Selasa, 01 Juli 2014

Perjanjian Cinta #Part 39

Bisma terlihat begitu sibuk berkutat dengan laptop dihadapannya. Seusai meeting bersama client barunya tadi, Bisma memang semakin dibuat sibuk akan bisnis besarnya. Ia seolah tak mengenal waktu. Meski sudah hampir larut, namun ayah dari satu anak ini tetap saja fokus terhadap layar laptopnya.


"Kalo bisnis besar ini berhasil, aku bisa beliin kamu rumah baru Nda, mobil, bahkan apapun yang kamu mau bisa aku beliin. Termasuk untuk Ais juga. Pokoknya aku pasti akan lakuin apapun buat kalian. Aku selalu ingat kata-kata almarhum papah sama mamah buat selalu jaga dan bahagiain kalian. Dan sekarang aku janji akan wujudin semua ini. Aku janji Nda.." Bisma membatin yakin penuh senyuman. Rupanya Bisma yang sekarang sudah berbeda dengan Bisma yang dulu selalu egois dan tidak pernah mau serius.

Jemari Bisma dengan lihainya menari-nari diatas keyboard laptop miliknya. Semangatnya semakin bertambah kala membayangkan wajah cantik Franda dan jagoan kecilnya Elfaris.

"Selama ini aku emang belum bisa jadi suami dan ayah yang baik buat kamu juga Ais. Tapi aku janji Nda, aku gak akan ngecewain kamu lagi. Aku akan berubah. Aku akan berusaha bahagiain kamu dan Ais. Aku janji sayang..." Bisma menghempaskan tubuhnya bersender pada kursi empuk yang tengah ia duduki. Aktifitasnya ia hentikan sejenak untuk menarik nafas dan mengingat sosok Franda dan Elfaris yang membuatnya bertambah bersemangat.

Bibir Bisma tersenyum. Lagi-lagi senyuman serta wajah cantik Franda terus terbayang diingatannya. Rasanya Bisma sudah tidak sabar untuk menyelesaikan pekerjaannya hari ini. Menyelesaikan semuanya serta menepati janji besarnya untuk Franda. Ia sudah tidak tahan memendam semua kebahagiaannya. Ingin rasanya Bisma menjemput Franda dan Elfaris lalu mengajaknya agar tinggal bersama dirinya di Jakarta.

"Besok aku akan ke kantor kamu. Aku kan urusin dan handle semua kerjaan kamu disana. Aku juga akan umumin sama semua pegawai kamu Nda. Aku ingin kasih tau mereka kalau aku suami dari pemilik perusahaan besar yang menjadi tempat mereka bekerja. Aku juga gak sabar ingin ajak kamu ke perusahaan aku. Kenalin kamu sama semua pegawai serta staf disini. Kenalin kamu juga Ais Nda kalau kalian adalah istri dan anak aku.. Aku gak sabar lihat reaksi mereka nanti. Mereka pasti akan kaget dab gak percaya sayang.. Aku beneran udah gak sabar.." Bisma membatin membayangkan semua impian besarnya yang tak lama lagi akan segera terwujud.

Lelaki berwajah tampan nan penuh karisma itu kembali menapakkan jemarinya diatas laptop yang masih tetap setia dihadapannya. Bisma sesekali melirik arloji hitam dipergelangan kirinya. Ia melihat kalau waktu rupanya sudah hampir malam. Tidak terasa dirinya berjam-jam berada diruangan kerja kantornya tersebut.

"Tinggal sedikit lagi berkas-berkas buat meeting besok selesai gue kerjain. Duhh rasanya gak sabar banget. Sumpah aku udah gak sabar banget Ndaaa.." Bisma memutar kursi yang didudukinya. Bayangan wajah Franda terus saja terbayang dibenaknya. Bisma seperti orang yang sudah kehilangan akal sehat. Ia bahkan sering tersenyum dan tertawa kecil sendiri mengingat sosok istri tercintanya itu. Bisma seolah baru merasakan lagi yang namanya jatuh cinta.



*** Tiga hari kini telah berlalu.. Hari-hari Franda dan Elfaris seolah terasa sunyi tanpa kehadiran Bisma disana. Elfaris sendiri sering sekali menanyakan keberadaan ayahnya itu, ia bahkan meminta Franda agar segera mengantarkannya ke Jakarta sana. Ia sudah tidak sabar ingin bertemu sang ayah dan tinggal dengan ayah bundanya di Jakarta nanti.

"Bun telfon ayah lagi.." suara Elfaris terdengar manja.

Franda menoleh dan melemparkan senyuman manisnya pada putra semata wayangnya itu.

"Ayahnya lagi diluar kota sayang.. Ayahnya lagi dipesawat. Kan tadi pagi ayah udah kasih tau kalau ayah hari ini harus keluar kota. Masa Ais lupa, hem?" Franda menarik kepala Elfaris dan mengusapnya lembut.

"Tapi kan Ais kangen sama ayah. Udah lama Ais gak lihat wajah ayah, gak temu ayah.. Ais cuma dengel swala ayah aja. Itu gak puas buun.." bocah tampan itu memprotes dengan suara dan ekspresi lucunya.

Franda terkekeh. Ia mengecup puncak kepala Elfaris dan mndekap tubuh bocah mungil itu.

"Bunda juga kangen sama ayah. Kangeen banget. Tapi kita harus sabar yah? Ayah disana juga kerja buat kita. Buat Ais sama bunda. Jadi Ais harua sabar, nanti juga ayah pasti pulang, ayah pasti jemput kita dan ajak Ais sama bunda buat tinggal disana. Kita cuma perlu sabar aja sayang.." Franda berujar dengan lembutnya.

Elfaris terdiam. Ia mencerna setiap kalimat yang keluar dari mulut sang bunda. Dirinya nampak menikmati peluoan kehangatan serta kasih sayang Franda yang selalu diberikan penuh untuknya.

"Ayaah.. Semoga ayah gak kecewain bunda sama Ais.. Bunda sekalang baik banget yah, Ais takut kehilangan kasih sayang bunda lagi. Plasaan Ais ga enak.. Ais takut ayah kecewain bunda tlus bunda malah dan tigalin Ais. Ais takut yaah.. Ayah cepat pulang.. Ais kangen.." Elfaris membatin seraya melingkarkan kedua tangan mungilnya dipinggang Franda. Ia mendekap tubuh bundanya itu seolah takut tidak bisa merasakan kasih sayangnya lagi nanti. Entah kenapa Elfaris bisa berfikiran demikian. Padahal Franda sendiri tidak memikirkan sampai sejauh itu.

"Pulang dari Surabaya nanti aku mungkin akan langsung ke Bandung. Tapi aku disini beberapa hari. Jadi sabar ya sayang. Aku pasti pulang ko. Aku pasti jemput kamu sama Ais. Aku janji Nda.."

Bibir Franda tersungging sebuah senyuman kecil. Kata-kata Bisma pagi tadi seolah terus saja terngiang dibenaknya. Rasanya ia sudah tidak sabar sekali menunggu kedatangan Bisma untuk menjemput dirinya.

"Aku pegang kata-kata kamu Bis. Aku akan coba sabar nunggu kamu disini. Tapi jangan harap aku bisa maafin kamu kalau sampai kamu kecewain aku. Aku bakalan marah besar Bisma kalau kamu hianatin kepercayaan yang aku kasih. Lihat aja kalo sampe kamu boongin aku dan ingkarin janji kamu.. Aku cincang tubuh kamu ntar.." batin Franda tersenyum jahil dengan ancaman ngasalnya. Entah ia berucap serius atau hanya bercanda. Namun tatapannya cuku tajam meski bibirnya terukir senyum.



** Seminggu kini telah berlalu.. Semenjak kepergian Bisma ke Jakarta, Franda semakin dibuat emosi akan ucapan-ucapan Bisma yang terus mengulur waktunya. Ia selalu beralaskan sibuk dan tidak bisa menunda pekerjaannya yang memang sangat menumpuk untuk segera ia selesaikan. Bahkan Bisma sendiri bukan hanya mengurusi perusahaannya saja. Ia juga harus mengurusi perusahaan milik Franda yang membuatnya semakin bertambah sibuk.


"Aduh Nda kamu sabar dong Nda. Aku disini juga gak lagi main-main. Aku lagi kerja sayang. Please kamu ngertiin aku. Kalau udah ada waktu luang aku pasti kesana. Aku pasti jemput kalian.."

"Ya tapi sampai kapan Bis?! Kamu gak usah buat aku mikir yang macam-macam dong. Kamu udah hampir semingu lebih tau gak. Gak mikir apa kalo anak sama istrinya disini ditinggal sendiri. Egois banget sih jadi suami. Gak kasian kamu sama Ais?!" suara Franda terdengar emosi dan marah.

"Iya-iya. Yaudah besok aku usahain pulang yah? Maafin aku udah buat kamu sama Ais nunggu lama. Bilangin maaf juga sama Ais. Besok pagi aku kesana. Jangan marah terus yah.. Aku disini juga gak ngelakuin yang macam-macam ko Nda. Aku disini kerja. Jangan marah lagi sayang. Besok aku jemput.." akhirnya apa yang Franda inginkan terucap juga dari mulut Bisma.

"Aku cuma kangen sama kamu. Maaf kalau aku terlalu menuntut. Aku takut kamu ngecewain aku Bis, kamu tau sendiri kan kalau aku paling gak bisa dikecewain.." Franda membatin lirih penuh sesal.

"Yaudah aku mau ke kantor dulu.. Jangan telfon aku lagi yah, soalnya hp aku bakalan aku silent. Kamu telfonnya nanti malam aja. Titip Ais ya sayang.. Bilang kalau aku kangen banget sama dia, miss U Nda. Aku sayang banget sama kamu. Muuach.." Bisma mengakhiri sambungan telfonnya. Franda hanya tersenyum dan mengangguk kecil.

"Aku juga sayang kamu Bis, miss U to.." balas Franda kemudian ikut mengakhiri sambungan telfonnya.

Franda menghela nafasnya panjang. Ia berusaha membuang semua fikiran-fikiran negatifnya tentang Bisma. Ia harus mempercayai suaminya itu dan berfikir positif kalau Bisma pasti akan menepati semua janjinya.

"Mending aku lihat Ais dulu deh. Dari tadi dia gak kelihatan, anak kamu itu jadi banyak diem sekarang Bis, kayaknya dia lagi mikirin sesuatu. Tapi aku gak tau apa itu. Anak sama ayahnya emang gak beda jauh. Diamnya Elfaris itu percis kaya kamu.." gumam Franda tersenyum kecil. Ia kemudian melangkah keluar dari kamarnya untuk menemui Elfaris yang entah berada diruangan mana sekarang.



** "Blum blum bluummm... Cieeeetttt...!! Awaas ada tikunan cieeeettt..!!"

Mulut mungil Arfa sedari tadi tidak berhenti mengeluarkan suara-suara anehnya. Bibirnya bahkan sampai basah karena ia tidak beehenti berceloteh saat bermain dengan mobil-mobilan baru miliknya.

"BRAAKSS!!"

Mobil berwarna biru yang dikendalikan dengan remote control itu menghantam pot bunga yang terdapat didekat jalanan kompleks perumahan. Arfa berlari cepat menghampiri mobil-mobilan miliknya.

"Yaaah nabak.. Duhh papah bisa maah nih kao sape mobianya rusak.. Tal Arfa gadibeiin mobilan ladi.. Uhh ko bisa nabak sih? Pasti supilnya nantuk nihh. Iya Arfa yakin supilnya nantuk.."

Arfa meraih mobil-mobilannya yang nyusruk dsn hampir saja jatuh kedalam got. Ia mengusap mobil biru miliknya yang sedikit terdapat goresan akibat menabrak pot bunga tadi.


"Cieeett... Brumm.. Cieeettt..."

Tiba-tiba sebuah mobil remote control berwarna merah cerah melaju kearah Arfa. Mobil-mobilan yang sangat keren itu membuat mata Arfa terpelongo kagum melihatnya.

"Waah mobilan sapa tuh? Keen banet. Pasaan beda jauh sama puna Arfa." pikirnya tanpa kedim menatap mobil-mobilan tersebut.

Mobil berwarna merah itu melaju maju mundur. Terkadang ia berputar mengelilingi Arfa seolah menunjukkan apa yang ia bisa dan dilakukannya.

"Wuihhhh keleen... Mobilnya bisa mutel, pintunya bisa kebuka juds. Wuihhh kelen baneet.." lagi-lagi hanya kalimat tersebut yang mampu Arfa keluarkan karna terlalu terkesima.


Elfaris yang ternyata pemilik mobil-mobilan merah keren itu hanya cekikikan kecil melihat ekspresi wajah Arfa yang lucu. Ia bersembunyi dibalik pagar rumahnya dengan posisi berjongkok dan tangan mungil yang asik mengendalikan mobil tersebut dengan remote control yang digenggamnya.

"Cieett.. Cieeetttt!!" mobil itu berputar lalu berhenti tepat dihadapan Arfa.

"Mobil puna sapa sih? Ko bisa ada isini?" Arfa menoleh kearah samping kiri dan kanannya. Ia berjongkok mendekat dan hendak menyentuh mobil-mobilan tersebut.

"Cieeet..." tiba-tiba Arfa terkejut karna mobil-mobilannya maju dan hendak menabraknya.

"Waahh kuang ajal. Masa Arfa mau itabak? Bum penah kena tiang yah kamu?!" Arfa memundurkan tubuhnya hingga jatuh diatas jalanan kompleks karna terkejut.

"Ahaha.. Hihii lucu banget." terdengar suara mungil Elfaris yang terkekeh kecil melihat Arfa yang terjatuh.

"Sapa tuhh..?!" tiba-tiba Arfa bangun dan memandang kesekelilingnya.

Elfaris buru-buru diam. Ia menutup mulutnya agar tidak mengeluarkan suara tawa lagi. Tubuhnya pun semakin ia rekatkan dengan tembok pagar rumahnya agar tidak diketahui Arfa.

"Ada suara tapi ga ada oangnya. Uhh aneh banet. Jan-janan hatu ladi..." Arfa bergidik takut.

"Tapi kan ini masih sian. Gamukin kao ada hatu. Ladian Arfa gapeu takut sama hatu. Papah biang hatu itu yan hausnya takut sama Arfa.." Arfa berujar meyakinkan dirinya sendiri.

Bocah kecil yang sangat lucu itu beranjak mengambil mobil-mobilan biru serta remote control pengendalinya.

"Meding Arfa masuk aja deh. Disini gaseu. Didaam bih seu. Arfa mau ke istana robot aja. Papah biang nati mau kiim robot-robotan ladi. Baati istana robotnya bisa cepat dibanun. Iya bisa seu tuh kao udah ibanun.. Pasti keen..." Arfa beranjak masuk kedalam rumahnya. Ia meninggalkan mobil-mobilan merah yang dikaguminya tadi begitu saja. Arfa memang sangat menyukai mobil-mobilan. Namun robot-robotan lebih ia sukai lagi karna menurutnya lebih keren.


"Ko pelgi sih? Ais kan blum main baleng? Padahal Ais pingin main baleng..." Elfaris beranjak keluar dari tempat persembunyiannya. Ia memamdang kearah Arfa yang udah berjalan masuk kedalam rumahnya.

Elfaris menghampiri mobil-mobilan merah miliknya. Ia mengambil mobil-mobilan tersebut dan menggendongnya.

"Balu juga main sbental, tapi kak Arfa udah pelgi. Ais pingin ikutan main, tapi Ais takut.." Elfaris memandang pintu rumah Arfa dengan mata berkaca. Entah kenapa dirinya bersikap seperti ini. Ia selalu sembunyi-sembunyi dan takut untuk bermain dengan Arfa. Padaha Elfaris sendiri sering sekali memperhatikan Arfa dan mengikuti apa yang Arfa mainkan.

"Coba ayah ada disini. Ais pasti bisa minta tolong ayah bial bisa aklab sama kak Arfa. Ais takut kak Arfa gamau belteman sama Ais. Makanya Ais gabelani telus.." Elfaris membatin lirih. Ia menatap mobil-mobipan merah miliknya lalu segera melangkah masuk kedalam rumahnya lagi.




** "Loh Ais dari mana? ko mukanya kusut gitu? Ais kenapa sayang? Ais kenapa hem?" tiba-tiba langkah kaki Elfaris terhenti. Ia menoleh kearah Franda yang menegurnya.

"Ais pingin main, tapi Ais gapunya temen.. Ais pingin main buun.. Ayah pulangnya lama, Ais dadi ga ada temen.." Elfaris menunduk sedih.

Franda menghela nafasnya. Ia mendekati putra semata wayangnya itu lalu berusaha menghiburnya.

"Yaudah mainnya sama bunda aja yuk? Bunda juga bisa ko kalau cuma main mobil-mobilan.. Hem?" ajak Franda lembut.

Kedua halis hitam Elfaris menaut ragu.

"Bunda kan seneng sama mobil balap. Jadi Ais jangan remehin bunda. Ayah aja pasti kalah kalo main balapan sama bunda." jelas Franda meyakinkan.

"Selius?" lagi-lagi putra tunggal Bisma ini masih saja ragu.

"Iya serius sayang. Masa sih bunda bohong. Muach!" Franda mengacak poni hitam Elfaris lalu mengecup pipi bocah tampan itu.

"Hihii. Yaudah bun kita main skalang aja. Ais ambil mobil-mobilan yang lain dulu. Bunda tunggu disini yah.." Elfaris tersenyum lebar lalu berlari menuju kamarnya. Langkahnya sangat cepat penuh semangat.

"Kayaknya Bisma bener. Ais butuh temen.. Hihi mudah-mudahan aja benih yang kamu tanam cepet tumbuh lagi ya Bis dirahim aku. Aku jadi gak sabar.. Kamu pasti seneng.." Franda menatap perut datarnya penuh senyuman. Ia mengelusnya pelan membayangkan kalau dirinya kelak bisa merasakan hamil lagi dan memberikan adik untuk Elfaris.

"Ko jadi kangen Bisma sih? Pasti Bisma lagi ngangenin aku juga. Isshh dasar Bisma jahat! Nyiksa perasaan aku banget. Awas kamu Bis kalo pulang aku marahin kamu abis-abisan. Lihat aja nanti. Aku bakalan peluk kamu tanpa lepas.. Hihi gak tau apa kalo istri sama anaknya kangen banget disini. Jahat.." Franda beranjak menyusul Elfaris. Tingkahnya sangat lucu karna berceloteh ria sendiri.




Bersambung...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Nggak Komentar, Nggak Kece :p