Selasa, 01 Juli 2014

Perjanjian Cinta #Part 37

Franda. Perempuan cantik berwajah oriental ini tengah asik menyiapkan menu makanan untuk sarapan pagi kedua pangeran hatinya. Wajah cantiknya nampak berseri. Bibirnya sesekali tersenyum, bahkan terdengar suara kecil dari bibir tipisnya jika ternyata ia tengah bersenandung ria.


"Ummm.. Bisma sama Ais pasti suka nih sama menu pagi ini. Apalagi ini yang buat aku, bukan bi Min.." Franda lagi-lagi tersenyum. Dua piring nasi goreng special ditatapnya dan aroma wanginya dihirup begitu dalam.

Franda menaruh dua piring nasi goreng yang telah selesai dibuatnya. Ia menaruhnya satu porsi untuk jagoan kecilnya, dan satu porsi lagi untuk suami tercintanya. Sedangkan dirinya sendiri justru tidak.


"Ihh, ko aku kefikiran yang semalam terus yah? Bisma bisa banget kalo udah ngerayu. Awas aja kamu Bis kalo bohongin aku. Aku cincang kamu ntar.." Franda bergumam diiringi senyuman kecilnya. Ia menarik kursi meja makannya lalu duduk diatas kursi tersebut dengan menopang dagu pada satu tangannya.


"Heumm.. Masih pagi Nda, masa udah ngelamun. Emang ngelamunin apa sih, hem?"

Tiba-tiba Franda menoleh kaget mendapati sosok Bisma yang sudah berada disampingnya. Bibirnya tersenyum menatap wajah tampan sang suami yang datang bersama jagoan kecilnya.

"Kamu kenapa sih? Ditanya bukannya jawab, malah senyum. Abis kesambet dimana emang, hem?" Bisma memicingkan matanya menatap Franda.

Franda hanya terkekeh kecil lalu meraih tubuh mungil Elfaris yang tengah Bisma gendong.

"Uhh jagoan kesayangan bunda ternyata udah ganteng.. Mmuach! Lucu banget cih kamu sayang..mmuach-muuach!" Franda meletakkan Elfaris hingga berdiri diatas kursi meja makan. Kedua pipi chuaby bocah tampan itu dikecupnya gemas. Poni hitam Elfaris Franda usap dan juga diberikan kecupan olehnya.

"Heem.. Masa cuma anaknya aja yang dikecup. Ayahnya enggak nih...?" ujar Bisma menyindir.

Franda menoleh. Kedua mata sipitnya menangkap sebuah senyuman nakal dibibir Bisma.

"Ah lama kamu Nda. Sini biar aku yang kecup aja deh. Emmmmuuuacch!" tanpa menunggu lama Bisma langsung mendaratkan satu kecupan mautnya tepat dibibir Franda.

"Issh! Bisma apaan sih?!" Franda menepis wajah Bisma risih. Rupanya suaminya ini tidak tahu tempat juga untuk melakukan kiss terhadapnya.

"Kenap...?" baru saja Bisma hendak bertanya. Namun kalimatnya sudah terhenti karna melihat sosok bocah tampan jagoan kecilnya yang membolakan matanya tanpa kedip.

"Heh? Ais lihat apa?" Bisma terpelongo kaget melihat ekspresi wajah Elfaris.

"Ayah balusan apain bunda? Ko ciumnya dibibil? Plasaan bunda gak pelan cium Ais dibibil, tapi ko ayaaah.."

"Usst, udah-udah. Mending sekarang kita makan aja deh yuk? Tadi itu anggap aja gak pernah Ais lihat. Ayo sayang, bunda bikin nasi goreng tuh kesukaan Ais." Franda melerai bermaksud mengalihkan perhatian.

"T..tapi bun, Ais masih pnasalan. Plasaan Ais juga pelnah deh lihat ayah cium bibil bunda. Tapi dimana yah? Ais lupa." bocah tampan berwajah menggemaskan itu nampak mengingat-ngingat.

Franda memandang Bisma geram. Seukir senyuman malu Bisma lemparkan pada istrinya itu.

"Peace sayang.. Gak sengaja." ujarnya cengengesan seraya mengangkat kedua jarinya hingga membentuk huruf V.

"Hufh, awas kamu. Kalo sekali lagi kaya gitu!" Franda mencubit pinggang Bisma sebal.

Lag-lagi ayah satu anak itu hanya bisa menahan tawa melihat ekspresi marah Franda yang lucu. Bisma lalu menarik kursi kayu dihadapannya dan duduk tepat disamping Elfaris.

"Buun.." panggil Elfaris tiba-tiba.

"I..iya sayang.." Franda menoleh pelan lalu ikut duduk dikursi samping Elfaris.

Elfaris menyondongkan tubuh mungilnya. Kepalanya mendekat menatap lekat wajah sang bunda diiringi senyuman kecil.

"A..ais mau ap.."

"Mmuuaaahh.. Ais sayang sama bunda."

Tiba-tiba Franda terpelongo kaget karna Elfaris mengecup bibirnya seperti apa yang dilakukan Bisma tadi.

"Astaga! Ais ko cium bibir bunda sih?" pekik Bisma kaget. Franda sendiri masih tidak percaya karna biasanya Elfaris hanya berani mengecup pipi dan keningnya saja.

"Kenapa yah? Bukanya tadi ayah juga cium bibil bunda ya? Ayah cium bibil bunda pasti kalna ayah sayang sama bunda. Ais juga sayang bunda yah, makanya Ais cium bibil bunda kaya ayah tadi." Elfaris berujar dengan polosnya seraya tersenyum lebar.

"GLEK!" Bisma menelan ludahnya kasar.

Sementara Franda sendiri hanya menutup mulutnya menahan tawa.

"Oh iya, pelut Ais udah lapel nih bun. Kita salapan sekalang aja yuk?" Elfaris melirik sang bunda.

"Ngh, i..iya sayang. Yuk kita makan. Ais biar bunda suapin yah?.." Franda mengangguk meng-iyakan. Ia meraih sepiring nasi goreng yang telah disiapkannya dan mulai menyodorkannya pada Elfaris.

"Ais sendili aja bundaa.." Elfaris menutup mulutnya saat Franda hendak menyuapi.

"Gak papa sayang, biar bunda suapin. Kan bunda juga pingin suapin Ais. Uhh ayo buka mulutnya? Nih, aaaa.." Franda kembali menyodorkan sesendok nasi goreng kearah mulut Elfaris.

Bocah tampan itu tersenyum. Mulut mungilnya perlahan ia buka dan menerima suapan dari sang bunda.

"Aaam.. Enak bun.." Elfaris mengunyah nasi goreng yang telah masuk kedalam mulutnya.

"Bunda buatnya special untuk Ais, jadi rasanya juga pasti enak.." ujar Franda lembut.

"Lagi bunda, lagi.." Elfaris membuka mulutnya lebar-lebar.

Franda terkekeh. Ia sangat senang sekali melihat Elfaris yang sangat menyukai nasi goreng buatannya. Ekspresi wajah bocah tampan itu sangat lucu. Setiap sendok nasi goreng dikunyah dan ditelannya, ia buru-buru meneguk air putih dan meminumnya cepat-cepat.

"Ya ampun, pelan-pelan sayang, nanti Ais bisa kesedak.." Franda membantu Elfaris minum.

Bocah tampan itu tidak mendengarkan. Ia hanya menganggukkan kepalanya sambil terus meneguk air putih dihadapannya hingga habis.

"Lucu, seneng banget bisa lihat pemandangan kaya gini. Besok mungkin aku gak akan bisa lihat kalian lagi. Gak bisa lihat Ais, dan aku juga gak bisa lihat kamu Nda." tiba-tiba Bisma membatin lirih memandangi dua sosok yang sangat dicintainya. Bibir Bisma sesekali tersenyum, tangannya ia ulurkan menyentuh puncak kepala Elfaris yang dapat diraihnya.

"Makannya jangan kebanyakan minum, nanti Ais bisa ngompol.." ujar Bisma bergurau.

Elfaris mendelik Bisma dengan ekspresi lucunya.

"Kenapa? Ucapan ayah ada yang salah, hem?"

"Ais ga mukin ngompol yah.. Ais kan udah besaal.." ujar Elfaris memprotes.

Bisma dan Franda terkekeh mendengar celotehan buah hati kecil mereka. Kepala Elfaris Bisma tarik lalu dikecupnya lembut.

"Ayah percaya ko Ais udah besar. Makanya ayah sama bunda inisiatif buat kasih Ais adik. Iya kan bun?"

"Hah? I..iya? Heh, iya apa?" Franda berucap gugup plus bingung.

"Haha, ya pokoknya ia aja deh Nda, biar cepet.." Bisma terkekeh melihat tingkah Franda yang rupanya tidak terlalu konek akan ucapan dirinya barusan.

"Ih, emang kamu tadi ngomong apa sih? Aku gak denger.."

"Enggak. Gak ngomong apa-apa. Udah makan dulu aja. Dari tadi aku lihat kamu gak makan. Nasi gorengnya juga cuma bikin dua piring. Gimana kalau aku suapin, hem?"

"Issh, apa sih? Udah kamu aja makan dulu yang banyak. Aku bisa nanti. Lagian aku belum lapar, j..jadi..."

"Aah kelamaan. Susah banget cuma disuruh makan aja. Ayo buka mulutnya?" Bisma menyentuh kedua pipi Franda dengan ibu jari dan telunjuk kirinya.

Franda menggeleng tidak mau. Namun dengan jahilnya Bisma menatap Franda penuh ancaman.

"Yakin gak mau?" Bisma menaikkan sebelah alisnya.

"Hu-umm.." Franda menggeleng seraya menutup mulutnya tanpa mau ia buka.

"Yakinn...?" Bisma bertanya sekali lagi. Kali ini seukir senyuman nakal tersirat dari bibirnya.

"Enggaaak! Pokoknya aku gak maaa.."


"Oh no ayaaah..." Elfaris buru-buru menutupi wajahnya dengan telapak tangan. Sesekali jemarinya ia buka untuk melihat hal yang terjadi tepat didepan kedua bola matanya.

Hidung Franda dan Bisma bersentuhan. Namun bibir mereka tidak. Bisma memang jahil, namun kali ini ia tidak sampai mengecup bibir Franda lagi karna menyadari kehadiran Elfaris.

"Makan nasi gorengnya, atau kamu nanti yang aku makan?!" ancam Bisma memaksa.

Lagi-lagi Franda menggeleng. Bisma yang merasa geram langsung mendekatkan kursi yang didudukinya lalu menarik tubuh Franda agar semakin dekat dengannya.

"Kalo gak ada Ais udah aku makan kamu Nda." Bisma berbisik pelan melirik kearah jagoan kecilnya.

Franda terkekeh. Ia buru-buru mendorong tubuh Bisma agar menjauh dari wajahnya.

"Gak usah macem-macem terus deh Bis. Nanti aku juga pasti makan tanpa kamu suruh. Sekarang kamu abisin aja makanannya. Nanti siang kan kamu mau ke Jakarta. Jadi harus sarapan dulu, biar gak sakit." jelas Franda sedikit melembut.

Bisma membuang nafas sebal. Sebenarnya ia ingin sekali sarapan seraya menyuapi Franda. Namun perempuan cantiknya itu cukup keras kepala, jadi ya apa boleh buat, ialah yang harus mengalah kini.

"Sebenernya aku males ke Jakarta. Pengennya disini terus sama kamu dan Ais. Aku gak tega tinggalin kalian." Bisma membatin seraya mulai menyantap sarapan paginya kembali.




** Elfaris tengah sibuk mengeluarkan mainan-mainannya yang sangat banyak dan tersusun rapi didalam kamarnya. Ia mengambil beberapa mainan mobil-mobilan miliknya yang diletakkan diatas bufet kecil disamping tempat tidurnya.

"Mupung ayah ada dilumah, Ais pen main dulu sama ayah. Main mobil-mobilan pasti selu. Uhh Ais dadi gasabal main balapan mobil-mobilan.." Elfaris bergumam kecil.

Bocah tampan itu berjalan keluar dari kamarnya setelah berhasil mengambil mainan yang ia cari. Dua buah mobil remote control berwarna merah dan hitam diambilnya lalu ia bawa untuk menemui sang ayah.


Elfaris berlari kecil menuruni anak tangga rumahnya. Bi Min yang melihatnya sempat menyapa, namun sama sekali tidak digubris oleh bocah tampan itu.

"Duh den Faris. Aden itu ndak ada bosannya main mobil-mobilan terus. Pasti mumpung ada ayahnya to Den?" bi Min bergumam dengan senyuman melebar memandang sosok Elfaris yang berlari menjauhinya.

Tak lama bi Min segera berlalu menuju dapur karna masih banyak pekerjaannya yang belum ia selesaikan disana.



** Elfaris berlari tergesa-gesa. Ia mencari sosok Bisma sang ayah yang sedari tadi tidak juga ditemukannya.

"Hosh-hosh.. Ayaaah.. Yaah.. Ayaaaah..." Elfaris berteriak dengan nafas yang tersenggal. Bocah tampan itu berlari keluar dari kamar kedua orang tuanya karena tidak mendapati mereka disana.

"Hosh.. Ayah kemana? Bunda juga kemana? Ko gak ada dikamal?" fikirnya bingung. Sekilas raut wajahnya berubah menjadi panik dan takut.

"Ahha! Mukin ayah sama bunda lagi dibelakang lumah. Iya Ais yakin mleka ada disana. Pasti ayah sama bunda nugu Ais disana buat main lagi." Elfaris buru-buru beranjak dan kembali berlari saat teringat taman belakang rumahnya.

Langkah demi langkah Elfaris lalui. Ia tidak patah semangat karna dirinya begitu antusias ingin mengajak ayahnya bermain.



** "Aku pergi ya?"

"Gak pamit dulu sama Ais?"

"Ais gak ada dikamarnya. Client aku yang dari luar negri sore ini bakalan ke Jakarta. Jadi aku harus persiapin dan urus semuanya dulu. Aku lagi ada projek bisnis besar Nda. Nanti kalau bisnis ini berhasil, kita jalan-jalan deh, keluar negri mau?"

"Ya tapi pamitan dulu sama anaknya. Nanti kalau Ais nyariin gimana? Dia bisa nangis Bis.." jelas Franda gelisah.

Bisma membuang nafasnya berat. Arloji hitam ditangan kirinya ia lirik melihat waktu yang memang sangat mendesak mengharuskannya untuk buru-buru pulang.

"Titip salam aja yah sama Ais? Bilang akunya buru-buru. Kalau aku nunggu dia takut nanti telat sampai di Jakartanya. Kamu tau sendiri kan Jakarta itu selalu macet. Jadi aku.."

"Ya tapi sebentar Bis. Kamu gak kasian? Dia bisa nangis kalo kamu pergi gak pamit kaya gini." pinta Franda nampak memaksa.

Tiba-tiba handphone Bisma berdering. Ia melirik alat komunikasi yang segera dirogoh dari saku celana oleh suaminya.

"Tuh udah ditelfon lagi. Aku berangkat sekarang ya? Nanti aku pamitannya lewat telfon deh. Janji nanti langsung telfon Ais. Aku pamit sayang, kamu baik-baik disini, jagain Ais. Aku titip dia. Mmmuuuach, aku sayang kamu Nda." pamit Bisma menarik kepala Franda lalu mengecup kening Franda sekilas kemudian buru-buru bergegas pergi.

"Hati-hati.. Nyetirnya jangan ngebut. Kalau udah sampai telfon aku yah.." pesan Franda sedikit berteriak.

"Iya sayang. Aku pasti telfon kamu. Doain aku yah semoga kerjaan aku semuanya lancar." Bisma menghentikan langkahnya saat hendak masuk kedalam Alphard putihnya.

"Iya aku doain. Tapi jangan lupa sama janji kamu juga.." ujar Franda mengingatkan.

Bisma mengangguk mantap seraya mengacungkan ibu jarinya kearah Franda, lalu masuk kedalam mobil putihnya.

"Hati-hati.." Franda melambaikan tangannya melihat mobil Bisma yang mulai melaju meninggalkan pekarangan rumahnya.

Bisma membuka sedikit kaca mobilnya untuk melemparkan senyuman manisnya untuk Franda sebelum akhirnya ia benar-benar pergi meninggalkan Franda menuju kota Jakarta.

"Huufhh.. Rumah ini pasti sepi kalo gak ada kamu. Dan pastinya aku bakalan kangen banget sama kamu Bis.." batin Franda menghela nafasnya. Ia segera masuk dan menutup pintu rumahnya rapat-rapat.



** "J..jadi ayah benelan pelgi? Ayah Ais pelgi tigalin Ais dan gak bilang sama Ais" Elfaris nampak berdiri mematung didepan jendela kamarnya saat melihat mobil yang sangat dikenalinya melaju meninggalkan halaman rumahnya.

"BRAAKSS!!"

Tiba-tiba Elfaris menjatuhkan mainan mobil-mobilan yang tengah dipegangnya.

"Hiks.. Ayah jaat.. Ayah kenapa pelgi? Hikss. Ayaaaahh.. Ayah jangan pelgi yaah.. Ayah jangan pelgi....!!"

Tanpa menunggu lama, Elfaris langsung berlari keluar dari kamarnya. Ia berlari sekuat tenaga agar bisa mencegah kepergian sang ayah yang baru saja disadarinya.

"Hiks ayaaah.. Ayah pokoknya gaboleh pelgi.. Hiks ayah gaboleh pelgi...hiks.. Ayaaaahh.." Elfaris terus melangkah cepat menuruni anak tangga rumahnya. Ia berlari menuju pintu utama berharap kalau dirinya masih bisa mengejar dan menghentikan kepergian Bisma ayahnya.


"DEGG!!"

Jantung Elfaris terasa berhenti berdetak. Tubuhnya mematung lemas melihat halaman kompleks depan rumahnya yang sudah kosong dan tidak terlihat mobil ayahnya disana. Air mata Elfaris seketika tumpah membanjiri wajah cuabynya.

"Hiks.. Ayah kenapa pelgi? Ayah udah gak sayang lagi sama Ais? Ayaaah..hiks.. Ayah kenapa tigalin Ais?..hiks." Elfaris terisak lirih. Rasanya begitu takut dan sangat takut karna Elfaris harus ditinggal lagi oleh orang yang sangat disayanginya.

"Hik..s ayah boongin Aiss..hiks ayah boongin Ais.. Ayah bilang gak akan tigalin Ais, tapi sekalang ayah pelgi tigalin Ais..hiks ayaaah boongin Ais..hiks ayaaaah..." Elfaris berjongkok menatap jalanan kompleks yang sepi. Dirinya kini berada diluar pagar rumah mewahnya dan hanya bisa menangis karena ditinggal pergi tanpa pamit oleh sang ayah.


"Kamu kaapa? Ko nanis dipigil jaan? Kamu nyasal yah?" tiba-tiba terdengar suara sosok bocah kecil yang tak lain adalah Arfa muncul didepan Elfaris.

Elfaris mendongakan wajahnya. Ia menatap Arfa masih dengan wajah yang dibasahi air mata.

"Yaah kamu ladi. Dasal anak kecil aneh.. Arfa maes deh beuusan sama kamu. Pasti ditanya juda gabakal mau nomong.." Arfa buru-buru berlalu pergi saat mengenali wajah Elfaris yang sangat tidak asing dimatanya.

Elfaris diam. Ia tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Kedua mata sipitnya hanya memperhatikan Arfa yang berlalu masuk kedalam rumahnya dan meninggalkan dirinya begitu saja.

"A..ayaah..h..hiks. Ayaah.." dada Elfaris terasa sesak saat melihat bocah kecil itu disambut hangat oleh papah tercintanya.




Bersambung..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Nggak Komentar, Nggak Kece :p