Wajah Bisma tampak terlihat berbinar bahagia.
Bagaimana tidak, baru saja ia mendapatkan kabar yang cukup membuatnya terkejut.
Kabar yang datang dari seorang dokter yang baru saja selesai memeriksa Franda istrinya.
Memang saat Franda pingsan tadi Bisma sangat panik dan langsung membawanya ke rumah sakit.
Kepanikan ayah satu anak itu berganti menjadi rasa bahagia saat sang dokter menyatakan kalau Franda istrinya ternyata tengah mengandung calon buah hati keduanya. Dan rasa mual serta pusing yang Franda rasakan itu karena adanya janin yang tengah tumbuh di dalam rahimnya.
Bibir Bisma tersenyum melebar. Ia masuk ke dalam ruangan dimana Franda masih berbaring disana. Ia masuk dengan diikuti langkah kecil Elfaris di belakangnya.
Ayah satu anak itu mendekati Franda lalu duduk disamping tempat Franda berbaring.
"Bundanya lagi sakit ya yah?" tiba-tiba Bisma menoleh mendengar sosok jagoan kecilnya bertanya.
Bisma menggeleng. Ia lagi-lagi tersenyum. Tubuh mungil Elfaris diraih dan digendongnya.
"Mmuach, bundanya gak papa ko sayang. Bundanya cuma kecapean, bunda sekarang lagi istirahat. Sebentar lagi juga bangun." jelasnya seraya mengecup pipi Elfaris lembut.
"Tapi tadi waktu dilumah bunda knapa yah? Ko bunda jatuh tlus pingsan?" Elfaris menatap ayahnya bingung.
"Enggak. Bunda gak papa, bentar lagi juga bangun." Bisma mengusap puncak kepala Elfaris lalu mengecupnya. Terlihat sekali kalau ayah satu anak ini sangat menyayangi Elfaris ditambah rasa bahagianya bertambah karena akan segera memiliki putra kedua.
"Ngh, Biss.. Bismaa.."
Tiba-tiba terdengar suara Franda yang rupanya sudah sadarkan diri dari pingsannya.
"Bunda yah?" Elfaris menunjuk bundanya.
Dengan segera Bisma langsung membawa Elfaris mendekati Franda. Ia menurunkan Elfaris lalu meraih tangan Franda dan menggenggam jemarinya erat.
"Kamu udah bangun bun? Ayah cemas banget tadi. Tapi ayah seneng sekarang bunda udah bangun.." wajah Bisma tampa berbinar bahagia.
"Iya bunda. Tadi bunda abis pingsan, tlus ayah bawa bunda kesini." Elfaris berucap polos.
Franda hanya membalas dengan senyuman kecil. Ia mencoba bangun meski kepalanya masih sedikit terasa pusing.
"Sshh aww!"
"Nda, udah tiduran aja. Gak usah di paksain. Dokter bilang tensi darah kamu cukup rendah, jadi wajar kalau tadi sampai pingsan.
Istirahat aja dulu yah?" ujar Bisma lembut dengan tatapan matanya yang meneduhkan.
Franda mengangguk. Ia mengikuti apa yang di ucapkan suaminya. Tubuhnya kembali berbaring dan di pandang dengan damainya wajah dua malaikat di hadapannya.
Bisma tersenyum. Puncak kepala Franda dikecupnya begitu lembut. Wajahnya sangat berseri tak dapat menyembunyikan lagi rasa bahagianya.
"Kayaknya ada yang aneh dari Bisma. Kenapa mukanya kelihatan seneng gitu? Apa mungkin dia seneng lihat aku masuk rumah sakit kaya gini? Atau dia seneng lihat aku sakit?" Franda membatin menerka-nerka akan sikap Bisma yang menurutnya sangat aneh dan menjanggal(?).
"Mending gak usah dikasih tau dulu deh. Kasih taunya dirumah aja.
Humm kamu pasti seneng banget Nda kalau tau kabar kehamilan kamu.
Aku aja bisa se-senang ini, gimana kamu?" Bisma tersenyum lebar memandangi wajah Franda juga perut datar Franda yang tengah ditumbuhi calon bayi keduanya.
Tingkahnya memang cukup aneh. Padahal tanpa ia beritahu juga pasti Franda akan tahu tentanf kehamilannya itu. Apalagi jika sudah bertemu dengan dokter yang memeriksanya saat keluar nanti.
**
"Dasar jahil ya? Udah punya anak satu juga masih aja mainnya rahasia-rahasiaan. Ihh dasar Bisma jahiil!" Franda menarik hidung Bisma gemas bercampur kesal.
"Ahaha gausah ditarik juga dong Nda. Sakit tau, aku cium juga nih? Muach.."
"Ih, apa sih? Udah sana jangan deket-deket. Aku lagi males tau lihat muka kamu. Bosen!" ketus Franda memalingkan wajahnya.
"Oh ya? Selius nih bocen?" goda Bisma yang kini malah sengaja mendekatkan wajahnya hingga ujung hidung mereka bersentuhan.
Franda terkekeh. Ia menarik leher Bisma lalu mengalungkan kedua tangannya. Satu kecupan tiba-tiba saja ia daratkan dengan beraninya diatas bibir Bisma.
"Muach!"
"HEH?!"
"Ahaha abis gemmes.."
"Nakal ya udah berani cium-cium bibir aku duluan?
Ini namanya HALUS dihukum.." Bisma langsung menjatuhkan Franda hingga posisi istrinya itu menjadi berbaring dibawahnya.
"Ahaha Bisma ammpunn."
"Tak ada ampun bagimu."
"Ahaha Bisma ih udaah.. Geli Bis.."
"Haha biarin! Sekali-kali aku kerjain kamu! Mmuach-muach-muuuuaach!!" Bisma mengecupi bibir serta pipi Franda beberapa kali. Kedua tangan Franda ditahannya namun tubuhnya pun ikut ia tahan agar tidak ingib menindih perut Franda yang tengah tumbuh calon bayi keduanya.
"Udah!" Franda mencoba mendorong tubuh Bisma. Tampaknya ia sedikit kehabisan nafas karna Bisma menciumi bibirnya tanpa henti.
Bisma tersenyum. Ia menghentikan aksinya. Selain takut terjadi apa-apa dengan Franda. Rupanya ia juga takut kalau Franda akan marah padanya nanti.
"Makasih ya?" ujarnya tiba-tiba.
"Iya. Makasih juga yah udah buat aku ngosh-ngosan.." balas Franda dengan nafas yang tersenggal.
Bisma menjatuhkan tubuhnya disamping Franda. Ia menarik pinggang Franda lalu mendekapnya erat. Puncak kepala Franda diusapnya. Satu kecupan kembali Bisma daratkan diatas kening istri tercintanya.
"Aku bahagia dan sangat-sangat bahagia bisa milikin kamu.
Kamu segalanya buat aku Nda.
Makasih buat semua kebahagiaan ini. Aku janji akan bahagiain kamu dan anak-anak kita nanti. Aku janji." Bisma menatap teduh wajah Franda. Wajah istrinya itu bagaikan cahaya kebahagiaan untuknya. Memang selain Elfaris saat ini hanya Franda yang Bisma miliki. Tidak ada yang lain. Dan hanya Franda yang mampu memberikan kebahagiaan untuknya juga jagoan kecilnya.
"Aku yang harusnya bilang makasih.
Sekarang aku udah tau dan ngerti apa arti kebahagiaan itu yang sesungguhnya.
Aku bahagia didekat kamu Bis, dan kebahagiaan aku itu kamu.
Aku udah gak peduli sama perjanjian-perjanjian konyol kita saat dulu. Yang aku peduliin sekarang itu ya kamu. Kebahagiaan kamu dan keluarga kecil kita." Franda ikut menatap pancaran kebahagiaan dimata Bisma. Keduanya saling menatap satu sama lain. Hingga tak terasa satu kecupan kembali Franda rasakan mendarat dibibirnya.
"Semoga mimpi buruk aku tentang kamu itu hanya sekedar bunga tidur.
Semoga kamu nanti bisa sayangin anak kedua kita ini sama seperti kamu sayang sama Ais.
Aku percaya sama kamu Bis.." harap Franda dalam hati. Tak terasa sentuhan lembut Bisma dibibirnya ia balas dengan lembut juga. Dan malam itu pun menjadi malam yang sangat istimewa untuk Bisma maupun Franda.
Keduanya terhanyut dalam keromantisan dan terlelap dalam dekapan hangat yang sama-sama mereka rasakan. #Jan telalu dibayangin! *pegangbatu*
**
Beberapa bulan kemudian..
Hari demi hari dilalui oleh keluarga kecil ini. Hingga tak terasa bulan pun berganti tanpa terasa. Dan kini perut Franda semakin terlihat membesar seiring perkembangan janinnya. Usia kandungannya sudah mencapai bulan ke tujuh. Mungkin dua bulan lagi bayi keduanya ini akan segera lahir.
"Bunda lagi ngapain disini?" Elfaris bocah tampan nan lucu ini berjalan mendekati bundanya.
Franda menoleh. Ia melemparkan senyuman manisnya untuk jagoan kecilnya ini.
"Bunda lagi siapin makanan buat ntal malam ya bun?" tebak Elfaris. Ia berdiri tepat disamping Franda. Memandang dengan polosnya makanan yang tengah Franda siapkan untuk makan malam.
"Ayahnya panggil dulu sayang. Bilang kalau makanannya udah siap." suruh Franda lembut.
"Oke bun. Ais panggil ayah dulu ya
Mmuah, dede bayi kakak Ais mau panggil ayah dulu. Dede jangan nakal disini. Kakak titip bunda yah? Muuaaah!"
Franda terkekeh. Ia memang sering kali tertawa jika melihat Elfaris berbicara sambil mengusap-usap perut besarnya. Ucapannya sangat polos. Tak jarang kalau semenjak kehamilan keduanya ini Franda lebih sering tersenyum dan tertawa karena kebahagiaan yang ia rasakan.
"Bun dedenya diem telus. Kenapa yah tyap kali Ais ajak bicala dedenya gapelnah mau ngomong? Dedenya cuma gelak doang. Utu juga gelaknya sambil nendang lut bunda. Apa dedenya gak dengel ucapan Ais ya bun?" Elfaris bertanya dengan wajah polosnya. Lagi-lagi Franda terkekeh. Rasanya ingin sekai mengigit pipi cuabynya yang menggemaskan itu.
"Dede bayinya bukan gak mau bicara sama Ais. Tapi kan dede bayinya belum lahir.
Dede bayinya bisa denger ko sayang semua ucapan Ais. Makanya dedenya suka nendang-nendang perut bunda.
Nanti kalau dede bayinya udah lahir. Baru Ais bisa denger suaranya." ujar Franda lembut menjelaskan.
"Oh gitu ya bunda? Tapi kapan lahilnya bun. Plasaan lama banget. Ais udah nunggu lamaa dali pltama kita pindah kelumah ini. Tapi dede bayinya gak lahil-lahil. Dedenya ga bosen apa bunda tinggal didalam pelut bunda telus?" Elfaris kembali bertanya dengan ekspresi ingin tahunya. Ia sampai memperhatikan perut bundanya yang semakin membesar seperti bola(?)
Franda menghela nafasnya. Rasanya memang butuh kesabaran ekstra untuk menjawab pertanyaan dari seorang anak kecil karna harus dijelaskan lebih jelas.
"Gini aja deh. Sekarang mendingan Ais panggilin ayah. Nanti Ais tanyain sama ayah aja." usul Franda.
"Kenapa halus sama ayah bun tanyanya? Kan Ais pinginnya dengel dali bunda aja. Ntal ayah jawabnya suka asal bunda." Elfaris memprotes kecil.
Franda kembali menghela nafasnya. Perut besarnya ia usap dan dielusnya pelan.
"Bunda gamau jawab yah? Yaudah deh Ais tanya ayah aja.
Kakak mau temuin ayah dulu ya de? Dede bayi jangan nakal, kakak Ais titip bunda sbental muah.."
Franda dibuat melongo seketika karna Elfaris malah ikut mengelus perutnya dengan celotehan lucu dan mendaratkan satu ciuman diatas perutnya. Bocah tampan itu kemudian berlari dan bergegas mencari ayahnya dilantai atas.
"Lucu banget sih? Crewetnya emang kaya aku. Tapi rasa ingin tahunya kaya Bisma banget.
Elfaris kayaknya sayang banget sama calon adiknya ini.
Mudah-mudahan kalau bayi ini udah lahir Ais jadi makin sayang nantinya." gumam Franda tersenyum melihat tingkah putra kecilnya. Ia pun kembali meneruskan aktifitasnya menyiapkan menu untuk makan malam nanti.
**
"Heum makanannya enak banget bun. Ayah jadi berasa punya koki dirumah. Makanannya enaak.." puji Bisma dengan mulut yang tak henti mengunyah makanan.
"Iya bnel yah. Makanan buatan bunda enak banget. Ais aja suka. Apalagi ayam tepung klispy. Uhh enaaak.." Elfaris ikut memuji masakan bundanya. Nasi putih yang tengah dikunyahnya sampai-sampai ada yang menempel dipipi cuabynya(?).
"Tapi ayamnya lebih enak digoreng dari pada ayam tepung krispy. Bumbunya lebih kerasa." ujar Bisma seraya menunjuk sepotong ayam goreng yang tengah disantapnya.
"Gamungkin yah. Olang lebih enak klispy. Dadinya klauk-klauk kaya klupuk yah. Dan itu tepungnya lasanya lebih enak.." protes Elfaris tidak terima. Rupanya ayah dan anak ini memiliki selera yang berbeda.
"Tapi sop ini lebih enak dari ayam tepung krispy. Apalagi sambal ini uhhh ayam tepung sih kalah.." ledek Bisma tak mau kalah.
Elfaris mengerucutkan bibirnya. Ia sampai menghentikan makannya mendengar Bisma berbicara seperti itu.
Franda terkekeh. Inilah yang sering ia lihat jika sudah berada dimeja makan. Selain Bisma dan Elfaris sering adu pendapat tentang masakannya. Kedua malaikat hatinya ini juga sering ribut tentang pendapatnya ini.
"Ais makannya udah aja deh. Ayam tepung klispynya juga udah abis. Ais ke kamal duluan ya bun? Muah, dah bundaa dah dede bayi juga, mmuah.." tiba-tiba Elfaris beranjak dari duduknya. Ia buru-buru mendekati Franda dan mengecup pipi serta perut buncit bundanya kemudian berlalu pergi menuju kamarnya.
"Ayahnya gak dicium juga nih?" tanya Bisma heran.
"Gamau! Cium aja ayam goleng sama sup ayam nya.." ketus Elfaris yang sepertinya tengah ngambek ini.
"Ohh ada yang ngambek telnyata.." Bisma manggut-manggut sambil kembali melahap makanannya.
Franda lagi-lagi hanya bisa terkekeh melihat sikap suami dan buah hati kecilnya.
"Oh iya bun, ko makanannya masih utuh?" tanya Bisma tiba-tiba.
Ia menghentikan makannya karna baru menyadari kalau sedari tadi Franda tidak sedikitpun melahap makanannya.
"Aku lagi gak laper yah.." jawab Franda singkat.
Bisma mengerutkan keningnya tidak percaya.
"Gak laper?" tanyanya lagi.
"Iya beneran gak laper." terang Franda meyakinkan.
Bisma menaruh sendok dan garpu yang masih dipegangnya. Ia kemudian menatap wajah istrinya itu dan mencari penyebab kenapa Franda tidak mau ikut makan juga.
"Aku beneran lagi gak laper yah, beneran deh serius. Perutnya masih kenyang.." Franda mencoba meyakinkan. Ia melemparkan senyuman manisnya agar Bisma percaya. Perutnya yang besar pun ia elus-elus pelan.
"Gak laper? Trus gak mau makan gitu?
Lalu anak kita didalam perut kamu mau dikasih makan apa, hem?" Bisma beranjak dari duduknya. Ia berdiri disamping Franda lalu ikut mengelusi perut Franda yang tengah tumbuh calon buah hati keduanya.
"Beneran gak laper yah, anak kita juga kayaknya masih kenyang.." ujar Franda lagi.
Bisma tersenyum. Ia mencubit kecil hidung mancung Franda. Sepertinya ia sudah bisa menebak apa yang diinginkan istrinya ini.
"Mau makan apa? Bilang aja, nanti ayah cariin." tanyanya lembut.
"Gak mau yah, beneran deh serius.."
"Udah gausah bohong.. Udah ketahuan juga."
"Hehe.. Iya deh ngaku, Nda pengennya makan coklat." Franda nyengir kuda(?).
"Tuh kan, kalo udah gak mau makan gini pasti ada maunya.
Yaudah nanti ayah keluar dulu, ternyata anaknya ayah lagi pingin coklat. Cuma coklat doang sih gampang. Nanti ayah beliin satu toko yah? Asal jangan minta duren aja. Cukup kakak kamu yang minta duren. Kamu gak boleh, emmmuuah. Ayah sayang kamu."
Franda tersenyum senang melihat sikap Bisma yang semakin memanjakannya. Selain lebih penyayang dan penyabar. Bisma memang sudah benar-benar berubah tidak seegois dan sekeras dulu lagi.
"Yaudah ayah mau keluar dulu sebentar buat beli coklatnya." Bisma beranjak dan hendak pergi.
"Tapi Nda pengen ikut cari coklatnya." pinta Franda tiba-tiba.
Bisma menoleh menatap Franda seolah tidak ingin istrinya ini ikut. Kedua bola matanya memandang perut buncit Franda yang tengah Franda usap-usap pelan.
"Ayolah yah, cuma cari coklat doang kan? Sekalian aku pingin keluar. Kan jarang-jarang kita bisa keluar malam. Ayo dong sekali-kali gitu. Masa dirumah terus. Bosen tau yah.."
"Udah gak usah. Nda dirumah aja. Nanti takut kenapa-napa sama kandungannya. Biar ayah yang keluar aja sendiri. Cuma sebentar ko."
"Nyenengin istri sebentar aja susah banget sih?
Katanya kalau Nda pengen apapun akan dikasih, ini cuma mau ikut aja gak boleh. Suami macem apa kaya gitu!" Franda pura-pura ngambek. Ia memalingkan wajahnya menunjukkan rasa kecewanya terhadap Bisma.
"Hufh.. Iya-iya. Yaudah Nda boleh ikut. Tapi ayah ambil jaket dulu buat Nda. Sekalian ayah panggil Ais dulu. Kasian kalau dia ditinggal dirumah sendiri." pasrah Bisma akhirnya. Dengan langkah gontai ia beranjak meninggalkan Franda untuk mencari Elfaris.
Senyum penuh kemenangan pun mengembang dibibir Franda. Ia sampai tampak bahagia sekali karna akhirnya Bisma mau menuruti keinginannya.
"Yess! Kita berhasi sayang. Uhh kita keluar rumah dimalam hari juga akhirnya.
Semenjak bunda hamil kamu dan perut bunda semakin besar, ayah kamu jarang banget ajakin bunda keluar. Alasannya pasti takut bunda sama kamu kenapa-napa terus. Tapi sekarang enggak deh. Kita akan keluar. Mumpung belum terlalu malam. Kita jalan-jalan sayang.. Hihi. Aku kerjain kamu Bis.." gumam Franda tersenyum puas. Perutnya berkali-kali ia usap. Bayangan indah keadaan diluar sana saat malam hari pun terus terbayang dibenak Franda.
Memang selain sibu dengan urusan kantor. Bisma juga sering takut membawa Franda pergi keluar rumah karna perut Franda yang sudah semakin membesar.
Bersambung...
@dheana92
@Elfaris_Karisma
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Nggak Komentar, Nggak Kece :p