"Besok malam pasti bakalan sempurna.
Aku yakin kamu bakalan makin sayang sama aku nantinya Nda. Siap-siap aja denger kalimat cinta serta pujian dari kamu buat aku.
Aku yakin kamu bakalan muji-muji aku karna dinner kita yang berkesan. Aku yakin itu.." batinnya begitu yakin. Ia membayangkan indah serta romantisnya acara dinner esok, yang sudah ia persiapkan dengan sangat matang.

"Ngapain sih dari tadi senyam-senyum terus?
Mending fokus deh nyetirnya. Jangan sampai nanti kita malah kenapa-napa lagi!" ketus Franda tiba-tiba. Rupanya ia cukup risih melihat tingkah suaminya yang senyam-senyum terus padanya itu.

"Hemm cuma senyum aja masa gak boleh sih Nda?
Lagian aku tuh senyum karna lihatin Ais. Dia lucu banget tau sayang.." ujar Bisma menyentuh lembut poni hitam Elfaris.

Franda memalingkan wajahnya menatap kearah luar lewat kaca jendela mobilnya. Tubuh mungil Elfaris pun diangkatnya dan dibuat berdiri agar memandang keluar kaca.

"Kenapa sih? Ko kamu jadi jutek gini sama aku?" Bisma menatap bingung sikap istrinya ini.

"Jawab aja sendiri. Ngapain nanya-nanya!" balas Franda masih saja ketus tanpa menoleh. Kedua tangannya menahan tubuh Elfaris yang meloncat-loncat kecil kegirangan diatas pangkuannya.

Bisma menghela nafasnya. Ia sedikit mengurangi kecepatan laju mobilnya agar lebih santai dan membuat suasana serileks mungkin.

"Kalau aku punya salah, aku minta maaf deh Nda.
Tapi jangan cuek dan ketus kaya gini dong.
Gak enak tau sayang. Katanya udah damai, tapi ko gini?" Bisma juga ikut memelankan suaranya. Wajahnya terlihat sedikit sedih karna sikap istrinya ini.

Franda tidak membalas ucapan Bisma. Kedua tangannya terus menahan tubuh mungil jagoan kecilnya yang tidak bisa diam dan sangat aktif.

"Nda.." panggil Bisma pelan.

Franda tetap tidak menghiraukan. Wajahnya ia palingkan dan hanya menatap kearah luar lewat pintu kaca disampingnya.

"Frandaa.." Bisma memanggil sekali lagi. Kali ini nada suaranya ia pelankan dan dibuat selembut mungkin.

Namun tetap saja nihil, Franda tidak mau menyahut dan menoleh kearahnya.
Wajahnya tetap ia palingkan tanpa mau menatap kearah Bisma.

Tiba-tiba bibir Bisma tersenyum. Tangan kirinya pun ia lepaskan dari stir yang ia pegang sejak tadi. Tangan kekar itu dibuatnya menyentuh pinggang Franda. Menusuknya dengan jari telunjuk, hingga Franda dibuat geli akan aksinya itu.

"Issh, gak usah pegang-pegang deh!" ketus Franda risih. Ia menyingkirkan tangan Bisma agar tidak menyentuhnya.

Bibir Bisma tetap tersenyum. Ia mematikan mesin mobilnya dan menghentikan kendaraan yang tengah dikendarainya itu. Wajahnya memandang serius Franda dan jagoan kecilnya yang asik sendiri.


"DEGG!!"


Tiba-tiba saja Franda tersentak kaget akan tubuh Bisma yang mendekap erat tubuhnya. Kedua tangan Bisma dirasakan melingkar pada perutnya. Meski memeluk dari samping, namun pelukan Bisma itu terasa kuat dan sangat erat.

"Jangan marah-marah terus dong sayang..
Kalau aku emang punya salah, aku minta maaf..
Jangan ketus-ketus lagi ya?
Aku gak bisa kalau diketusin kamu kaya gini. Beneran gak bisa Nda.." ujar Bisma setengah berbisik. Bibirnya terasa mengecup pundak Franda dan pipi putihnya. Desah nafas Bisma pun seolah dapat Franda rasakan karna sangat dekat dengan wajahnya.

Franda diam. Tubuhnya menjadi sulit digerakkan. Bibirnya seakan terkunci akan ucapan serta apa yang dilakukan oleh suaminya ini. Kedua tangannya tanpa terasa menyentuh lengan Bisma yang melingkar diperutnya. Tubuh Elfaris pun tidak ia pegang lagi dan dibiarkannya berdiri sendiri begitu saja.

"Muacch, sekali lagi kalau aku punya salah, aku minta maaf ya sayang..
Aku sayang banget sama kamu. Gak enak tau Nda dicuekkin sama istri sendiri tuh, apalagi istrinya secantik kamu.
Aku tersiksa sendiri sayang..
Kalau ada yang salah dengan aku, harusnya kamu bilang. Jangan diem kaya gini dan malah ketusin aku.
Ini gak enak sumpah.." Bisma mengungkapkan perasaan sedihnya akan sikap Franda tadi. Satu kecupan pun didaratkannya tepat dipipi kanan Franda, berharap kalau kecupan itu bisa menghilangkan semua amarah dan rasa kesal Franda terhadap dirinya.

Seketika bibir Franda tersenyum. Tangan Bisma langsung diraihnya agar melepaskan pelukannya.
Kepalanya menoleh, mata indahnya memandang Bisma diiringi senyuman keteduhan. "Kalau gak mau diketusin sama istri, makanya jangan macem-macem." ungkapnya mencubit kecil hidung Bisma.

"Emang aku udah berbuat apa sih?
Perasaan gak berbuat apa-apa deh Nda.." Bisma tampak tidak mengerti.

Franda langsung mendudukkan Elfaris yang hampir saja terjatuh karna tidak dipegangnya. Bocah tampan itu sedikit mengganggu pembicaraan serius ayah bundanya karna tidak bisa diam.

"Ais diem dong sayang, nanti kalau jatuh bunda juga yang repot.." ujarnya sedikit terlihat kesal.

"Uhh buunn.. Mbimm uhh.." Elfaris berujar seraya menunjuk kearah luar.

Franda menghela nafasnya. Ia menempelkan kepala Elfaris agar bersender didadanya. Tubuh mungil bocah tampan itu pun didekapnya begitu erat.

"Hem, yaudah kita langsung berangkat aja.
Kayaknya Ais juga udah gak sabar pingin cepet sampai.
Tapi kamu jangan cemberut dan ketus lagi ya Nda.
Gak enak tau sayang diketusin sama istri tuh.. Apalagi status kita kan udah berdamai, jadi jangaan.."

"Iya aku gak ketus lagi.
Aku ketus juga ada alasanna Bis.
Kamunya aja yang gak ngerti dan gak peka." ujar Franda memotong ucapan Bisma.

"Gak peka? Gak peka dalam hal apa? Perasaan akuu.."

"Issh yaudah gak usah dibahas.
Cepetan mobilnya nyalain lagi. Anaknya gak bisa diem nihh." suruh Franda geram.

Bisma
semakin dibuat tidak mengerti. Kunci mobilnya kembali ia putar dan dinyalakanlah mesin mobilnya itu lalu dilajukannya kembali.

"Mbiss buun.." tiba-tiba suara kecil Elfaris terdengar.

"Hush, gak boleh manggil mbis lagi. Nanti ayah marah.
Ini bukan saatnya becanda sayang.." ujar Franda memprotes.

Elfaris memandang kearah ayahnya. Mata beningnya terlihat sangat lucu, kedua halisnya ia tautkan seperti ekspresi yang bingung.

Bisma malah menjulurkan lidahnya saat Elfaris menatapnya. Bocah tampan itu tersenyum kecil lalu menyembunyikan wajahnya didada sang bunda.

"Haha lucu banget sih kamu.
Anaknya siapa sih ini, hem?" Bisma terkekeh. Ia mengacak poni hitam Elfaris lalu mengecupnya sekilas.

"Anak bunda sama ayahnya lah. Masa anak oma opanya." Franda menjawab ketus.

"Muach! Udahan ah ngambeknya. Jangan ngambek-ngambek lagi." Bisma menyambar bibir tipis Franda dan mengecupnya sekilas.

Franda menoleh kaget. Kedua matanya sampai melotot melihat apa yang dilakukan oleh suaminya itu.

"Mau yang lebih?
Ini bukan saat yang tepat sayang kalau mau yang lebih. Nanti aja dirumah yah? Yah?" Bisma berbicara ngasal dengan sebelah mata yang ia kedip-kedipkan.

Sekilas ekspresi wajah Franda pun berubah menjadi menahan tawa karna tingkah Bisma yang lucu.

"Naah.. Kalo senyum kan lebih manis, coba dari tadi senyum Nda.." Bisma tersenyum lebar melihat bibir istrinya yang sudah tidak membentuk kerucut lagi.

"Iya-iya. Yaudah setir mobilnya yang fokus. Jangan ngomong terus. Dari tadi ngoceh aja kamu tuh, pantes aja kita gak sampai-sampai.."

"Muach! Iya sayang. Aku fokus deh sekarang.." Bisma kembali menyambar pipi Franda dan mendaratkan satu kecupan disana.

Franda tidak marah, ia hanya menggeleng pasrah melihat sikap suaminya ini. Tubuh mungil Elfaris pun kembali dibuatnya berdiri diatas pangkuannya. Bocah tampan itu sangat antusias sendiri saat melihat mobil yang berlalu-lalang diluar jalanan sana.

"Franda tuh lagi ngambek aja tetep terlihat cantik.
Wajahnya itu alami dan sangat berbeda dengan perempuan lain.
Jika dia marah atau sebal, ekspresinya selalu spontan. Anaknya gampang marah, tapi sebenarnua hatinya sangat-sangat baik.
Mudah-mudahan aja aku bisa terus buat kamu nyaman disamping aku Nda.
Aku yakin aku sepenuhnya udah jadi pemilik hati kamu, aku yakin itu.." Bisma membatin penuh senyuman. Hatinya sangat bangga dan yakin akan apa yang dirasakannya terhadap sang istri.
Mobil alphard putih itu pun segera dilajukannya agar bisa cepat sampai ditempat tujuan.






**
Setibanya dipusat perbelanjaan yang sangat luas ini. Bisma Franda beserta jagoan kecilnya pun masuk dan mulai memilih-milih apa yang akan dibelinya disana.
Franda asik pada sebuah toko pakaian yang terpajang banyak sekali baju-baju yang disukainya.
Sementara Bisma menggendong Elfaris sambil membuntuti Franda dari belakang.

"Bis, yang ini bagus gak?
Perut aku kan udah gak buncit lagi, jadi boleh dong pake baju-baju yang kaya gini lagi.." Franda menunjuk dress biru yang terlihat sangat pas ditubuh rampingnya.

Bisma tidak menghiraukan. Ia rupanya tidak mendengar apa yang diucapkan oleh sang istri. Dirinya justru malah asik dengan BB hitam yang digenggamnya.

"Mbiss.. Uh buunn.." tiba-tiba Elfaris menepuk tangannya. BB Bisma hampir saja terjatuh akibat tepukan tersebut.

"Heh? Ko Ais manggil ayah mbis lagi sih?
Gak boleh sayang.. Itu namanya gak sopan. Gak boleh yah?" Bisma menasehati jagoan kecilnya pelan.

"Oehh.. Mbiss.. Oeh?" Elfaris menatap Bisma dengan ekspresi polosnya.

"Iya gak boleh. Panggilnya ayah, jangan mbis. Harus a-yah. Faham?" jelas Bisma. Elfaris mengangguk dan mengulang kata terakhir yang Bisma ucapkan.

"Yah.. A-yah.." ujarnya begitu terdengar lucu.

Bisma terkekeh. Rambut Elfaris diacaknya pelan, pipi cuaby bocah tampan itu pun dikecupnya lembut. Sangat lucu sekali jagoan kecil kesayangannya ini.

"Bundanya lagi ngeborong.
Biarin aja dia sendiri. Ais sama ayah, kita cari mainan yang bagus yuk?
Sekalian bantuin ayah cari sesuatu buat bunda. Biar bundanya makin sayang sama ayah. Yuk sayang? Come on.." Bisma beranjak memutar badannya. Ia melangkah menuju toko-toko lain dan meninggalkan Franda begitu saja.

Elfaris hanya mengangguk setuju. Ia begitu antusias saat Bisma berlari kecil mengendap membawanya menuju tempat lain dan jauh dari sang bunda.


"Uhh ini batiknya bagus banget. Kayaknya buat Bisma pas deh, tapi ada yang buat ceweknya gak yah? Biar samaan gitu. Kalau perlu sama Ais juga. Biar sekalian kompakkan nanti kalau dipakenya. Hihi pasti lucu.." bibir Franda tersenyum saat mengambil kemeja bercorak batik yang sangat simple namun bagus. Matanya terpikat saat melihat baju yang pas ditubuh suaminya itu.

"Hihi ganteng banget Bisma kalau pake baju ini.
Dia cuma pake kaos aja tapi udah cakep, apalagi pake ini.
Hummb pasti lebih cakep lagi..
Ahaha baru kali ini loh Bis aku muji-muji kamu. Itu pun karna kita udah damai, kalo enggak sih males banget. Mana mau aku. Ahaha." Franda tersenyum dan tertawa sendiri membayangkan Bisma mengenakan baju yang dipegangnya. Wajah tampan suaminya itu pun terus terbayang, apalagi senyuman khas Bisma yang selalu membuat Franda tertegun karenanya.

Franda mencari-cari pakaian yang lain untuknya juga Elfaris. Ia tidak menyadari kalau Bisma dan jagoan kecilnya tidak bersamanya lagi. Mungkin terlalu asyik hingga tidak menyadari semua itu.



**
Bisma berdiri disebuah tempat dimana berbagai jenis mainan terpajang rapi disana. Bocah tampan yang digendongnya menunjuk terus toko tersebut. Padahal apa yang dicarinya sejak tadi belum ia temukan juga.

"Mainan lagi?" Bisma menatap tidak percaya wajah jagoan kecilnya.

"Mbimm yahh mbimm.." Elfaris berujar polos. Tangan mungilnya menunjuk agar Bisma membawanya masuk kedalam toko mainan tersebut.

"Hufhh.. Kado kamu dirumah aja belum ayah buka semua loh, masa mau beli mainan lagi?" Bisma menghela nafasnya. Tubuh mungil Elfaris diturunkan dari gendongannya. Bocah tampan itu langsung berlari sempoyongan dengan langkah kecilnya. Hampir saja dirinya terjatuh karna Elfaris memang belum terlalu lancar berjalan.

"Duh-duuh.. Awas jalannya hati-hati. Kalau kamu jatuh ayah bisa kena kartu merah nanti sama bunda kamu.
Hati-hati sayang.." Bisma berlari kecil megejar jagoan kecilnya. Ia tidak mau Elfaris sampai kenapa-napa. Jadi mau tidak mau ia harus membuntuti kemana bocah kecil tersebut mengajaknya.


"Brukk!!"

Tiba-tiba saja tubuh Elfaris terjatuh akibat dorongan seseorang yang tidak sengaja menabraknya saat keluar dari pintu toko mainan tersebut.

"AIS!!" Bisma memekik kaget dan langsung berlari menghampiri Elfaris.

"Aduh! Maaf yah.. Tante gak lihat kamu. Maafin tante sayang.." seorang gadis cantik dengan lembutnya berujar. Ia berjongkok menyamai tinggi Elfaris yang duduk polos menatapnya bingung.
Elfaris digendongnya penuh kasih dan sesal karna sudah membuat Elfaris terjatuh.

"Ais gak papa?
Kan ayah udah bilang jangan lari. Ais tuh kan beluuu..." tiba-tiba Bisma menggantungkan ucapannya. Kedua matanya membola kaget melihat sosok gadis cantik yang menggendong jagoan kecilnya.

"K..ki..kinar?" tebaknya menunjuk gadis cantik tersebut.

"B..Bisma? K..kamuu.."

"A..aku lagi main aja disini.
Engh~ oh iya, kenalin. Ini keponakan aku. T..tadi dia minta dibeliin mainan. J..jadinya.."

"Oh jadi ini keponakan kamu Bis?
Ya ampuun.. Lucu banget. Maaf yah tadi aku gak sengaja nabrak dia. Tapi dia gak nangis, lucu banget sih.. Muach, hihii.." gadis cantik yang diketahui bernama Kinara ini tertawa kecil. Ia mengecup pipi Elfaris gemas. Wajahnya sangat cantik dan putih, tak heran jika Bisma dibuat salah tingkah didepannya.

"Mbimm.. Yaahh mbiimm." Elfaris menunjuk mainan-mainan yang menarik hatinya didalam.

"I..iya, n..nanti kita beli ya?
S..sini Ais s..sama om. Sini sayang.." Bisma tampak gugup dan berdebar. Ia meraih tubuh Elfaris dan menggendongnya. Ia bahkan tida menyebut dirinya ayah pada Elfaris. Mungkin penyebabnya karna sosok gadis cantik dihadapannya itu.

"Dia lucu yah? Ganteng. Wajahnya sekilas mirip kamu.
Tapi tadi aku dengar dia manggil kamu ayah.
Apa diaa.."

"D..dia ini emang sering manggil aku ayah Ra. M..maklum ayah kandungnya udah meninggal karna kecelakaan. J..jadi ya gini.
Mungkin dia haus akan kasih sayang seorang ayah, m..makanya aku dianggap ayahnya sendiri." jelas Bisma berbohong. Ia memotong ucapan Kinara dan menyembunyikan siapa Elfaris yang sebenarnya.

"Ohh pantesan aja Bis.
Tapi kasihan sekali yah, anak sekecil ini udah gak punya ayah.." Kinara mengelus pipi Elfaris pelan. Wajahnya berubah menjadi iba mendengar kenyataan memprihatinkan yang terjadi pada bocah tampan yang Bisma gendong.

"Oh iya. K..kamu kesini sama siapa?
S..sendiri?" Bisma mencoba mengalihkan pembicaraan. Keduanya kini larut dalam obrolan hangat seraya memilih-milih mainan untuk Elfaris.

"Aku tadi kesini sama Dicky. Cuma Dickynya tadi sih lagi kee.." Kinara menggantungkan kalimatnya.
"Nah, itu Dicky udah datang.." lanjutnya tersenyum riang mendapati sosok sang kekasih berjalan masuk menghampirinya.

"Udah selesai belum say?
Nanti mainannya langsung dibungkus pakai kertas kado aja. Biar kita enggak.." tiba-tiba Dicky menghentikan ucapannya. Kedua bola matanya terkejut mendapati sosok Bisma berdiri disamping sang kekasih.

"Duhh MAMPUS gue!" Bisma membatin gelisah. Wajahnya ia usap melihat siapa yang datang menghampirinya.

"Elo? K..ko elo bisa ada disini Bis?
L..lo lagi ngapain? Trus ini anak siapa? E..elo udah married yah? Lo married sama siapa?
I..ini pasti anak elo? Iya kan?" tanya Dicky memborong beberapa pertanyaan yang dilontarkannya pada Bisma. Matanya sampai membola tidak percaya mendapati sosok bocah kecil yang Bisma gendong.

"E..elo jangan salah faham dulu deh Dick..
Ah, masa sih ini anak gue.
I..ini tuh keponakan gue tau!
Sotoy lo, masa iya gue udah punya anak. M..married aja belum, masa udah punya anak. Haha ngarang lo.." ujar Bisma tertawa kecil penuh kebohongan.
Entah kenapa ia tidak mau mengatakan yang sebenarnya. Ia lebih memilih berbohong dan menyembunyikan siapa Elfaris yang sebenarnya.

"Haha. Ya gue kan gak tau Bis.
Abis nih anak mukanya sekilas mirip sama lo. J..jadi ya jangan salahin gue kalau gue nyangka ini anak lo.." Dicky ikut tertawa menunjuk bocah tampan yang masih setia Bisma gendong.

"Ini tuh keponakannya Bisma Ky.
Tapi sayangnya ayah dari anak ini tuh udah meninggal, jadinya kadang anak ini suka manggil Bisma ayah.
Kasihan ya? Anak sekecil ini tapi udah gak punya ayah. Aku gak bisa bayangin itu semua.." Kinara menyentuh dan mengusap pelan pipi Elfaris.

"Jadi..?" Dicky mengerutkan keningnya.

"D..dia anak sepupu gue Dick.
Tadi sih kebetulan lagi pada main dirumah nyokap. J..jadi ya gue ajak jalan-jalan aja. Sekalian beliin dia mainan-mainan.." jelas Bisma lagi-lagi berbohong.

"Ohh.. Yaudah deh, kalau gitu gimana kalau kita makan dulu. Gue udah lama baru ketemu lo lagi Bis.
Jadi, sebagai sahabat yang baik, gimana kalau kita ngobrolnya sambil makan..?"

"T..tapi Dick.."

"Gue yang tlaktir deeh.. Sekalian gue lagi ngerayain annive gue sama Kinar yang ketiga belas bulan nih.. Mau yah?"

"Duuhh.. Gimana ya?"

"Ayolah Bisma.. Mau ya? Sekalian kita ngobrol-ngobrol juga. Emangnya kamu gak kangen sama aku juga Dicky, hem?" pinta Kinara sedikit memaksa.

Bisma tampak berfikir. Satu sisi ia tidak enak menolak ajakan ketiga sahabat baiknya ini. Apalagi menolak keinginan Kinara gadis yang pernah dikaguminya. Namun disisi lain bagaimana dengan Franda dan Elfaris tentunya.

"Gimana Bis?" Dicky bertanya sekali lagi.

"Y..yaudah, iya deh gue ikut.." setuju Bisma akhirnya.
Dicky tersenyum lebar. Ia merangkul pundak sahabat baiknya itu. Sementara Kinara langsung beralih menggendong tubuh mungil Elfaris.

"Ya Tuhan.. Mudah-mudahan aja Franda masih asik belanja dan gak lihat apa yang gue ucapin sama Dicky dan Kinar tadi.
Aku gak bermaksud gak mau mengakui kamu sama Ais Nda, tapi ini terpaksa. Mereka gak tau kalau kita udah menikah. J..jadi aku harap kamu beneran gak denger ucapan aku tadi. Karna itu pasti hanya akan menyakiti hati kamu.
Sekali lagi aku minta maaf.." Bisma membatin penuh sesal.
Tak lama dirinya beranjak dan mengikuti langkah Dicky untuk mencari tempat makan yang pas dan enak untuk mengobrol bersama.




"Tega yah?
Sampai anak dan istrinya sendiri gak diakuin..
Mau kamu apa sih Bis?
Didepan begitu manis dan selalu bilang cinta dan cinta.
Tapi dibelakang?
Ngakuin anaknya aja gak mau.
Ayah macam apa kamu?" kedua bola mata Franda tampak berkaca mengeluarkan bulir bening air mata. Hatinya sangat sakit menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri apa yang diucapkan serta dilakukan oleh Bisma suaminya.

"BRAKS!!" Franda membanting barang belanjaannya dengan kasar. Dadanya semakin terasa sesak mendapati Bisma dan kedua temannya itu melintas dihadapannya. Bisma memang tidak menyadari sosok Franda yang berdiri disana. Ia terlalu asyik bersama kedua sahabatnya hingga tidak memperhatikan sekelilingnya.

"Mmbuunn..." Elfaris menatap lirih sosok sang Bunda yang berlari menjauhinya. Berlari dengan dada yang terasa sesak akan apa yang dilakukan Bisma padanya.


"Waktu aku lagi hamil Elfaris, kamu sebut aku sepupu didepan teman kamu.
Kejadian waktu itu aku maklumin karna kita memang masih acuh terhadap perasaan kita masing-masing.
Kita masing sering ribut dan jalan dengan siapapun yang kita suka.
Tapi sekarang?
Aku udah gak gak mau ribut lagi sama kamu. Perjanjian itu pun sepakat kita batalin.
Tapi kamu kayak gini..
Sakit tau Biss..
Masa kamu bilang anak kamu sendiri sebagai keponakan kamu didepan teman kamu itu.
Kenapa kamu gak jujur aja?
Kalau Ais udah besar dia pasti marah gak kamu akuin..
Hiks.. Jahat kamu Bis.. Hik's.. Jahaat.." Franda terus berjalan cepat keluar dari mall berukuran cukup luas itu. Bulir bening air mata tidak dapat ditahannya. Hatinya terasa sakit dan teriris. Rupanya ini bukan yang pertama kalinya Bisma tidak mengakui Elfaris dan dirinya. Melainkan yang kesekian kalinya.








Bersambung..