Kamis, 30 Oktober 2014

Perjanjian Cinta #Part50

Sebuah pusat perbelanjaan yang cukup luas dan besar. Terlihat keluarga kecil nan bahagia ini berputar-putar mencari apapun yang diinginkan.
Meski awalnya Bisma ragu mengajak Franda dan Elfaris kesebuah mall. Namun melihat raut kebahagiaan dari istri dan jagoan kecilnya itu membuat Bisma berfikir ulang karna ia pun merasa bahagia melihat keceriaan diwajah keduanya.

"Bunda Ais mau es klim." pinta Elfaris menghentikan langkahnya.

Franda segera merogoh tas hitamnya. Ia mengeluarkan dompet putihnya lalu diambil lah lembaran uang lima puluh ribuan dari dompetnya tersebut.

"Ini sayang, beli sendiri yah?" ujarnya lembut.

"Yeyyee! Makasih bunda. Ais mau beli dulu yah?" Elfaris meloncat senang. Wajahnya tampak sangat ceria karna apapun yang diinginkannya terus Franda turuti.

"Perasaan tadi di pintu masuk kita udah beli es krim deh buat Ais. Kenapa dikasih lagi sih bun? Kalau nanti dia sakit gimana?" Bisma mulai membuka suara. Rupanya ia sedikit tidak suka karna Franda terlalu memanjakan putranya.

"Gak papa dong yah sekali-kali. Lagian kalau dirumah Ais jarang kan makan es krim atau es lainnya. Jadi gak ada salah dong kalau Nda kasih?" jelas Franda melebarkan senyum manisnya. Bisma diam. Ia membuang nafasnya pasrah tanpa bisa memprotes lagi.

"Lucu banget. Perasaan dari tadi mukanya pasrah terus. Ayah kamu lucu sayang.." Franda membatin geli menahan tawa. Ekspresi wajah Bisma memang sangat lucu. Perut besarnya pun tak henti ia elusi pelan.

"Jadi gak cari coklatnya? Perasaan tujuan awal kita buat cari coklat deh bun." Bisma kembali membuka suara.

Franda tidak bergeming. Ia tetap saja dengan posisinya yang tersenyum memandangi wajah Bisma sambil mengusapi perut besarnya tanpa menyahuti ucapan Bisma(?).

"Hmm dia malah ngelamun.." Bisma menggelengkan kepalanya melihat apa yang terjadi pada istrinya ini.

Tak lama lelaki bertubuh tidak terlalu besar ini mendekat dan berdiri dibelakang Franda. Dengan sangat pelan kedua tangannya ia ulurkan lalu di daratkannya hingga melingkar diperut besar Franda.

"Ekhemm.. Lagi lihatin apa sih bun? Sampe serius gitu?" ujar Bisma menelusupkan wajahnya dileher jenjang Franda.

Franda tersentak kaget. Lamunannya terbuyar. Ia buru-buru menyentuh tangan Bisma yang melingkar lembut diperut besarnya.

"Y..yah kamu ngapain sih? K..ko bisa langsung meluk Nda gini?
Lepasin yah? Malu tau dilihat orang." ujar Franda berusaha melepaskan tangan Bisma.

Bisma tersenyum. Ia mengecup pipi Franda lalu melepaskan kedua tangannya yang memeluk Franda dari belakang.

"Gak tau tempat banget. Masa ditempat ramai kaya gini main.peluk-pelukan? Kamu tuh rese juga ya yah?! Gak tau apa kalau perut Nda udah segede gini?" ketus Franda sebal. Ia mengatur nafasnya karna terasa cukup sesak bercampur kaget saat Bisma memeluknya tadi.

"Lagian siapa suruh Nda bengong. Di ajak ngomong malah senyum-senyum sambil diem. Yaudah mending dipeluk aja biar gak kesambet." balas Bisma sekenanya.

"Ngh, y..ya tapi gak usah pake peluk juga kan bisa." Franda menatap Bisma sebal.

Bisma tersenyum. Ia melirik perut besar Franda lalu diusapnya pelan.

"Bunda kamu tuh suka malu-malu meong. Padahal ayah tuh yakin, bunda pasti seneng ayah peluk." Bisma berbisik didepan perut besar Franda. Ia mengajak bicara bayi keduanya yang masih Franda kandung lalu dikecupnya sekilas.

"Siapa yang malu-malu meong? Ihh kamu tuh rese ya yah?" protes Franda terkekeh sebal akan ucapan Bisma.

"Emang bener ko. Iya kan? Kalo gak seneng, gak mungkin perut Nda bisa segede ini."

"Isshhh Bismaa!!"

"Hehe becanda sayaang. Maaf deh maaf.."

"Tau ah, sebel!"

"Yaah mulai deh ngambek.."

"Tau!"

"Tuh kan.. Yaudah kan ayah tadi cuma becanda. Lagian emang bener kan ucapan ayah? Kalau Nda gak suka gak mungkin perut Nda bisaa.."

Franda langsung menatap Bisma tajam.

"Hehee peace bun.." Bisma cengengesan sambil mengangkat jarinya membentuk huruf V.

"Nda mau lihat Ais aja. Kamu nyenenginnya cuma sebentar-sebentar. Selebihnya banyak ngeselin!" ketus Franda beranjak meninggalkan Bisma untuk mencari Elfaris.

"Yaah mulai deh dia ngambek.
Ko gue bisa kelupaan yah kalo Franda tuh lagi sensitif-sensitifnya?
Namanya juga wanita hamil, pasti sangat sensitif.
Hmm tapi lucu juga sih kalo udah godain Franda. Pipinya tuh suka jadi merah, trus marahnya itu lucu. Hmm Nda Nda, makin sayang ayah sama kamu.." Bisma tersenyum melihat tingkah sang istri. Ia kemudian ikut beranjak untuk menyusul Franda menemui Elfaris.







**
Setelah cukup lama berputar-putar di mall dan berbelanja. Bisma memutuskan untuk pulang karna malam mulai larut.
Awalnya Franda dan Elfaris menolak dengan alasan belum merasa puas. Namun karna Bisma terus memaksa, akhirnya perempuan berbadan dua dan jagoan kecilnya itu pun mau pulang juga.

"Baru juga satu jam, masa udah pulang aja. Tega kamu yah.." Franda menunjukan raut kekecewaan diwajahnya.

"Iya bnel, balu juga sampe udah pulang. Ayah payah.." Elfaris ikut-ikutan kecewa. Rupanya ia benar-benar belum puas berkeliling dipuas peebelanjaan tersebut.

"Terserah deh mau pada ngomong apa. Yang pasti ini udah malam. Siapa suruh ngajak ke mall diatas jam tujuh, jadi ya tanggung sendiri kalau gak bisa lama-lama." ujar Bisma pura-pura cuek. Ia tetap fokua dengan mobil yang tengah dikemudikannya.

Franda berdecak sebal. Ia memalingkan wajahnya tanpa mau berlama-lama menatap Bisma.

"Ngambek aja terussss..." ujar Bisma menyindir. Ia mengetuk-ngetuk jarinya diatas stir saat Franda menoleh kearahnya.

"Siapa suruh bikin istri kesel terus?!" ketus Franda kembali memalingkan wajahnya.

Bisma malah tersenyum. Ia dengan jahilnya mencolek dagu Franda hingga membuat Franda semakin kesal.

"Issshhh kamu tuh bisa diem gak sih?!" geramnya.

"Enggak." jawab Bisma enteng.

Franda memalingkan wajahnya lagi. Namun Bisma kembali mencolek dagunya dengan jahil.

"Issshh Bisma DIEM bisa gak sih?!" bentak Franda menepis tangan Bisma cukup keras.

"O ouww kayaknya marahnya beneran nih?" Bisma menunjukkan deretan gigi putihnya dengan wajah tanpa dosa. (Baca: nyengir).

"Ya Tuhaan.. Kenapa dia selalu ngeselin kaya gini sih?
Yakin banget sejuta persen anak keduaku ini pasti bakalan lebih mirip sama ayahnya. Abis Bisma bikin kesel terus." Franda membatin menahan marah. Nafasnya sampai tidak beraturan karna tingkan Bisma yang terus saja menyebalkan.

"Ayah awass!!" tiba-tiba saja Elfaris berteriak menunjuk kearah depan.

Bisma yang kaget langsung melihat kearah depan dan menghentikan mobilnya mendadak.

"Ciieeeetttt...."

"BRUKK!!"

"Astaghfirullah.. Itu tadi apaan?" Bisma mengatur nafasnya kaget.

"Speltinya ayah nablak olang.." ujar Elfaris yakin.

"Nabrak?" Franda menoleh kaget menatap Elfaris.

"Tadi kaya ada yang lewat gitu bunda, tapi ayah sama bunda libut telus sih. Dadinya ayah nablak olang itu." Elfaris menjelaskan akan apa yang dilihatnya.

"DEGG!!"

Jantung Bisma seakan berhenti berdetak mendengar penuturan Elfaris.

"Bis, kamuu.." wajah Franda seketika nerubah menjadi panik dan takut.

"Ayah mau lihat dulu sebentar." Bisma membuka pintu mobilnya kemudian keluar untuk melihat akan apa yang barusan tak sengaja di tabraknya.

"Ais tunggu didalam. Bunda mau lihat keluar." ujar Franda kemudian ikut keluar dari mobilnya menyusul Bisma.

Elfaris hanya mengangguk kecil menuruti ucapan bundanya. Ia tetap didalam tidak ikut keluar dari mobil.


**
"D..dia?"

"Astaghfirullah.. Yah, kamu beneran nabrak orang?" Franda memekik kaget tidak percaya.

Bisma dengan tangan yang bergetar buru-buru mengangkat kepala seorang perempuan yang tergeletak didepan mobilnya.

"Yah tolongin, kita bawa kerumah sakit aja langsung."

"Engh, j..jangan."

"Kenapa jangan?" Franda menatap Bisma bingung.

"Engh, m..maksudnya gak usah di bawa ke rumah sakit. Kan rumah sakit cukup jauh bun. Kita bawa kerumah aja. Lagian dia cuma pingsan, lukanya juga gak terlalu parah." jelas Bisma sedikit gugup.

"Y..yaudah kita bawa masuk ke mobil." setuju Franda akhirnya.

"I..iya bun." Bisma mengangguk setuju.

Tubuh perempuan yang memiliki wajah sangat tak asing bagi Bisma pun langsung dibawa masuk kedalam mobil untuk segera dibawa pulang dan diberikan pertolongan.

"Mukanya sangat mirip sama Nadin. Apa dia Nadin?" Bisma membatin bingung mengingat wajah perempuan yang kini sudah berada didalam mobilnya.

"Yah cepetan, kamu ko lama banget sih? Nanti kalau lukanya malah makin parah gimana?" ujar Franda sedikit mengagetkan.

"Engh, i..iya bun. Ini mobilnya mau ayah jalanin ko." balas Bisma gugup. Tanpa menunggu lama dan membuat Franda berfikir macam-macam. Bisma pun segera menjalankan mobilnya agar bisa cepat pulang.






**
Setibanya dirumah, Bisma langsung membawa perempuan yang menurutnya bernama Nadin itu menuju kamar tamu. Ia membaringkan perempuan tersebut dengan Franda dan Elfaris yang membuntutinya dari belakang.

"Ayah mau ambil kotak P3K dulu." pamit Bisma berlalu keluar dari kamar. Ia tampak panik dan gelisah.

"Bisma kenapa? Ko dia bisa sepanik itu?" Franda memandang Bisma bingung.

"Bunda Ais ngantuk.."

Franda menoleh melihat sosok jagoan kecilnya yang memang sudah menguap terus sejak tadi.

"Ais duluan ke kamar yah? Nanti bunda nyusul.." suruh Franda lembut.

"Iya bun, Ais bobo duluan yah? Mmuahh, dah bunda.." Elfaris mengecup pipi Franda lalu beranjak keluar.

Franda mengacak poni Elfaris sebelum bocah tampan itu benar-benar pergi dari hadapannya.

Tak lama Bisma kembali masuk dengan membawa kotak P3K.

"Biar sama Nda aja yah, kamu mending ganti baju. Itu baju kamu ada noda darahnya. Nda juga sekalian nanti biar yang gantiin baju perempuan ini. Bajunya cukup kotor dan ada noda darahnya. Nanti biar dia pake baju Nda dulu."

"T..tapi bun?"

"Udah gak papa. Nda bisa ko kalau cuma kasih perban aja. Lagian lukanya cuma di kening aja kan?"

"Tapi bun, ini udah cukup malam. Mending bunda ke kamar aja buat istirahat. Ayah takut nanti Nda malah sakit, ke kamar aja ya?"

"Udah gak papa. Nda bisa ko yah." ujar Franda meyakinkan.

"Hufh, yaudah terserah aja. Kalo gitu ayah mau ke kamar dulu buat ganti baju." pasrah Bisma. Ia mengacak poni Franda lalu beranjak keluar.

"Iya." Franda mengangguk dengan senyuman kecilnya. Tidak sedikit pun ia merasa aneh atau curiga akan sikap Bisma yang sebenarnya cukup aneh.

"Kasian cewek ini, dia kayak abis dikejar-kejar orang.
Mukanya juga kaya orang ketakutan gitu. Tapi Bisma teledor, untung aja dia lukanya gak terlalu parah. Kalau parah kan bisa njang urusannya." Franda duduk mendekati perempuan yang masih terbaring pingsan ini.

Perlahan Franda mencoba mengobati luka di kening perempuan tersebut. Beberapa luka kecil ditangan pun ikut ia obati. Dibalut dan diperbannya dengan sangat hati-hati.
Tak lama pakaian yang dikenakan perempuan tersebut pun ia lepas dsn diganti dengan baju miliknya karna baju tersebut cukup kotor.

"Cewek ini lumayan cantik juga. Dia sebenarnya siapa yah? Ko perasaan aku jadi gak enak?" Franda membatin gelisah.




**
"Gak, itu gak mungkin Nadin!
Ya Tuhan.. Dia cuma masa lalu. Kenapa gue harus ketemu dia?
Kenapa juga gue malah bawa dia kerumah ini. Aaaaarrggghhhh!!!!"

Bisma mengacak rambutnya frustasi. Ia sepertinya memang yakin kalau perempuan yang tadi tak sengaja ditabraknya itu adalah Nadin gadis yang pernah menjadi masa lalu untuknya.

"Gue takut. Gue gak mau nyakitin Franda. Gue sayang dan cinta banget sama dia. Tapi kalau Franda tau tentang Nadin, d..dia pasti akan marah besar sama gue?
Ya Tuhan.. Gimana ini?
Kenapa Nadin harus hadir lagi sih?
Kenapa dia harus muncul?
ARRRGGHHHHH!!!!" Bisma benar-benar tampak frustasi dan ketakutan sendiri.
Entah apa maksud dari ucapannya.
Mungkin saat hubungannya tengah renggang dengan Franda  dulu Nadin sempat dekat dengannya. Atau mungkin sebelum Bisma mengenal Franda, Bisma memang pernah dekat dengan gadis bernama Nadin tersebut.





*
"Ya ampuun, ko masih belum ganti baju juga sih yah?
Kamu tuh bener-bener ya?"

Tiba-tiba sosok perempuan cantik berbadan dua ini masuk mendekati suaminya.

Bisma yang masih berdiam diri dan bengong menoleh sekilas akan kehadiran sang istri.

"Ih malah senyum lagi. Ditanya bukannya jawab malah senyum." Franda berjalan mendekati Bisma.

Bisma tidak menjawab. Ia malah mengulurkan tangannya saat Franda berdiri didekatnya. Tangan kekarnya itu ia daratkan diatas perut besar Franda lalu diusapnya perlahan.

"Ayah kangen sama dia bun.. Dia lagi ngapain ya didalam?" Bisma menempelkan telinganya diatas perut besar Franda. Kecupan-kecupan hangat pun ia daratkan dengan lembutnya disana.

"Dia lagi berenang yah.." canda Franda tertawa kecil.

"Mana bisa dia berenang? Kakaknya aja gak bisa-bisa." Bisma kembali mengecup perut besar Franda tanpa mau mengalihkan pandangannya.

"Ya kakaknya berati gak berbakat. Dia kan kaya Nda yang gak terlalu bisa berenang." Franda merubah posisinya menjadi duduk.

"Kangen bun.." Bisma menatap wajah Franda lirih.

"Kamu kenapa sih? Bukannya tadi dimobil kita lagi marahan ya?" Franda menautkan alisnya bingung.

Bisma tidak menjawab. Ia malah mendekap tubuh Franda lalu memeluknya erat meski sedikit kesulitan karna perut Franda yang semakin membesar.

"Yah jangan kenceng-kenceng meluknya. Sesak tau.."

"Tapi ayah kangen bun.."

"Hmm yaudah terserah. Nda juga kangen ko.." Franda membuang nafas pasrah. Ia menyenderkan kepalanya di dada bidang Bisma dengan kedua tangan yang ia lingkarkan mengusap punggung Bisma.

"Aku sayang banget sama kamu bunn.. Aku gak pernah sedikit pun berniat bua nyakitin kamu.
Aku beneran sayang kamu. Aku cinta kamu bunn.." Bisma mengusap kepala Franda lalu mengecupi pundak Franda. Puncak kepala istrinya itu ia kecup dengan lembut penuh kasih sayang.




Bersambung...


@dheana92
@Elfaris_Karisma

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Nggak Komentar, Nggak Kece :p