Minggu, 25 Mei 2014

Diantara Tiga Cinta #Part 47

Berhenti berbuat egois. Itulah yang ditekadkan Dina saat ini.
Perempuan cantik berwajah natural ini sudah siap untuk menemui Franda dan menjenguknya dirumah sakit. Satu keranjang parcel berisikan buah-buahan segar dibawanya.
Ia nampak baru saja keluar dari mobil Honda Jazz hitam miliknya yang baru saja berhenti tepat diarea parkir rumah sakit.

Dina berjalan pelan diiringi seuntai senyum yang terus mengembang dari bibir tipisnya. Mungkin seharusnya dari kemarin ia tidak perlu pulang dan tetap disini bersama Bisma. Namun karna dirinya masih merasa iri terhadap Franda, makanya ia lebih memilih untuk pulang karna takut tidak akan sanggup melihat Franda dan Bisma yang berduaan terlalu lama.
"Hufhh, pokoknya aku gak boleh egois.
Aku gak boleh egois. Anaknya Franda berati anak aku juga. Dan Bisma bukan cuma milik aku, dia juga milik Franda. Aku harus ingat itu.
Ayo Din, kamu pasti bisa. Franda perempuan baik. Jadi gak mungkin kalau dia akan rebut Bisma dari kamu, ayo Dina positif thinking please.."
Dina tampak menyemangati dirinya sendiri. Kedua kakinya terus berjalan memasuki area rumah sakit. Ruangan kamar rawat Franda pun menjadi tujuan utamanya. Rupanya Dina sudah berubah fikiran untuk tigak bersifat egois lagi.
Sebenarnya sangat wajar jika Dina merasa iri terhadap Franda. Namun karna rasa iri yang berlebihan yang membuatnya menjadi tidak wajar.
"Kangen sama Ais juga. Tapi bayi keduanya kira-kira mirip siapa yah? Apa ada mirip akunya juga? Hihi tapi gak mungkin deh. Pasti lebih mirip sama Franda.
Bisma juga bakal lebih sayang sama anak keduanya itu. Apalagi dia emang pingin banget punya anak perempuan. Hemm Ais siap-siap aja iri.." Dina membatin menerka-nerka. Sesekali ia tertawa kecil diiringi senyuman manisnya.
Sangat cantik sekali perempuan yang menjadi istri pertama Bisma ini.
Pantas saja Bisma sangat menyayanginya.

**
"Tuuh kaan.. Aku bilang juga apa. Udah gak papa sama aku aja, nanti nangis lagi Nda.."
"T..tapi aku pingin gendong Bis.. Aku juga pingin..."
"Oeeek... Oeeek..."
"Hem? Nangis lagi sayang. Udah gak papa sama aku aja."
Franda menghela nafasnya sebal. Rasanya ingin sekali ia marah karna Imanda putri kecilnya tetap saja tidak mau berpindah dari pangkuan Bisma ayahnya.
"Manja banget! Ihh bunda gak suka yah sama anak yang manja. Masa mau sama ayahnya terus?
Uhh manja bangett.." Franda mengusap pipi putri kecilnya gemas. Bisma sampai terkekeh melihat ekspresi kesal istrinya ini.
"Gak papa kali Nda. Kalo manja sama ayahnya sendiri, asal jangan sama orang lain aja. Iya kan sayang? Mmuach, putri kesayangan ayah, muach-muuuach.." Bisma memberikan kecupan-kecupan lembutnya diatas wajah putri kecilnya yang sangat lucu menggemaskan.
Franda tersenyum. Ia mengusap pipi Imanda lalu ikut mengecupnya sekilas.
"Dali tadi pelasaan dedenya diciumin telus. Tapi Ais dicuekkin. Bunda sama ayah jaat nih sama Ais.
Ais dadi sedih.. Pasti abis ini Ais ga akan disayang lagi."
Elfaris yang sedari tadi diam memperhatikan pun akhirnya membuka suara. Wajahnya tampak bersedih. Rupanya ia merasa iri akan apa yang didapatkan adik kecilnya. Sedangkan dirinya sendiri sedari tadi diacuhkan oleh ayah bundanya.
Bisma dan Franda menoleh. Mereka bukannya lupa akan kehadiran Elfaris disana. Namun karna terlalu asyik dengan Imanda, kehadiran Elfaris pun sampai tidak mereka sadari.
"Uhh ko Ais ngomongnya gitu sih sayang?
Yaudah sini sama bunda.
Sini biar Ais bunda yang pangku.
Jangan bilang bunda sama ayah jahat dong, kan dedenya masih kecil. Jadi Ais harus ngalah sama dedenya.." Franda berujar lembur menjelaskan. Ia meraih tubuh Elfaris lalu memangkunya.
"Iya sayang. Dedenya kan masih kecil. Harusnya Ais ngerti. Gak boleh iri yah? Iri itu gak baik.." Bisma menambahi.
Elfaris tidak berucap. Ia malah menyembunyikan wajahnya didada sang bunda. Kedua tangan mungilnya pun melingkar dipinggang Franda seolah tidak mau kalau kasih sayangnya nanti akan terbagi.
"Uhh marah kayaknya Bis. Yaudah gantian biar dede Mandanya sama bunda. Nanti Ais digendong ayah ya?" bujuk Franda pelan.
"Gamau, Ais mau sama bunda aja. Bialin aja dedenya sama ayah, Ais gapeduli!" ambek Elfaris masih saja memalingkan wajahnya.
Bisma terkekeh. Rupanya kalau tengah cemburu ekspresi Elfaris sungguh benar-benar lucu.
"Tolong gendong dede Mandanya dulu Nda. Biar Ais nanti sama aku." Bisma memberikan putri kecilnya agar beralih Franda pangku. Tubuh Elfaris pun hendak diraihnya agar bergantian Bisma gendong.
"Oeek... Oeeek...!!"
Belum juga Imanda Franda gendong, tapi bayi mungil itu malah menangis.
Alhasil Elfaris pun ikut menangis karna adiknya yang tidak mau berpaling dari sang ayah.
"Hiks.. Dedenya nakal! Hikss.. Ayaaah.." Elfaris terisak manja. Ia hampis saja memukul wajah Imanda, namun Franda berhasil menghalanginya.
"Bawa jauh Bis.. Aduhh ko jadi ribet gini sih?
Katanya dulu pingin punya adik. Tapi giliran udah dikasih adik, malah kayak gini.. Duuh mana Manda juga ikutan nangis lagi.. Aneh-aneh banget sih anak kamu ini.." Franda mencoba menjauhkan Imanda dan menimangnya. Menenangkan putri kecilnya itu karna terus menangis saat ia gendong.
"Uhh udang dong jangan kayak gitu.
Kan dedenya masih kecil. Ais gak boleh nakal, masa sama dedenya nakal hem?
Kalau jadi kakak itu harus sayang sama dedenya. Gak boleh nakal yah?" Bisma mencoba menasehati Elfaris dengan lembutnya. Ia menggendong Elfaris dari arah depan. Bocah tampan itu pun hanya diam dan menyembunyikan wajahnya didada bidang sang ayah.
"Mandanya gak mau berhenti nangis lohh.. Aisnya ngalah dong sayang.. Nih lihat dedenya nangis.."
"Gamau! Dedenya nakal! Pokonya Ais maunya sama ayah! Dede gaboleh sama ayah!" jelas Elfaris memalingkan wajahnya ketus.
Bukannya marah, Franda dan Bisma justru malah terkekeh. Rupanya memiliki dua anak itu bukan hal yang mudah. Apalagi jika situasinya sudah seperti ini. Hemm, sudah bisa dibayangkan kalau kelak tidak akan bisa akur satu sama lain kedua buah hatinya ini.
"Coba kasih Asi-nya Nda. Paksain aja. Nanti juga berenti nangisnya.." Bisma melirik Franda yang kesulitan menenangkan Imanda.
"Kamunya jangan lihat kesini. Gimana aku kasih Asi-nya kalo kamu lihatin kesini terus." protes Franda sedikit kesal.
"Iya-iya maaf. Yaudah aku gak lihat." Bisma langsung membalikkan badannya membelakangi Franda. Tubuh Elfaris sendiri masih tetap digendongnya karna Elfaris memang masih saja ngambek.
"Ayo hisap sayang, jangan manja terus, bunda gak suka loh sama anak yang manja. Putri bunda gak boleh manja. Mmmuach, bobo lagi yah? Nanti siang kita pulang.." Franda memberikan Asi-nya pada bayi mungil Imanda. Meski awalnya menolak, namun akhirnya Imanda mau menghisap Asi sang bunda dan berhenti menangis saat Franda memangkunya.
"Pinter.. Bunda tau ko sebenernya Manda itu gak manja, Manda pasti gak mau ditinggal sama ayah, makanya gak mau lepas dari ayah. Iya kan sayang?" bibir Franda tersenyum lebar. Ia kembali mengecupi wajah lucu putri kecilnya itu penuh Kegemasan.
"Tuh dedenya udah gak nangis. Ais turun yah? Mau lihat dedenya gak?" Bisma melirik Elfaris yang masih saja menyembunyikan wajahnya.
"Gamau! Ais maunya sama ayah aja. Ntal dedenya pasti mau digendong ayah lagi." Elfaris menolak dan tetap kekeuh tidak mau.
Bisma menghela nafasnya. Bibirnya tersenyum kecil. Ia mengecup puncak kepala Elfaris dan mengusapnya pelan.
"Seorang kakak itu gak boleh loh iri sama adiknya. Apalagi adiknya itu masih kecil, masih bayi lagi.
Harusnya seorang kakak itu bisa jadi contoh yang baik buat dede bayinya. Gak boleh iri. Harus bisa berbagi. Harus sayangin dedenya, jagain juga, trus gak boleh kaya gini. Masa dedenya digendong sama ayah aja iri? Itu gak baik sayang.." jelas Bisma berbisik pelan nan lembut tepat ditelinga kanan Elfaris.
Bocah tampan itu pun hanya diam mendengar setiap kalimat yang Bisma ucapkan padanya.
"Dulu waktu ayah masih kecil. Ayah pingiin banget punya adik. Tapi mamah ayah gak bisa kasih ayah adik. Padahal ayah waktu itu udah siap banget buat jadi kakak, biar bisa jagain adiknya, trus bisa punya temen main. Tapi sampe sekarang ayah gak juga punya adik. Ayah sedih, ayah sempet marah, tapi marah dan sedih ayah gak ada gunanya karna akhirnya ayah memang hanya jadi anak tunggal.
Sedangkan Ais sekarang..."
"Tapi kan Ais gamau kalo nanti ayah dadi ga sayang lagi sama Ais. Tlus bunda juga. Pasti nanti bunda sama ayah sayangnya cuma sama dedenya aja." Elfaris memotong ucapan Bisma. Kepalanya menoleh menatap wajah Bisma penuh kesedihan.
"Kan ayah akan tetep sayang Ais. Gak mungkin kalo ayah sama bunda gak sayang sama Ais. Ais kan jagoan ayah sama bunda satu-satunya. Jadi.."
"Tapi kalo nanti ayah gak sayang Ais lagi gimana?"
"Enggak dong sayang. Ayah janji bakalan tetep sayang sama Ais. Ais itu kan anaknya ayah, darah daging ayah. Jadi gak mungkin kalo ayah gak sayang sama Ais.." Bisma mencoba tetap menjelaskan secara lembut dan pelan.
Elfaris lagi-lagi diam. Ia memeluk tubuh Bisma. Kepalanya menoleh menatap adik kecilnya yang tengah Franda berikan Asi.
"Sini sayang? Lihat dedenya nihh.. Dedenya lucu lohh.. Wajahnya mirip Ais. Sini geh lihat, ayo sayang..?" Franda berujar pelan diiringi senyuman.
Elfaris menatap Bisma. Rupanya ia masih saja ragu dan takut akan kasih sayang yang terbagi.
"Ayo lihat, gak boleh kaya gitu. Ayah gak suka kalo Aisnya kayak gini. Sama dede bayinya harus baik, gak boleh nakal.." Bisma berjalan mendekati Franda dan putri kecilnya. Tubuh Elfaris pun ia turunkan dan didudukkannya diatas tempat tidur disamping Franda.
"Tuhh mukanya lucu sayang, coba pegang sama Ais. Pipinya diusap. Mirip Ais loh dede bayinya.." Franda menuntun tangan Elfaris agar mendatar diatas pipi Imanda adik kecilnya.
Elfaris menurut. Perlahan namun pasti, rasa kagum dan sayangnya itu mulai muncul. Bibirnya tersenyum merasakan kulit Imanda yang begitu lembut dan diusapnya sangat pelan.
"Dedenya bobo telus buun, tlus bibilnya juga hisap Asi bunda telus. Dedenya haus yah?" Elfaris bertanya dengan polosnya.
Bisma mengecup puncak kepala Elfaris. Pipi putri kecilnya pun ikut ia usap dengan penuh kasih sayang.
Franda sampai tidak menghiraukan jika Bisma dapat melihat dadanya yang sedikit terbuka karna tengah memberikan Asi pada Imanda.
"Dedenya cium dong sayang. Rambutnya diusap, dielusin pelan, disayangin. Pokoknya Ais harus sayang sama dede bayinya.." jelas Bisma lembut.
Elfaris mengangguk. Ia mengikuti apa yang Bisma ucapkan. Tangannya mengelus pipi Imanda, puncak kepala Imanda pun ikut ia usap dengan pelannya. Dan satu kecupan ia daratkan diatas pipi Imanda sang adik.
"Humm pinter jagoannya bunda, mmuuach.." Franda mengusap puncak kepala Elfaris lalu mengecupnya. Bocah tampan itu pun sudah mulai bisa mengerti akan kasih sayang yang harus ia berikan pada Imanda adik kecinya.
"Ya Allah.. Bahagia banget aku bisa miliki keluarga kecil yang utuh seperti ini.
Punya istri yang cantik, baik dan penyayang. Ditambah dia udah kasih aku dua malaikat kecil yang begitu lucu dan membuat aku selalu bahagia kalau udah lihat mereka.
Makasih buat semua kebahagiaan ini ya robb.. Makasih.." Bisma membatin penuh syukur akan kebahagiaan besar yang didapatnya ini. Ia sampai lupa kalau dirinya masih memiliki satu istri yang memang saat ini belum terlihat lagi olehnya.

"Kayaknya ini bukan waktu yang tepat aku temuin mereka.
Kamu gak boleh nangis Din.
Ini hak Bisma, hak Franda juga anak-anaknya.
Pokoknya kamu harus kuat. Kamu gak boleh nangis..
Kedudukan kamu saat ini memang jauh lebih sempurna dibandingkan Franda.
Kamu gak boleh berfikiran macam-macam lagi.
Terima takdir ini, dan tetap berpositif thinking karna ini sudah hak Franda dan kedua anaknya.
Kuat Dina, kamu harus kuaat..."
Perempuan cantik ini mengurungkan niatnya. Sudut matanya terus mengeluarkan bulir bening air mata. Wajahnya bahkan sudah basah dibanjiri air mata.
Dina tetap berusaha sabar dan menguatkan dirinya sendiri.
Mungkin memang sangat benar kalau ini adalah hak Franda dan kedua anaknya untuk mendapatkan kasih sayang lebih dari Bisma.
Dada Dina terasa sesak. Rasanya bernafas saja sangat sulit. Ia mencoba tetap berfikiran positif tanpa bersikap egois lagi. Bibirnya coba ia sunggingkan senyum walau sulit dan air matanya tetap saja jatuh keluar.
"Ya Allah.. Aku gak kuat kalau nantinya Bisma akan benar-benar lupain aku..
Aku belum siap untuk kehilangan dia. Aku sangat sayang kamu Bis.. Aku sayan kamu Bisma.." Dina membatin perih. Ia kemudian segera berlalu pergi dari ambang pintu kamar rawat Franda karna tidak kuasa berlama-lama berdiri disana.







Bersambung...


Jan Lupa KOMMENT okeh?*kedipinmata*
Gak komentar Gak Kece':P
@dheana92

2 komentar:

  1. akhirnya ada lanjutannya lagi :D lanjut terus ya kak.. ditunggu karya2nya yang lain :)

    BalasHapus

Nggak Komentar, Nggak Kece :p