Franda. Perempuan cantik berwajah oriental ini tengah asik
menyiapkan menu makanan untuk sarapan pagi kedua pangeran hatinya. Wajah
cantiknya nampak berseri. Bibirnya sesekali tersenyum, bahkan
terdengar suara kecil dari bibir tipisnya jika ternyata ia tengah
bersenandung ria.
"Ummm.. Bisma sama Ais pasti suka nih
sama menu pagi ini. Apalagi ini yang buat aku, bukan bi Min.." Franda
lagi-lagi tersenyum. Dua piring nasi goreng special ditatapnya dan
aroma wanginya dihirup begitu dalam.
Franda menaruh dua
piring nasi goreng yang telah selesai dibuatnya. Ia menaruhnya satu
porsi untuk jagoan kecilnya, dan satu porsi lagi untuk suami
tercintanya. Sedangkan dirinya sendiri justru tidak.
"Ihh,
ko aku kefikiran yang semalam terus yah? Bisma bisa banget kalo udah
ngerayu. Awas aja kamu Bis kalo bohongin aku. Aku cincang kamu ntar.."
Franda bergumam diiringi senyuman kecilnya. Ia menarik kursi meja
makannya lalu duduk diatas kursi tersebut dengan menopang dagu pada
satu tangannya.
"Heumm.. Masih pagi Nda, masa udah ngelamun. Emang ngelamunin apa sih, hem?"
Tiba-tiba
Franda menoleh kaget mendapati sosok Bisma yang sudah berada
disampingnya. Bibirnya tersenyum menatap wajah tampan sang suami yang
datang bersama jagoan kecilnya.
"Kamu kenapa sih? Ditanya
bukannya jawab, malah senyum. Abis kesambet dimana emang, hem?" Bisma
memicingkan matanya menatap Franda.
Franda hanya terkekeh kecil lalu meraih tubuh mungil Elfaris yang tengah Bisma gendong.
"Uhh
jagoan kesayangan bunda ternyata udah ganteng.. Mmuach! Lucu banget
cih kamu sayang..mmuach-muuach!" Franda meletakkan Elfaris hingga
berdiri diatas kursi meja makan. Kedua pipi chuaby bocah tampan itu
dikecupnya gemas. Poni hitam Elfaris Franda usap dan juga diberikan
kecupan olehnya.
"Heem.. Masa cuma anaknya aja yang dikecup. Ayahnya enggak nih...?" ujar Bisma menyindir.
Franda menoleh. Kedua mata sipitnya menangkap sebuah senyuman nakal dibibir Bisma.
"Ah
lama kamu Nda. Sini biar aku yang kecup aja deh. Emmmmuuuacch!" tanpa
menunggu lama Bisma langsung mendaratkan satu kecupan mautnya tepat
dibibir Franda.
"Issh! Bisma apaan sih?!" Franda menepis
wajah Bisma risih. Rupanya suaminya ini tidak tahu tempat juga untuk
melakukan kiss terhadapnya.
"Kenap...?" baru saja Bisma
hendak bertanya. Namun kalimatnya sudah terhenti karna melihat sosok
bocah tampan jagoan kecilnya yang membolakan matanya tanpa kedip.
"Heh? Ais lihat apa?" Bisma terpelongo kaget melihat ekspresi wajah Elfaris.
"Ayah balusan apain bunda? Ko ciumnya dibibil? Plasaan bunda gak pelan cium Ais dibibil, tapi ko ayaaah.."
"Usst,
udah-udah. Mending sekarang kita makan aja deh yuk? Tadi itu anggap aja
gak pernah Ais lihat. Ayo sayang, bunda bikin nasi goreng tuh kesukaan
Ais." Franda melerai bermaksud mengalihkan perhatian.
"T..tapi
bun, Ais masih pnasalan. Plasaan Ais juga pelnah deh lihat ayah cium
bibil bunda. Tapi dimana yah? Ais lupa." bocah tampan berwajah
menggemaskan itu nampak mengingat-ngingat.
Franda memandang Bisma geram. Seukir senyuman malu Bisma lemparkan pada istrinya itu.
"Peace sayang.. Gak sengaja." ujarnya cengengesan seraya mengangkat kedua jarinya hingga membentuk huruf V.
"Hufh, awas kamu. Kalo sekali lagi kaya gitu!" Franda mencubit pinggang Bisma sebal.
Lag-lagi
ayah satu anak itu hanya bisa menahan tawa melihat ekspresi marah
Franda yang lucu. Bisma lalu menarik kursi kayu dihadapannya dan duduk
tepat disamping Elfaris.
"Buun.." panggil Elfaris tiba-tiba.
"I..iya sayang.." Franda menoleh pelan lalu ikut duduk dikursi samping Elfaris.
Elfaris menyondongkan tubuh mungilnya. Kepalanya mendekat menatap lekat wajah sang bunda diiringi senyuman kecil.
"A..ais mau ap.."
"Mmuuaaahh.. Ais sayang sama bunda."
Tiba-tiba Franda terpelongo kaget karna Elfaris mengecup bibirnya seperti apa yang dilakukan Bisma tadi.
"Astaga!
Ais ko cium bibir bunda sih?" pekik Bisma kaget. Franda sendiri masih
tidak percaya karna biasanya Elfaris hanya berani mengecup pipi dan
keningnya saja.
"Kenapa yah? Bukanya tadi ayah juga cium
bibil bunda ya? Ayah cium bibil bunda pasti kalna ayah sayang sama
bunda. Ais juga sayang bunda yah, makanya Ais cium bibil bunda kaya ayah
tadi." Elfaris berujar dengan polosnya seraya tersenyum lebar.
"GLEK!" Bisma menelan ludahnya kasar.
Sementara Franda sendiri hanya menutup mulutnya menahan tawa.
"Oh iya, pelut Ais udah lapel nih bun. Kita salapan sekalang aja yuk?" Elfaris melirik sang bunda.
"Ngh,
i..iya sayang. Yuk kita makan. Ais biar bunda suapin yah?.." Franda
mengangguk meng-iyakan. Ia meraih sepiring nasi goreng yang telah
disiapkannya dan mulai menyodorkannya pada Elfaris.
"Ais sendili aja bundaa.." Elfaris menutup mulutnya saat Franda hendak menyuapi.
"Gak
papa sayang, biar bunda suapin. Kan bunda juga pingin suapin Ais. Uhh
ayo buka mulutnya? Nih, aaaa.." Franda kembali menyodorkan sesendok
nasi goreng kearah mulut Elfaris.
Bocah tampan itu tersenyum. Mulut mungilnya perlahan ia buka dan menerima suapan dari sang bunda.
"Aaam.. Enak bun.." Elfaris mengunyah nasi goreng yang telah masuk kedalam mulutnya.
"Bunda buatnya special untuk Ais, jadi rasanya juga pasti enak.." ujar Franda lembut.
"Lagi bunda, lagi.." Elfaris membuka mulutnya lebar-lebar.
Franda
terkekeh. Ia sangat senang sekali melihat Elfaris yang sangat menyukai
nasi goreng buatannya. Ekspresi wajah bocah tampan itu sangat lucu.
Setiap sendok nasi goreng dikunyah dan ditelannya, ia buru-buru meneguk
air putih dan meminumnya cepat-cepat.
"Ya ampun, pelan-pelan sayang, nanti Ais bisa kesedak.." Franda membantu Elfaris minum.
Bocah tampan itu tidak mendengarkan. Ia hanya menganggukkan kepalanya sambil terus meneguk air putih dihadapannya hingga habis.
"Lucu,
seneng banget bisa lihat pemandangan kaya gini. Besok mungkin aku gak
akan bisa lihat kalian lagi. Gak bisa lihat Ais, dan aku juga gak bisa
lihat kamu Nda." tiba-tiba Bisma membatin lirih memandangi dua sosok
yang sangat dicintainya. Bibir Bisma sesekali tersenyum, tangannya ia
ulurkan menyentuh puncak kepala Elfaris yang dapat diraihnya.
"Makannya jangan kebanyakan minum, nanti Ais bisa ngompol.." ujar Bisma bergurau.
Elfaris mendelik Bisma dengan ekspresi lucunya.
"Kenapa? Ucapan ayah ada yang salah, hem?"
"Ais ga mukin ngompol yah.. Ais kan udah besaal.." ujar Elfaris memprotes.
Bisma dan Franda terkekeh mendengar celotehan buah hati kecil mereka. Kepala Elfaris Bisma tarik lalu dikecupnya lembut.
"Ayah percaya ko Ais udah besar. Makanya ayah sama bunda inisiatif buat kasih Ais adik. Iya kan bun?"
"Hah? I..iya? Heh, iya apa?" Franda berucap gugup plus bingung.
"Haha,
ya pokoknya ia aja deh Nda, biar cepet.." Bisma terkekeh melihat
tingkah Franda yang rupanya tidak terlalu konek akan ucapan dirinya
barusan.
"Ih, emang kamu tadi ngomong apa sih? Aku gak denger.."
"Enggak.
Gak ngomong apa-apa. Udah makan dulu aja. Dari tadi aku lihat kamu gak
makan. Nasi gorengnya juga cuma bikin dua piring. Gimana kalau aku
suapin, hem?"
"Issh, apa sih? Udah kamu aja makan dulu yang banyak. Aku bisa nanti. Lagian aku belum lapar, j..jadi..."
"Aah
kelamaan. Susah banget cuma disuruh makan aja. Ayo buka mulutnya?"
Bisma menyentuh kedua pipi Franda dengan ibu jari dan telunjuk kirinya.
Franda menggeleng tidak mau. Namun dengan jahilnya Bisma menatap Franda penuh ancaman.
"Yakin gak mau?" Bisma menaikkan sebelah alisnya.
"Hu-umm.." Franda menggeleng seraya menutup mulutnya tanpa mau ia buka.
"Yakinn...?" Bisma bertanya sekali lagi. Kali ini seukir senyuman nakal tersirat dari bibirnya.
"Enggaaak! Pokoknya aku gak maaa.."
"Oh
no ayaaah..." Elfaris buru-buru menutupi wajahnya dengan telapak
tangan. Sesekali jemarinya ia buka untuk melihat hal yang terjadi tepat
didepan kedua bola matanya.
Hidung Franda dan Bisma
bersentuhan. Namun bibir mereka tidak. Bisma memang jahil, namun kali
ini ia tidak sampai mengecup bibir Franda lagi karna menyadari
kehadiran Elfaris.
"Makan nasi gorengnya, atau kamu nanti yang aku makan?!" ancam Bisma memaksa.
Lagi-lagi
Franda menggeleng. Bisma yang merasa geram langsung mendekatkan kursi
yang didudukinya lalu menarik tubuh Franda agar semakin dekat
dengannya.
"Kalo gak ada Ais udah aku makan kamu Nda." Bisma berbisik pelan melirik kearah jagoan kecilnya.
Franda terkekeh. Ia buru-buru mendorong tubuh Bisma agar menjauh dari wajahnya.
"Gak
usah macem-macem terus deh Bis. Nanti aku juga pasti makan tanpa kamu
suruh. Sekarang kamu abisin aja makanannya. Nanti siang kan kamu mau ke
Jakarta. Jadi harus sarapan dulu, biar gak sakit." jelas Franda sedikit
melembut.
Bisma membuang nafas sebal. Sebenarnya ia
ingin sekali sarapan seraya menyuapi Franda. Namun perempuan cantiknya
itu cukup keras kepala, jadi ya apa boleh buat, ialah yang harus
mengalah kini.
"Sebenernya aku males ke Jakarta. Pengennya
disini terus sama kamu dan Ais. Aku gak tega tinggalin kalian." Bisma
membatin seraya mulai menyantap sarapan paginya kembali.
**
Elfaris tengah sibuk mengeluarkan mainan-mainannya yang sangat banyak
dan tersusun rapi didalam kamarnya. Ia mengambil beberapa mainan
mobil-mobilan miliknya yang diletakkan diatas bufet kecil disamping
tempat tidurnya.
"Mupung ayah ada dilumah, Ais pen main
dulu sama ayah. Main mobil-mobilan pasti selu. Uhh Ais dadi gasabal
main balapan mobil-mobilan.." Elfaris bergumam kecil.
Bocah
tampan itu berjalan keluar dari kamarnya setelah berhasil mengambil
mainan yang ia cari. Dua buah mobil remote control berwarna merah dan
hitam diambilnya lalu ia bawa untuk menemui sang ayah.
Elfaris
berlari kecil menuruni anak tangga rumahnya. Bi Min yang melihatnya
sempat menyapa, namun sama sekali tidak digubris oleh bocah tampan itu.
"Duh
den Faris. Aden itu ndak ada bosannya main mobil-mobilan terus. Pasti
mumpung ada ayahnya to Den?" bi Min bergumam dengan senyuman melebar
memandang sosok Elfaris yang berlari menjauhinya.
Tak lama bi Min segera berlalu menuju dapur karna masih banyak pekerjaannya yang belum ia selesaikan disana.
** Elfaris berlari tergesa-gesa. Ia mencari sosok Bisma sang ayah yang sedari tadi tidak juga ditemukannya.
"Hosh-hosh..
Ayaaah.. Yaah.. Ayaaaah..." Elfaris berteriak dengan nafas yang
tersenggal. Bocah tampan itu berlari keluar dari kamar kedua orang
tuanya karena tidak mendapati mereka disana.
"Hosh.. Ayah
kemana? Bunda juga kemana? Ko gak ada dikamal?" fikirnya bingung.
Sekilas raut wajahnya berubah menjadi panik dan takut.
"Ahha!
Mukin ayah sama bunda lagi dibelakang lumah. Iya Ais yakin mleka ada
disana. Pasti ayah sama bunda nugu Ais disana buat main lagi." Elfaris
buru-buru beranjak dan kembali berlari saat teringat taman belakang
rumahnya.
Langkah demi langkah Elfaris lalui. Ia tidak patah semangat karna dirinya begitu antusias ingin mengajak ayahnya bermain.
** "Aku pergi ya?"
"Gak pamit dulu sama Ais?"
"Ais
gak ada dikamarnya. Client aku yang dari luar negri sore ini bakalan
ke Jakarta. Jadi aku harus persiapin dan urus semuanya dulu. Aku lagi
ada projek bisnis besar Nda. Nanti kalau bisnis ini berhasil, kita
jalan-jalan deh, keluar negri mau?"
"Ya tapi pamitan dulu sama anaknya. Nanti kalau Ais nyariin gimana? Dia bisa nangis Bis.." jelas Franda gelisah.
Bisma
membuang nafasnya berat. Arloji hitam ditangan kirinya ia lirik
melihat waktu yang memang sangat mendesak mengharuskannya untuk
buru-buru pulang.
"Titip salam aja yah sama Ais? Bilang
akunya buru-buru. Kalau aku nunggu dia takut nanti telat sampai di
Jakartanya. Kamu tau sendiri kan Jakarta itu selalu macet. Jadi aku.."
"Ya tapi sebentar Bis. Kamu gak kasian? Dia bisa nangis kalo kamu pergi gak pamit kaya gini." pinta Franda nampak memaksa.
Tiba-tiba handphone Bisma berdering. Ia melirik alat komunikasi yang segera dirogoh dari saku celana oleh suaminya.
"Tuh
udah ditelfon lagi. Aku berangkat sekarang ya? Nanti aku pamitannya
lewat telfon deh. Janji nanti langsung telfon Ais. Aku pamit sayang,
kamu baik-baik disini, jagain Ais. Aku titip dia. Mmmuuuach, aku sayang
kamu Nda." pamit Bisma menarik kepala Franda lalu mengecup kening
Franda sekilas kemudian buru-buru bergegas pergi.
"Hati-hati.. Nyetirnya jangan ngebut. Kalau udah sampai telfon aku yah.." pesan Franda sedikit berteriak.
"Iya
sayang. Aku pasti telfon kamu. Doain aku yah semoga kerjaan aku
semuanya lancar." Bisma menghentikan langkahnya saat hendak masuk
kedalam Alphard putihnya.
"Iya aku doain. Tapi jangan lupa sama janji kamu juga.." ujar Franda mengingatkan.
Bisma mengangguk mantap seraya mengacungkan ibu jarinya kearah Franda, lalu masuk kedalam mobil putihnya.
"Hati-hati.." Franda melambaikan tangannya melihat mobil Bisma yang mulai melaju meninggalkan pekarangan rumahnya.
Bisma
membuka sedikit kaca mobilnya untuk melemparkan senyuman manisnya
untuk Franda sebelum akhirnya ia benar-benar pergi meninggalkan Franda
menuju kota Jakarta.
"Huufhh.. Rumah ini pasti sepi kalo
gak ada kamu. Dan pastinya aku bakalan kangen banget sama kamu Bis.."
batin Franda menghela nafasnya. Ia segera masuk dan menutup pintu
rumahnya rapat-rapat.
** "J..jadi ayah
benelan pelgi? Ayah Ais pelgi tigalin Ais dan gak bilang sama Ais"
Elfaris nampak berdiri mematung didepan jendela kamarnya saat melihat
mobil yang sangat dikenalinya melaju meninggalkan halaman rumahnya.
"BRAAKSS!!"
Tiba-tiba Elfaris menjatuhkan mainan mobil-mobilan yang tengah dipegangnya.
"Hiks.. Ayah jaat.. Ayah kenapa pelgi? Hikss. Ayaaaahh.. Ayah jangan pelgi yaah.. Ayah jangan pelgi....!!"
Tanpa
menunggu lama, Elfaris langsung berlari keluar dari kamarnya. Ia
berlari sekuat tenaga agar bisa mencegah kepergian sang ayah yang baru
saja disadarinya.
"Hiks ayaaah.. Ayah pokoknya gaboleh
pelgi.. Hiks ayah gaboleh pelgi...hiks.. Ayaaaahh.." Elfaris terus
melangkah cepat menuruni anak tangga rumahnya. Ia berlari menuju pintu
utama berharap kalau dirinya masih bisa mengejar dan menghentikan
kepergian Bisma ayahnya.
"DEGG!!"
Jantung
Elfaris terasa berhenti berdetak. Tubuhnya mematung lemas melihat
halaman kompleks depan rumahnya yang sudah kosong dan tidak terlihat
mobil ayahnya disana. Air mata Elfaris seketika tumpah membanjiri wajah
cuabynya.
"Hiks.. Ayah kenapa pelgi? Ayah udah gak sayang
lagi sama Ais? Ayaaah..hiks.. Ayah kenapa tigalin Ais?..hiks." Elfaris
terisak lirih. Rasanya begitu takut dan sangat takut karna Elfaris
harus ditinggal lagi oleh orang yang sangat disayanginya.
"Hik..s
ayah boongin Aiss..hiks ayah boongin Ais.. Ayah bilang gak akan tigalin
Ais, tapi sekalang ayah pelgi tigalin Ais..hiks ayaaah boongin
Ais..hiks ayaaaah..." Elfaris berjongkok menatap jalanan kompleks yang
sepi. Dirinya kini berada diluar pagar rumah mewahnya dan hanya bisa
menangis karena ditinggal pergi tanpa pamit oleh sang ayah.
"Kamu
kaapa? Ko nanis dipigil jaan? Kamu nyasal yah?" tiba-tiba terdengar
suara sosok bocah kecil yang tak lain adalah Arfa muncul didepan
Elfaris.
Elfaris mendongakan wajahnya. Ia menatap Arfa masih dengan wajah yang dibasahi air mata.
"Yaah
kamu ladi. Dasal anak kecil aneh.. Arfa maes deh beuusan sama kamu.
Pasti ditanya juda gabakal mau nomong.." Arfa buru-buru berlalu pergi
saat mengenali wajah Elfaris yang sangat tidak asing dimatanya.
Elfaris
diam. Ia tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Kedua mata sipitnya
hanya memperhatikan Arfa yang berlalu masuk kedalam rumahnya dan
meninggalkan dirinya begitu saja.
"A..ayaah..h..hiks. Ayaah.." dada Elfaris terasa sesak saat melihat bocah kecil itu disambut hangat oleh papah tercintanya.
Bersambung..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Nggak Komentar, Nggak Kece :p