Maaf baru bisa ngepost di blogg lagi.
Semoga tetap mau berkomentar yah.
No edit apalagi copas!!!
**
Setelah cukup lama beradu mulut dan hampir saja bercekcok ria lagi.
Bisma akhirnya langsung mengangkat tubuh Franda dan menggendongnya untuk dibawa pulang.
"Issh kamu mau ngapain sih? Turunin gak?!" Franda menolak ketus saat Bisma menggendongnya. Bisma membuang nafas sebal. Rasanya ia sudah hampir kehilangan kesabaran menghadapi sosok istrinya ini.
"Tadi katanya sakit, dipegang gamau, disentuh apalagi. Yaudah makanya aku gendong. Nanti aku obatin dirumah. Bisa gak sih sekali-kali nurut, jangan protes terus? Aku juga sama sakit Nda, gak lihat kalau tangan aku lecet?" Franda langsung diam berhenti mengeluarkan suara. Bisma kembali menggendong tubuh Franda yang bersandar dibelakang punggungnya. Kedua kakinya siap-siap untuk melangkah agar bisa cepat membawa Franda pulang kerumah.
"Pegangan.. Kalau jatuh nanti malah lebih sakit lagi." Bisma menoleh menatap Franda sekilas.
"Iya-iya. Ini dari tadi juga udah pegangan. Bawel banget sih.." Franda mengalungkan tangan kirinya dileher Bisma. Posisinya setengah memeluk karna Franda digendong oleh Bisma dari belakang.
"Kamu berat juga yah? Cewek tapi badannya berat banget. Tiap hari makan apaan sih?" Bisma tampak sedikit kesulitan menggendong istrinya itu. Tubuhnya sendiri sangat kurus dan tidak terlalu besar.
"Ya aku makan nasi lah.. Emang kamu fikir aku makan apaan?!!" ketus Franda sewot. Bisma menelan ludahnya. Sepertinya ia lebih baik diam saja dari pada terus berucap dan itu hanya membuat Franda kesal dan marah.
"Duuhh sakit banget.. Tangannya berdarah tau Bis. Kamu sih bawa sepedanya gak bener. Tangan aku sampe lecet gini.." Franda melihat bagian lengan kanannya yang kulitnya sedikit terkelupas akibat terkena aspal jalanan saat terjatuh tadi.
"Iya maaf. Tangan sama kaki aku juga sebenarnya sakit. Perih malah.. Nanti dirumah aku obatin. Udah pokoknya diem, jangan ngoceh terus. Aku cium juga kamu kalau gak bisa berhenti ngoceh." ancam Bisma sekenanya.
"PLUK!!" Tiba-tiba Franda langsung menoyor kepala Bisma dan mengagetkan lelaki tampan bertubuh cungkring itu.
"Isssh ko ditoyor sih?! Kamu gak sopan banget Nda!" Bisma memekik kaget sekaligus marah.
"Kenapa emangnya? Gak suka hah?! Lagian enak aja cium-cium! Tadi kita jatuh dari sepeda juga gara-gara kamu tau gak! Omes terus sih otaknya. Lama-lama gue cuci juga!"
"Errrrr!! Bisa gak sih berhenti ngoceh?! Katanya sakit, tapi tetep aja singa-nya keluar terus. Gak capek apa marah-marah melulu?!!" Bisma sedikit meninggikan nada suaranya dan terdengar jelas. Franda diam. Ia tidak membalas ucapan Bisma lagi. Wajahnya lebih memilih ia palingkan kearah lain agar wajah Bisma tidak terlihat olehnya.
"Kenapa sih gue selalu emosi terus kalau sama Bisma? Dia tuh kadang ngangenin, tapi lebih kadangnya dia tuh ngeselinn.. Aahh gak tau deh. Lihat aja nanti apa yang bakalan dia lakuin lagi. Awas kalo sampe main cium-cium atau omes lagi kaya tadi." Franda membatin sebal penuh ancaman.
Ia tanpa menyadari kalau kedua tangannya kini melingkar dan memeluk tubuh Bisma dari belakang. Kepalanya bahkan Franda senderkan diatas punggung Bisma. Rupanya Franda cukup menikmati juga digendong oleh suaminya seperti ini.
**
"Loh, den Faris? Aden ko udah pulang den?" katanya tadi aden mau bersepeda sama bunda juga ayahnya? Tapi to?" Bi Min dibuat kaget akan sosok bocah tampan ini yang tiba-tiba sudah berada didalam
rumah.
"Hihii, Ais tuh dadi juala Bi. Tadi ayah sama bunda naik sepedanya lelet. Makanya ketigalan, dan sekalang Ais udah sape duluann.." Elfaris berujar menjelaskan diiringi tawa kecil yang sangat lucu.
"Jadi juara? Piye to iki? Maksudnyo opo den? Bibi ora ngerti.." Bi Min menggaruk kepalanya bingung.
Elfaris terkekeh. Bocah tampan itu melepas topi yang dikenakannya. Wajah Bi Min ia tatap dengan seksama.
"Dadi gini bi.." Elfaris mulai bercerita dengan apa yang terjadi dan dialaminya tadi. Mulai dari Franda dan Bisma yang meninggalkannya jauh. Sampai ia memutar balik arah dan pulang lebih dulu tanpa mau mengejar
ketertinggalan akibat sang ayah dan bunda yang meninggalkannya jauh.
"Dadi gitu Bi.. Sekalang Ais yang menang, soalnya kan Ais bisa sape lebih dulu. Dadinya ayah sama bunda yang kalah.." jelasnya begitu polos nan lucu. Bi Min masih saja dibuat bingung. Kepalanya kembali ia garuk. Wajah tampan bocah dihadapannya ia pandang penuh kebingungan.
"Jadi maksudnya itu. Berati aden Faris bisa sampe rumah duluan, karna aden balik lagi gitu den? Bener ndak?" Bi Min mencoba menerka.
"Betul sangat bi. Bibi pintel.. Hihi Ais hebat kaaan bi?" Elfaris tersenyum lebar begitu bangganya.
Bi Min masih tidak percaya akan aksi bocah tampan yang dirawatnya sejak lama ini.
"Yo wiss.. Kalo begitu sekarang aden masuk kamar.. Kaki sama tangannya dicuci, trus bajunya diganti. Ayo to den? Bibi anterinn.." Bi Min mengulurkan tangannya hendak menuntun Elfaris.
"Gausah bi, Ais bisa sendili. Dah bibii.. Muah! Ais sayang bibi.." Elfaris mengecup pipi bi Min kemudian berlari kecil menaiki anak tangga rumahnya. Berlari dengan sangat antusias dan dipenuhi keceriaan. Bi Min sampai menggeleng tidak percaya melihat wajah Elfaris yang dipenuhi keceriaan.
"Duh Gusti.. Seneng rasae bisa lihat den Faris yang senengne kebangetan gini. Mudah-mudahan seteruse den
Faris tetep seneng dan bahagia kaya sekarang ini.." Bi Min membatin penuh harap. Pipinya yang berwarna kecoklatan itu ia pegang dan usap pelan. Ia tidak menyangka kalau Elfaris akan mengecup pipinya seperti barusan.
**
"Naah udah sampe. Uhh.. Kamu duduk disini dulu ya? Aku mau ambil kotak obatnya. Biar lukanya bisa cepet aku obatin.." Bisma dengan sangat pelan dan hati-hati menurunkan Franda dari gendongannya. Sofa panjang berwarna cream itu menjadi tempatnya membaringkan tubuh Franda.
"Awss.. Sakit tau Bis.." Franda merintih menahan rasa sakit dikakinya. Pergelangan kaki yang terus mengeluarkan darah dan sedikit terkelupas juga akibat kena rantai sepeda dan tentunya kena batuan jalanan saat terjatuh tadi.
"Iya sabar. Tahan makanya. Nanti aku obatin.." Bisma berujar lembut kemudian segera berlalu masuk untuk mengambil kotak P3K.
"Bisma ko jalannya pincang gitu sih? Apa jangan-jangan dia juga sama sakit kaya aku? T..tapi ko dia bisa kuat gendong aku dari gang kompleks depan sampe rumah?" Franda membatin bingung. Ia menatap cara Bisma berjalan yang sedikit terpincang seperti menahan rasa sakit.
**
Tak lama Bisma pun datang kembali dengan membawa kotak P3K yang diambilnya dari dalam.
"Sini aku obatin.." Bisma duduk disamping Franda. Dengan sangat lembut ia menaruh kaki kiri Franda diatas pangkuannya. Kaki yang begitu mulus dan putih itu dilihatnya terdapat beberapa luka kecil akibat terjatuh tadi.
"Aws! Pelan-pelan Bis.." Franda merintih kesakitan saat Bisma menyentuh luka dikakinya.
"Aku obatin yah? Tahan oke? Ini gak akan sakit ko, cuma sakit sebentar aja.." ujar Bisma lembut diiringi senyum.
Franda mengangguk kecil meng-iyakan. Kotak P3K yang Bisma bawa tadi pun langsung dibukanya dan dikeluarkannya cairan alkohol, betadine serta kasa dan perekat luka. Bisma begitu hati-hati dan sangat pelan mengobati luka dikaki Franda.
"Shh.. Perihh Bis.." Franda menggigit bibir bawahnya menahan sakit.
"Tahann.. Nanti juga enggak ko. Ini lukanya keburu kering, jadinya agak susak bersihinnya. Tahan yah?.." Bisma menatap mata Franda dengan wajah penuh keteduhannya itu. Franda lagi-lagi mengangguk kecil
menyetujui. Meski sangat sakit dan perih, tapi ia mencoba menahan itu semua saat lukanya tengah Bisma obati.
"Ya Tuhaan.. Kamu perhatian banget sih Bis? Aku gak nyangka kalau kamu bisa se-perhatian dan selembut ini sama aku.." Franda membatin. Matanya tanpa kedip memandang wajah Bisma yang tengah fokus membalut luka dikakinya.
"Fuuhh... Fuuh.. Lukanya sebentar lagi juga kering. Aku balut dulu yah? Biar gak sakit lagi.." Bisma meniup-niup kecil luka tersebut. Botol betadine kecil serta kain kasa dan perekat luka pun segera diambilnya. Dibalutnya dengan sangat pelan dan hati-hati, sampai luka tersebut tertutup rapi dan tidak terasa terlalu sakit lagi.
"Biss.." panggil Franda tiba-tiba. Bisma menoleh. "Iya?" tanyanya pelan.
"M..mmakasih ya?" Franda berujar diiringi senyum. Bisma mengangguk membalas senyuman Franda. Ia kemudian meraih tangan kanan Franda yang terdapat juga luka akibat terjatuh tadi.
"Sshh.. Aw, pelan-pelan Biss.." Franda merintih saat lukanya Bisma sentuh.
"Kulitnya ko sampe bisa kelupas gini? Maafin aku yah? Akunya gak hati-hati. Jadinya kaya gini.." wajah Bisma tampak diliputi rasa bersalah. Tangan Franda pun kembali diobatinya. Ia membasuhnya dengan kapas yang sudah diberikan alkohol, lalu dituangkannya betadin dan terakhir Bisma membalut luka itu dengan kain kasa yang direkatkan dengan perekat luka. Franda lagi-lagi terkesima. Ia sangat kagum karna Bisma sangat
perhatian dan benar-benar bertanggung jawab akan apa yang membuatnya terluka karna Bisma tadi.
"Oh iya. Kaki kamu juga sakit ya? T..tadi aku lihat kamu jalannya kaya nahan sakit gitu. Trus pas lagi gendong aku juga kamuu.."
"Enggaak.. Aku gak papa ko. Udah kamu istirahat dulu. Aku mau simpan kotak obatnya lagi." jelas Bisma buru-buru memotong ucapan Franda dan hendak berlalu. Namun dengan segera Franda menghentikan langkahnya. Pergelangan Bisma Franda sentuh dan dipegangnya lembut.
"Aku gak suka dibohongin.. Aku pingin lihat." Franda menatap mata Bisma penuh arti.
"T..tapi aku beneran gak papa Nda. A..akuu.."
"Biss.." Franda menatap Bisma penuh paksaan.
"Hufh.. Iya-iya, yaudah aku perlihatin.." Bisma menghela nafas pasrah. Ia kembali duduk kemudian menyingkap celana jeansnya yang sedikit kotor dibagian bawah. Terlihat jelas disana kalau kaki bawah Bisma terdapat memar dan memerah.
"Ya ampuunn.. Kamu bilang kayak gini gak papa?" Franda memekik kaget melihat kaki Bisma yang memar membiru.
"Hehee.. Tapi beneran gak papa ko sayang, serius deh.." Bisma masih saja berbohong didepan
istrinya ini. Franda tidak mendengarkan ucapan Bisma. Ia buru-buru mengusap luka memar tersebut.
"Harusnya dikompres pake air hangat, biar gak terlalu parah.." ungkapnya terlihat khawatir.
"Udaah gak papa ko. Gak usah terlalu berlebihan gitu. Cuma luka kecil doang. Luka kamu masih parah tuhh.." Bisma langsung menurunkan kakinya yang tadi Franda pangku. Celana jeansnya pun ia benarkan lagi
agar menutupi luka memarnya.
"Issh Bisma! Itu seriusan luka tau. Ko dientengin gitu sih?!" Franda menggerutu sebal.
"Cerewet! Udah ahh.. Yakin deh gak papa. Cuma jatuh dari sepeda doang mah kecil, jatuh dari motor aja biasa aja, cuma tiga hari doang dirumah sakit. Apalagi ini. Uhh ga ada apa-apanya.." jelas Bisma lagi-lagi mengentengkan sekali.
"Hufh, yaudah terserah! Aku kan cuma khawatir aja takut kenapa-napa. Tapi kayaknya kamu emang beneran gak papa, abis ngegampangin banget." Franda mebuang nafas sebal. Bisma ini benar-benar aneh, diperhatikan bukannya mau, tapi malah seperti ini. Padahal Biasanya Bisma selalu mencuri kesempatan terus dengan memodusi Franda.
"Oh iya Nda, aku pingin bicara serius sama kamu.." tiba-tiba Bisma berujar. Kedua matanya menatap Franda serius.
"Bicara? Serius?" Franda menatap Bisma bingung.
"Iya. Bicara serius. Dan itu tentang perjanjian kita dan hidup kita." jelas Bisma mantap.
"M..maksudnya?" lagi-lagi Franda masih saja dibuat bingung tidak
mengerti. Bisma menarik nafasnya panjang.
Ia mendekatkan posisi duduknya dengan sang istri karna arah pembicaraannya kali ini memang tidak untuk bercandaan lagi.
"Kamu pernah marah besar kan sama aku karna aku gak pernah mau ngakuin kamu dan Elfaris?" Bisma menyuruh Franda mengingat kejadian beberapa tahun silam.
"L..lalu?"
"Ya aku pingin minta maaf.. Aku mau minta maaf atas kesalahan terbesar aku itu. Waktu itu aku emang belum sepenuhnya siap. J..jadi ya aku belum bisa akuin kalian didepan orang lain.." jelas Bisma penuh
sesal. Franda hanya diam. Wajahnya tampak bersedih mengingat kejadian yang menyakitkan tersebut. Bahkan hingga saat ini saja dirinya juga Elfaris belum pernah Bisma akui didepan orang lain.
Maka tak banyak yang tahu kalau Franda adalah istri Bisma dan Elfaris adalah buah cinta mereka.
"Ko diem sih?" Bisma menyentuh puncak kepala Franda. Perempuan cantik itu mendongakan wajahnya menatap Bisma.
"Kamu mau janji satu hal?" pinta Franda tiba-tiba.
"Janji? Tentang apa?" Bisma mengerutkan keningnya bingung.
"Aku mau kamu janji, tapi harus tepatin janji ini.." pintanya serius.
"Oke. Aku bakalan janji dan janji buat tepatin janjinya. Tapi kamu juga harus janji satu hal sama aku.." Franda menatap Bisma balik. Keningnya kali ini yang mengerut.
"Gimana?" Franda tampak berfikir sejenak.
"Oke aku setuju.." ujarnya mantap.
Bisma tersenyum dan mulai menjelaskan apa maksud dan keinginannya. Begitu pun dengan Franda yang melakukan hal serupa.
Bersambung...
Koment guys
Follow me @dheana92
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Nggak Komentar, Nggak Kece :p