Mata Bisma seketika melotot kaget mendapati siapa yang berdiri didepan
pintu kamarnya. Perempuan cantik berkulit putih nan bermata sipit ini
sudah berdiri disana. Entah sejak kapan, yang pasti kedatangannya sudah
bisa Bisma duga sebelumnya.
"ngapain kesini?"Bisma melontarkan satu pertanyaan dengan nada cueknya.
"a..aku mau bicara sesuatu sama kamu Bis.."ujar perempuan yang tak lain adalah Melody itu sedikit terisak.
"bicara?"Bisma menaikkan sebelah alisnya.
"iya bicara tentang kita berdua. Ini penting Bis, aku gak bisa
hadapi masalah ini sendiri, aku butuh kamu, jadi aku harus ceritain
tentang masalah ini sama kamu.."jelas Melody lirih.
"yaudah masuk.."Bisma membukakan pintu kamarnya. Melody mengangguk kecil dan melangkah masuk mengikuti Bisma dari belakang.
"mau bicara apa?"Bisma menutup pintu kamarnya. Dengan wajah polos
dan pura-pura tidak tahu dia melontarkan pertanyaan yang sangat tidak
penting.
"a..aku hamil Bis.."Melody menatap ragu wajah Bisma, tangan kanannya
menyentuh perut datarnya, air matanya tiba-tiba saja menetes, mungkin
ia baru menyadari kalau karna ulah bodohnya ini kini ia harus menerima
resiko hamil diluar pernikahan.
"ck, hamil? Ko bisa?"Bisma terlihat begitu santai tanpa kaget atau merasa bersalah sedikit pun.
Melody sendiri tersentak kaget mendengar Bisma berucap seperti itu.
"k..kita pernah melakukan itu Bis. Ja..jadi itu sangat mungkin kalau
jadi penyebab kehamilan aku. Aku hamil karna kamu, karna kamu udah
nyentuh aku. Dan ini anak kamu Bis, darah daging kamu.."jelas Melody
menatap Bisma lirih.
"anak aku? Haha kamu gak usah bercanda deh Mel, kita melakukan itu
sudah cukup lama. Mungkin saja kamu berhubungan dengan lelaki lain
hingga kamu hamil seperti sekarang ini, jadi sangat tidak mungkin kalau
bayi itu anak aku, itu GAK MUNGKIN!"tegas Bisma tersenyum licik menatap
tajam Melody.
"Enggak. Kamu salah Bis, ini anak kamu, bukan anak siapapun.
Aku gak pernah berani dan gak pernah mau disentuh oleh laki-laki
lain selain kamu. Ini anak kamu Bis, aku berani bersumpah, ini anak
kamu.."Melody menggelengkan kepalanya berusaha menjelaskan kebenaran
yang sesungguhnya agar Bisma mau percaya.
"udah lah Mel, gak perlu bawa-bawa sumpah segala, aku gak butuh sumpah kamu.
Lagian kamu aja dengan begitu mudahnya bisa aku sentuh, jadi
kemungkinan besar kamu juga bisa dengan mudahnya disentuh oleh lelaki
lain. Jadi anak itu gak mungkin anak aku, FINE!"jelas Bisma tersenyum
licik dengan tuduhan yang sama sekali tidak benar itu.
"hiks enggak Bis, enggak.. Ini anak kamu, darah daging kamu bukan
anak orang lain. Aku mohon percaya sama aku, aku butuh tanggung jawab
kamu. Kamu udah pernah janji akan tanggung jawab kan? makanya aku berani
ngelakuin itu sama kamu. Dan sekarang aku butuh tanggung jawab itu,
kamu gak bisa lari gitu aja Bis, kamu harus tanggung jawab, kamu harus
nikahin aku.."Melody terisak menggenggam pergelangan tangan Bisma dengan
eratnya.
"hallah! Apaan sih? Udah mending kamu pergi aja deh! Lagian sejak
kapan aku ngucapin buat tanggung jawab? Gak usah ngaco deh. Udah sana
pergi! Gue mau istirahat, JANGAN ganggu gue!!"ketus Bisma menghempaskan
tangan Melody dan mendorongnya kasar hingga tersungkur jatuh.
"hiks.. Enggak, enggak Bis..
Aku gak akan pergi.. Aku gak mau pergi..
Kamu harus tanggung jawab dulu Bis, kamu harus tanggung jawab.."lirih Melody terisak diatas lantai.
"gue bilang KELUAR!! loe denger gak sih?
Gak usah deh loe bicara ngaco terus disini, cewek murahan kayak loe
itu gak mungkin hanya disentuh oleh satu cowok! Pasti puluhan bahkan
ratusan cowok diluar sana pernah nyentuh loe juga, jadi JANGAN PERNAH
loe minta buat gue yang tanggung jawab. NGERTI!!"bentak Bisma kasar. Ia
menarik pergelangan tangan Melody dan menyeretnya paksa agar keluar dari
dalam kamarnya.
"hiks, Bis.. Bisma.. Aku berani bersumpah Bis ini anak kamu, darah
daging kamu.. Cuma kamu satu-satunya laki-laki yang pernah nyentuh aku.
Semua tuduhan kamu itu gak bener Bis, aku berani bersumpah Bisma..
Hiks"jelas Melody berusaha menjelaskan yang sesungguhnya. Tubuhnya
terkulai lemas dan hanya bisa menangis dibalik pintu kamar Bisma yang
sudah tertutup rapat itu.
Sedangkan Bisma sendiri sama sekali tidak mau mendengarkan penjelasan Melody dan mengacuhkannya begitu saja.
"misi gue benar-benar berhasil, biar tahu rasa cewek bodoh itu. Gue
pengen lihat ekspresi Morgan nanti. Haha kemenangan sudah didepan mata.
Kita berhasil Adila, kakak sudah berhasil membalaskan semua dendam kamu.
Semua yang pernah kamu rasakan kini sudah bisa dirasakan oleh Melody.
Tinggal menunggu reaksi Morgan yang pasti akan hancur sebentar
lagi.."Bisma tersenyum puas memandangi bingkai photo Adila adik
tercintanya. Fikirannya sudah dipenuhi dendam yang sebetulnya adalah
sebuah kesalah fahaman.
**
Motor ninja hijau yang tengah dikendarai oleh Ilham ini terlihat melaju cukup cepat dijalanan yang terlihat sepi ini.
"kayaknya tuh cewek gue kenal deh.."tiba-tiba bibir Ilham tersenyum
melihat seorang perempaun yang berjalan seorang diri dipinggilan jalan
yang dilewatinya.
Ilham mengurangi kecepatan laju motornya. Ia bahkan menjalankannya
sangat pelan hingga bisa berdampingan dengan langkah perempuan tersebut.
"ekhemz! Kayaknya ada yang lagi jalan kaki nih? Mobilnya mogok yah
sampe jalan kaki begini?"celetuk Ilham bermaksud menyindir perempuan
yang ternyata Abiela atau Abie.
Namun tidak ada respon sedikit pun dari Abie, ia masih saja terus
berjalan dengan tatapan mata yang kosong tanpa menghiraukan celotehan
Ilham.
"duuh rupanya ada yang ngambek nih? Sejak kapan seorang ABIELA jadi
pengambek gini yah? Perasaan gak pernah deh.."lagi-lagi Ilham berusaha
mengajak Abie berbicara meski dengan sindiran-sindiran anehnya. Tapi
ternyata semua itu percuma karna Abie sama sekali tidak merespon dan
tetap berjalan menghiraukan Ilham.
"hemz, aneh? Abie kenapa yah?"Ilham menghentikan motornya, ia tampak
berfikir akan kejanggalan yang terjadi pada musuh bebuyutannya itu.
Ilham beranjak turun dari motor hijaunya. Ia mengendap membuntuti Abiela yang terus berjalan tanpa diketahui akan kemana.
"Abie tunggu!"tiba-tiba Ilham meraih pergelangan tangan Abie.
Langkah Abie terhenti, namun seketika ia mendadak ketakutan, ia bahkan
buru-buru menjauhkan dirinya dari Ilham, tangan Ilham ia tepis dengan
mimik wajah ketakutan.
"jangan, hiks jangan.. Aku mohon jangaaan.."lirih Abie menitikan aie mata.
"loe sebenarnya kenapa sih Bie? Ini gue Ilham, gue gak bakal
ngapa-ngapain loe ko, loe kenapa sih?"Ilham mengerutkan keningnya
bingun. Ia berusaha menyentuh bahu Abie mencoba menenangkannya, namun
tetap saja Abie menghindar, dia menepis tangan Ilham dan buru-buru
menjauhkan tangan Ilham dari bahunya.
"jangaan.. Aku mohon jangan.. Hiks"Abiela terisak lirih. Ia
menundukkan kepalanya, tubuhnya pun terasa sangat lemas hingga lututnya
bergetar. Ia berjongkok, menyembunyikan wajahnya diantara kedua lututnya
yang ia tekuk. Rupanya kejadian pemerkosaan semalam masih berbekas
dihati Abie hingga menjadi trauma seperti ini.
"Bie? Abie ini gue Ilham.. Gue Ilham Bie, loe kenap..?"tiba-tiba
tubuh Abie tergeletak lemas tak sadarkan diri saat Ilham mencoba
menyentuh pundaknya.
"astaga! Ko bisa pingsan sih?"Ilham melotot kaget melihat keadaan Abie yang sangat mengkhawatirkan ini.
"Bie sebenernya loe kenapa sih? Ko bisa sampe kayak gini?.. Duuh
mana disini sepi banget lagi. Aarggh yaudah gue bawa pulang aja deh,
dari pada nih cewek kenapa-napa.."Ilham buru-buru mengangkat tubuh Abie,
meski snagat kesulitan namun Ia berusaha sebisa mungkin mengangkat
tubuh Abie menuju motor hijaunya. Tubuh Abie pun sampai ia ikat dengan
jaket coklatnya agar tetap bisa bersender dipundaknya dan Abie tidak
terjatuh.
"duhh ribet banget, tapi kasian juga kalau dia gue tinggal sendirian
disini, kayaknya dia lagi ada masalah. Gue lupain dulu deh acara
musuh-musuhannya sama nih anak, tar kalo loe udah sadar dan sehat kita
baru perang-perangan lagi, oke?"ujar Ilham tersenyum ngasal. Ia pun
mulai melajukan motor hijaunya dengan tangan kiri yang memegang lengan
Abie agar tidak terjatuh.
Sementara itu..
Kini Melody dan Morgan juga Dicky tengah duduk diruang makan
menikmati sekotak Pizza yang dibawa Morgan tadi. Dicky begitu menikmati
makanan kesukaannya ini, begitu pun Morgan, namun berbeda dengan Melody
karna sedari tadi hanya diam memandang sepotong pizza dihadapannya.
"ko gak dimakan sih? Gak suka yah?"Morgan menatap bingung akan sikap Melody.
Namun Melody malah diam tidak bergeming, ia rupanya tengah melamun sampai tidak menyahuti ucapan Morgan barusan.
"Me?"Morgan menepuk pundak Melody pelan membuatnya melonjak kaget.
"i..iya kak ada apa?"ekspresi wajah Melody terlihat kaget.
"kamu enggak apa-apa Mel?"bidik Morgan. Melody buru-buru menggeleng.
"trus kenapa melamun? Kenapa juga makanannya gak dimakan? Biasanya kamu paling suka sama pizza nya.."tanya Morgan mulai curiga.
"m..Mel gak papa ko kak, Mel..."tiba-tiba Melody menggantungkan
ucapannya. Dahi Morgan mengerut bingung karna Melody menyumpal mulutnya
seperti hendak muntah, ia pun buru-buru bergegas menuju kamar mandi
karna perutnya kembali terasa mual.
"m..Mel permisi s..sebentar kak, huek!"pamit Melody beranjak pergi.
Morgan semakin dibuat bingung akan sikap dan kebiasaan Melody yang akhir-akhir ini sering mual muntah seperti ini.
"ko Melody sering muntah-muntah kayak gini yah? Apa dia lagi sakit?"fikir Morgan.
"kayaknya ini ada hubungannya sama alat tes berbentuk kecil itu deh Gan.."tiba-tiba Dicky angkat bicara.
"alat tes kecil? Maksud loe apa Dick?"Morgan memandang Dicky bingung.
"jadi tadi pagi gue gak sengaja nemuin alat tes yang warna putih
kecil itu dikamar Melody, trus disana juga ada garis merahnya, gue sih
gak terlalu faham, tapi biasanya alat itu digunakan buat nge'tes
kehamilan.."jelas Dicky berbicara seadanya.
"alat tes kehamilan?"kening Morgan mengerut semakin dibuat bingung.
"sekarang mana alat itu?"Morgan menadahkan tangannya kearah Dicky.
"ada ko, sebentar biar gue ambil.."Dicky buru-buru beranjak dari tempat duduknya untuk mengambil alat tersebut.
"apa yang sebenarnya terjadi sama kamu Mel? Trus apa maksud ucapan
Dicky barusan dengan alat tes kehamilan tersebut? Apa itu ada
hubungannya sama kamu?"Morgan masih saja dibuat tidak mengerti akan apa
yang tengah terjadi pada Melody ini.
Tak lama Morgan beranjak dari duduknya. Ia berjalan menghampiri
Melody yang masih berada didalam kamar mandi itu. Perlahan Morgan
mencoba masuk karna pintu kamar mandinya tidak Melody tutup dan
dibiarkan terbuka begitu saja.
"Melody..."panggil Morgan pelan.
"Mel.. Kamu ngapain didalam? Ko lama banget Mel?"panggilnya lagi seraya terus melangkah masuk mencari sosok Melody.
"Mel..? Apa kamu masih didalam?"kini Morgan sudah berdiri diruangan
kamar mandi yang memang masih tertutup oleh pintu, sedangkan
disekelilingnya memang hanya terdapat sebuah wastafle dan cermin saja,
ruangan kamar mandi sesungguhnya ada dibalik pintu satu lagi.
"Mel..?"panggil Morgan mengetuk pelan pintu tersebut. Namun tidak
ada sahutan sama sekali, yang ada hanya suara gemercik air dari keran
yang dinyalakan.
"Melody?.."ulangnya sedikit meninggikan nada suaranya. Namun tetap saja tidak ada jawaban.
Karna khawatir, akhirnya Morgan berusaha membuka pintu itu secara
paksa, ternyata pintunya tidak dikunci. Dan mata Morgan seketika
langsung melotot kaget melihat Melody tergeletak begitu saja diatas
lantai kamar mandi.
"Melody?"pekiknya buru-buru berlari menghampiri.
"Mel kamu kenapa?"Morgan menepuk pelan pipi Melody yang terlihat pucat itu.
"Ya Tuhan.. Kenapa bisa seperti ini sih?
Tahan sebentar ya Mel, kita ke Rumah Sakit sekarang.. Kakak akan
bawa kamu ke Rumah Sakit, sabar ya sayang.."Morgan bergegas mengangkat
tubuh Melody dan membawanya keluar untuk dilarikan ke Rumah Sakit.
"kakak enggak tahu kenapa kamu seperti ini, kakak juga enggak tahu
sebenarnya apa yang terjadi sama kamu, tapi kalau kamu sakit harusnya
kamu bilang Mel, jangan buat kakak panik dan cemas.. Kakak khawatir sama
keadaan kamu.."batin Morgan menatap lirih wajah pucat Melody. Ia pun
segera melajukan mobil sedan hitamnya setelah membawa Melody masuk
kedalam mobilnya.
Bersambung...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Nggak Komentar, Nggak Kece :p