Bisma mengecupi bibir serta pipi Franda beberapa kali. Kedua tangan Franda ditahannya namun tubuhnya pun ikut ia tahan agar tidak ingib menindih perut Franda yang tengah tumbuh calon bayi keduanya.

"Udah!" Franda mencoba mendorong tubuh Bisma. Tampaknya ia sedikit kehabisan nafas karna Bisma menciumi bibirnya tanpa henti.

Bisma tersenyum. Ia menghentikan aksinya. Selain takut terjadi apa-apa dengan Franda. Rupanya ia juga takut kalau Franda akan marah padanya nanti.

"Makasih ya?" ujarnya tiba-tiba.

"Iya. Makasih juga yah udah buat aku ngosh-ngosan.." balas Franda dengan nafas yang tersenggal.

Bisma menjatuhkan tubuhnya disamping Franda. Ia menarik pinggang Franda lalu mendekapnya erat. Puncak kepala Franda diusapnya. Satu kecupan kembali Bisma daratkan diatas kening istri tercintanya.

"Aku bahagia dan sangat-sangat bahagia bisa milikin kamu.
Kamu segalanya buat aku Nda.
Makasih buat semua kebahagiaan ini. Aku janji akan bahagiain kamu dan anak-anak kita nanti. Aku janji." Bisma menatap teduh wajah Franda. Wajah istrinya itu bagaikan cahaya kebahagiaan untuknya. Memang selain Elfaris saat ini hanya Franda yang Bisma miliki. Tidak ada yang lain. Dan hanya Franda yang mampu memberikan kebahagiaan untuknya juga jagoan kecilnya.

"Aku yang harusnya bilang makasih.
Sekarang aku udah tau dan ngerti apa arti kebahagiaan itu yang sesungguhnya.
Aku bahagia didekat kamu Bis, dan kebahagiaan aku itu kamu.
Aku udah gak peduli sama perjanjian-perjanjian konyol kita saat dulu. Yang aku peduliin sekarang itu ya kamu. Kebahagiaan kamu dan keluarga kecil kita." Franda ikut menatap pancaran kebahagiaan dimata Bisma. Keduanya saling menatap satu sama lain. Hingga tak terasa satu kecupan kembali Franda rasakan mendarat dibibirnya.

"Semoga mimpi buruk aku tentang kamu itu hanya sekedar bunga tidur.
Semoga kamu nanti bisa sayangin anak kedua kita ini sama seperti kamu sayang sama Ais.
Aku percaya sama kamu Bis.." harap Franda dalam hati. Tak terasa sentuhan lembut Bisma dibibirnya ia balas dengan lembut juga. Dan malam itu pun menjadi malam yang sangat istimewa untuk Bisma maupun Franda.
Keduanya terhanyut dalam keromantisan dan terlelap dalam dekapan hangat yang sama-sama mereka rasakan. #Jan telalu dibayangin! *pegangbatu*











**

Beberapa bulan kemudian..




Hari demi hari dilalui oleh keluarga kecil ini. Hingga tak terasa bulan pun berganti tanpa terasa. Dan kini perut Franda semakin terlihat membesar seiring perkembangan janinnya. Usia kandungannya sudah mencapai bulan ke tujuh. Mungkin dua bulan lagi bayi keduanya ini akan segera lahir.

"Bunda lagi ngapain disini?" Elfaris bocah tampan nan lucu ini berjalan mendekati bundanya.

Franda menoleh. Ia melemparkan senyuman manisnya untuk jagoan kecilnya ini.

"Bunda lagi siapin makanan buat ntal malam ya bun?" tebak Elfaris. Ia berdiri tepat disamping Franda. Memandang dengan polosnya makanan yang tengah Franda siapkan untuk makan malam.

"Ayahnya panggil dulu sayang. Bilang kalau makanannya udah siap." suruh Franda lembut.

"Oke bun. Ais panggil ayah dulu ya
Mmuah, dede bayi kakak Ais mau panggil ayah dulu. Dede jangan nakal disini. Kakak titip bunda yah? Muuaaah!"

Franda terkekeh. Ia memang sering kali tertawa jika melihat Elfaris berbicara sambil mengusap-usap perut besarnya. Ucapannya sangat polos. Tak jarang kalau semenjak kehamilan keduanya ini Franda lebih sering tersenyum dan tertawa karena kebahagiaan yang ia rasakan.

"Bun dedenya diem telus. Kenapa yah tyap kali Ais ajak bicala dedenya gapelnah mau ngomong? Dedenya cuma gelak doang. Utu juga gelaknya sambil nendang lut bunda. Apa dedenya gak dengel ucapan Ais ya bun?" Elfaris bertanya dengan wajah polosnya. Lagi-lagi Franda terkekeh. Rasanya ingin sekai mengigit pipi cuabynya yang menggemaskan itu.

"Dede bayinya bukan gak mau bicara sama Ais. Tapi kan dede bayinya belum lahir.
Dede bayinya bisa denger ko sayang semua ucapan Ais. Makanya dedenya suka nendang-nendang perut bunda.
Nanti kalau dede bayinya udah lahir. Baru Ais bisa denger suaranya." ujar Franda lembut menjelaskan.

"Oh gitu ya bunda? Tapi kapan lahilnya bun. Plasaan lama banget. Ais udah nunggu lamaa dali pltama kita pindah kelumah ini. Tapi dede bayinya gak lahil-lahil. Dedenya ga bosen apa bunda tinggal didalam pelut bunda telus?" Elfaris kembali bertanya dengan ekspresi ingin tahunya. Ia sampai memperhatikan perut bundanya yang semakin membesar seperti bola(?)

Franda menghela nafasnya. Rasanya memang butuh kesabaran ekstra untuk menjawab pertanyaan dari seorang anak kecil karna harus dijelaskan lebih jelas.

"Gini aja deh. Sekarang mendingan Ais panggilin ayah. Nanti Ais tanyain sama ayah aja." usul Franda.

"Kenapa halus sama ayah bun tanyanya? Kan Ais pinginnya dengel dali bunda aja. Ntal ayah jawabnya suka asal bunda." Elfaris memprotes kecil.

Franda kembali menghela nafasnya. Perut besarnya ia usap dan dielusnya pelan.

"Bunda gamau jawab yah? Yaudah deh Ais tanya ayah aja.
Kakak mau temuin ayah dulu ya de? Dede bayi jangan nakal, kakak Ais titip bunda sbental muah.."

Franda dibuat melongo seketika karna Elfaris malah ikut mengelus perutnya dengan celotehan lucu dan mendaratkan satu ciuman diatas perutnya. Bocah tampan itu kemudian berlari dan bergegas mencari ayahnya dilantai atas.

"Lucu banget sih? Crewetnya emang kaya aku. Tapi rasa ingin tahunya kaya Bisma banget.
Elfaris kayaknya sayang banget sama calon adiknya ini.
Mudah-mudahan kalau bayi ini udah lahir Ais jadi makin sayang nantinya." gumam Franda tersenyum melihat tingkah putra kecilnya. Ia pun kembali meneruskan aktifitasnya menyiapkan menu untuk makan malam nanti.





**
"Heum makanannya enak banget bun. Ayah jadi berasa punya koki dirumah. Makanannya enaak.." puji Bisma dengan mulut yang tak henti mengunyah makanan.

"Iya bnel yah. Makanan buatan bunda enak banget. Ais aja suka. Apalagi ayam tepung klispy. Uhh enaaak.." Elfaris ikut memuji masakan bundanya. Nasi putih yang tengah dikunyahnya sampai-sampai ada yang menempel dipipi cuabynya(?).

"Tapi ayamnya lebih enak digoreng dari pada ayam tepung krispy. Bumbunya lebih kerasa." ujar Bisma seraya menunjuk sepotong ayam goreng yang tengah disantapnya.

"Gamungkin yah. Olang lebih enak klispy. Dadinya klauk-klauk kaya klupuk yah. Dan itu tepungnya lasanya lebih enak.." protes Elfaris tidak terima. Rupanya ayah dan anak ini memiliki selera yang berbeda.

"Tapi sop ini lebih enak dari ayam tepung krispy. Apalagi sambal ini uhhh ayam tepung sih kalah.." ledek Bisma tak mau kalah.

Elfaris mengerucutkan bibirnya. Ia sampai menghentikan makannya mendengar Bisma berbicara seperti itu.

Franda terkekeh. Inilah yang sering ia lihat jika sudah berada dimeja makan. Selain Bisma dan Elfaris sering adu pendapat tentang masakannya. Kedua malaikat hatinya ini juga sering ribut tentang pendapatnya ini.

"Ais makannya udah aja deh. Ayam tepung klispynya juga udah abis. Ais ke kamal duluan ya bun? Muah, dah bundaa dah dede bayi juga, mmuah.." tiba-tiba Elfaris beranjak dari duduknya. Ia buru-buru mendekati Franda dan mengecup pipi serta perut buncit bundanya kemudian berlalu pergi menuju kamarnya.

"Ayahnya gak dicium juga nih?" tanya Bisma heran.

"Gamau! Cium aja ayam goleng sama sup ayam nya.." ketus Elfaris yang sepertinya tengah ngambek ini.

"Ohh ada yang ngambek telnyata.." Bisma manggut-manggut sambil kembali melahap makanannya.

Franda lagi-lagi hanya bisa terkekeh melihat sikap suami dan buah hati kecilnya.

"Oh iya bun, ko makanannya masih utuh?" tanya Bisma tiba-tiba.
Ia menghentikan makannya karna baru menyadari kalau sedari tadi Franda tidak sedikitpun melahap makanannya.

"Aku lagi gak laper yah.." jawab Franda singkat.
Bisma mengerutkan keningnya tidak percaya.

"Gak laper?" tanyanya lagi.

"Iya beneran gak laper." terang Franda meyakinkan.

Bisma menaruh sendok dan garpu yang masih dipegangnya. Ia kemudian menatap wajah istrinya itu dan mencari penyebab kenapa Franda tidak mau ikut makan juga.

"Aku beneran lagi gak laper yah, beneran deh serius. Perutnya masih kenyang.." Franda mencoba meyakinkan. Ia melemparkan senyuman manisnya agar Bisma percaya. Perutnya yang besar pun ia elus-elus pelan.

"Gak laper? Trus gak mau makan gitu?
Lalu anak kita didalam perut kamu mau dikasih makan apa, hem?" Bisma beranjak dari duduknya. Ia berdiri disamping Franda lalu ikut mengelusi perut Franda yang tengah tumbuh calon buah hati keduanya.

"Beneran gak laper yah, anak kita juga kayaknya masih kenyang.." ujar Franda lagi.

Bisma tersenyum. Ia mencubit kecil hidung mancung Franda. Sepertinya ia sudah bisa menebak apa yang diinginkan istrinya ini.

"Mau makan apa? Bilang aja, nanti ayah cariin." tanyanya lembut.

"Gak mau yah, beneran deh serius.."

"Udah gausah bohong.. Udah ketahuan juga."

"Hehe.. Iya deh ngaku, Nda pengennya makan coklat." Franda nyengir kuda(?).

"Tuh kan, kalo udah gak mau makan gini pasti ada maunya.
Yaudah nanti ayah keluar dulu, ternyata anaknya ayah lagi pingin coklat. Cuma coklat doang sih gampang. Nanti ayah beliin satu toko yah? Asal jangan minta duren aja. Cukup kakak kamu yang minta duren. Kamu gak boleh, emmmuuah. Ayah sayang kamu."

Franda tersenyum senang melihat sikap Bisma yang semakin memanjakannya. Selain lebih penyayang dan penyabar. Bisma memang sudah benar-benar berubah tidak seegois dan sekeras dulu lagi.

"Yaudah ayah mau keluar dulu sebentar buat beli coklatnya." Bisma beranjak dan hendak pergi.

"Tapi Nda pengen ikut cari coklatnya." pinta Franda tiba-tiba.

Bisma menoleh menatap Franda seolah tidak ingin istrinya ini ikut. Kedua bola matanya memandang perut buncit Franda yang tengah Franda usap-usap pelan.

"Ayolah yah, cuma cari coklat doang kan? Sekalian aku pingin keluar. Kan jarang-jarang kita bisa keluar malam. Ayo dong sekali-kali gitu. Masa dirumah terus. Bosen tau yah.."

"Udah gak usah. Nda dirumah aja. Nanti takut kenapa-napa sama kandungannya. Biar ayah yang keluar aja sendiri. Cuma sebentar ko."

"Nyenengin istri sebentar aja susah banget sih?
Katanya kalau Nda pengen apapun akan dikasih, ini cuma mau ikut aja gak boleh. Suami macem apa kaya gitu!" Franda pura-pura ngambek. Ia memalingkan wajahnya menunjukkan rasa kecewanya terhadap Bisma.

"Hufh.. Iya-iya. Yaudah Nda boleh ikut. Tapi ayah ambil jaket dulu buat Nda. Sekalian ayah panggil Ais dulu. Kasian kalau dia ditinggal dirumah sendiri." pasrah Bisma akhirnya. Dengan langkah gontai ia beranjak meninggalkan Franda untuk mencari Elfaris.

Senyum penuh kemenangan pun mengembang dibibir Franda. Ia sampai tampak bahagia sekali karna akhirnya Bisma mau menuruti keinginannya.

"Yess! Kita berhasi sayang. Uhh kita keluar rumah dimalam hari juga akhirnya.
Semenjak bunda hamil kamu dan perut bunda semakin besar, ayah kamu jarang banget ajakin bunda keluar. Alasannya pasti takut bunda sama kamu kenapa-napa terus. Tapi sekarang enggak deh. Kita akan keluar. Mumpung belum terlalu malam. Kita jalan-jalan sayang.. Hihi. Aku kerjain kamu Bis.." gumam Franda tersenyum puas. Perutnya berkali-kali ia usap. Bayangan indah keadaan diluar sana saat malam hari pun terus terbayang dibenak Franda.
Memang selain sibu dengan urusan kantor. Bisma juga sering takut membawa Franda pergi keluar rumah karna perut Franda yang sudah semakin membesar.










Bersambung...




@dheana92
@Elfaris_Karisma

Sabtu, 23 Agustus 2014

Perjanjian Cinta #part47

Suasana rumah mewah Bisma kini  mendadak berubah menjadi ramai.
Kedatangan Rafael dan keluarga kecilnya benar-benar tidak Bisma duga.
Ia seperti tengah bermimpi di siang bolong.
Franda sendiri sampai terpelongo kaget karna sahabat baiknya ternyata adalah istri dari rekan bisnisnya sendiri, yaitu Rafael. Dan yang lebih membuat Franda kaget ialah saat mengetahui kalau Rafael itu sahabat dari suaminya juga.

"Ini gila. L..lo beneran suaminya Franda? T..trus Faris itu anak kalian berdua? T..trus b..berati yang sering lo ceritain ke gue itu Franda? Rekan bisnis gue sendiri? Dan kalian..?" Rafael benar-benar di buat shock akan kenyataan yang tidak pernah terduga ini.

Bisma terkekeh. Ia bahkan lebih terkejut lagi saat mengetahui kalau Rafael dan Indah adalah sahabat baik dari istrinya juga.

"G..gue yang lebih gak nyangka Raf. Gue gak nyangka kalau lo udah kenal sama Franda, sama istri gue sendiri. Dia itu kan yang.." ucapan Bisma terpotong.

"Dia cewek yang suka lo bilang stres itu kan? Yang sukanya marah-marah, bikin lo naik darah, sampe-sampe kalian tuh gak pernah bisa akur. Bahkan sampe bikin perjanjian konyol juga. Iya kan?" tebak Rafael diselingi tawa kecil.

"Hahaa lo ternyata masih inget aja Raf, haha." Bisma tertawa begitu renyahnya.

"Ya iyalah gue inget. Kan dulu lo sering banget cerita tentang istri lo ini. Tapi menurut gue sih dia gak stres Bis, Franda itu cewek smart tau. Mandiri lagi. Memimpin perusahaan besar aja dia bisa. Jadi ucapan lo itu salah semua." jelas Rafael yang kini malah memuji Franda.

"Iya iya. Sekarang gue akuin Franda memang cewek smart. Cewek cantik, cewek yang sangat hebat dan mampu buat gue gak bisa jauh dari dia.
Gue udah sayang dan cinta banget sama dia Raf. Gue, guee.."

"Jadi sekarang semuanya udah berubah?" tebak Rafael.

Bisma mengangguk kecil diiringi senyum malu-malu.

"Hahaa bener kan apa tebakan gue.Lo harus ceritain semuanya sama gue Bis. Pokoknya lo harus cerita sampai tuntas. Gue pengen tau semuanya." Rafael menepuk punggung Bisma dan merangkul sahabat baik yang sudah dianggapnya saudara sendiri.

"Oke. Gue pasti akan ceritain semuanya. Gue pasti cerita Raf.." setuju Bisma. Ia tersenyum menunjukkan kebahagiaan yang tak dapat lagi disembunyikannya.

Kedua sahabat baik ini pun meneruskan perbincangan hangatnya.
Mengobrol penuh canda layaknya Abg muda yang tengah membicarakan tentang pasangannya.
Mereka larut dalam obrolan-obrolan kecil yang mereka bahas tak ada habisnya.




**
Berbeda dengan Bisma dan Rafael.
Franda sendiri kini berada diruangan kamar Elfaris bersama Indah.
Dua sosok perempuan cantik ini juga asik dengan obrolan hangatnya. Mereka mengobrol penuh canda seraya melepas rasa rindu karna setelah sekian lama baru bisa berjumpa lagi.

"Bener-bener sulit dipercaya kalo ternyata Faris itu anak kamu.
Kamu kapan hamilnya coba?
Nikah aja gak tau, ini udah punya anak. Kamu tuh bener-bener ya Fran.." Indah masih belum bisa percaya akan kenyataan yang mengejutkan ini.

"Hehe.. Nanti aku ceritain deh semuanya dari awal. Pokoknya ceritanya itu panjaaaang banget.
Aku juga gak nyangka  bisa jadi kaya gini Ndah.." Franda merangkul Indah diselingi tawa kecilnya.

"Beneran ya ceritain dari awal sampai tuntas?"

"Iya sipp. Pokoknya aku bakalan ceritain semuanya.
Yuk kita ngobrol di ruangan lain aja.
Biar Ais sama Arfa disini. Kita ke taman belakang aja." ajak Franda lembut.

"Oke. Yaudah kita ke taman belakang.." Indah mengangguk setuju diiringi senyum.
Kedua perempuan cantik ini pun keluar dari kamar Elfaris dan membiarkan jagoan-jagoan kecilnya itu bermain bersama.







**
Setelah sekian lama berbincang dan mengobrol untuk melepas rasa kangen.
Akhirnya Franda dan Bisma berpamitan kepada Rafael dan keluarga kecilnya untuk segera pulang menuju Jakarta.
Bisma juga telah menjelaskan kenapa ia dan Franda harus ke Jakarta.
Awalnya Rafael sangat terkejut karna ternyata rumah yang di Bandung ini hanya di tinggali oleh Elfaris dan pengasuhnya saja.
Sedangkan Bisma dan Franda tinggal di Jakarta. Dan sekarang mereka akan membawa Elfaris pulang untuk tinggal satu rumah di Jakarta sana.

"Ya udah ya Raf, gue pamit dulu.
Nanti kapan-kapan lo mampir aja ke rumah gue yang di Jakarta.
Gue kasih tau alamat lengkapnya ntar.." ujar Bisma berpamitan.

"Kenapa harus buru-buru sih Bis?
Kenapa gak besok lagi aja pulangnya? Atau lusa mungkin?" pikir Rafael bingung.

"Ahahaa kalo ini udah gak bisa di tunda-tunda lagi Raf.
Gue udah gak sabar buat ajak Ais sama bundanya tinggal di rumah gue. Jadi gue harus tetep pulang sekarang.." Bisma terkekeh. Ia menepuk pundak Rafael yang berdiri di sampingnya.

"Hemm yasudah.
Nanti lo kasih tau alamat lengkapnya aja.
Kapan-kapan gue mampir deh.."

"Bener yah? Gue tunggu loh."

"Iya sip. Pokoknya nanti kalo ada waktu luang. Gue usahain mampir.." ujar Rafael mantap.
Bisma lagi-lagi tersenyum.
Sosok dua sahabat yang sudah seperti saudara ini pun saling memeluk satu sama lain.

"Jangan ulangin kesalahan lo lagi.
Istri sama anak lo itu harus di jaga baik. Jangan di tinggal-tinggal terus, dan jangan lo buat mereka kecewa lagi." bisik Rafael pelan.

"Gue janji Raf. Gue udah janji sama diri gue sendiri buat bahagiain mereka.
Jadi gue gak mau ngulang kesalahan gue lagi." ujar Bisma mantap.

Rafael tersenyum senang mendengar jawaban dari Bisma.

"Yaudah gue pergi dulu.." pamit Bisma melepaskan pelukannya.

"I..iya Bis. Hati-hati yah?" Rafael tersenyum kecil.

Tak lama sosok Bisma dan Franda juga Elfaris pun pergi meninggalkan Rafael dan keluarga kecilnya.
Sebenarnya ini terlalu cepat. Bahkan mereka berbincang saja baru beberapa jam. Rasanya belum terlalu puas untuk melepaskan semua rasa rindu terhadap dua sosok sahabat baik ini.

"Ko lasung pegi sih pah?
Padahal Arfa masih pen main sama Fais.." Arfa menatap kepergian Elfaris kecewa.

"Nanti kapan-kapan kita main ke Jakarta, ke rumahnya Faris." hibur Rafael.

"Benean pah?" Arfa bertanya ragu.

"Iya sayang. Ya udah kita pulang aja yuk?
Gak enak kalau terus disini.
Ayo Ndah, Kita pulang?" ajak Rafael melirik istri dan jagoan kecilnya.

"Iya Raf. Yuk?" Indah mengangguk setuju.

Tanpa menunggu lama, Rafael langsung menggendong Arfa dan berlalu keluar dari rumah Bisma yang kini hanya di huni oleh pembantunya saja.
Indah membuntuti Rafael dari belakang sambil sesekali mengusap puncak kepala Arfa yang dapat mudah di raihnya.
Sangat terlihat sekali kalau Indah begitu menyayangi Arfa.





**
Mobil Alphard putih yang di kendarai oleh Bisma kini sudah tiba di Jakarta.
Rumah newah bernuansa putih yang menjadi tempat tinggal Bisma ini pun sudah terlihat disana.

Bisma tidak buru-buru turun.
Ia malah diam dan tersenyum melebar memandangi Franda yang masih asik duduk di sebelahnya.

"Ko malah senyum-senyum sih?" tanya Franda bingung.

Bisma menggeleng. Ia kemudian meraih puncak kepala Franda lalu mengecupnya.

"Aneh banget sih?" Franda sedikit terkekeh melihat sikap aneh pada suaminya ini.

"Aku punya kejutan buat kamu Nda." Bisma berbisik pelan.

"Kejutan? Dari kemarin ngomongin kejutan terus. Emang kamu punya kejutan apa buat aku?" Franda memandang Bisma bingung. Ia sedikit merapikan poni lurusnya lalu menatap Bisma serius.

"Pokoknya ada deh. Dijamin kamu suka. Muach!" Bisma menyambar bibir tipis Franda dan mengecupnya sekilas.

"Issh kebiasaan banget! Ada anaknya juga.
Jangan suka cium-cium aku gitu dong Bis. Kalo Ais lihat gimana?
Lagian kejutan apa sih? Bikin orang penasaran aja." cerocos Franda kesal.
Lagi-lagi Bisma malah terkekeh melihat istrinya yang marah akibat ulahnya.

"Ais lagi asik di belakang. Jadi gak mungkin dia lihat." bisiknya tersenyum nakal.

Franda tersenyum. Ia menatap wajah Bisma lalu menarik hidung mancung suaminya itu.

"Ngapain senyum? Pake narik hidung segala, hem?" Bisma mendekatkan wajahnya genit.

"Issh apa sih? Udah sana turun..
Aku mau lihat Ais dulu. Ko dari tadi dia gak ada suaranya." Franda berusaha mengalihkan perhatian.

Karna tidak mau memancing emosi Franda seperti sebelum-sebelumnya. Akhirnya Bisma mengurungkan niatnya yang ingin menggodai Franda.
Ia membuka pintu mobilnya lalu keluar lebih dulu. Membukakan pintu untuk Franda hingga terlihat begitu romantis sebagai keluarga kecil bahagia.

"Silahkan nyonya Karisma.." ujarnya dengan candaan kecil.

"Makasih tuan.." balas Franda terkekeh.

Perempuan cantik berwajah oriental itu keluar dari mobil Bisma. Tangannya Bisma pegang. Bahkan Bisma merangkulnya mesra.

"Ais kayaknya tidur ya?" Franda menatap Bisma.

"Bisa jadi.." Bisma mengangguk kecil.

Franda hanya menggelengkan kepalanya tidak percaya saat melihat Elfaris memang tengah terlelap di dalam mobil suaminya.

"Bener kan?" Bisma tersenyum lebar melihat jagoan kecilnya.

"Mirip banget sama ayahnya." Franda menatap Bisma.

"Namanya juga anak aku. Ya pasti mirip aku." lagi-lagi Bisma malah tersenyum.

Franda berjalan mendekati Elfaris. Ia menyentuh wajah putra kecilnya itu lalu mendaratkan satu kecupan lembut di kening Elfaris.

"Biar aku aja yang bawa dia kedalam. Kamu mundur dulu Nda." ujar Bisma pelan.

Franda mengangguk setuju. Ia membiarkan suaminya itu untuk menggendong Elfaris dan membawanya masuk kedalam rumah mewah yangkan menjadi tempat tinggal barunya.

"Uhh anaknya ayah. Bobonya lelap banget sayang? Mmuach!" Bisma mengecup kening Elfaris gemas.

"Dia kecapean kayaknya.." Franda mengelus puncak kepala Elfaris.

"Yaudah yuk masuk?"

"Iya."

Mereka pun akhirnya masuk tanpa menunggu lama lagi.






**
"Ini kamar Elfaris?" Franda terlihat bingung.

"Iya. Emangnya kenapa?"  jawab Bisma enteng.

"T..tapi k..ko bisa?" Franda rupanya masih belum bisa mempercayai akan apa yang di lihatnya.

"Bisa dong. Buat anak kesayangan aku, apa sih yang enggak." lagi-lagi Bisma menjawab dengan entengnya. Ia merebahkan Elfaris diatas tempat tidur yang memang sudah di siapkannya untuk menjadi ruang kamar Elfaris.

Franda tertegun. Pandangannya kembali melihat seisi ruangan yang berada didalam kamar putra kecilnya. Ia masih tidak percaya kalau Bisma benar-benar sudah menyiapkan semuanya untuk Elfaris.

"Ini baru hal kecil lohh.. Kejutan besarnya kamu pasti akan lebih kaget nanti." ujar Bisma so misterius.

"Emang ada apalagi selain ini?"

"Emm ada apa yah? Umm yaa pokoknyaa ada deh.."

"Issh Bisma aku serius!" Franda langsung mencubit perut Bisma gemas.

"Ahaha iya-iya. Yaudah kita tinggalin Ais dulu disini. Kita ke kamar kita aja. Kamu pasti akan lebih suka. Disana ada sesuatu buat kamu." Bisma merangkul istrinya ini dengan wajah yang tak henti menunjukkan senyum.

"Emang ada apa sih? Bis kamu bikin aku penasaran. Beneran loh aku penasaran."

"Yaudah makanya ikut aku dulu. Biar kamunya gak penasaran, muuach." Bisma mengecup sekilas jemari Franda yang tengah di genggamnya.

"Apa sih? Ko Bisma jadi so misterius gini?
Tapi ini kamar buat Ais aja bisa se-mewah dan se-bagus ini. Kalau Ais bangun bisa loncat-loncat dia. Mana isinya banyak banget mainan lagi. Gimana kalo kamar aku sama Bisma? Ihh beneran bikin penasaran. Trus dia bilang disana ada sesuatu buat aku? Sesuatu apa coba?" Franda membatin bingung dan bertanya-tanya sendiri.

"Kiyaaaa malah bengong disini.
Ayo dong bun, ikut ayah dulu bentar. Ais gak usah di ganggu. Kita ke kamar kita. Ada banyak kejutan dan sesuatu buat kamu bun. Ayo?"

"T..tapi..?"

"Apa mau ayah gendong?" Bisma menaik turunkan halisnya genit.

"Issh gamau! Emangnya kita pengantin baru, ke kamar aja pake di gendong."

"Yaa kan biar romantis bunda pandaku sayaaang." Bisma mencubit pipi Franda gemas.

"Sakit.."

"Hehe. Yaudah yuk?"

"Yaudah ayo?" Franda tersenyum lucu melihat tingkah Bisma yang selalu saja bisa membuatnya tersenyum.

Sepasang suami istri yang baru memiliki satu orang putra ini pun keluar dari kamar jagoan kecilnya. Bisma merangkul Franda mesra. Sementara Franda menggandeng lengan Bisma dengan puncak kepala yang tak hentinya Bisma kecupi.

"Kamu pasti bakalan suka. Aku yakin kamu bakalan suka Nda.
Semuanya aku lakuin buat kamu. Buat keluarga kecil kita dan buat Elfaris.
Aku sayang kalian. Dan aku gak mau kehilangan kalian.." Bisma membatin yakin.








**
"Ngapain sih senyum-senyum terus? Dari tadi ko itu bibir gak berenti senyum?
Kamu kenap bun, hem?" Bisma mengerutkan keningnya bingung. Ia tidak habis fikir dengan apa yang terjadi pada istrinya ini.

Bukannya menjawab. Franda malah langsung memeluk Bisma. Ia menyenderkan kepalanya di dada Bisma dan begitu erat melingkarkan kedua tangannya di tubuh Bisma.

"Sayang kamu kenapa sih?
Gak biasanya kayak gini?
Nda?" Bisma masih saja bingung tidak mengerti.

"Terimakasih Tuhan..
Aku bahagia. Aku benar-benar bahagia atas semuanya.
Aku sayang kamu Bis. Kamu suami terbaik yang aku miliki.
Aku mencintai kamu.
Aku janji akan jadi istri yang baik buat kamu. Aku janji.." batin Franda yakin dengan semua rasa bahagia yang kini dapat dirasakannya.
Ia tidak menyangka kalau kejutan yang Bisma kasih bisa begitu mengejutkan dan membahagiakan untuknya.
Franda jadi semakin yakin kalau Bisma benar-benar sudah berubah tidak seegois dan menyebalkan seperti dulu.

"Franda kenapa sih? Sikapnya dari tadi jadi manis terus? Mana bibirnya lebih banyak senyum sekarang. Biasanya kalo di godain  dikit suka ngambek dan marah. Tapi sekarang enggak?
Beneran aneh. Tapi gue suka.
Apapun sifat Franda. Gue tetep suka sama dia.
Aku cinta kamu sayang.. Pokoknya apapun akan aku lakuin buat kebahagiaan kamu. Buat Elfaris juga." Bisma membatin seraya membalas pelukan Franda. Ia memeluknya erat dengan semua kebahagiaa yanga dirasakannya saat ini.




**
"Ini Ais speltinya sedang belmimpi?
Ini lumah siapa? Besal banget lagi.
Kamal yang tadi Ais tidul juga bagus. Banyak mainan. Kaya toko mainan.
Tlus lumahnya luas. Ais bisa main-main bebas nih disini.
Ada kolam lenangnya juga. Blati Ais bisa blenang sepuasnya..
Wuihhh ini lumah siapa ya?
Tlus ayah sama bunda kemana?"

Elfaris dibuat kagum akan apa yang dilihat oleh kedua matanya.
Ia berjalan menelusuri setiap ruangan demi ruangan dirumah mewah yang akan menjadi tempat tinggalnya ini.
Berkali-kali ia tertegun dan kagum karna semuanya terlihat begitu berbeda dengan rumahnya yang di Bandung.










Bersambung....

@dheana92
@Elfaris_Karisma

Perjanjian Cinta #part46

Rafael dibuat terkejut luar biasa. Ia tidak menyangka kalau Arfa putra semata wayangnya bisa berbuat senakal itu kepada Elfaris.

"Siapa yang ajari Arfa buat nakal sama orang lain?" bidik Rafael menatap Arfa kesal.

Arfa yang memang sangat takut terhadap sang papah hanya diam menunduk tanpa mengeluarkan suara.

"Papah gak suka yah Fa kalau Arfa jadi nakal kaya gini.
Papah tuh didik dan besarin Arfa dari kecil biar jadi anak yang baik. Bukan jadi anak nakal." jelas Rafael tegas.

Arfa lagi-lagi tetap diam. Wajahnya sedikit berkaca melihat kemarahan sang papah yang cukup mengerikan untuknya.
Senakal-nakalnya Arfa, disaat Rafael marah, ia pasti akan diam dan diam.

"Kenapa diam?
Papah lagi bicara sama Arfa, bukan sama lantai!" Rafael sedikit meninggikan suaranya.

Arfa mendonga. Pipinya ternyata sudah basah oleh air mata.

"Nangis?
Kalau di nasehatin bisanya nangis.
Papah itu gak ngerti sama Arfa.
Kenapa Arfa jadi nakal?
Apa pernah papah ajarin Arfa biar nakal hem?" Rafael menatap mata Arfa tajam.

"..mapin Arfa pah,
Papah jan mah-maah teus. Arfa mita maaf, mapin Arfa.." Arfa berujar lirih memandang Rafael.

"Gak usah terlalu keras sama Arfa.
Dia masih kecil Raf.." Indah menyentuh pundak Rafael mencoba menahan emosi suaminya.

"Arfa cuna becanda pah, Arfa ga bemaksud nakal. Arfa mita maaf, mapin Arfa.." jelas Arfa menyesal.

"Sekarang Arfa ke kamar yah?
Gak boleh nangis lagi. Biar mamah yang nanti bicara sama papah.
Jangan nangis ya sayang?
Papah gak bermaksud marah sama Arfa ko, papah cuma pingin Arfa gak nakal aja.
Papah pasti maafin Arfa." Indah melangkah mendekati Arfa. Istri kedua dari Rafael itu menyentuh pipi Arfa lembut.
Ia memang selalu membela Arfa jika Rafael tengah berusaha tegas pada bocah kecil itu.

"Bianin sama papah, Arfa nesel mah.
Arfa janji ganau nakal ladi. Mapin Arfa.." Arfa berhambur memeluk tubuh Indah.
Terlihat sekali kalau ia sangat menyesal telah menakali Elfaris dan menjahilinya.

Indah tersenyum. Ia membalas pelukan Arfa dan mengecupi puncak kepala bocah kecil itu.

"Iya sayang, mamah percaya ko sama Arfa.
Yaudah sekarang masuk kamar yah?
Mamah mau bicara dulu sebentar sama papah." suruh Indah melepaskan pelukannya.

Arfa mengangguk setuju. Bibirnya tersenyum lebar. Beruntung sekali ia bisa memiliki ibu tiri sebaik Indah.

Bocah kecil yang cukup aktif itu pun berlari cepat menuju kamarnya. Ia sebenarnya anak yang baik, hanya saja sedikit iseng dan jahil.

"Udah marahnya.
Kasian tau, masa anak sendiri di marahin." Indah mendekati Rafael lalu merangkul lengan kekar Rafael.

"Aku gak marah Ndah, aku tuh cuma pingin tegas aja sama Arfa.
Dia nakal banget. Masa wajah Faris dia corat-coret? Itu, itu beneran keterlaluan Ndah." Rafael menatap Indah dengan rasa kesal saat mengingat kenakalan Arfa.

Indah tersenyum. Ia memeluk pinggang suaminya itu penuh kehangatan. Berharap kalau emosi Rafael akan hilang dengan sikapnya ini.

"Arfa masih kecil, dia belum terlalu faham Raf.
Aku yakin ko Arfa itu pasti gak bermaksud nakal, ia cuma iseng aja.
Jangan di marahin lagi yah?
Gak tega lihat dia ketakutan kaya tadi."

"Biar dianya faham.
Aku lakuin ini juga biar dia jadi anak yang baik.
Aku didik dia dan besarin dia dari dia bayi Ndah, dan aku besarinnya sendiri tanpa di dampingi mamahnya Arfa.
Aku luapin semua kasih sayang aku sepenuh mungkin buat Arfa, berharap kalau dia gak akan kekurangan kasih sayang.
Jadi aku gak mau kalau Arfa nantinya jadi anak nakal. Aku pingin dia jadi anak yang baik dan penurut.
Itu keinginan aku Ndah.." Rafael menatap lekat mata bening Indah. Ucapannya sungguh-sungguh dari hati. Ia memang sosok ayah yang hebat dan luar biasa.

"Tapi kamu sekarang gak sendiri.
Aku akan bantu kamu buat didik dan besarin Arfa.
Aku sayang sama Arfa Raf, dia itu anak yang baik, lucu, tapi sedikit konyol.
Pokoknya aku sayang banget sama Arfa." Indah melingkarkan kedua tangannya dipinggang Rafael. Ia menyenderkan kepalanya di dada bidang Rafael yang selalu bisa membuatnya nyaman.

Rafael tersenyum. Ia beruntung memiliki istri seperti Indah.
Walau Arfa bukan anak kandung Indah, namun Indah dapat menerima Arfa layaknya anak kandungnya sendiri.




**
"Duuh udah dong sayang jangan ngambek terus.
Bunda kan udah minta maaf sama Ais. Maafin bunda yah?
Bunda nyesel udah tinggalin Ais kemarin. Bunda minta maaf.." Franda mengejar bocah tampan Elfaris yang terus berjalan menjauhinya.

"Ais mau sendili aja. Tyap hali juga Ais salu sendili, dadi ga ada bunda sama ayah juga Ais gak papa.
Ais masih bisa sendili." Elfaris masuk kedalam kamarnya lalu naik keatas tempat tidur.
Rupanya bocah tampan itu tengah marah pada bunda dan ayahnya.

"Oke bunda sekali lagi minta maaf.
Bunda tau bunda sama ayah salah.
Maafin bunda ya sayang.. Bunda janji deh gak akan pernah tinggalin Ais lagi." bujuk Franda lembut. Ia duduk disamping Elfaris berusaha mengambil hati jagoan kecilnya itu agar berhenti marah padanya.

"Ais mau bobo aja.
Bunda sama ayah bisa tinggalin Ais sendili?" Elfaris menarik selimutnya mengacuhkan segala ucapan serta bujukan sang bunda.

Franda terpelongo. Ia tidak menyangka kalau Elfaris bisa benar-benar marah padanya juga Bisma.

"Ternyata anak gue bisa ngambek juga.." Bisma yang sedari tadi membuntuti Franda hanya menggaruk rambut hitamnya sambil tersenyum kecil melihat aksi ngambek Elfaris.
Ia tidak khawatir atau pun cemas. Justru menurutnya ini sangat lucu.

"Ko Ais gitu sih sama bunda?
Bunda tuh kangen sama Ais.
Bunda pingin peluk Ais, bunda sengaja loh nyuruh ayah biar pagi-pagi datang ke Bandung. Dan itu khusus buat temuin Ais.
Bunda kangen sama Ais.." jelas Franda terdengar lirih.

"Ais ga pelcaya. Pasti abis ini juga bunda sama ayah pulang lagi. Tinggalin Ais lagi, tlus Ais sendilian lagi." Elfaris ngedumel kecil seraya membalikkan tubuhnya membelakangi Franda.
Rupanya memang benar-benar lucu melihat aksi ngambeknya ini.

"Jadi Ais beneran marah sama bunda?
Ais gak mau maafin bunda?" ekspresi wajah Franda berubah menjadi sedih.

Elfaris diam. Ia tidak menjawab. Wajahnya masih tetap ia palingkan tanpa mau menatap bundanya yang ia belakangi.

Bisma sendiri lagi-lagi malah tersenyum. Lelaki tampan ayah dari satu anak itu berjalan mendekati Franda. Ia menyentuh pundak istrinya mengisyaratkan agar Franda sedikit mundur karna ia ingin berbicara dengan Elfaris.

"Dia ngambek tau. Kamu sih bikin aku kesel terus. Jadinya dia.." ucapan Franda  terpotong.

"Usstt kamu tuh gak usah nyalahin aku.
Ini sih kamunya aja yang gak bisa bujuk Ais." Bisma malah meremehkan.

"Ih yaudah coba aja bujuk sendiri.
Gak usah ngeremehin!" ketus Franda sebal.

"Cuma bujuk Ais doang sih kecil.
Lihat nih aku.." Bisma tersenyum percaya diri. Ia mulai menunjukkan aksinya di depan Franda. Mungkin ia memang tahu caranya membujuk Elfaris yang tengah ngambek ini.

"Kalo gak bisa aku getok kamu Bis.." gumam Franda bergurau diselingi senyuman kecilnya.

Bisma sendiri tampak begitu yakin kalau dirinya bisa membujuk Elfaris. Ia berjalan mendekati Elfaris lalu naik keatas tempat tidur bocah tampan itu.

"Duuhh ayah kangen banget deh sama Ais. Udah berapa lama yah ayah gak peluk Ais?" ujar Bisma tiba-tiba. Ia memeluk tubuh mungil jagoan kecilnya dari belakang.

"Ayah gausah peluk-peluk Ais!
Ais kan lagi ngambek sama ayah. Dadi ayah gausah peluk-peluk Ais!" ketus Elfaris melepaskan paksa tangan kekar Bisma yang melingkar diperutnya.

Bisma terpelongo. Bagaimana mungkin Elfaris bisa menolak pelukan darinya sampai berucap seketus ini.

"Ahahaa. Katanya jago. Baru diketusin dikit sama anaknya aja udah cengo." celetuk Franda menahan tawa melihat ekspresi wajah Bisma yang sangat-sangat lucu.

"Apa sih? Gak usah ngetawain bisa?
Lagian siapa juga yang cengo." Bisma menoleh menatap Franda sebal.

"Oh enggak cengo yah? Cuma melongo doang tapi.." ledek Franda masih saja menggoda suaminya ini.

Bisma berdecak geram. Lagi-lagi ia menoleh menatap istrinya itu kesal.

"Yaudah aku keluar dulu deh. Aku buatin susu coklat dulu buat Ais.
Bunda buatin susu hangat ya sayang?" ujar Franda menawari Elfaris.

"Ais mendadak lagi gamau minum susu!" jawab Elfaris ketus. Lagi-lagi sikapnya ini mampu membuat Bisma tertawa.

"Udah tau anaknya lagi ngambek, pake ditawarin susu coklat segala. Ya iyalah dia nolak. Hemm dasar Pando." Bisma terkekeh geli.

"Yaudah kalo Ais gak mau.
Padahal susu coklat buatan bunda enak loh, tapi berhubung Aisnya gak mau, jadi bunda buat susu coklatnya untuk bunda sendiri aja deh.." ujar Franda sedikit menggoda Elfaris. Ia  tahu betul kalau Elfaris sangat suka susu coklat apalagi buatannya. Jadi sepertinya ucapan tidak mau dari Elfaris barusan sangat bertolak belakang dengan kenyataan.

"Ais sbnelnya mau bun, tapi kan Ais lagi ngambek sama bunda. Kalo Ais bilang mau, ntal Ais ga bisa ngambek lagi dong?" Elfaris membatin dengan ekspresi lucunya.
Bocah tampan itu memandangi Franda diam-diam.

"Yaudah kalo gitu bunda mau keluar dulu.
God luck ya yah?" Franda mengedipkan matanya menggoda Bisma.

"Ih kaya boneka kehabisan batre aja pake kedip-kedip segala." ceplos Bisma ngasal.

Franda terkekeh. Perempuan cantik ibu dari satu anak itu langsung keluar dari ruangan kamar Elfaris dan membiarkan putra kecilnya itu agar bisa lebih leluasa berbicara berdua dengan Bisma.






Beberapa menit kemudian..



Bisma terlihat diam. Ia seperti yang sedang berfikir saat mendengar permintaan dari jagoan kecilnya.

"Dadi gimana yah? Ayah bisa kan?" Elfaris bertanya serius.

Bisma menatap Elfaris ragu. Pasalnya keinginan bocah tampan itu cukup aneh dan sulit untuk dituruti.

"Yaudah kalo ayah ga bisa. Blati Ais mau ngambek lagi aja.
Ais gamau maafin ayah. Ais mau malah aja sama ayah." ketus Elfaris lalu beranjak turun dari tempat tidurnya.

"Ehh i,iya ayah bisa. Ayah pasti kasih apa yang Ais mau.
Pokoknya ayah pasti akan kabulkan keinginan Ais." ujar Bisma akhirnya.

"Selius? Ayah ga bohong kan?" Elfaris memandang Bisma ragu.

"Iya serius, gak pake bohong deh pokoknya." jelas Bisma meyakinkan.

Elfaris tersenyum lebar. Ia dengan cepat langsung menubruk tubuh kekar Bisma dan memeluknya erat.

"Makasih ayaaah.. Blati sbental lagi Ais bakalan punya temen. Yeyee makasih ayaaah.." Elfaris bersorak senang.

"Iya sama-sama sayang. Tapi Ais gak boleh ngambek-ngambek lagi ya?" Bisma meraih kedua pipi chuaby Elfaris lalu menatapnya lekat.

Elfaris mengangguk setuju. Ia kembali memeluk tubuh ayahnya itu, menenggelamkan wajah tampannya di dada sang ayah dengan bibir yang tak henti menyunggingkan senyum.

"Dianya udah gak ngambek lagi. Dasar anaknya Franda.
Marahnya itu lucu, jadi ngingetin sama almarhum mamah.
Waktu mamah masih ada, dia juga sering dan gampang banget ngambek. Tapi ngambeknya itu gak pernah lama. Cuma ngambek sebentar dan itu ujung-ujungnya pasti minta sesuatu. Percis kaya Ais sekarang..
Mah, Bisma jadi kangen mamah. Mamah apa kabar disana? Bisma kangen mah.. " Bisma mengacak poni hitam Elfaris . Ia sedikit terkekeh melihat tingkah lucu Elfaris. Namun matanya seketika berkaca saat teringat sosok tante Casma almarhum mamahnya yang sudah tiada.

"Yah, kelual aja yu? Ais pingin susu coklat buatan bunda yah.." pinta Elfaris tiba-tiba.

Bisma sedikit terkejut karna Elfaris cukup mengagetkannya.

"Ayah kenapa? Ko ayah malah bengong?" tanya Elfaris polos.

"Engh, enggak ko sayang. Ayah gak papa. Yaudah kita temuin bunda yuk?"

"Yuk yah? Tapi ayah gendong Ais ya?" pinta Elfaris manja.

Bisma mencubit gemas hidung Elfaris. Ia membalikkan tubuhnya agar duduk membelakangi Elfaris "Ayo naik?" suruhnya lembut.

Elfaris mengangguk setuju. Dengan senangnya ia langsung naik kepunggung sang ayah untuk di gendong ayahnya.

"Udah ayah.." ujarnya polos.

Bisma yang mengerti pun langsung berdiri seraya menggendong Elfaris dari belakang. Ia berjalan keluar dari kamar Elfaris menuju lantai bawah dimana Franda berada disana.

"Ais seneng banget hali ini.
Coba Ais bisa sama ayah telus kaya gini. Sama bunda, pasti tyap hali Ais bakalan seneng.." Elfaris membatin penuh senyuman. Ia menyenderkan kepalanya di punggung Bisma dengan kedua tangan yang berpegangan pada leher Bisma.
Sungguh sangat bahagia sekali melihat ekspresi wajahnya ini.





**
"Bisma mana sih? Masa ngebujuk anaknya sendiri aja gabisa? Ayah macam apa tuh kaya gitu? Ngebujuk Ais doang aja sampe lama gini. Hemm dasar si Bisma." Franda menggerutu sebal. Ia rupanya kesal sendiri karna terlalu lama menunggu Bisma yang tak kunjung keluar juga sejak tadi.

"Aku lihat aja deh, jangan-jangan dia gagal lagi bujuk Ais? Isssh awas yah Bis, bisanya ngeremehin aku doang tapi sendirinya aja gabisa bujuk anaknya seen," tiba-tiba Franda menghentikan dumelannya.

"Bundaaaa!!" Elfaris berteriak seraya turun dari gendongan Bisma dan berlari cepat kearahnya.

"A..ais?" Franda terpelongo bingung.

"Maafin Ais bunda, Ais ga belmaksud malah tadi. Ais juga ga belmaksud ngambek sama bunda. Maafin Ais ya bun, Ais sayang sama bunda.." tiba-tiba Elfaris memeluk tubuh Franda erat.

Franda sendiri masih bingung akan apa yang di lihatnya ini. Ia kemudian berjongkok menyamai tinggi Elfaris. Membalas pelukan dari jagoan kecilnya dan mengecupi puncak kepala Elfaris.

"Sekali lagi Ais minta maaf ya bunn.." Elfaris melepaskan pelukannya lalu menatap wajah bundanya lekat.

"Iya sayang, bunda ngerti ko kenapa tadi Ais marah. Bunda faham, maafin bunda juga yah?" Franda tersenyum mengelus rambut hitam Elfaris.
Bocah tampan itu mengangguk cepat tanda setuju.

"Oh iya, susu cokat Ais mana bunda? Ais haus nih.." pinta Elfaris tiba-tiba. Rupanya ia masih ingat dengan susu coklat hangat yang Franda tawarkan padanya dan sempat ia tolak tadi.

"Katanya gak mau? Makanya bunda gak jadi bikinin."

"Aah bunda, kan tadi Ais cuma belcanda. Ais mau ko bunn."

"Yaudah bunda buatin dulu. Ais tunggu diruang tengah yah? Nanti bunda anterin."

"Iya bun, makasih bunda, Ais sayaang sama bunda, mmuuaahh." Elfaris mengecup pipi Franda sekilas kemudian langsung berlari menuju ruang tengah seperti apa yang bundanya suruh tadi.

"Hihi lucu! Bunda juga sayang sama kamu sayang." Franda tersenyum memandangi Elfaris yang mulai menjauh. Pipinya ia sentuh mengingat Elfaris saat menciumnya tadi.

"Ekhemm!" setelah cukup lama diam. Akhirnya Bisma mulai mengeluarkan suara juga.

"Engh, k..kamu?" Franda menoleh kearah sumber suara yang cukup mengagetkannya.

"Gimana? Aku berhasil kan?" tanya Bisma tersenyum dengan sebelah halis yang ia naik turunkan.

"Iya kamu berhasil. T..tapi ko bisa sih? Gimana caranya?" Franda menatap Bisma bingung.

Bukannya menjawab. Bisma justru malah mendekati Franda dan memeluk istrinya itu dari belakang.

"B..Bis..?" Franda merasa risih saat Bisma menelusupkan wajahnya dileher jenjangnya.

"Aku sayang sama kamu. Sayang banget Nda.." ujar Bisma tiba-tiba. Ia semakin merekatkan kedua tangannya dipinggang Franda. Memeluk tubuh ramping istrinya itu tanpa mau melepaskannya. Ini memang sedikit tidak nyambung karna Bisma malah mengutarakan perasaannya, bukan menjawab pertanyaan Franda.

"Aku juga sayang kamu Bis, dan mungkin rasa sayang aku ini lebih besar dari rasa sayang kamu ke aku." batin Franda tersenyum kecil. Ia menyentuh kedua tangan Bisma yang melingkar erat diperutnya.

"Nanti sore kita langsung pulang yah? Aku pingin tunjukkin sesuatu sama kamu.."

"Sesuatu? Apa itu?" Franda melepaskan pelukan Bisma lalu menatap suaminya itu heran.

"Ya pokoknya sesuatu. Aku jamin kamu sama Ais bakalan suka." jelas Bisma so misterius.

"Ihh bikin penasaran aja deh, sesuatu apa sih? Aku jadi kepo tau." Franda mengerucutkan bibirnya sebal.

"Gausah manyun gitu deh, menggoda iman tau gak." Bisma melirik bibir tipis Franda yang memang selalu membuatnya tergoda.

"Issh apa sih? Mulai lagi deh omesnya. Emang yang semalan belum puas apa?"

"Hehee abis kamu cantik banget sih Nda, apalagi itu bibir. Uhh udah kecil, tipis, manis, warnanya aku suka lagi. Jadi ya gimana mau puu.."

"Aku mau bikinin Ais susu coklat dulu. Kamu tunggu Ais di ruang tengah deh. Nanti aku kesana." Franda membalikkan tubuhnya berusaha mengalihkan ucapan Bisma yang mulai ngelantur(?).

"Yaah dia ngehindar..
Hemm yaudah deh aku temuin Ais dulu. Sekalian buatin aku kopi panas yah? Lagi pingin ngopi nih sayang, eemmmuuuaach! Jangan lama-lama yah?"

"Issh Bisma?!" Franda berdecak sebal karna Bisma main menyambar bibirnya saja.

"Hehee, gak kuat Nda lihatnya.
Yaudah deh aku kiss. Jangan marah yaah? Aku bakalan langsung temuin Ais ko. Bye sayang.." Bisma buru-buru ngacir karna takut kena kemarahan Franda.

"Dasar aneh! Lagian siapa juga yang mau marah, orang aku cuma kaget. Kan kita udah damai Bis, ngapain sih aku harus marah-marah sama kamu?
Seorang suami ngecup bibir istrinya sendiri itu kan wajar. Kalo kamu ngecup bibir orang lain, naah itu baru perlu di hajar.." ujar Franda terkekeh sendiri akan ucapannya.

Tanpa menunggu lama, perempuan cantik berwajah oriental itu pun segera membuatkan susu coklat hangat dan kopi panas pesanan suami dan jagoan kecilnya.

Bersambung...


@dheana92
@Elfaris_Karisma
@Arfa_ElfanoTan

Selasa, 01 Juli 2014

Perjanjian Cinta #Part 45

Pagi kini menjelang...


Bisma dan Franda nampak baru saja keluar dari apartemen yang mereka tinggali semalam.
Kedua pasangan muda ini terlihat sangat ceria. Berbeda sekali dengan biasanya.
Memang setelah mendengar semua penjelasan dari Bisma, Franda kini mulai meluluhkan hatinya lagi agar tidak terus-menerus berprasangka buruk terhadap Bisma. Ia juga sudah terang-terangan dan mengakui kalau dirinya sangat mencintai Bisma.
Meski lagi-lagi ada saja syarat serta perjanjian konyol yang mereka sepakati.
Namun kali ini Bisma lebih bisa bersikap dewasa dalam mengertikan sifat Franda yang sangat mudah sekali berubah.

Perjanjian Cinta #Part 44

Setelah beberapa jam berada dirumah Rafael, rupanya bocah tampan jagoan kecil dari Bisma Karisma ini mulai mau beradaptasi dengan Rafael dan keluarganya.
Elfaris juga tampak akrab dengan Arfa. Keduanya kini tengah asik bermain di dalam ruangan kamar Arfa.
Bermain dengan puluhan robot-robotan serta jenis mainan lain yang memenuhi seisi kamar Arfa.

Perjanjian Cinta #Part 43

Setelah ditinggal pergi oleh bunda serta ayahnya. Kini yang dilakukan Elfaris hanya diam dan diam.
Meski sore tadi ia sempat menangia histeris. Namun kali ini Elfaris lebih memilih untuk diam seribu bahasa.

Perjanjian Cinta #Part 42

Mobil Alphard putih yang dikendarai oleh Bisma terlihat berhenti didepan rumah yang ditinggali putra kecilnya. Ia rupanya baru tiba di Bandung setelah menempuh perjalanan yang cukup melelahkan karena padatnya jalan raya.

Perjanjian Cinta #Part 41

Pagi telah berganti siang, sore hari kini bahkan telah datang...


Franda nampak duduk dikursi teras depan rumahnya. Ia memandang terus kearah depan berharap kalau Bisma akan segera datang dan tidak mengecewakannya lagi.

Perjanjian Cinta #Part 40

"Bun, bunda lagi ngapain? Ko baju Ais dimasukkon kekopel?" Elfaris tampak bingung melihat apa yang dilakukan Franda dengan baju-bajunya. Ia mendekati sang bunds lalu duduk tepat disamping Franda.

Perjanjian Cinta #Part 39

Bisma terlihat begitu sibuk berkutat dengan laptop dihadapannya. Seusai meeting bersama client barunya tadi, Bisma memang semakin dibuat sibuk akan bisnis besarnya. Ia seolah tak mengenal waktu. Meski sudah hampir larut, namun ayah dari satu anak ini tetap saja fokus terhadap layar laptopnya.

Perjanjian Cinta #Part 38

Mobil Alphard putih yang dikendarai oleh Bisma nampak melaju dengan kecepatan sedang. Sosok lelaki berwajah tampan itu mengetuk-ngetuk jarinya diatas stir mobil. Bibirnya sesekali tersenyum. Wajahnya sangat ceria dan penuh kegembiraan. Rupanya Bisma memang tidak bisa menyembunyikan lagi semua rasa bahagianya.

Perjanjian Cinta #Part 37

Franda. Perempuan cantik berwajah oriental ini tengah asik menyiapkan menu makanan untuk sarapan pagi kedua pangeran hatinya. Wajah cantiknya nampak berseri. Bibirnya sesekali tersenyum, bahkan terdengar suara kecil dari bibir tipisnya jika ternyata ia tengah bersenandung ria.

Perjanjian Cinta #Part 36

Setelah berhasil membujuk istri tercintanya, akhirnya Bisma tiba juga didalam kamarnya bersama Franda. Perempuan cantik itu sedari tadi hanya diam tanpa mengeluarkan suara. Sedangkan Bisma malah bersiul senang karna sepertinya apa yang ia inginkan akan segera tercapai.

Minggu, 22 Juni 2014

Perjanjian Cinta #part 35

Bisma terus membawa Franda menuju kamarnya yang terletak dilantai atas.  Satu persatu anak tangga kayu pun dilaluinya seraya menggendong Franda  dari depan. Hingga akhirnya pintu kayu bercat coklat tua sudah berada tepat dihadapannya.
 
 
"Are you ready honey...?" Bisma berbisik dengan tatapan nakalnya.
 
"Bisma serius ini gak lucu dehh.. Awas kalo sampe kamu macem-macem. Aku gak bakalan mafin kamu!" ujar Franda mengancam.
 
Bisma tidak mendengarkan. Ia menutup pintu kamrnya lalu menguncinya rapat. Tubuh Franda tanpa berkutik masih tetap digendongnya. Tempat tidur  berukuran cukup besar didepannya pun ia panjang dengan senyuman lebar.
 
 
"Penuhi janji kamu. Turuti semua yang aku mau. Dan buktikan kalau  kamu sungguh-sungguh sama ucapan kamu yang kemarin.." perlahan Bisma  membaringkan tubuh Franda diatas tempat tidur empuknya.
 
"B..Bis, t..tapi gak usah sekarang juga dong Bis. A..aku belum siap.. A..akuu.."
 
"Gak perlu takut gitu dong Nda. Aku gak bakalan nyakitin kamu ko.  Aku cuma mau kita seneng-seneng aja.." jelas Bisma berkata enteng  diiringi senyuman nakalnya.
 
Franda sendiri sampai gemetar takut. Satu sisi ia memang sudah  berjanji untuk menjadi istri yang baik untuk Bisma, namun disisi lain,  ada rasa ragu karna Bisma belum Bisma membuktikan janjinya.
 
"Boleh yah? Ais pingin punya teman katanya Nda.." Bisma menatap wajah Franda penuh harap.
 
Franda diam. Ia membalas tatapan Bisma namun tanpa bersuara.
 
"Ayolah sayang.. Emangnya kamu gak kangen sama aku, hem? Kita kasih Ais adik Nda. Biar dia punya temen, gak sendirian lagi.  Aku janji deh, keluarga kita pasti akan jauh lebih bahagia lagi  nantinya. Mau yah sayang..?"
 
Lagi-lagi Franda hanya menatap wajah Bisma. Kedua matanya bahkan  tanpa berkedip saat Bisma meminta sesuatu yang memang menjadi haknya  sebagai suami.
 
"Hemm.. Mikirnya lama banget sih? Kamu masih ragu juga sama aku Nda? Atau emang kamu gak pernah mau percaya sama aku? Aku tukang boong yah? Sampe-sampe kamu gak percaya sama aku lagi. Hufh.. Oke, yaudah, aku gak akan maksa. Aku mau keluar aja, mau berkemas buat besok.."
 
Tiba-tiba Bisma beranjak turun dari atas tempat tidurnya. Ia berjalan gontai menuju pintu kamarnya untuk segera keluar.
 
"B..biss.." panggil Franda pelan.
 
Bisma menoleh. Ia menghentikan tangannya yang tengah membuka kunci pintu.
 
"A..aku b..bukannya gak mau nurutin keinginan kamu. K..kamu jangan salah faham Bis. A..aku tuh cuma.. Cumaa.."
 
"Gak papa ko. Aku ngerti. Yaudah, aku juga gak maksa. Tadinya aku cuma pingin aja punya anak kedua dari kamu, kasih teman  buat Ais, tapi kalo kamu gak bisa. Aku ngerti. Aku gak akan maksa Nda.."  jelas Bisma pelan diiringi senyuman paksanya. Wajahnya terlihat kecewa.  Ia kemudian membuka pintu kamarnya dan keluar meninggalkan Franda.
 
"Bisma pasti marah.. Maafin aku Bis. Aku cuma takut aja kamu gak bisa tepatin janji kamu. Aku itu hafal betul siapa kamu, sebelum janji itu kamu buktiin, aku gak bisa percaya dulu. Sekali lagi maaf.." Franda membatin sesal memandang sosok Bisma yang sudah berlalu meninggalkannya.
 
"Bisma suami aku. Kita menikah memang bukan didasari atas cinta.  Tapi pernikahan aku sama Bisma udah menghasilkan sosok malaikat kecil,  buah hati kesayangan aku sama Bisma. Apa mungkin aku masih belum bisa percaya sama Bisma juga? Bukannya perjanjian konyol itu udah kita batalkan?.. Lalu...."
 
Fikiran Franda berkecamuk dipenuhi rasa bersalah karena menolak apa  yang Bisma inginkan. Bayangan masa lalu pun seolah terbayang menakuti  Franda. Namun bayangan masa kini membuat hati Franda tenang seolah  mengatakan kalau Bisma pasti akan menepati janjinya dan tidak akan  mengecewakannya lagi.
 
"Gak! Aku gak boleh egois! Bisma udah buktiin sifat baiknya sekarang. Dia juga udah sayang banget sama aku, aku bahkan makin sayang dan cinta sama dia. Gak seharusnya aku kaya gini. Kalau nanti Bisma cari perempuan lain gimana? Aku gak mau. Bisma cuma milik aku, cuma punya aku, an cuma suami  aku. Gak boleh ada yang lain.." Franda berucap mantap. Ia kemudian  segera keluar kamarnya menyusul Bisma dan bertekad tidak akan bersikap  egois lagi.
 
 
 
** "Haha, ternyata Franda itu emang cuma milik gue. Buktinya aja sekarang dia minta maaf.. Hemmm Ais kira-kira mau adik cewek atau cowok yah? Atau mau dud-duanya sayang? Haha, apa banget sih.. Hufh.. Yang pasti gue seneng banget.. Aku janji Nda, keluarga kita kedepannya pasti akan lebih baik dan bahagia. Aku yakin sayang..."
 
Bibir Bisma sedari tadi tak henti tersenyum. Setelah mendengar  penuturan Franda dan permintaan maafnya. Akhirnya Franda menyerah dan  mau untuk memenuhi apa yang Bisma inginkan.
 
Perempuan cantik itu tengah duduk disamping Elfaris yang sebelumnya sudah Bisma pindahkan kedalam ruangan kamarnya.
 
"Bobo yang lelap yah sayang. Bunda sayaaang banget sama Ais, mmuacch.." Franda mengusap kening Elfaris lalu mengecupnya lembut.
 
"Ayo sayang. Udah malem nih.. Aku juga udah mulai ngantuk. Bobo yuk?" ucap Bisma tiba-tiba.
 
Franda menoleh dan menghela nafasnya.
 
"Iya, sebentar aku selimutin Ais dulu Bis.." ujarnya sebal.


Bersambung...

Perjanjian Cinta #part 34

Sebuah suasana terlihat begitu hening..
 
Bisma tengah duduk bersender didepan televisi seraya memangku jagoan  kecilnya yang tiba-tiba saja terlelap. Ia merubah posisinya lalu  meletakkan Elfaris agar berpindah dari pangkuannya.
 
Bocah tampan itu dibaringkan tepat didepan televisi, beralaskan karpet bulu tebal yang cukup empuk dan halus.
 
"Pelan-pelan Bis.." suara Franda terdengar saat Bisma hendak membaringkan putranya.
 
Bisma menoleh sekilas dan mengangguk setuju.
 
"Kayaknya dia kecapean.. Abis main bola, main Playstation, trus ngoceh gak mau berhenti.  Akhirnya dia tidur juga.." Franda memandang wajah polos buah hati  kecilnya.
 
Bisma tersenyum. Ia mengusap puncak kepala Elfaris lalu mengecupnya  penuh kasih sayang. Lengan Elfaris yang masih memegang stik playstation  pun dilepaskannya dan ditaruh kembali ketempatnya.
 
"Aku jadi gak tega ninggalinnya Nda. Nanti kalau dia nangis gimana? Kalau nanyain aku?" Bisma menatap Franda sedih.
 
"Nanti aku coba jelasin pelan-pelan sama dia. Mudah-mudahan aja dia ngerti. Aku yakin ko, anak kita ini pinter, pasti bisa ngerti." jelas Franda tersenyum yakin.
 
Bisma mendekatkan posisi duduknya disamping Franda. Ia dan Franda  memang tidak duduk diatas sofa. Melainkan diatas karpet tebal yang juga  terdapat Elfaris berbaring disana.
 
Bisma meraih puncak kepala Franda lalu mengusapnya. Menariknya pelan kemudian ia kecup sekilas. "Aku perginya besok pagi aja kali ya Nda?" ujarnya pelan.
 
Bisma menarik tubuh Franda dan merekatkan kepala Franda agar bersender didada bidangnya.
 
Franda nampak tidak memberontak. Ia melingkarkan kedua tangannya  dipinggang Bisma. Merasakan dekapan hangat sang suami yang memang baru  kali ini lagi didapatkannya.
 
"Aku pulang besok yah? Masih kangen sama kamu soalnya.." Bisma mengecup puncak kepala Franda. Punggung Franda diusapnya lembut penuh kasih sayang.
 
"Yaudah besok aja. Lagian sekarang udah sore. Tanggung sebentar lagi  mau malem. Gak baik juga ke Jakarta kalau malam-malam. Apalagi sekarang  Ais lagi tidur. Kalau pas dia bangun kamunya gak ada, pasti dia  nangis.." Franda berujar tanpa menoleh. Kepalanya tetap ia senderkan  didada bidang Bisma. Jemari halusnya asik memainkan kancing kemeja yang  Bisma kenakan.
 
Bisma menghela nafasnya panjang. Rasanya ucapan Franda memang benar.  Ia harus menunda kepergiannya ke Jakarta. Meski masih ingin bersama  istri dan anaknya, namun Bisma memiliki kewajiban disana sebagai seorang  pemimpin perusahaan.
 
"Tidur aja yuk? Ngantuuk.." tiba-tiba Bisma memandang wajah Franda manja.
 
"Tidur? Ini masih sore Bis. Yang bener aja kamu." Franda menoleh  kaget. Posisinya sedikit ia jauhkan agar tidak menyender didada Bisma  lagi.
 
"Gak papa kali Nda, mumpung Ais juga udah tidur. Sekalian kita..." Bisma mengedipkan matanya nakal.
 
"Apa sih? Gausah macem-macem dehh!" ketus Franda sebal. Ia sudah  bisa menebak apa yang Bisma maksudkan akan kedipan nakalnya. Badannya  pun segera ia putar membelakangi Bisma.
 
Bibir Bisma tersenyum lebar. Dengan jahilnya, kedua tangan kekarnya  itu ia lingkarkan diatas perut Franda. Kepalanya ia tenggelamkan dileher  Franda. Menghirup aroma farfum yang begitu wangi dan ia sukai dari  istrinya ini.
 
"Ngh~ Bisma gel..li.." Franda mendesah seraya mendorong pelan kepala Bisma yang menciumi lehernya dari samping.
 
Bisma tidak mendengarkan. Ia semakin asik dengan aksinya. Aroma  parfum dileher Franda memang sangat Bisma sukai sejak dulu. Jadi tidak  heran jika ayah satu anak ini tidak mau menghentikan aktifitasnya.
 
 
"Bis.. Nanti kalau Ais bangun, kamu bisaa..."
 
Bisma langsung menghentikan aksinya. Bibirnya lagi-lagi tersenyum  lebar saat memandang leher putih Franda yang berhasil ia berikan satu  tanda merah.
 
"JAHATT!!" Franda memukul lengan Bisma kesal.
 
"Hehee, abis menggoda banget. Manis lagi." Bisma mengusap bibirnya menggoda.
 
"Manis dari Hongkong?! Kamu tuh nyebelin yah lama-lama. Mentang-mentang udah aku kasih  hati, trus bisa seenaknya sama aku gitu?!" omel Franda menggerutu sebal.
 
Bisma menahan tawanya. Ia melihat leher Franda yang Franda tutupi  dengan telapak tangannya. Sebenarnya Bisma sangat hafal kalau Franda  tidak sungguh-sungguh marah dan mengomelinya seperti ini.
 
"APA?! Ais ada disini loh Bis, gak usah macem-macem terus deh.."  Franda menatap Bisma sebal karna Bisma malah tersenyum memandangnya.
 
"Siapa juga yang mau macem-macem. Orang aku cuma mau satu macem aja  ko." Bisma berujar santai seraya hendak benranjak dari duduknya.
 
"M..maksud k..kaa.."
 
"Maksud aku tuh... Aku cuma mau, ini..." Bisma langsung mengangkat tubuh Franda dan membopongnya dari depan.
 
"Aaaaaaa Bisma kamu mau ngapain? Turunin Gak?!" Franda berteriak kaget.
 
"Ussst udah diem. Jangan teriak, nanti Ais bisa bangun. Aku gak bakalan ngapa-ngapain ko. Aku cuma mau nagih janji kamu aja." jelas Bisma menatap Franda seraya mengedipkan matanya.
 
"Hah?! Janji? T..tapi janji apa? A..aku perasaan gak pernah janji  saa..." ucapan Franda langsung terpotong krna Bisma mletakkn telunjuknya  diatas bibir Franda.

Bersambung...

Perjanjian Cinta #part 33

Sosok bocah tampan jagoan kesayangan Bisma dan Franda terlihat begitu asik. Ia berdiri didepan balkon kamarnya yang terletak dilantai atas. Wajahnya tampak ceria. Bibir mungilnya tak henti tersenyum. Pandangannya pun sangat fokus melihat kearah bawah, tepatnya kearah rumah Arfa bocah kecil yang seumuran dengannya.

Perjanjian Cinta #part 32

Setelah selesai dengan pembicaraan seriusnya. Bisma dan Franda kini nampak lebih akur dan sudah tidak

Perjanjian Cinta #part 31

Maaf baru bisa ngepost di blogg lagi.
Semoga tetap mau berkomentar yah.


No edit apalagi copas!!!

Kamis, 29 Mei 2014

Diantara Tiga Cinta #part 49

Sebuah lahan luas dipenuhi rerumputan hijau yang tertata rapi. Nampak barisan batu nisan berjejer memenuhi setiap tempat yang masih kosong.
Gundukan tanah merah yang masih basah nampak Bisma pandang. Dimana disana menjadi tempat peristirahatan terakhir Rafael sang kakak ipar.

Selasa, 27 Mei 2014

Diantara Tiga Cinta #Part 48

Setelah mendapat izin pulang dari tim dokter dan pihak rumah sakit yang menangani Franda. Akhirnya Bisma membawa istri yang baru saja melahirkan putri keduanya itu pulang kerumah. Elfaris turut mengantar bunda dan adik kecilnya pulang. Meski masih sangat kecil, namun rupanya Elfaris sudah dapat Bisma andalkan. Ia membawa tas berisikan baju-baju adik kecilnya. Sementara Bisma menuntun Franda dan memapahnya menuju mobil.

Minggu, 25 Mei 2014

Diantara Tiga Cinta #Part 47

Berhenti berbuat egois. Itulah yang ditekadkan Dina saat ini.
Perempuan cantik berwajah natural ini sudah siap untuk menemui Franda dan menjenguknya dirumah sakit. Satu keranjang parcel berisikan buah-buahan segar dibawanya.
Ia nampak baru saja keluar dari mobil Honda Jazz hitam miliknya yang baru saja berhenti tepat diarea parkir rumah sakit.

Senin, 12 Mei 2014

Perjanjian Cinta #Part 30

Selepas membersihkan diri dan mengganti semua pakaiannya yang basah akibat tercebur dikolam belakang. Franda kini tampak duduk santai disofa panjang ruang tengah rumah mewah yang menjadi tempat tinggal buah hati kecilnya.
Pandangannya masih mengingat kejadian beberapa menit lalu, meski layar televisi dihadapannya menyala. Namun tetap saja, yang Franda ingat dan fikirkan adalah kejadian dikolam belakang tadi.

Perjanjian Cinta #Part 29

Wajah tampan lelaki berkumis tipis yang sudah memiliki satu orang anak ini sedari tadi tak henti tersenyum.
Bibirnya semakin melebar, deretan gigi putihnya yang rapi pun ia tunjukkan.
Ia telihat begitu menikmati pemandangan didepan kedua bola matanya yang sangat mengagumkan.

Perjanjian Cinta #Part 28

Sore menjelang...

Perjanjian Cinta #Part 27

3 Tahun Kemudian...

Sabtu, 10 Mei 2014

Perjanjian Cinta #Part 26

Setelah merasa puas mengobrol dan berbincang hangat dengan kedua sahabatnya. Akhirnya Bisma memutuskan untuk pulang.
Selain waktu yang sudah cukup sore. Bisma juga tidak enak dan takut kalau Franda mencarinya.

Rabu, 07 Mei 2014

Maniac Cinta #Part 35 (TAMAT)

"Saya terima nikah dan kawinnya Melody Kirana Larasati, binti Hilman Aryawan dengan maskawin seperangkat alat sholat dan perhiasan emas 16,10 gram dibayar tunai!"

Maniac Cinta #Part 34

Tubuh Abiela kini hanya bisa terbaring lemah diatas ranjang rumah sakit. Kondisinya masih belum sadarkan diri setelah semalaman kritis. Kedua kelopak matanya terpejam. Pergelangan lengan kanannya dialiri selang infus. Sedangkan lengan kirinya terdapat perban akibat luka gores yang sengaja Abie goreskan sendiri tepat diatas urat nadinya.

Maniac Cinta #Part 33

Perempuan cantik berwajah chinesse ini sedari tadi tak henti melamun.
Wajahnya sangat terlihat begitu murung, bulir bening air mata rasanya tak sanggup lagi ia tahan. Rasa sesak didada, dan batin yang terkoyak bagai dihujam dibuan benda tajam. Sakit, bahkan sangat teramat sakit.

Maniac Cinta #Part 32

Setelah tiba dirumah mewah yang dihuninya bersama sang kakek, Bisma langsung mendapat teguran dan bentakan keras dari kek Handoko. Ia bahkan dicaci dan dimaki habis-habisan oleh lelaki yang tubuhnya sudah tidak kekar lagi itu.

Maniac Cinta #Part 31

Satu minggu berlalu..

Perjanjian Cinta #Part 25

Terlihat Bisma begitu fokus mengendarai mobil Alphard putih kesayangannya. Bibirnya sedari tadi tak henti tersenyum, kedua mata beningnya pun sesekali menoleh memandang wajah cantik istri tercintanya yang duduk bersebelahan dengannya.

Perjanjian Cinta #Part 24

Sebuah kamar berbentuk persegi dengan ruang yang cukup luas. Tampak terlihat bocah tampan berusia satu tahun ini tengah asik membuka-buka kado yang diterimanya dari orang-orang yang menyayangi dirinya.
Ia ditemani oleh ayahnya untuk membuka hadiah demi hadiah yang diberikan khusus untuknya dihari ulang tahunnya yang pertama saat kemarin.

Senin, 05 Mei 2014

Perjanjian Cinta #Part 23

Sebuah mobil CR-V putih tampak sudah terparkir rapi diarea parkir sebuah resto mewah sejak tadi.
Pemilik mobil itu sendiri rupanya sudah masuk kedalam resto bersama kekasihnya. Menikmati dinner yang sangat istimewa itu didalam sana.
Keduanya tampak sangat bahagia dan sesekali bercanda tawa saat tengah menyantap menu makanan yang mereka pesan.

Perjanjian Cinta #Part 22

Udara kota Bandung memang selalu terasa dingin dan menyejukkan. Ditambah dengan guyuran hujan pagi hingga siang yang baru reda hingga sore ini.
Angin berhembus terasa menusuk kedalam tulang.
Namun bayi tampan ini tampak begitu nyaman berada dalam dekapan sang bunda. Kedua matanya terpejam dengan tangan yang menggenggam kuat jemari sang bunda yang baru bisa dirasakannya lagi.

Perjanjian Cinta #Part 21

Lokasi dan jarak yang cukup jauh ternyata menyita waktu banyak. Terlebih saat kena kemacetan parah akibat padatnya kendaraan dari jalur Bandung menuju Jakarta. Adapun penyebab lain karna ada kecelakaan mobil saat diperjalanan menuju Jakarta.
Jadi tak heran jika Bisma dan Franda tiba di Jakarta saat waktu sudah memasuki gelapnya malam hari.

Sabtu, 03 Mei 2014

Maniac Cinta #Part 30

Wajah Morgan terlihat begitu panik dan khawatir. Ia berjalan bolak-balik menunggu Dokter keluar dari ruangan dimana Melody tengah diperiksa disana.

Maniac Cinta #Part 29

Mata Bisma seketika melotot kaget mendapati siapa yang berdiri didepan pintu kamarnya. Perempuan cantik berkulit putih nan bermata sipit ini sudah berdiri disana. Entah sejak kapan, yang pasti kedatangannya sudah bisa Bisma duga sebelumnya.

"ngapain kesini?"Bisma melontarkan satu pertanyaan dengan nada cueknya.

"a..aku mau bicara sesuatu sama kamu Bis.."ujar perempuan yang tak lain adalah Melody itu sedikit terisak.

"bicara?"Bisma menaikkan sebelah alisnya.

"iya bicara tentang kita berdua. Ini penting Bis, aku gak bisa hadapi masalah ini sendiri, aku butuh kamu, jadi aku harus ceritain tentang masalah ini sama kamu.."jelas Melody lirih.

"yaudah masuk.."Bisma membukakan pintu kamarnya. Melody mengangguk kecil dan melangkah masuk mengikuti Bisma dari belakang.


"mau bicara apa?"Bisma menutup pintu kamarnya. Dengan wajah polos dan pura-pura tidak tahu dia melontarkan pertanyaan yang sangat tidak penting.

"a..aku hamil Bis.."Melody menatap ragu wajah Bisma, tangan kanannya menyentuh perut datarnya, air matanya tiba-tiba saja menetes, mungkin ia baru menyadari kalau karna ulah bodohnya ini kini ia harus menerima resiko hamil diluar pernikahan.

"ck, hamil? Ko bisa?"Bisma terlihat begitu santai tanpa kaget atau merasa bersalah sedikit pun.

Melody sendiri tersentak kaget mendengar Bisma berucap seperti itu.

"k..kita pernah melakukan itu Bis. Ja..jadi itu sangat mungkin kalau jadi penyebab kehamilan aku. Aku hamil karna kamu, karna kamu udah nyentuh aku. Dan ini anak kamu Bis, darah daging kamu.."jelas Melody menatap Bisma lirih.

"anak aku? Haha kamu gak usah bercanda deh Mel, kita melakukan itu sudah cukup lama. Mungkin saja kamu berhubungan dengan lelaki lain hingga kamu hamil seperti sekarang ini, jadi sangat tidak mungkin kalau bayi itu anak aku, itu GAK MUNGKIN!"tegas Bisma tersenyum licik menatap tajam Melody.

"Enggak. Kamu salah Bis, ini anak kamu, bukan anak siapapun.
Aku gak pernah berani dan gak pernah mau disentuh oleh laki-laki lain selain kamu. Ini anak kamu Bis, aku berani bersumpah, ini anak kamu.."Melody menggelengkan kepalanya berusaha menjelaskan kebenaran yang sesungguhnya agar Bisma mau percaya.

"udah lah Mel, gak perlu bawa-bawa sumpah segala, aku gak butuh sumpah kamu.
Lagian kamu aja dengan begitu mudahnya bisa aku sentuh, jadi kemungkinan besar kamu juga bisa dengan mudahnya disentuh oleh lelaki lain. Jadi anak itu gak mungkin anak aku, FINE!"jelas Bisma tersenyum licik dengan tuduhan yang sama sekali tidak benar itu.

"hiks enggak Bis, enggak.. Ini anak kamu, darah daging kamu bukan anak orang lain. Aku mohon percaya sama aku, aku butuh tanggung jawab kamu. Kamu udah pernah janji akan tanggung jawab kan? makanya aku berani ngelakuin itu sama kamu. Dan sekarang aku butuh tanggung jawab itu, kamu gak bisa lari gitu aja Bis, kamu harus tanggung jawab, kamu harus nikahin aku.."Melody terisak menggenggam pergelangan tangan Bisma dengan eratnya.

"hallah! Apaan sih? Udah mending kamu pergi aja deh! Lagian sejak kapan aku ngucapin buat tanggung jawab? Gak usah ngaco deh. Udah sana pergi! Gue mau istirahat, JANGAN ganggu gue!!"ketus Bisma menghempaskan tangan Melody dan mendorongnya kasar hingga tersungkur jatuh.

"hiks.. Enggak, enggak Bis..
Aku gak akan pergi.. Aku gak mau pergi..
Kamu harus tanggung jawab dulu Bis, kamu harus tanggung jawab.."lirih Melody terisak diatas lantai.

"gue bilang KELUAR!! loe denger gak sih?
Gak usah deh loe bicara ngaco terus disini, cewek murahan kayak loe itu gak mungkin hanya disentuh oleh satu cowok! Pasti puluhan bahkan ratusan cowok diluar sana pernah nyentuh loe juga, jadi JANGAN PERNAH loe minta buat gue yang tanggung jawab. NGERTI!!"bentak Bisma kasar. Ia menarik pergelangan tangan Melody dan menyeretnya paksa agar keluar dari dalam kamarnya.

"hiks, Bis.. Bisma.. Aku berani bersumpah Bis ini anak kamu, darah daging kamu.. Cuma kamu satu-satunya laki-laki yang pernah nyentuh aku. Semua tuduhan kamu itu gak bener Bis, aku berani bersumpah Bisma.. Hiks"jelas Melody berusaha menjelaskan yang sesungguhnya. Tubuhnya terkulai lemas dan hanya bisa menangis dibalik pintu kamar Bisma yang sudah tertutup rapat itu.

Sedangkan Bisma sendiri sama sekali tidak mau mendengarkan penjelasan Melody dan mengacuhkannya begitu saja.

"misi gue benar-benar berhasil, biar tahu rasa cewek bodoh itu. Gue pengen lihat ekspresi Morgan nanti. Haha kemenangan sudah didepan mata. Kita berhasil Adila, kakak sudah berhasil membalaskan semua dendam kamu. Semua yang pernah kamu rasakan kini sudah bisa dirasakan oleh Melody. Tinggal menunggu reaksi Morgan yang pasti akan hancur sebentar lagi.."Bisma tersenyum puas memandangi bingkai photo Adila adik tercintanya. Fikirannya sudah dipenuhi dendam yang sebetulnya adalah sebuah kesalah fahaman.




**
Motor ninja hijau yang tengah dikendarai oleh Ilham ini terlihat melaju cukup cepat dijalanan yang terlihat sepi ini.

"kayaknya tuh cewek gue kenal deh.."tiba-tiba bibir Ilham tersenyum melihat seorang perempaun yang berjalan seorang diri dipinggilan jalan yang dilewatinya.

Ilham mengurangi kecepatan laju motornya. Ia bahkan menjalankannya sangat pelan hingga bisa berdampingan dengan langkah perempuan tersebut.

"ekhemz! Kayaknya ada yang lagi jalan kaki nih? Mobilnya mogok yah sampe jalan kaki begini?"celetuk Ilham bermaksud menyindir perempuan yang ternyata Abiela atau Abie.

Namun tidak ada respon sedikit pun dari Abie, ia masih saja terus berjalan dengan tatapan mata yang kosong tanpa menghiraukan celotehan Ilham.

"duuh rupanya ada yang ngambek nih? Sejak kapan seorang ABIELA jadi pengambek gini yah? Perasaan gak pernah deh.."lagi-lagi Ilham berusaha mengajak Abie berbicara meski dengan sindiran-sindiran anehnya. Tapi ternyata semua itu percuma karna Abie sama sekali tidak merespon dan tetap berjalan menghiraukan Ilham.

"hemz, aneh? Abie kenapa yah?"Ilham menghentikan motornya, ia tampak berfikir akan kejanggalan yang terjadi pada musuh bebuyutannya itu.

Ilham beranjak turun dari motor hijaunya. Ia mengendap membuntuti Abiela yang terus berjalan tanpa diketahui akan kemana.

"Abie tunggu!"tiba-tiba Ilham meraih pergelangan tangan Abie. Langkah Abie terhenti, namun seketika ia mendadak ketakutan, ia bahkan buru-buru menjauhkan dirinya dari Ilham, tangan Ilham ia tepis dengan mimik wajah ketakutan.

"jangan, hiks jangan.. Aku mohon jangaaan.."lirih Abie menitikan aie mata.

"loe sebenarnya kenapa sih Bie? Ini gue Ilham, gue gak bakal ngapa-ngapain loe ko, loe kenapa sih?"Ilham mengerutkan keningnya bingun. Ia berusaha menyentuh bahu Abie mencoba menenangkannya, namun tetap saja Abie menghindar, dia menepis tangan Ilham dan buru-buru menjauhkan tangan Ilham dari bahunya.

"jangaan.. Aku mohon jangan.. Hiks"Abiela terisak lirih. Ia menundukkan kepalanya, tubuhnya pun terasa sangat lemas hingga lututnya bergetar. Ia berjongkok, menyembunyikan wajahnya diantara kedua lututnya yang ia tekuk. Rupanya kejadian pemerkosaan semalam masih berbekas dihati Abie hingga menjadi trauma seperti ini.

"Bie? Abie ini gue Ilham.. Gue Ilham Bie, loe kenap..?"tiba-tiba tubuh Abie tergeletak lemas tak sadarkan diri saat Ilham mencoba menyentuh pundaknya.

"astaga! Ko bisa pingsan sih?"Ilham melotot kaget melihat keadaan Abie yang sangat mengkhawatirkan ini.

"Bie sebenernya loe kenapa sih? Ko bisa sampe kayak gini?.. Duuh mana disini sepi banget lagi. Aarggh yaudah gue bawa pulang aja deh, dari pada nih cewek kenapa-napa.."Ilham buru-buru mengangkat tubuh Abie, meski snagat kesulitan namun Ia berusaha sebisa mungkin mengangkat tubuh Abie menuju motor hijaunya. Tubuh Abie pun sampai ia ikat dengan jaket coklatnya agar tetap bisa bersender dipundaknya dan Abie tidak terjatuh.

"duhh ribet banget, tapi kasian juga kalau dia gue tinggal sendirian disini, kayaknya dia lagi ada masalah. Gue lupain dulu deh acara musuh-musuhannya sama nih anak, tar kalo loe udah sadar dan sehat kita baru perang-perangan lagi, oke?"ujar Ilham tersenyum ngasal. Ia pun mulai melajukan motor hijaunya dengan tangan kiri yang memegang lengan Abie agar tidak terjatuh.





Sementara itu..


Kini Melody dan Morgan juga Dicky tengah duduk diruang makan menikmati sekotak Pizza yang dibawa Morgan tadi. Dicky begitu menikmati makanan kesukaannya ini, begitu pun Morgan, namun berbeda dengan Melody karna sedari tadi hanya diam memandang sepotong pizza dihadapannya.

"ko gak dimakan sih? Gak suka yah?"Morgan menatap bingung akan sikap Melody.

Namun Melody malah diam tidak bergeming, ia rupanya tengah melamun sampai tidak menyahuti ucapan Morgan barusan.

"Me?"Morgan menepuk pundak Melody pelan membuatnya melonjak kaget.

"i..iya kak ada apa?"ekspresi wajah Melody terlihat kaget.

"kamu enggak apa-apa Mel?"bidik Morgan. Melody buru-buru menggeleng.

"trus kenapa melamun? Kenapa juga makanannya gak dimakan? Biasanya kamu paling suka sama pizza nya.."tanya Morgan mulai curiga.

"m..Mel gak papa ko kak, Mel..."tiba-tiba Melody menggantungkan ucapannya. Dahi Morgan mengerut bingung karna Melody menyumpal mulutnya seperti hendak muntah, ia pun buru-buru bergegas menuju kamar mandi karna perutnya kembali terasa mual.

"m..Mel permisi s..sebentar kak, huek!"pamit Melody beranjak pergi.

Morgan semakin dibuat bingung akan sikap dan kebiasaan Melody yang akhir-akhir ini sering mual muntah seperti ini.

"ko Melody sering muntah-muntah kayak gini yah? Apa dia lagi sakit?"fikir Morgan.

"kayaknya ini ada hubungannya sama alat tes berbentuk kecil itu deh Gan.."tiba-tiba Dicky angkat bicara.

"alat tes kecil? Maksud loe apa Dick?"Morgan memandang Dicky bingung.

"jadi tadi pagi gue gak sengaja nemuin alat tes yang warna putih kecil itu dikamar Melody, trus disana juga ada garis merahnya, gue sih gak terlalu faham, tapi biasanya alat itu digunakan buat nge'tes kehamilan.."jelas Dicky berbicara seadanya.

"alat tes kehamilan?"kening Morgan mengerut semakin dibuat bingung.

"sekarang mana alat itu?"Morgan menadahkan tangannya kearah Dicky.

"ada ko, sebentar biar gue ambil.."Dicky buru-buru beranjak dari tempat duduknya untuk mengambil alat tersebut.

"apa yang sebenarnya terjadi sama kamu Mel? Trus apa maksud ucapan Dicky barusan dengan alat tes kehamilan tersebut? Apa itu ada hubungannya sama kamu?"Morgan masih saja dibuat tidak mengerti akan apa yang tengah terjadi pada Melody ini.

Tak lama Morgan beranjak dari duduknya. Ia berjalan menghampiri Melody yang masih berada didalam kamar mandi itu. Perlahan Morgan mencoba masuk karna pintu kamar mandinya tidak Melody tutup dan dibiarkan terbuka begitu saja.

"Melody..."panggil Morgan pelan.

"Mel.. Kamu ngapain didalam? Ko lama banget Mel?"panggilnya lagi seraya terus melangkah masuk mencari sosok Melody.

"Mel..? Apa kamu masih didalam?"kini Morgan sudah berdiri diruangan kamar mandi yang memang masih tertutup oleh pintu, sedangkan disekelilingnya memang hanya terdapat sebuah wastafle dan cermin saja, ruangan kamar mandi sesungguhnya ada dibalik pintu satu lagi.

"Mel..?"panggil Morgan mengetuk pelan pintu tersebut. Namun tidak ada sahutan sama sekali, yang ada hanya suara gemercik air dari keran yang dinyalakan.

"Melody?.."ulangnya sedikit meninggikan nada suaranya. Namun tetap saja tidak ada jawaban.

Karna khawatir, akhirnya Morgan berusaha membuka pintu itu secara paksa, ternyata pintunya tidak dikunci. Dan mata Morgan seketika langsung melotot kaget melihat Melody tergeletak begitu saja diatas lantai kamar mandi.

"Melody?"pekiknya buru-buru berlari menghampiri.

"Mel kamu kenapa?"Morgan menepuk pelan pipi Melody yang terlihat pucat itu.

"Ya Tuhan.. Kenapa bisa seperti ini sih?
Tahan sebentar ya Mel, kita ke Rumah Sakit sekarang.. Kakak akan bawa kamu ke Rumah Sakit, sabar ya sayang.."Morgan bergegas mengangkat tubuh Melody dan membawanya keluar untuk dilarikan ke Rumah Sakit.

"kakak enggak tahu kenapa kamu seperti ini, kakak juga enggak tahu sebenarnya apa yang terjadi sama kamu, tapi kalau kamu sakit harusnya kamu bilang Mel, jangan buat kakak panik dan cemas.. Kakak khawatir sama keadaan kamu.."batin Morgan menatap lirih wajah pucat Melody. Ia pun segera melajukan mobil sedan hitamnya setelah membawa Melody masuk kedalam mobilnya.






Bersambung...