"Ya Tuhan.. Semoga kamu tidak kenapa-napa Mel..
Jujur kakak sebenarnya takut kalau sudah melihat rumah sakit, bayangan jasad Adila seolah masih terbayang saat kakak menemuinya di salah satu ruangan rumah sakit ini. Semoga kamu tidak apa-apa, kakak sangat mencemaskan kamu.."wajah Morgan tampak tegang menunggu hasil pemeriksaan Dokter yang masih belum juga keluar ruangan.

Morgan mencoba duduk dan bersikap tenang. Matanya sesekali menoleh dan melirik pintu dimana Melody tengah ditangani disana.

"Dokter.."tiba-tiba Morgan beranjak dari duduknya. Ia melihat seorang Dokter laki-laki keluar dari ruangan.

"anda keluarga dari pasien?"Dokter tersebut melontarkan satu pertanyaan.

Dengan cepat Morgan mengangguk meng-iya kan.

"mari ikut saya.."ajaknya kemudian. Morgan kembali mengangguk dan berjalan membuntuti sang Dokter dari arah belakang.

"semoga tidak terjadi hal buruk sama kamu Mel.."batin Morgan penuh harap. Ia kemudian masuk kedalam ruangan sang Dokter untuk mengetahui hasil pemeriksaan Melody.




Sementara itu..

Terlihat Melody mulai tersadar dan mencoba menggerakkan jemarinya perlahan. Kedua kelopak matanya pun ia buka, pandangan matanya kini ia edarkan kesetiap sudut ruangan. Ruangan dimana disana banyak sekali terdapat obat-obatan dan alat medis lain, serta tercium bau obat yang menyengat.

"ngh~ ini dimana?"Melody memegang kepalanya yang sedikit terasa pusing, pergelangan lengan kanannya tiba-tiba terasa sakit saat coba ia gerakkan, rupanya lengannya dipasangi selang infus.

"R..rumah sakit? Siapa yang bawa aku kesini?"pikirnya bingung.

"ssh aw!"tiba-tiba Melody dengan sengaja mencabut selang infus yang terpasang ditangannya.

"aku harus pulang, aku gak mau disini. Kehamilan aku bisa diketahui orang lain kalau aku disini, iya aku harus pergi.."batinnya yakin. Dengan langkah sempoyongan dan kondisi yang masih lemas, Melody beranjak turun dari tempat tidurnya agar bisa segera pergi dari tempat tersebut.


"kamu mau kemana?"

tiba-tiba saja Melody tersentak kaget mendengar suara yang sangat tidak asing ditelinganya.

"k..kak Morgan?"pekiknya terlihat ketakutan begitu mendapati sosok Morgan sudah berdiri diambang pintu.

Morgan tidak bergeming sama sekali, wajahnya sangat datar tidak menunjukkan ekspresi apapun, namun sepertinya ia sangat marah dan kecewa.

Morgan berjalan pelan menghampiri Melody. Ia menutup pintu ruangan membuat Melody semakin dibuat takut.

"k..kakak.."panggil Melody hampir tak terdengar.

"Siapa yang sudah buat kamu hamil?"

"JLEGG!!"

Jantung Melody serasa berhenti berdetak saat itu juga mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut Morgan.

"Jawab pertanyaan kakak Mel, SIAPA yang sudah membuat kamu hamil?"Morgan kini menekan kata-katanya. Ia bahkan mencengkram kasar lengan kanan Melody.

"hiks.. Kaak.. Mel minta maaf.. Mel..."

"JAWAB PERTANYAAN KAKAK MEL!!"bentak Morgan kasar penuh emosi.

"kakaak.. Mel mohon maafin Melody.. Maafin Mel kaak.."bukannya menjawab, Melody justru malah menunduk terisak dengan air mata yang mengalir dari pelupuk matanya.

"jawab pertanyaan kakak Mel.. Siapa yang sudah buat kamu hamil? Siapa yang sudah berani menghamili kamu, kakak mohon jawaab?.."Morgan memandang wajah Melody dengan mata berkaca. Nada suaranya kini sedikit ia rendahkan.

"B..biis..ma kak.."ujar Melody tampak sangat ketakutan.

"Bisma?"mata Morgan melonjak kaget mendengar nama Bisma keluar dari mulut Melody.

"maafin Mel kak.. Ini salah Mel ko, bukan salah Bisma, Mel mohon maafin Mel.."pinta Melody lirih.

"Brengs*k!! Gue gak nyangka loe bejat ini Bis.
Gue gak bakal tinggal diam, gue gak akan biarin loe nyakitin Melody!"Morgan mengepalkan kedua tangannya. Sorotan matanya sangat tajam diliputi kemarahan. Tak lama ia pun buru-buru pergi meninggalkan Melody dan bergegas mencari Bisma.

"kaak... Kakak jangan sakitin Bisma kak.. Bisma gak salah, Mel yang salah kak.. Please Mel mohon jangan sakitin Bisma.."teriak Melody terisak. Morgan tidak mempedulikan ucapannya, baginya ini suatu kesalahan besar yang harus ditindak tegas.

"kamu jangan kemana-mana. Sebentar lagi Dicky akan kemari. Kalau sampai kamu pergi, kakak akan marah sama kamu Mel!"Morgan menoleh sekilas sebelum benar-benar pergi meningalkan Melody.

"tapi jangan sakiti Bisma kak.. Mel mohon.."pinta Melody lirih.

Lagi-lagi Morgan tidak mendengarkan. Ia berlalu begitu saja tanpa mempedulikan Melody lagi.




**
Kini Ilham terlihat tengah bersama Abie didalam ruangan kamarnya. Ilham tampak begitu sibuk mengompres dan mengobati Abie yang sedikit mengalami demam juga luka memar dikedua lengan Abie, mungkin itu luka akibat cengkraman kasar lelaki yang telah membuat Abiela seperti ini.

"hemz, sebenernya loe itu kenapa sih Bie? Ko keliahatannya loe ketakutan banget, trus lengan sama pipi loe juga memar, kaya habis ditampar berulang-ulang. Gue bingung.. Kalo keadaan loe kayak gini, siapa yang bisa gue ajak bercanda dan bakal gue kerjain..?"Ilham sedikit menyunggingkan tawa kecilnya. Rupanya jiwa jahil dan dendam kesumatnya terhadap Abie ini masih saja mengalir. Walau Ilham tidak pernah serius membenci Abie, tapi baginya itu adalah sesuatu yang sangat menghibur.
Abie memang galak, dia juga tipikal perempuan yang kuat dan pemberani, entah kenapa rasanya Ilham cukup menyukai sosok perempuan cantik ini.

"duh.. Kayaknya iman gue bisa gak kuat kalau lama-lama berduaan disini sama loe.
Gue akuin wajah loe itu cukup cantik, tapi gue gak mau disaat loe bangun loe ngamukin gue entar. Jadi mending gue tunggu diluar aja deh.
Cepet bangun yeh? Jangan lama-lama ngerepotin gue nya.."ujar Ilham tersenyum kecil kemudian beranjak keluar meninggalkan Abie sendiri.

"eit's tunggu dulu deh. Kayaknya gue beneran udah tergoda sama bibir tipis loe, kiss sekilas boleh kali yah? Mumpung belum sadar.."tiba-tiba Ilham menghentikan langkahnya. Bibirnya tersenyum nakal dan mulai mendekatkannya pada wajah Abie.

"muach"

"cuma satu detik ko, jangan marah okeh? Hehe tapi rasanya manis.. Jujur baru kali ini gue berani ngecup bibir cewek.."Ilham mengusap bibirnya sendiri kemudian barulah keluar tanpa mau menggangu Abie lagi.




Sementara itu..



Suara bel didepan rumah Bisma terdengar cukup memecahkan telinga. Suara yang cukup kencang bila ditekan satu kali kini berulang-ulang kali terdengar. Bisma yang tengah beristirahat tidur siang ini pun merasa terganggu dan terusik.

"Arrrggh!! SIAPA SIH YANG MAININ BEL DILUAR?"teriaknya kesal.

Bisma beranjak keluar dari dalam kamarnya. Kedua telinganya ia tutup rapat karna suara bel tersebut terus saja terdengar tanpa henti.

"ARRGGH!! Gue bikin Mampus ju...ga"

"Morgan? Ngapain loe didepan rumah gue?
Ngapain juga loe mainin bel rumah gu.."


"BRUGGHH!!"

Tanpa menunggu lama dan basa-basi lagi, satu tonjokan mulus mendarat tepat diwajah Bisma.

"brengs*k!! Apa maksud loe mukul muka gue HAH?"bentak Bisma tidak terima.

"kenapa? Loe GAK SUKA?"tanya Morgan enteng.


"BRUGGH!!"

Satu pukulan kini berganti mendarat diwajah Morgan. Pukulan yang cukup kencang namun tidak sedikit pun dirasakan sakit oleh Morgan. Mungkin karna postur tubuh Morgan yang lebih besar dari Bisma hingga bisa menahan rasa sakit tersebut.

"gue gak nyangka bisa secepat ini mendapatkan adegan yang selama ini gue impikan.
Loe pasti udah tahu semuanya. Haha oke fine! Sekarang loe pukul muka gue lagi, biar loe puas habis itu loe yang akan gue buat MAMPUS!!"Bisma tersenyum licik seraya mengusap sudut bibirnya yang sedikit mengeluarkan bercak darah.

"kurang ajar! Jadi loe udah tahu maksud kedatangan gue kesini?
Ck, gue gak nyangka loe bisa sebejat ini Bis, benar-benar GAK NYANGKA!"ujar Morgan menekan kata-katanya.

"halaah.. Gak usah munafik loe!
Loe sendiri juga pernah kan ngelakuin hal bejat seperti yang gue lakuin ke Melody?
Bahkan loe sampai menghilangkan nyawa seseorang yang tak lain adalah adik gue, ADIK GUE GAN!!"jelas Bisma mulai emosi.


"BRUGGGH!!"

Morgan tiba-tiba menghantam wajah Bisma dengan kepalan tangannya hingga tubuh Bisma tersungkur kelantai.

"JAGA bicara loe! Gue gak pernah sedikit pun berani melakukan hal bejat itu, GAK PERNAH Bis.."tegas Morgan menunjuk wajah Bisma, menatapnya tajam penuh emosi.

"Gue paling gak suka sama orang yang munafik!
Orang yang gak pernah berani ngakuin kesalahannya. Udah berulang-ulang kali loe selalu mengelak. Padahal udah sangat jelas kalau loe itu PENYEBAB dari kematian Adila adik gue. LOE PENYEBABNYA GAN! Loe udah rusakkin masa depan Adila dengan menyentuh dan mengambil kesuciannya. Loe juga yang udah nyebabin Adila bunuh diri karna hamil diluar nikah, LOE PENYEBAB itu semua Gan, ELO!!"teriak Bisma meluapkan semua emosi didadanya. Emosi yang terus ia tuduhkan pada Morgan yang jelas-jelas bukan penyebab itu semua.


"BRUGGH!!"

Morgan kembali melayangkan bogem mentahnya diwajah Bisma.

"CUKUP selama ini gue diam Bis.
Gue sama sekali gak pernah nyentuh Adila. Gue sayang sama dia tulus, gue mencintai adik loe tulus dari hati gue Bis, bukan karna nafsu. Jadi tarik semua kata-kata dan tuduhan loe terhadap gue itu karna semuanya gak benar.
Satu hal yang harus loe tahu. Gue sama sekali gak tahu tentang kehamilan Adila dan penyebab dia mengakhiri hidupnya.
Seminggu sebelum kejadian itu terjadi, Adila udah mutusin gue. Dia minta agar gue jauhin dia.
Gue bukan bajingan yang brengsek kayak loe. Gue masih punya hati. Dan sampai saat ini gue selalu menghargai loe karna Adila. Tapi apa? Loe malah nuduh gue dengan tuduhan gak bener loe itu.
Cukup selama ini gue diam. Tapi bukan berarti loe bisa terus-terusan berada dikesalah fahaman, apalagi loe sampai melibatkan Melody disini. Gue GAK BISA terima itu!"jelas Morgan mencengkram kerah baju Bisma dan menunjuk wajah Bisma dengan jari telunjukanya. Tatapannya pun begitu tajam dan menyeramkan. Rupanya seperti ini ekspresi wajah Morgan kalau sedang marah.

Morgan melepaskan cengkraman tangannya dan menghempaskan tubuh Bisma begitu saja. Ia kemudian beranjak pergi karna ia rasa cukup hanya sampai disini emosinya, karna kalau berlarut mungkin bisa berakibat fatal.

Bisma sendiri hanya diam. Dia memandang Morgan masih dengan tatapan penuh dendam. Kedua tangannya ia remas mengepal penuh emosi. Jantungnya pun berdegup dengan tempo cukup cepat akibat emosi dan amarah yang memuncak.

"loe fikir dengan memukul wajah gue dan penjelasan bulshit loe itu gue akan percaya?
Enggak Gan, gue gak percaya sedikit pun. Gue justru semakin BENCI terhadap loe. Jangan harap kalau gue akan tinggal diam menerima perlakuan ini dari loe. Gue akan buat hidup loe lebih menderita lagi. Gue juga akan buat Melody lebih sengsara dari hari ini!"kedua bola mata Bisma seolah menyala terbakar amarah. Ancaman tak main-main pun kini sudah mulai direncanakannya lagi. Morgan dan Melody akan ia buat hancur sehancur-hancurnya. Jangan panggil dia Bisma si Maniac Cinta kalau ucapannya tidak sungguhan, karna Bisma tidak pernah main-main dengan ucapannya.






Bersambung...