Rabu, 07 Mei 2014

Maniac Cinta #Part 31

Satu minggu berlalu..


Semenjak kejadian malam itu, perempuan cantik berwajah chinesse ini tampak sangat terpuruk. Kegiatannya hanya mengurung diri dikamar, ia enggan keluar, bahkan kuliahnya pun menjadi tidak karuan akibat peristiwa tersebut.

"aku udah kotor.. Aku benar-benar udah kotor.."lirihnya. Ia memeluk kedua lututnya dengan posisi duduk diatas lantai dipojokan tempat tidurnya.

"thanks yah, ternyata gue benar-benar sangat beruntung bisa nikmatin tubuh loe yang masih virgin itu, sekali lagi thanks.."

ucapan lelaki berpipi chuaby yang saat itu berhasil merenggut paksa kesuciannya kembali terngiang. Perempuan cantik yang ternyata Abiela ini menutup kedua telinganya rapat-rapat. Kedua kelopak matanya pun ia pejamkan berharap semuanya itu hanyalah mimpi buruk yang tidak pernah terjadi pada dirinya.

"enggakk.. Enggaaaaakk!!! Pergi kamu!! Pergiiiiiii!!!"teriaknya terlihat sangat ketakutan akibat trauma mendalam.

"hiks.. Pergii.. Pergi kamu PERGIIII!!!!"lanjutnya kembali berteriak seraya melempar benda apapun yang ada didekatnya kearah pintu.


"Brukkk!! Braksssss!! Praangg!!"

Benda-benda tersebut kini hancur berkeping-keping akibat Abiela lempar. Bahkan piring dan gelas yang berada diatas meja kecil didekatnya pun ikut ia lempar hingga pecah.

"aku udah kotor. Aku udah kotor gara-gara lelaki itu, aku udah kottorr.."lirihnya kembali terisak dengan bibir yang bergetar.

Tiba-tiba pandangan Abiela terhenti. Ia menatap sebuah pecahan gelas dihadapannya. Air matanya terus mengalir. Ia mendekat perlahan dan meraih pecahan gelas tersebut.

"maafin Abie kak.. Tapi Abie malu sama kakak, Abie gak bisa jaga diri Abie sendiri, maafin Abie.."Abiela memejamkan mata. Ia kemudian menggoreskan pecahan gelas tersebut pada pergelangan lengan kirinya tepat pada urat nadinya.

"Sreett!!"

Darah segar akhirnya mengalir akibat goresan benda tajam tersebut. Air mata Abiela semakin deras mengalir tanpa bisa ia tahan seiring dengan darahnya yang semakin banyak keluar dari pergelangan tangannya.

"mungkin ini yang terbaik buat Abie kak, sekali lagi maafin Abie.."batinnya kemudian tubuhnya terkulai lemas tak berdaya diatas lantai dengan bersimbah banyak darah.





**
Melody tak pernah henti-hentinya meyakinkan Bisma kalau bayi yang tengah dikandungnya memang anak Bisma bukan anak siapapun, ia juga berkali-kali mendatangi rumah Bisma mencoba menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Ia bahkan sampai membongkar aib nya sendiri pada kek Handoko kakek kandung Bisma.

"ja..jadi Bisma cucu saya benar-benar sudah membuat kamu hamil?"jantuk kek Handoko seakan melonjak kaget mendengar semua penuturan dan penjelasan perempuan cantik dihadapannya ini.

"maafin Mel kek, Mel tahu gak seharusnya Mel melakukan itu sama Bisma, gak seharusnya Mel juga mau Bisma sentuh, tapi Mel sangat mencintai Bisma, Mel juga yakin kalau Bisma pasti akan bertanggung jawab, makanya Mel mau saat Bisma mau menyentuh Mel.. Mel tidak bisa mencegahnya karna Mel terlalu cinta sama Bisma, sekali lagi maafin Mel kek..."lirih Melody memegang lengan kek Handoko dengan penuh rasa sesal dihatinya.

"kakek tidak menyangka kalau Bisma bisa melakukan hal seburuk ini. Dia cucuku satu-satunya, tapi dia tega membuat kakeknya ini kecewa akan ulah buruknya.
Kakek tidak tahu harus bagaimana lagi mengurus kamu Bisma. Kakek merasa gagal mengurus dan mendidik kamu.."kek Handoko memejamkan matanya lirih. Tubuhnya yang sudah tidak kekar ini terasa dihujam ribuan benda tajam karna cucu yanga dibanggakannya telah membuat kekecewaan.

"kamu selalu bilang kalau kamu tidak akan pernah berani mempermainkan perempuan Bis, kamu juga selalu bilang kalau kamu sangat menghargai perempuan. Tapi apa?
Kamu menjilat ludahmu sendiri. Kamu tidak bisa memegang ucapanmu sendiri. Padahal mamah dan adik kamu perempuan Bis, tidak seharusnya kamu menyakiti Melody karna mereka sama-sama perempuan.."lanjutnya kini memandang wajah Melody pilu.

"kamu yang sabar yah, kakek tahu kamu perempuan yang sangat baik. Pasti kalau bukan karna ajakan Bisma kalian juga tidak akan melakukan hal hina tersebut.
Kamu jangan menangis, kakek sangat tidak kuat kalau harus melihat seorang perempuan menangis.
Kakek pasti akan bicara sama Bisma, kakek juga pasti akan menyuruh dia untuk bertanggung jawab.
Jangan takut yah? Kakek selalu mengajarkan Bisma agar bisa bertanggung jawab atas semua perbuatannya.
Sekarang lebih baik kamu pulang, kamu juga harus menjaga kesehatan kamu, jangan biarkan kandungan kamu kenapa-napa.."jelas kek Handoko. Ia mengusap pipi Melody yang basah akibat air mata. Sungguh sangat bijak dan baik sekali lelaki yang sudah tidak kekar ini.

"sekali lagi Mel minta maaf yah kek, Mel gak tahu harus meminta tolong sama siapa lagi, Mel gak mungkin gugurin bayi ini, Mel sangat sayang dia, Mel yakin Bisma juga sangat sayang sama bayi ini termasuk kakek, sekali lagi Mel minta maaf.."ujar Melody menunduk lirih memandang perut datarnya.

"kakek faham, yasudah sekarang kamu pulang, biar pak Ujang yang antar kamu nanti.
Bisma kemungkinan pulangnya masih lama, jadi kamu tidak perlu menunggu dia datang, biar kakek saja yang akan menjelaskannya pada dia nanti"suruh kek Handoko lembut. Melody beranjak dari duduknya, ia mengangguk kecil diiringi seuntai senyum yang membuat hatinya tegar akan ucapan kek Handoko.

"Mel pamit, assalamu'alaikum.."ujar Melody berpamitan.

"wa'alaikum salam.."balas kek Handoko tersenyum kecil meski kedua bola matanya sangat berkaca.

"kamu harus kakek beri pelajaran Bis. Kakek tidak tahu kamu akan menjadi apa kalau kamu terus-menerus bersikap seenaknya seperti ini. Kamu benar-benar harus ditindak lanjuti agar bisa menghargai seorang perempuan!!"batin kek Handoko kemudian beranjak masuk setelah Melody keluar dari rumah mewahnya.





**
Gundukan tanah merah yang masih basah akibat hujan semalam ini kini terlihat dipenuhi taburan bunga diatasnya. Sosok Bisma sendiri tengah memandang penuh senyuman tempat peristirahatan terakhir adik tercintanya ini.

"kakak yakin kamu pasti sangat bahagia dialam sana.
Kakak sudah berhasil membalaskan semua dendam kamu Dhe, kakak juga sudah membuat Morgan dan Melody merasakan apa yang pernah kamu rasakan, meski Melody tidak mengakhiri hidupnya seperti kamu, tapi kakak sangat yakin tidak lama lagi ia juga pasti akan menghakhiri hidupnya juga.
Semuanya terbalaskan, kakak yakin kamu pasti tersenyum disana.. Kakak melakukan ini semua buat kamu, untuk kamu Adila.."Bisma kembali menabur bunga yang sengaja dibawanya dari rumah. Ia menyentuh papan kayu yang bertuliskan nama adik tercintanya itu. Entah apa yang ada didalam fikirannya sampai begitu yakin kalau Adila akan bahagia disana, padahal justru ini membuat Adila kecewa dan tidak tenang dialam sana.

"kemarin Melody datang kerumah, dia nangis dan mohon-mohon sama kakak, dia bahkan sampai bersujud dikaki kakak agar kakak mau bertanggung jawab.
Dia perempuan yang sangat bodoh. Sampai mati pun kakak tidak akan pernah mau bertanggung jawab, kakak justru ingin melihat dia hancur dan mati penuh kehancuran seperti apa yang pernah kamu rasakan, kakak ingin dia merasakan itu semua, kakak sangat ingin Adila.."lanjutnya lirih. Bisma memandang dengan mata berkaca patok kuburan Adila. Ia bahkan mendekapnya seolah mendekap tubuh adiknya sendiri.

"kakak rindu kamu.. Kakak ingin sekali melihat senyuman kamu.
Kakka yakin kamu pasti sekarang sedang tersenyum, tersenyum karna semuanya sudah terbalaskan oleh kakak"Bisma memejamkan kelopak matanya. Bulir bening air mata keluar membasahi pipi putihnya.


"kakak salah, justru Dila sangat sangat kecewa kak sama kakak..
Dila benar-benar kecewa sama kak Bisma, Dika kecewa kaak.."sosok perempuan berpakaian serba putih ini memandang pilu melihat apa yang Bisma lakukan didepan kedua bola matanya. Kepalanya menggeleng dengan hati yang begitu berat melihat sikap Bisma yang sangat begitu salah.

Sosok itu kemudian menghilang, entah kenapa ia langsung menghilang begitu saja, padahal biasanya setiap Bisma berkunjung ketempat peristirahatan terakhirnya ia selalu memperhatikan Bisma sampai Bisma pergi, tapi kali ini rasanya ia sangat muak dan dipenuhi rasa kecewa teramat mendalam akibat ulah sang kakak kandung sendiri.





Bersambung..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Nggak Komentar, Nggak Kece :p