Minggu, 22 Juni 2014

Perjanjian Cinta #part 33

Sosok bocah tampan jagoan kesayangan Bisma dan Franda terlihat begitu asik. Ia berdiri didepan balkon kamarnya yang terletak dilantai atas. Wajahnya tampak ceria. Bibir mungilnya tak henti tersenyum. Pandangannya pun sangat fokus melihat kearah bawah, tepatnya kearah rumah Arfa bocah kecil yang seumuran dengannya.

"Yeeeeee GOOAAL!!! Ahaha papah kalah lagi, baati Arfa yang menang.. Yeyeyeyeee!!" Arfa bersorak senang. Ia berlari kecil dengan gaya khasnya karna berhasil menjebol gawang yang dijaga sang papah. Rafael sendiri pura-pura memasang wajah lemas akan kekalahannya. Ia mengambil bola putih yang tadi Arfa tendang kearahnya.
"Ya ampuun.. Jagoan mamah kayaknya seneng banget nih bisa kalahin papah..? Tapi makan dulu ya sayang? Main bolanya sambil makan, nihh amm dulu?" Tiba-tiba Arfa menoleh mendapati sosok Indah sang mamah datang menghampirinya. Indah membawakan Arfa makanan karna pagi tadi Arfa memang susah untuk disuruh makan. Arfa dengan langkah kecilnya berlari kearah sang mamah. Ia dengan semangat membuka
mulutnya menyambut sesendok nasi serta ayam goreng kesukaannya yang Indah sodorkan padanya.
"Ummm pinter banget cih anak mamah.." Indah mengacak poni hitam Arfa pelan. Bocah kecil itu kembali berlari menghampiri sang papah untuk meneruskan bermain bolanya.
Rafael sendiri hanya tersenyum kagum memandang sang istri. Betapa bahagianya ia bisa memiliki istri seperti Indah. Meski statusnya sudah memiliki satu orang anak. Namun Indah mau menerimanya dan tetap mau menikah dengannya.
"Papahnya enggak disuapin juga nih mah?" Rafael melirik Indah dengan senyuman manisnya.
"Ahaha apaan sih Raf? Masa mau disuapin juga kaya Arfa? Emangnya gak malu, hem?" Indah malah terkekeh melihat sikap suaminya yang sedikit ingin bermanja padanya ini.
"Yaaa kan siapa tau gitu istri aku ini mau nyuapin suaminya juga, hemm?" Rafael berjalan mendekati Indah. Matanya sesekali ia kedipkan. Tingkahnya sangat lucu. Sedikit genit dan mengundang tawa.
"Mah, Arfa suapin lagi. Papah gausah, baal Arfa aja maah.. Kan Arfa bum makan.." Suara bocah kecil ini kembali terdengar. Indah lagi-lagi dibuat terkekeh. Ekspresi wajah Rafael langsung berubah menjadi semakin lucu.
"Tuh ya, kalo anaknya aja disuapin lagi. Tapi papahnya enggak. Humm gak adil nihh.." sindir Rafael melirik istri dan jagoan kecilnya yang tengah Indah suapi kembali. Indah lagi-lagi dibuat terkekeh akan sikap lucu Rafael. Ia berjalan mendekati suaminya ini dan berdiri disamping Rafael.
"Emangnya mau banget yah disuapin sama istrinya?" tanya Indah polos.
"Iya, mau banget sayang.." Rafael mengangguk antusias.
"Heumm yaudah, nih aku suapin deeh. Dari pada nanti kamunya nangis. Kan gak lucu kalo seorang suami nangis gara-gara gak disuapin istrinya.." Indah menyodorkan sesendok nasi kearah mulut Rafael.
Rafael mengernyitkan kening. Mata sipitnya menatap Indah dengan tatapan bingung.
"Ko diem? Katanya pingin disuapin hem?" ujar Indah menggoda.
Rafael tersenyum jahil. Ia langsung meraih piring makanan yang Indah pegang serta sendok yang juga tengah dipegang oleh istrinya itu.
"Gimana kalo kamu aja yang buka mulutnya? Nanti aku suapin dehh, truss...."
"Aaaa Rafa gamau!! Gak mau Raaf..." Indah buru-buru menutup mulutnya. Rafael tersenyum jahil. Ia mendekat kearah Indah dan tetap melakukan aksinya untuk menyuapi sang istri.
"Ayo buka? Atau aku yang bakal buka paksa nantinya?" Rafael mengancam. Indah menggeleng dengan mulut yang tetap ia tutupi dengan telapak tangannya. Rafael melirik kearah kiri dan kanan. Ia melihat Arfa jagoankecilnya tengah asik sendiri menendang-nendang bola kearah tembok garasi depan rumahnya.
"Kayaknya situasi aman.." pikirnya lagi-lagi menyunggingkan senyuman jahil.
"Raaf jangan macem-macem deh.. Ini diluar rumah lohh.." wajah Indah seketika menjadi cemas dan takut.
"Emangnya kenapa gitu kalo diluar rumah, hem?" Rafael mendekatkan wajahnya. Matanya mengedip penuh arti.
Indah melangkah mundur. Sepertinya ia sudah tahu apa yang akan Rafael lakukan padanya.
"Mending didalem aja deh. Kalo didalem gak papa. Disini diluar rumah tau. Mumpung Arfa juga lagi anteng. Soalnya dari tadi aku lihat ada anak kecil lain yang lagi merhatiin kita." ujar Indah pelan Rafael langsung menghentikan aksinya.
"Anak kecil lain? Siapa sayang?" Rafael bertanya bingung.
"Aku gak tau, tapi kayaknya anak tetangga depan deh. Diaa..."
"Ohh iya aku lihat. Yaudah kita masuk yuk? Biarin Arfa sendiri aja. Ayo come onn!" Rafael langsung mengangkat tubuh Indah dan membawanya masuk.
"Ahaha gak usah digendong juga Rafaaa!! Issh kamu tuuh.."
"Ussst udah diemm.. Nanti kalo Arfa lihat, bisa iri dia. Jadi...?"
"Hemm iya-iya aku diem.." Indah tersenyum lucu. Ia mengalungkan kedua tangannya pada leher
Indah begitu pasrah saat Rafael membawanya masuk dengan posisi yang digendong dari depan seperti ini.
"Kamu tuh lucu Raf, meskipun udah punya anak. Tapi kamu tetep selalu bisa buat hal sekecil apapun jadi romantis. Beruntung banget aku bisa punya suami kaya kamu.." Indah membatin kagum akan sikap suaminya ini. Rasanya tidak ada sedikit pun kata menyesal walau status Rafael sendiri adalah duda dengan satu anak saat menikah dengannya.
**
"Ayaaaaaaahh!! Bundaaaaaaa!! Ayaaaaaah...." Setelah cukup puas melihat keluarga kecil tetangga didepan rumahnya itu. Elfaris langsung berlari cepat masuk kedalam kamarnya, dan keluar menuruni anak tangga rumah mewahnya untuk menemui ayah serta bundanya.
"Ayaaaahh... Ayaaaaah...!!"
panggilnya berteriak tanpa henti.
Langkah kecilnya semakin ia
percepat agar bisa segera
menemui Bisma dan Franda.
"Ayah-ayah ayaaaaahh..."
"Ayaaaa hh.."
"BRUUKK!!"
"Aduh!"
Karna tidak hati-hati, kaki bocah
tampan yang ternyata Elfaris ini
tersandung anak tangga kayu
hingga dirinya terjatuh.
"Ya ampun Ais?!" Bisma terkejut
mendapati jagoan kecilnya yang
duduk diatas lantai seraya
memegangi kakinya yang sedikit
terkilir.
"Aduh! Sakit yaah.." Elfaris
merintih memegangi kaki kirinya.
Bisma buru-buru menghampiri
Elfaris dan melihat keadaan
jagoan kecilnya.
"Ais kenapa sayang? Ko bisa jatuh
sih nak?
Makanya jangan lari-lari. Sini
coba ayah lihat?.."
Elfaris hanya diam. Ia
memandangi wajah panik sang
ayah yang memeriksa keadaan
kakinya yang sebenarnya tidak
terlalu luka parah karna jatuhnya
pas dibagian bawah anak tangga.
Bukan diatas. Jadi tidak sampai
tergelincir atau apapun.
"Uhh untung gak luka sayang.
Lain kali jangan lari-lari yah?
Nanti kalau Ais kenapa-napa, kan
ayah juga yang cemas.." Bisma
menghela nafas lega. Ia
membantu Elfaris berdiri seraya
merapikan rambut hitam lurus
Elfaris yang poninya sedikit
berantakan.
Elfaris tersenyum. Ia menunjukkan
deretan gigi putihnya yang
berbaris rapi. Bocah tampan itu
tidak menangis. Ia justru malah
memandang sang ayah dengan
senyuman.
"Ko Ais malah senyum? Emang
ucapan ayah ada yang salah ya?"
Bisma mengerutkan keningnya
bingung.
Elfaris menggeleng cepat.
"Lalu..?"
"Ais pingin main bola yah.. Ayah
mau kan main bola sama Ais?"
ujar Elfaris antusias.
"Hah? Main bola? T..tapi..?"
"Ayo yaah.. Ais pingin main bola
sama ayahh..
Nanti kita main dibelakang lumah
yah, ayo dong yaah.. Kita main
bola, ya yah ya?" pinta Elfaris
menarik lengan Bisma sedikit
memaksa.
"I..iya yaudah nanti kita main.
Tapi ayah mauu.."
"Gaboleh nanti, halus sekalang
yah.. Ayo ayaah ayooo..
Nanti Ais mau suluh bunda buat
siapin makanan juga. Ais pingin
mainnya sabil disuapin.
Pokoknya ayah tugu Ais
dihalaman bakang. Ais mau temui
bunda dulu sabil abil bolanya.
Ayah tugu ya yah.. Ayah tugu..."
Elfaris buru-buru berlari
meninggalkan Bisma. Entah apa
maksud bocah kecil itu. Apa
mungkin ia ingin melakukan hal
yang sama dengan apa yang
dilihatnya tadi saat berada
dibalkon atas kamarnya.
"Aduuh, baru juga mau siap-siap
buat ke Jakarta. Tapi Ais malah..?
Aahh gimana sih ini?
Kalo nolak gak mungkin. Lagian
dia pingin main bola.
Hufhh, yaudah gue pulangnya
sore aja. Demi anak. Gue harus
penuhi keinginan Elfaris juga.
Kasian dia kalo langsung
ditinggal, nanti bisa nangis."
Bisma menghela nafasnya. Ia
tidak mengerti akan sikap jagoan
kecilnya yang tidak seperti
biasanya.
Kedua kakinya pun segera
melangkah menuju taman
dibelakang rumah karna Elfaris
menyuruhnya untuk menunggu
disana.

**
"Bundaaa... Buun.. Bundaaa..!!"
Elfaris berlari masuk kedalam
kamar Franda seraya berteriak
memanggil-manggil sang bunda.
Franda yang baru saja keluar dari
kamar mandi sedikit terkejut
mendengar teriakan jagoan
kecilnya.
"Ya ampuun.. Sayang ko teriak-
teriak sih?
Ais kenapa hem?" Franda
menatap Elfaris bingung.
Bocah tampan itu mengatur
nafasnya. Ia menghampiri Franda
dan berdiri tepat dihadapan sang
bunda.
"Hosh-hosh.. Ais pingin makan
bunn.." ujarnya tiba-tiba.
"Hah? Makan? Bukannya tadi pagi
Ais udah makan banyak ya
sayang? Ko sekarang minta makan
lagi..?" Franda semakin dibuat
bingung.
"Ais lapal bun, Ais pingin makan
lagi. Pokoknya Ais mau makan. Ais
pingin makan lagi bunda."
pintanya tetap kekeuh.
Franda terkekeh. Meski masih
bingung, namun ia tidak ambil
pusing akan keinginan buah hati
kecilnya ini.
Tubuh Elfaris pun diangkatnya
dan didudukkannya diatas tempat
tidur.
"Yaudah, bunda siapin
makanannya dulu yah? Ais
emangnya mau makan pake apa
sayang?" ujar Franda menatap
putra kecilnya lembut.
"Ais mau makannya pake ayam
goleng buunn." Elfaris membalas
tatapan sang bunda masih
dengan ekspresi antusiasnya.
"Oke! Yaudah bunda ambil dulu
nasi sama ayam gorengnya.
Ais tunggu disini yah? Nanti
bunda kesini lagi."
"Gamau bunda. Ais tugunya
diblakang lumah aja. Nanti bunda
temu Aisnya disana bun, tlus
suapin Ais deh.." bocah tampan
ini tersenyum lebar akan maksud
dan tujuannya.
Franda menoleh dan ikut
tersenyum. Lagi-lagi dirinya
mengikuti apa yang diinginkan
oleh Elfaris putra tunggalnya.
"Yaudah, nanti bunda temui Ais
dibelakang.
Sekarang bunda mau ambil
makanannya dulu buat Ais. Oke
jagoan?"
"Oke bunda!" Elfaris menepuk
telapak tangan Franda yang
diarahkan kepadanya.
"Hihi pinter anaknya bunda,
mmuach.. Yaudah tunggu bunda
disana yah?" Franda mengacak
pelan poni hitam Elfaris lalu
mengecupnya.
Bocah tampan nan lucu itu
mengangguk mantap dan segera
beranjak keluar dari kamar sang
bunda untuk menuju taman
dibelakang rumahnya menunggu
Franda menyuapinya disana.
"Lucu banget. Gak biasanya Ais
minta disuapin gini. Tumben
banget sih?
Bunda jadi gak sabar pingin
tinggal bertiga dirumah Jakarta
sama kamu dan ayah kamu
sayang.
Rasanya bunda gak mau jauh dari
Ais lagi." Franda membatin kagum
melihat sikap putra kecilnya. Ia
kemudian ikut beranjak keluar
dari kamarnya. Mengambilkan
makanan yang dipesan Elfaris
tadi, lalu menemuinya ditaman
belakang rumah.

**
"Yeeee GOAAL!!
Ayah kalah sama Ais yeeeee!!"
Suara teriakan Elfaris yang
bersorak senang terdengar cukup
kencang dan histeris.
Bocah tampan itu sampai berlari-
lari kecil mengelilingi rerumputan
hijau yang menjadi tempatnya
bermain bola bersama sang ayah.
"Duduuhh jagoan ayah sampe
seneng gitu. Kan baru satu kali
goal. Ayah udah dua kali lohh..
Jadi masih ayah yang unggul.."
Bisma mengambil bola putih yang
ditendang Elfaris kearah
gawangnya tadi.
"Yang penting kan udah goal yah,
belati Ais dong yang menang.
Yeeeeee!!"
"Ahaha ada-ada aja. Aneh nih
anaknya ayah." Bisma terkekeh
akan tingkah Elfaris yang sangat
menggemaskan dan lucu.
"Yah, Ais dadi penyelang lagi ya?
Tlus ntal Ais mau adu tendangan
pinalti lagi, Ais yakin ayah pasti
bakal kalah sama Aiss." ujar
Elfaris yakin.
"Boleh, tapi kali ini ayah gak mau
ngalah lagi. Pokoknya ayah harus
menang, muach!" Bisma mengacak
poni Elfaris lalu mengecupnya
sekilas.
Elfaris berlari dan siap untuk
menujukkan aksinya lagi. Bola
putihnya ia letakkan tepat
didepan kaki mungilnya untuk
siap ia tendang.
"Pokoknya kali ini gak boleh
ngalah. Masa kalah sama anak
kecil, kan gak lucu.." Bisma
bersiap-siap didepan gawangnya
yang hanya dibatasi dengan
sepasang sepatu miliknya saja
tanpa menggunakan gawang
sungguhan atau pun gawang
buatan.
"Ayah siaaaap?"
"Oke. Ayah udah siapp.." jawab
Bisma mantap.
Elfaris tersenyum lebar. Mata
sipitnya memicing mencari letak
dimana ia bisa menjebol gawang
yang dijaga ayahnya lagi.
"Pokoknya Ais halus dapat goal
lagi titik!" Elfaris membatin
mantap.
"Ayo cepetan tendang. Ayah udah
siap nihh.." ucap Bisma
menantang.
Kaki mungil Elfaris pun sudah
siap dibelakang bola putih yang
hendak ditendangnya.
"Satu, dua, tii..."
"Aiss ini makannya sayang..
Bunda udah bawain nihh.."
Belum sempat bola itu Elfaris
tendang. Tiba-tiba suara Franda
sang bunda terdengar
menghampirinya.
"Bunda?!" Elfaris memekik kaget
diiringi senyum.
"Bunda?!" Bisma mengerutkan
keningnya bingung.
Tanpa menunggu lama. Elfaris
pun langsung berlari dan
mengurungkan niatnya untuk
menendang bola kearah gawang
sang ayah. Ia lebih memilih
menghampiri Franda untuk
meminta disuapi makanan seperti
yang didapat Arfa saat Elfaris
melihatnya tadi.
"Bundaaa..." Elfaris berlari cepat
menghampiri Franda.
"Uhh jangan lari-lari sayang,
nanti Ais bisa jatuh.." Franda
menangkap tubuh jagoan kecilnya,
yang hampir saja menubruk
tubuhnya.
"Aaa buun, Ais lapel.." Elfaris
membuka mulutnya lebar.
Franda terkekeh. Lucu sekali
tingkah putra kecilnya ini.
"Iya sayang, sebentar yaah, bunda
sendokkin dulu.."
Elfaris mengangguk kecil. Rupanya
ia sudah tidak sabar ingin disuapi
sang bunda seperti Arfa yang
disuapi mamanya tadi.
"Nih sayang, aaaa.. Buka
mulutnya?"
Elfaris menurut dan segera
membuka mulutnya lebar-lebar.
"Umm pinter jagoan bunda.."
Franda tersenyum. Ia mengusap
bagian bawah bibir Elfaris karna
nasi yang disendokinya sedikit
belepotan.
"Ais mau main lagi ya buun.."
Elfaris berlari setelah mendapat
suapan pertama dari sang bunda.
Franda mengangguk meng-iyakan.
Ia memandang penuh kekaguman
akan tingkah malaikat kecilnya
itu.
"Ehem! Kayaknya gak adil deh kalo
cuma Ais aja yang disuapin.."
tiba-tiba Bisma mendekat dan
berdiri dihadapan Franda.
"M..maksud kamu?" Franda
menatap Bisma bingung.
"Ya maksud aku, aku pingin
disuapin juga tau Nda. Perut aku
lapel niih.." ujar Bisma dengan
manjanya. Gaya bicara Elfaris pun
sampai ia ikuti dengan bahasa
cadelnya.
Franda terkekeh. Awalnya
mengesalkan. Namun tetap saja
selalu bisa membuat senyuman.
"Ohh ayahnya mau disuapin juga
telnyata. Yaudah cini-cini, bial
bunda cuapin.." Franda ikut-
ikutan berbicara seperti anak
kecil.
"Hu'umb. Ayah juga pingin nih
buun.. Aaaaa!!" Bisma membuka
mulutnya lebar-lebar.
Franda sungguh tidak sanggup
menahan tawa. Satu sendok nasi
beserta ayam gorengnya pun ia
sodorkan kearah mulut Bisma.
Dan disambut dengan lahapnya
oleh Bisma suapan darinya itu.
"Ammm makasih ya buun, ayah
makin sayang deh sama bunda.
Mmmmmuuuach!!
Ayah mau main bola lagi sama
Ais." Bisma mengecup pipi Franda
sekilas kemudian berlari
menghampiri Elfaris.
Franda menggelengkan kepalanya.
Ia merasa kalau kebahagiaannya
begitu lengkap saat ini.
Jadi istri dan ibu seutuhnya, kini
dapat Franda rasakan betapa
lengkap dan indahnya.
"Bahagia banget bisa suapin Ais
sama ayahnya langsung.
Baru kali ini loh, aku nyuapin
Bisma. Nyuapin Ais sambil main.
Dan rasanya itu... Ummhh gak
bisa diungkapin pake kata-kata.
Seneng banget pokoknya.
Semoga keluarga kita kayak gini
terus ya Bis..
Semoga sikap kamu juga tetep
nyenengin, enggak ngeselin lagi."
batin Franda menatap kagum
pemandangan indah
dihadapannya. Harapan-harapan
besarnya pun muncul akan
memiliki keluarga kecil yang tetap
utuh seperti sekarang ini.

Bersambung...
Gak komen gak kece':P
@dheana92
Follow juga twitter Ais: @Elfaris_karisma

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Nggak Komentar, Nggak Kece :p