Bisma terlihat begitu sibuk berkutat dengan laptop dihadapannya.
Seusai meeting bersama client barunya tadi, Bisma memang semakin dibuat
sibuk akan bisnis besarnya. Ia seolah tak mengenal waktu. Meski sudah
hampir larut, namun ayah dari satu anak ini tetap saja fokus terhadap
layar laptopnya.
"Kalo bisnis besar ini berhasil, aku bisa
beliin kamu rumah baru Nda, mobil, bahkan apapun yang kamu mau bisa
aku beliin. Termasuk untuk Ais juga. Pokoknya aku pasti akan lakuin
apapun buat kalian. Aku selalu ingat kata-kata almarhum papah sama mamah
buat selalu jaga dan bahagiain kalian. Dan sekarang aku janji akan
wujudin semua ini. Aku janji Nda.." Bisma membatin yakin penuh
senyuman. Rupanya Bisma yang sekarang sudah berbeda dengan Bisma yang
dulu selalu egois dan tidak pernah mau serius.
Jemari
Bisma dengan lihainya menari-nari diatas keyboard laptop miliknya.
Semangatnya semakin bertambah kala membayangkan wajah cantik Franda dan
jagoan kecilnya Elfaris.
"Selama ini aku emang belum bisa
jadi suami dan ayah yang baik buat kamu juga Ais. Tapi aku janji Nda,
aku gak akan ngecewain kamu lagi. Aku akan berubah. Aku akan berusaha
bahagiain kamu dan Ais. Aku janji sayang..." Bisma menghempaskan
tubuhnya bersender pada kursi empuk yang tengah ia duduki. Aktifitasnya
ia hentikan sejenak untuk menarik nafas dan mengingat sosok Franda dan
Elfaris yang membuatnya bertambah bersemangat.
Bibir
Bisma tersenyum. Lagi-lagi senyuman serta wajah cantik Franda terus
terbayang diingatannya. Rasanya Bisma sudah tidak sabar untuk
menyelesaikan pekerjaannya hari ini. Menyelesaikan semuanya serta
menepati janji besarnya untuk Franda. Ia sudah tidak tahan memendam
semua kebahagiaannya. Ingin rasanya Bisma menjemput Franda dan Elfaris
lalu mengajaknya agar tinggal bersama dirinya di Jakarta.
"Besok
aku akan ke kantor kamu. Aku kan urusin dan handle semua kerjaan kamu
disana. Aku juga akan umumin sama semua pegawai kamu Nda. Aku ingin
kasih tau mereka kalau aku suami dari pemilik perusahaan besar yang
menjadi tempat mereka bekerja. Aku juga gak sabar ingin ajak kamu ke
perusahaan aku. Kenalin kamu sama semua pegawai serta staf disini.
Kenalin kamu juga Ais Nda kalau kalian adalah istri dan anak aku.. Aku
gak sabar lihat reaksi mereka nanti. Mereka pasti akan kaget dab gak
percaya sayang.. Aku beneran udah gak sabar.." Bisma membatin
membayangkan semua impian besarnya yang tak lama lagi akan segera
terwujud.
Lelaki berwajah tampan nan penuh karisma itu
kembali menapakkan jemarinya diatas laptop yang masih tetap setia
dihadapannya. Bisma sesekali melirik arloji hitam dipergelangan
kirinya. Ia melihat kalau waktu rupanya sudah hampir malam. Tidak
terasa dirinya berjam-jam berada diruangan kerja kantornya tersebut.
"Tinggal
sedikit lagi berkas-berkas buat meeting besok selesai gue kerjain. Duhh
rasanya gak sabar banget. Sumpah aku udah gak sabar banget Ndaaa.."
Bisma memutar kursi yang didudukinya. Bayangan wajah Franda terus saja
terbayang dibenaknya. Bisma seperti orang yang sudah kehilangan akal
sehat. Ia bahkan sering tersenyum dan tertawa kecil sendiri mengingat
sosok istri tercintanya itu. Bisma seolah baru merasakan lagi yang
namanya jatuh cinta.
*** Tiga hari kini
telah berlalu.. Hari-hari Franda dan Elfaris seolah terasa sunyi tanpa
kehadiran Bisma disana. Elfaris sendiri sering sekali menanyakan
keberadaan ayahnya itu, ia bahkan meminta Franda agar segera
mengantarkannya ke Jakarta sana. Ia sudah tidak sabar ingin bertemu
sang ayah dan tinggal dengan ayah bundanya di Jakarta nanti.
"Bun telfon ayah lagi.." suara Elfaris terdengar manja.
Franda menoleh dan melemparkan senyuman manisnya pada putra semata wayangnya itu.
"Ayahnya
lagi diluar kota sayang.. Ayahnya lagi dipesawat. Kan tadi pagi ayah
udah kasih tau kalau ayah hari ini harus keluar kota. Masa Ais lupa,
hem?" Franda menarik kepala Elfaris dan mengusapnya lembut.
"Tapi
kan Ais kangen sama ayah. Udah lama Ais gak lihat wajah ayah, gak temu
ayah.. Ais cuma dengel swala ayah aja. Itu gak puas buun.." bocah
tampan itu memprotes dengan suara dan ekspresi lucunya.
Franda terkekeh. Ia mengecup puncak kepala Elfaris dan mndekap tubuh bocah mungil itu.
"Bunda
juga kangen sama ayah. Kangeen banget. Tapi kita harus sabar yah? Ayah
disana juga kerja buat kita. Buat Ais sama bunda. Jadi Ais harua
sabar, nanti juga ayah pasti pulang, ayah pasti jemput kita dan ajak
Ais sama bunda buat tinggal disana. Kita cuma perlu sabar aja sayang.."
Franda berujar dengan lembutnya.
Elfaris terdiam. Ia
mencerna setiap kalimat yang keluar dari mulut sang bunda. Dirinya
nampak menikmati peluoan kehangatan serta kasih sayang Franda yang
selalu diberikan penuh untuknya.
"Ayaah.. Semoga ayah gak
kecewain bunda sama Ais.. Bunda sekalang baik banget yah, Ais takut
kehilangan kasih sayang bunda lagi. Plasaan Ais ga enak.. Ais takut
ayah kecewain bunda tlus bunda malah dan tigalin Ais. Ais takut yaah..
Ayah cepat pulang.. Ais kangen.." Elfaris membatin seraya melingkarkan
kedua tangan mungilnya dipinggang Franda. Ia mendekap tubuh bundanya
itu seolah takut tidak bisa merasakan kasih sayangnya lagi nanti. Entah
kenapa Elfaris bisa berfikiran demikian. Padahal Franda sendiri tidak
memikirkan sampai sejauh itu.
"Pulang dari Surabaya nanti
aku mungkin akan langsung ke Bandung. Tapi aku disini beberapa hari.
Jadi sabar ya sayang. Aku pasti pulang ko. Aku pasti jemput kamu sama
Ais. Aku janji Nda.."
Bibir Franda tersungging sebuah
senyuman kecil. Kata-kata Bisma pagi tadi seolah terus saja terngiang
dibenaknya. Rasanya ia sudah tidak sabar sekali menunggu kedatangan
Bisma untuk menjemput dirinya.
"Aku pegang kata-kata kamu
Bis. Aku akan coba sabar nunggu kamu disini. Tapi jangan harap aku bisa
maafin kamu kalau sampai kamu kecewain aku. Aku bakalan marah besar
Bisma kalau kamu hianatin kepercayaan yang aku kasih. Lihat aja kalo
sampe kamu boongin aku dan ingkarin janji kamu.. Aku cincang tubuh kamu
ntar.." batin Franda tersenyum jahil dengan ancaman ngasalnya. Entah
ia berucap serius atau hanya bercanda. Namun tatapannya cuku tajam
meski bibirnya terukir senyum.
** Seminggu
kini telah berlalu.. Semenjak kepergian Bisma ke Jakarta, Franda
semakin dibuat emosi akan ucapan-ucapan Bisma yang terus mengulur
waktunya. Ia selalu beralaskan sibuk dan tidak bisa menunda
pekerjaannya yang memang sangat menumpuk untuk segera ia selesaikan.
Bahkan Bisma sendiri bukan hanya mengurusi perusahaannya saja. Ia juga
harus mengurusi perusahaan milik Franda yang membuatnya semakin
bertambah sibuk.
"Aduh Nda kamu sabar dong Nda.
Aku disini juga gak lagi main-main. Aku lagi kerja sayang. Please kamu
ngertiin aku. Kalau udah ada waktu luang aku pasti kesana. Aku pasti
jemput kalian.."
"Ya tapi sampai kapan Bis?! Kamu gak usah
buat aku mikir yang macam-macam dong. Kamu udah hampir semingu lebih
tau gak. Gak mikir apa kalo anak sama istrinya disini ditinggal sendiri.
Egois banget sih jadi suami. Gak kasian kamu sama Ais?!" suara Franda
terdengar emosi dan marah.
"Iya-iya. Yaudah besok aku
usahain pulang yah? Maafin aku udah buat kamu sama Ais nunggu lama.
Bilangin maaf juga sama Ais. Besok pagi aku kesana. Jangan marah terus
yah.. Aku disini juga gak ngelakuin yang macam-macam ko Nda. Aku disini
kerja. Jangan marah lagi sayang. Besok aku jemput.." akhirnya apa yang
Franda inginkan terucap juga dari mulut Bisma.
"Aku cuma
kangen sama kamu. Maaf kalau aku terlalu menuntut. Aku takut kamu
ngecewain aku Bis, kamu tau sendiri kan kalau aku paling gak bisa
dikecewain.." Franda membatin lirih penuh sesal.
"Yaudah
aku mau ke kantor dulu.. Jangan telfon aku lagi yah, soalnya hp aku
bakalan aku silent. Kamu telfonnya nanti malam aja. Titip Ais ya
sayang.. Bilang kalau aku kangen banget sama dia, miss U Nda. Aku
sayang banget sama kamu. Muuach.." Bisma mengakhiri sambungan
telfonnya. Franda hanya tersenyum dan mengangguk kecil.
"Aku juga sayang kamu Bis, miss U to.." balas Franda kemudian ikut mengakhiri sambungan telfonnya.
Franda
menghela nafasnya panjang. Ia berusaha membuang semua fikiran-fikiran
negatifnya tentang Bisma. Ia harus mempercayai suaminya itu dan
berfikir positif kalau Bisma pasti akan menepati semua janjinya.
"Mending
aku lihat Ais dulu deh. Dari tadi dia gak kelihatan, anak kamu itu
jadi banyak diem sekarang Bis, kayaknya dia lagi mikirin sesuatu. Tapi
aku gak tau apa itu. Anak sama ayahnya emang gak beda jauh. Diamnya
Elfaris itu percis kaya kamu.." gumam Franda tersenyum kecil. Ia
kemudian melangkah keluar dari kamarnya untuk menemui Elfaris yang
entah berada diruangan mana sekarang.
** "Blum blum bluummm... Cieeeetttt...!! Awaas ada tikunan cieeeettt..!!"
Mulut
mungil Arfa sedari tadi tidak berhenti mengeluarkan suara-suara
anehnya. Bibirnya bahkan sampai basah karena ia tidak beehenti
berceloteh saat bermain dengan mobil-mobilan baru miliknya.
"BRAAKSS!!"
Mobil
berwarna biru yang dikendalikan dengan remote control itu menghantam
pot bunga yang terdapat didekat jalanan kompleks perumahan. Arfa
berlari cepat menghampiri mobil-mobilan miliknya.
"Yaaah
nabak.. Duhh papah bisa maah nih kao sape mobianya rusak.. Tal Arfa
gadibeiin mobilan ladi.. Uhh ko bisa nabak sih? Pasti supilnya nantuk
nihh. Iya Arfa yakin supilnya nantuk.."
Arfa meraih
mobil-mobilannya yang nyusruk dsn hampir saja jatuh kedalam got. Ia
mengusap mobil biru miliknya yang sedikit terdapat goresan akibat
menabrak pot bunga tadi.
"Cieeett... Brumm.. Cieeettt..."
Tiba-tiba
sebuah mobil remote control berwarna merah cerah melaju kearah Arfa.
Mobil-mobilan yang sangat keren itu membuat mata Arfa terpelongo kagum
melihatnya.
"Waah mobilan sapa tuh? Keen banet. Pasaan beda jauh sama puna Arfa." pikirnya tanpa kedim menatap mobil-mobilan tersebut.
Mobil
berwarna merah itu melaju maju mundur. Terkadang ia berputar
mengelilingi Arfa seolah menunjukkan apa yang ia bisa dan dilakukannya.
"Wuihhhh
keleen... Mobilnya bisa mutel, pintunya bisa kebuka juds. Wuihhh kelen
baneet.." lagi-lagi hanya kalimat tersebut yang mampu Arfa keluarkan
karna terlalu terkesima.
Elfaris yang ternyata
pemilik mobil-mobilan merah keren itu hanya cekikikan kecil melihat
ekspresi wajah Arfa yang lucu. Ia bersembunyi dibalik pagar rumahnya
dengan posisi berjongkok dan tangan mungil yang asik mengendalikan
mobil tersebut dengan remote control yang digenggamnya.
"Cieett.. Cieeetttt!!" mobil itu berputar lalu berhenti tepat dihadapan Arfa.
"Mobil
puna sapa sih? Ko bisa ada isini?" Arfa menoleh kearah samping kiri
dan kanannya. Ia berjongkok mendekat dan hendak menyentuh mobil-mobilan
tersebut.
"Cieeet..." tiba-tiba Arfa terkejut karna mobil-mobilannya maju dan hendak menabraknya.
"Waahh
kuang ajal. Masa Arfa mau itabak? Bum penah kena tiang yah kamu?!"
Arfa memundurkan tubuhnya hingga jatuh diatas jalanan kompleks karna
terkejut.
"Ahaha.. Hihii lucu banget." terdengar suara mungil Elfaris yang terkekeh kecil melihat Arfa yang terjatuh.
"Sapa tuhh..?!" tiba-tiba Arfa bangun dan memandang kesekelilingnya.
Elfaris
buru-buru diam. Ia menutup mulutnya agar tidak mengeluarkan suara tawa
lagi. Tubuhnya pun semakin ia rekatkan dengan tembok pagar rumahnya
agar tidak diketahui Arfa.
"Ada suara tapi ga ada oangnya. Uhh aneh banet. Jan-janan hatu ladi..." Arfa bergidik takut.
"Tapi
kan ini masih sian. Gamukin kao ada hatu. Ladian Arfa gapeu takut sama
hatu. Papah biang hatu itu yan hausnya takut sama Arfa.." Arfa berujar
meyakinkan dirinya sendiri.
Bocah kecil yang sangat lucu itu beranjak mengambil mobil-mobilan biru serta remote control pengendalinya.
"Meding
Arfa masuk aja deh. Disini gaseu. Didaam bih seu. Arfa mau ke istana
robot aja. Papah biang nati mau kiim robot-robotan ladi. Baati istana
robotnya bisa cepat dibanun. Iya bisa seu tuh kao udah ibanun.. Pasti
keen..." Arfa beranjak masuk kedalam rumahnya. Ia meninggalkan
mobil-mobilan merah yang dikaguminya tadi begitu saja. Arfa memang
sangat menyukai mobil-mobilan. Namun robot-robotan lebih ia sukai lagi
karna menurutnya lebih keren.
"Ko pelgi sih? Ais
kan blum main baleng? Padahal Ais pingin main baleng..." Elfaris
beranjak keluar dari tempat persembunyiannya. Ia memamdang kearah Arfa
yang udah berjalan masuk kedalam rumahnya.
Elfaris menghampiri mobil-mobilan merah miliknya. Ia mengambil mobil-mobilan tersebut dan menggendongnya.
"Balu
juga main sbental, tapi kak Arfa udah pelgi. Ais pingin ikutan main,
tapi Ais takut.." Elfaris memandang pintu rumah Arfa dengan mata
berkaca. Entah kenapa dirinya bersikap seperti ini. Ia selalu
sembunyi-sembunyi dan takut untuk bermain dengan Arfa. Padaha Elfaris
sendiri sering sekali memperhatikan Arfa dan mengikuti apa yang Arfa
mainkan.
"Coba ayah ada disini. Ais pasti bisa minta
tolong ayah bial bisa aklab sama kak Arfa. Ais takut kak Arfa gamau
belteman sama Ais. Makanya Ais gabelani telus.." Elfaris membatin
lirih. Ia menatap mobil-mobipan merah miliknya lalu segera melangkah
masuk kedalam rumahnya lagi.
**
"Loh Ais dari mana? ko mukanya kusut gitu? Ais kenapa sayang? Ais
kenapa hem?" tiba-tiba langkah kaki Elfaris terhenti. Ia menoleh kearah
Franda yang menegurnya.
"Ais pingin main, tapi Ais
gapunya temen.. Ais pingin main buun.. Ayah pulangnya lama, Ais dadi ga
ada temen.." Elfaris menunduk sedih.
Franda menghela nafasnya. Ia mendekati putra semata wayangnya itu lalu berusaha menghiburnya.
"Yaudah mainnya sama bunda aja yuk? Bunda juga bisa ko kalau cuma main mobil-mobilan.. Hem?" ajak Franda lembut.
Kedua halis hitam Elfaris menaut ragu.
"Bunda
kan seneng sama mobil balap. Jadi Ais jangan remehin bunda. Ayah aja
pasti kalah kalo main balapan sama bunda." jelas Franda meyakinkan.
"Selius?" lagi-lagi putra tunggal Bisma ini masih saja ragu.
"Iya serius sayang. Masa sih bunda bohong. Muach!" Franda mengacak poni hitam Elfaris lalu mengecup pipi bocah tampan itu.
"Hihii.
Yaudah bun kita main skalang aja. Ais ambil mobil-mobilan yang lain
dulu. Bunda tunggu disini yah.." Elfaris tersenyum lebar lalu berlari
menuju kamarnya. Langkahnya sangat cepat penuh semangat.
"Kayaknya
Bisma bener. Ais butuh temen.. Hihi mudah-mudahan aja benih yang kamu
tanam cepet tumbuh lagi ya Bis dirahim aku. Aku jadi gak sabar.. Kamu
pasti seneng.." Franda menatap perut datarnya penuh senyuman. Ia
mengelusnya pelan membayangkan kalau dirinya kelak bisa merasakan hamil
lagi dan memberikan adik untuk Elfaris.
"Ko jadi kangen
Bisma sih? Pasti Bisma lagi ngangenin aku juga. Isshh dasar Bisma
jahat! Nyiksa perasaan aku banget. Awas kamu Bis kalo pulang aku
marahin kamu abis-abisan. Lihat aja nanti. Aku bakalan peluk kamu tanpa
lepas.. Hihi gak tau apa kalo istri sama anaknya kangen banget disini.
Jahat.." Franda beranjak menyusul Elfaris. Tingkahnya sangat lucu
karna berceloteh ria sendiri.
Bersambung...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Nggak Komentar, Nggak Kece :p