Rafael dibuat terkejut luar biasa. Ia tidak menyangka kalau Arfa putra semata wayangnya bisa berbuat senakal itu kepada Elfaris.
"Siapa yang ajari Arfa buat nakal sama orang lain?" bidik Rafael menatap Arfa kesal.
Arfa yang memang sangat takut terhadap sang papah hanya diam menunduk tanpa mengeluarkan suara.
"Papah gak suka yah Fa kalau Arfa jadi nakal kaya gini.
Papah tuh didik dan besarin Arfa dari kecil biar jadi anak yang baik. Bukan jadi anak nakal." jelas Rafael tegas.
Arfa lagi-lagi tetap diam. Wajahnya sedikit berkaca melihat kemarahan sang papah yang cukup mengerikan untuknya.
Senakal-nakalnya Arfa, disaat Rafael marah, ia pasti akan diam dan diam.
"Kenapa diam?
Papah lagi bicara sama Arfa, bukan sama lantai!" Rafael sedikit meninggikan suaranya.
Arfa mendonga. Pipinya ternyata sudah basah oleh air mata.
"Nangis?
Kalau di nasehatin bisanya nangis.
Papah itu gak ngerti sama Arfa.
Kenapa Arfa jadi nakal?
Apa pernah papah ajarin Arfa biar nakal hem?" Rafael menatap mata Arfa tajam.
"..mapin Arfa pah,
Papah jan mah-maah teus. Arfa mita maaf, mapin Arfa.." Arfa berujar lirih memandang Rafael.
"Gak usah terlalu keras sama Arfa.
Dia masih kecil Raf.." Indah menyentuh pundak Rafael mencoba menahan emosi suaminya.
"Arfa cuna becanda pah, Arfa ga bemaksud nakal. Arfa mita maaf, mapin Arfa.." jelas Arfa menyesal.
"Sekarang Arfa ke kamar yah?
Gak boleh nangis lagi. Biar mamah yang nanti bicara sama papah.
Jangan nangis ya sayang?
Papah gak bermaksud marah sama Arfa ko, papah cuma pingin Arfa gak nakal aja.
Papah pasti maafin Arfa." Indah melangkah mendekati Arfa. Istri kedua dari Rafael itu menyentuh pipi Arfa lembut.
Ia memang selalu membela Arfa jika Rafael tengah berusaha tegas pada bocah kecil itu.
"Bianin sama papah, Arfa nesel mah.
Arfa janji ganau nakal ladi. Mapin Arfa.." Arfa berhambur memeluk tubuh Indah.
Terlihat sekali kalau ia sangat menyesal telah menakali Elfaris dan menjahilinya.
Indah tersenyum. Ia membalas pelukan Arfa dan mengecupi puncak kepala bocah kecil itu.
"Iya sayang, mamah percaya ko sama Arfa.
Yaudah sekarang masuk kamar yah?
Mamah mau bicara dulu sebentar sama papah." suruh Indah melepaskan pelukannya.
Arfa mengangguk setuju. Bibirnya tersenyum lebar. Beruntung sekali ia bisa memiliki ibu tiri sebaik Indah.
Bocah kecil yang cukup aktif itu pun berlari cepat menuju kamarnya. Ia sebenarnya anak yang baik, hanya saja sedikit iseng dan jahil.
"Udah marahnya.
Kasian tau, masa anak sendiri di marahin." Indah mendekati Rafael lalu merangkul lengan kekar Rafael.
"Aku gak marah Ndah, aku tuh cuma pingin tegas aja sama Arfa.
Dia nakal banget. Masa wajah Faris dia corat-coret? Itu, itu beneran keterlaluan Ndah." Rafael menatap Indah dengan rasa kesal saat mengingat kenakalan Arfa.
Indah tersenyum. Ia memeluk pinggang suaminya itu penuh kehangatan. Berharap kalau emosi Rafael akan hilang dengan sikapnya ini.
"Arfa masih kecil, dia belum terlalu faham Raf.
Aku yakin ko Arfa itu pasti gak bermaksud nakal, ia cuma iseng aja.
Jangan di marahin lagi yah?
Gak tega lihat dia ketakutan kaya tadi."
"Biar dianya faham.
Aku lakuin ini juga biar dia jadi anak yang baik.
Aku didik dia dan besarin dia dari dia bayi Ndah, dan aku besarinnya sendiri tanpa di dampingi mamahnya Arfa.
Aku luapin semua kasih sayang aku sepenuh mungkin buat Arfa, berharap kalau dia gak akan kekurangan kasih sayang.
Jadi aku gak mau kalau Arfa nantinya jadi anak nakal. Aku pingin dia jadi anak yang baik dan penurut.
Itu keinginan aku Ndah.." Rafael menatap lekat mata bening Indah. Ucapannya sungguh-sungguh dari hati. Ia memang sosok ayah yang hebat dan luar biasa.
"Tapi kamu sekarang gak sendiri.
Aku akan bantu kamu buat didik dan besarin Arfa.
Aku sayang sama Arfa Raf, dia itu anak yang baik, lucu, tapi sedikit konyol.
Pokoknya aku sayang banget sama Arfa." Indah melingkarkan kedua tangannya dipinggang Rafael. Ia menyenderkan kepalanya di dada bidang Rafael yang selalu bisa membuatnya nyaman.
Rafael tersenyum. Ia beruntung memiliki istri seperti Indah.
Walau Arfa bukan anak kandung Indah, namun Indah dapat menerima Arfa layaknya anak kandungnya sendiri.
**
"Duuh udah dong sayang jangan ngambek terus.
Bunda kan udah minta maaf sama Ais. Maafin bunda yah?
Bunda nyesel udah tinggalin Ais kemarin. Bunda minta maaf.." Franda mengejar bocah tampan Elfaris yang terus berjalan menjauhinya.
"Ais mau sendili aja. Tyap hali juga Ais salu sendili, dadi ga ada bunda sama ayah juga Ais gak papa.
Ais masih bisa sendili." Elfaris masuk kedalam kamarnya lalu naik keatas tempat tidur.
Rupanya bocah tampan itu tengah marah pada bunda dan ayahnya.
"Oke bunda sekali lagi minta maaf.
Bunda tau bunda sama ayah salah.
Maafin bunda ya sayang.. Bunda janji deh gak akan pernah tinggalin Ais lagi." bujuk Franda lembut. Ia duduk disamping Elfaris berusaha mengambil hati jagoan kecilnya itu agar berhenti marah padanya.
"Ais mau bobo aja.
Bunda sama ayah bisa tinggalin Ais sendili?" Elfaris menarik selimutnya mengacuhkan segala ucapan serta bujukan sang bunda.
Franda terpelongo. Ia tidak menyangka kalau Elfaris bisa benar-benar marah padanya juga Bisma.
"Ternyata anak gue bisa ngambek juga.." Bisma yang sedari tadi membuntuti Franda hanya menggaruk rambut hitamnya sambil tersenyum kecil melihat aksi ngambek Elfaris.
Ia tidak khawatir atau pun cemas. Justru menurutnya ini sangat lucu.
"Ko Ais gitu sih sama bunda?
Bunda tuh kangen sama Ais.
Bunda pingin peluk Ais, bunda sengaja loh nyuruh ayah biar pagi-pagi datang ke Bandung. Dan itu khusus buat temuin Ais.
Bunda kangen sama Ais.." jelas Franda terdengar lirih.
"Ais ga pelcaya. Pasti abis ini juga bunda sama ayah pulang lagi. Tinggalin Ais lagi, tlus Ais sendilian lagi." Elfaris ngedumel kecil seraya membalikkan tubuhnya membelakangi Franda.
Rupanya memang benar-benar lucu melihat aksi ngambeknya ini.
"Jadi Ais beneran marah sama bunda?
Ais gak mau maafin bunda?" ekspresi wajah Franda berubah menjadi sedih.
Elfaris diam. Ia tidak menjawab. Wajahnya masih tetap ia palingkan tanpa mau menatap bundanya yang ia belakangi.
Bisma sendiri lagi-lagi malah tersenyum. Lelaki tampan ayah dari satu anak itu berjalan mendekati Franda. Ia menyentuh pundak istrinya mengisyaratkan agar Franda sedikit mundur karna ia ingin berbicara dengan Elfaris.
"Dia ngambek tau. Kamu sih bikin aku kesel terus. Jadinya dia.." ucapan Franda terpotong.
"Usstt kamu tuh gak usah nyalahin aku.
Ini sih kamunya aja yang gak bisa bujuk Ais." Bisma malah meremehkan.
"Ih yaudah coba aja bujuk sendiri.
Gak usah ngeremehin!" ketus Franda sebal.
"Cuma bujuk Ais doang sih kecil.
Lihat nih aku.." Bisma tersenyum percaya diri. Ia mulai menunjukkan aksinya di depan Franda. Mungkin ia memang tahu caranya membujuk Elfaris yang tengah ngambek ini.
"Kalo gak bisa aku getok kamu Bis.." gumam Franda bergurau diselingi senyuman kecilnya.
Bisma sendiri tampak begitu yakin kalau dirinya bisa membujuk Elfaris. Ia berjalan mendekati Elfaris lalu naik keatas tempat tidur bocah tampan itu.
"Duuhh ayah kangen banget deh sama Ais. Udah berapa lama yah ayah gak peluk Ais?" ujar Bisma tiba-tiba. Ia memeluk tubuh mungil jagoan kecilnya dari belakang.
"Ayah gausah peluk-peluk Ais!
Ais kan lagi ngambek sama ayah. Dadi ayah gausah peluk-peluk Ais!" ketus Elfaris melepaskan paksa tangan kekar Bisma yang melingkar diperutnya.
Bisma terpelongo. Bagaimana mungkin Elfaris bisa menolak pelukan darinya sampai berucap seketus ini.
"Ahahaa. Katanya jago. Baru diketusin dikit sama anaknya aja udah cengo." celetuk Franda menahan tawa melihat ekspresi wajah Bisma yang sangat-sangat lucu.
"Apa sih? Gak usah ngetawain bisa?
Lagian siapa juga yang cengo." Bisma menoleh menatap Franda sebal.
"Oh enggak cengo yah? Cuma melongo doang tapi.." ledek Franda masih saja menggoda suaminya ini.
Bisma berdecak geram. Lagi-lagi ia menoleh menatap istrinya itu kesal.
"Yaudah aku keluar dulu deh. Aku buatin susu coklat dulu buat Ais.
Bunda buatin susu hangat ya sayang?" ujar Franda menawari Elfaris.
"Ais mendadak lagi gamau minum susu!" jawab Elfaris ketus. Lagi-lagi sikapnya ini mampu membuat Bisma tertawa.
"Udah tau anaknya lagi ngambek, pake ditawarin susu coklat segala. Ya iyalah dia nolak. Hemm dasar Pando." Bisma terkekeh geli.
"Yaudah kalo Ais gak mau.
Padahal susu coklat buatan bunda enak loh, tapi berhubung Aisnya gak mau, jadi bunda buat susu coklatnya untuk bunda sendiri aja deh.." ujar Franda sedikit menggoda Elfaris. Ia tahu betul kalau Elfaris sangat suka susu coklat apalagi buatannya. Jadi sepertinya ucapan tidak mau dari Elfaris barusan sangat bertolak belakang dengan kenyataan.
"Ais sbnelnya mau bun, tapi kan Ais lagi ngambek sama bunda. Kalo Ais bilang mau, ntal Ais ga bisa ngambek lagi dong?" Elfaris membatin dengan ekspresi lucunya.
Bocah tampan itu memandangi Franda diam-diam.
"Yaudah kalo gitu bunda mau keluar dulu.
God luck ya yah?" Franda mengedipkan matanya menggoda Bisma.
"Ih kaya boneka kehabisan batre aja pake kedip-kedip segala." ceplos Bisma ngasal.
Franda terkekeh. Perempuan cantik ibu dari satu anak itu langsung keluar dari ruangan kamar Elfaris dan membiarkan putra kecilnya itu agar bisa lebih leluasa berbicara berdua dengan Bisma.
Beberapa menit kemudian..
Bisma terlihat diam. Ia seperti yang sedang berfikir saat mendengar permintaan dari jagoan kecilnya.
"Dadi gimana yah? Ayah bisa kan?" Elfaris bertanya serius.
Bisma menatap Elfaris ragu. Pasalnya keinginan bocah tampan itu cukup aneh dan sulit untuk dituruti.
"Yaudah kalo ayah ga bisa. Blati Ais mau ngambek lagi aja.
Ais gamau maafin ayah. Ais mau malah aja sama ayah." ketus Elfaris lalu beranjak turun dari tempat tidurnya.
"Ehh i,iya ayah bisa. Ayah pasti kasih apa yang Ais mau.
Pokoknya ayah pasti akan kabulkan keinginan Ais." ujar Bisma akhirnya.
"Selius? Ayah ga bohong kan?" Elfaris memandang Bisma ragu.
"Iya serius, gak pake bohong deh pokoknya." jelas Bisma meyakinkan.
Elfaris tersenyum lebar. Ia dengan cepat langsung menubruk tubuh kekar Bisma dan memeluknya erat.
"Makasih ayaaah.. Blati sbental lagi Ais bakalan punya temen. Yeyee makasih ayaaah.." Elfaris bersorak senang.
"Iya sama-sama sayang. Tapi Ais gak boleh ngambek-ngambek lagi ya?" Bisma meraih kedua pipi chuaby Elfaris lalu menatapnya lekat.
Elfaris mengangguk setuju. Ia kembali memeluk tubuh ayahnya itu, menenggelamkan wajah tampannya di dada sang ayah dengan bibir yang tak henti menyunggingkan senyum.
"Dianya udah gak ngambek lagi. Dasar anaknya Franda.
Marahnya itu lucu, jadi ngingetin sama almarhum mamah.
Waktu mamah masih ada, dia juga sering dan gampang banget ngambek. Tapi ngambeknya itu gak pernah lama. Cuma ngambek sebentar dan itu ujung-ujungnya pasti minta sesuatu. Percis kaya Ais sekarang..
Mah, Bisma jadi kangen mamah. Mamah apa kabar disana? Bisma kangen mah.. " Bisma mengacak poni hitam Elfaris . Ia sedikit terkekeh melihat tingkah lucu Elfaris. Namun matanya seketika berkaca saat teringat sosok tante Casma almarhum mamahnya yang sudah tiada.
"Yah, kelual aja yu? Ais pingin susu coklat buatan bunda yah.." pinta Elfaris tiba-tiba.
Bisma sedikit terkejut karna Elfaris cukup mengagetkannya.
"Ayah kenapa? Ko ayah malah bengong?" tanya Elfaris polos.
"Engh, enggak ko sayang. Ayah gak papa. Yaudah kita temuin bunda yuk?"
"Yuk yah? Tapi ayah gendong Ais ya?" pinta Elfaris manja.
Bisma mencubit gemas hidung Elfaris. Ia membalikkan tubuhnya agar duduk membelakangi Elfaris "Ayo naik?" suruhnya lembut.
Elfaris mengangguk setuju. Dengan senangnya ia langsung naik kepunggung sang ayah untuk di gendong ayahnya.
"Udah ayah.." ujarnya polos.
Bisma yang mengerti pun langsung berdiri seraya menggendong Elfaris dari belakang. Ia berjalan keluar dari kamar Elfaris menuju lantai bawah dimana Franda berada disana.
"Ais seneng banget hali ini.
Coba Ais bisa sama ayah telus kaya gini. Sama bunda, pasti tyap hali Ais bakalan seneng.." Elfaris membatin penuh senyuman. Ia menyenderkan kepalanya di punggung Bisma dengan kedua tangan yang berpegangan pada leher Bisma.
Sungguh sangat bahagia sekali melihat ekspresi wajahnya ini.
**
"Bisma mana sih? Masa ngebujuk anaknya sendiri aja gabisa? Ayah macam apa tuh kaya gitu? Ngebujuk Ais doang aja sampe lama gini. Hemm dasar si Bisma." Franda menggerutu sebal. Ia rupanya kesal sendiri karna terlalu lama menunggu Bisma yang tak kunjung keluar juga sejak tadi.
"Aku lihat aja deh, jangan-jangan dia gagal lagi bujuk Ais? Isssh awas yah Bis, bisanya ngeremehin aku doang tapi sendirinya aja gabisa bujuk anaknya seen," tiba-tiba Franda menghentikan dumelannya.
"Bundaaaa!!" Elfaris berteriak seraya turun dari gendongan Bisma dan berlari cepat kearahnya.
"A..ais?" Franda terpelongo bingung.
"Maafin Ais bunda, Ais ga belmaksud malah tadi. Ais juga ga belmaksud ngambek sama bunda. Maafin Ais ya bun, Ais sayang sama bunda.." tiba-tiba Elfaris memeluk tubuh Franda erat.
Franda sendiri masih bingung akan apa yang di lihatnya ini. Ia kemudian berjongkok menyamai tinggi Elfaris. Membalas pelukan dari jagoan kecilnya dan mengecupi puncak kepala Elfaris.
"Sekali lagi Ais minta maaf ya bunn.." Elfaris melepaskan pelukannya lalu menatap wajah bundanya lekat.
"Iya sayang, bunda ngerti ko kenapa tadi Ais marah. Bunda faham, maafin bunda juga yah?" Franda tersenyum mengelus rambut hitam Elfaris.
Bocah tampan itu mengangguk cepat tanda setuju.
"Oh iya, susu cokat Ais mana bunda? Ais haus nih.." pinta Elfaris tiba-tiba. Rupanya ia masih ingat dengan susu coklat hangat yang Franda tawarkan padanya dan sempat ia tolak tadi.
"Katanya gak mau? Makanya bunda gak jadi bikinin."
"Aah bunda, kan tadi Ais cuma belcanda. Ais mau ko bunn."
"Yaudah bunda buatin dulu. Ais tunggu diruang tengah yah? Nanti bunda anterin."
"Iya bun, makasih bunda, Ais sayaang sama bunda, mmuuaahh." Elfaris mengecup pipi Franda sekilas kemudian langsung berlari menuju ruang tengah seperti apa yang bundanya suruh tadi.
"Hihi lucu! Bunda juga sayang sama kamu sayang." Franda tersenyum memandangi Elfaris yang mulai menjauh. Pipinya ia sentuh mengingat Elfaris saat menciumnya tadi.
"Ekhemm!" setelah cukup lama diam. Akhirnya Bisma mulai mengeluarkan suara juga.
"Engh, k..kamu?" Franda menoleh kearah sumber suara yang cukup mengagetkannya.
"Gimana? Aku berhasil kan?" tanya Bisma tersenyum dengan sebelah halis yang ia naik turunkan.
"Iya kamu berhasil. T..tapi ko bisa sih? Gimana caranya?" Franda menatap Bisma bingung.
Bukannya menjawab. Bisma justru malah mendekati Franda dan memeluk istrinya itu dari belakang.
"B..Bis..?" Franda merasa risih saat Bisma menelusupkan wajahnya dileher jenjangnya.
"Aku sayang sama kamu. Sayang banget Nda.." ujar Bisma tiba-tiba. Ia semakin merekatkan kedua tangannya dipinggang Franda. Memeluk tubuh ramping istrinya itu tanpa mau melepaskannya. Ini memang sedikit tidak nyambung karna Bisma malah mengutarakan perasaannya, bukan menjawab pertanyaan Franda.
"Aku juga sayang kamu Bis, dan mungkin rasa sayang aku ini lebih besar dari rasa sayang kamu ke aku." batin Franda tersenyum kecil. Ia menyentuh kedua tangan Bisma yang melingkar erat diperutnya.
"Nanti sore kita langsung pulang yah? Aku pingin tunjukkin sesuatu sama kamu.."
"Sesuatu? Apa itu?" Franda melepaskan pelukan Bisma lalu menatap suaminya itu heran.
"Ya pokoknya sesuatu. Aku jamin kamu sama Ais bakalan suka." jelas Bisma so misterius.
"Ihh bikin penasaran aja deh, sesuatu apa sih? Aku jadi kepo tau." Franda mengerucutkan bibirnya sebal.
"Gausah manyun gitu deh, menggoda iman tau gak." Bisma melirik bibir tipis Franda yang memang selalu membuatnya tergoda.
"Issh apa sih? Mulai lagi deh omesnya. Emang yang semalan belum puas apa?"
"Hehee abis kamu cantik banget sih Nda, apalagi itu bibir. Uhh udah kecil, tipis, manis, warnanya aku suka lagi. Jadi ya gimana mau puu.."
"Aku mau bikinin Ais susu coklat dulu. Kamu tunggu Ais di ruang tengah deh. Nanti aku kesana." Franda membalikkan tubuhnya berusaha mengalihkan ucapan Bisma yang mulai ngelantur(?).
"Yaah dia ngehindar..
Hemm yaudah deh aku temuin Ais dulu. Sekalian buatin aku kopi panas yah? Lagi pingin ngopi nih sayang, eemmmuuuaach! Jangan lama-lama yah?"
"Issh Bisma?!" Franda berdecak sebal karna Bisma main menyambar bibirnya saja.
"Hehee, gak kuat Nda lihatnya.
Yaudah deh aku kiss. Jangan marah yaah? Aku bakalan langsung temuin Ais ko. Bye sayang.." Bisma buru-buru ngacir karna takut kena kemarahan Franda.
"Dasar aneh! Lagian siapa juga yang mau marah, orang aku cuma kaget. Kan kita udah damai Bis, ngapain sih aku harus marah-marah sama kamu?
Seorang suami ngecup bibir istrinya sendiri itu kan wajar. Kalo kamu ngecup bibir orang lain, naah itu baru perlu di hajar.." ujar Franda terkekeh sendiri akan ucapannya.
Tanpa menunggu lama, perempuan cantik berwajah oriental itu pun segera membuatkan susu coklat hangat dan kopi panas pesanan suami dan jagoan kecilnya.
Bersambung...
@dheana92
@Elfaris_Karisma
@Arfa_ElfanoTan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Nggak Komentar, Nggak Kece :p