Selasa, 01 Juli 2014

Perjanjian Cinta #Part 45

Pagi kini menjelang...


Bisma dan Franda nampak baru saja keluar dari apartemen yang mereka tinggali semalam.
Kedua pasangan muda ini terlihat sangat ceria. Berbeda sekali dengan biasanya.
Memang setelah mendengar semua penjelasan dari Bisma, Franda kini mulai meluluhkan hatinya lagi agar tidak terus-menerus berprasangka buruk terhadap Bisma. Ia juga sudah terang-terangan dan mengakui kalau dirinya sangat mencintai Bisma.
Meski lagi-lagi ada saja syarat serta perjanjian konyol yang mereka sepakati.
Namun kali ini Bisma lebih bisa bersikap dewasa dalam mengertikan sifat Franda yang sangat mudah sekali berubah.



"Yakin nih Nda, pagi ini kita jemput Ais dulu?
Gak ke kantor aku dulu hem?" Bisma merangkul mesra Franda saat berjalan beriringan menuju mobil Alphard putihnya di parkiran.

"Pengennya sih ke kantor kamu dulu, tapi... Aku kangen sama Ais.." Franda menghentikan langkahnya sejenak. Kedua mata sipitnya menatap Bisma manja.

Bisma tersenyum. Rasanya bahagia sekali melihat sikap Franda yang manja dan lebih lembut seperti ini.

"Ko malah diem?
Kita berangkat sekarang aja yuk?
Kasian Ais kalo kelamaan kita tinggal. Aku kangen banget sama dia Bis.." Franda menarik tangan Bisma agar segera menaiki mobilnya.

Namum Bisma tetap diam. Ia malah menarik tangan Franda lalu memeluk tubuh ramping istri tercintanya itu.

"B..Bis...?"

"Hari ini aku bener-bener bahagia Nda. Makasih ya sayang.
Aku sayang banget sama kamu.
Aku janji gak mau kecewain kamu lagi. Aku cinta kamu Nda.. Aku cinta kamu." Bisma berujar pelan dengan ungkapan yang tiba-tiba saja terlontar dari mulutnya.

Franda tersenyum. Ia lalu membalas pelukan Bisma. Ia bahkan merasakan begitu hangat dan nyamannya bisa berada dalam dekapan Bisma.

"Aku juga bahagia Bis..
Semoga kebahagiaan kita kali ini berangsur lama. Enggak bersifat sementara lagi.
Kasian Ais kalo jadi korban keegoisan kita terus.
Aku sayang kamu. Aku juga cinta sama kamu." Franda menyandarkan kepalanya di dada bidang Bisma. Rasa nyaman dan bahagia itu semakin terasa akan sikap Bisma yang seperti ini.

Tidak mau menunggu lama. Keduanya pun bergegas masuk kedalam mobil.
Bisma masih merangkul Franda mesra. Ia bahkan membukakan pintu mobilnya untuk Franda. Terlihat sekali kalau Bisma senang memanjakan istrinya ini.


"Silahkan masuk Nyonya Karisma.." ujarnya diiringi senyuman melebar.

"Issh apaan sih? Gak lucu tau Bismaa.." Franda memprotes kecil diiringi tawanya yang lucu.

"Gak lucu tapi ketawa.." Bisma menutup pintu mobilnya saat Franda sudah masuk dan berada di dalam.

"Ya gimana gak ketawa. Orang kamuu..."

"Muach! Gak usah di terusin. Kita berangkat sekarang aja ya?"

Franda terpelongo kaget. Tiba-tiba saja Bisma sudah masuk dan duduk disampingnya. Mengecup bibirnya sekilas dengan menunjukkan senyuman selebar mungkin padanya.

"Yaah malah bengong.. Pingin aku kiss lagi ya?" goda Bisma.

"Issh apa sih? Gak usah macem-macem terus." ketus Franda memprotes.

"Gak bakal macem-macem ko. Kan semalam udah macem-macemnya.."

"Heh?!!"

"Hehee iya-iya gak akan di ungkit. Yang pasti aku makasih banget buat yang semalam. Semoga benih yang aku tanam itu cepat tumbuh yah?"

"M..maksud kamu?" Franda bertanya polos.

Bisma tidak menjawab. Ia malah mengulurkan tangannya menyentuh perut datar Franda.
Badannya sedikit membungkuk lalu mencium perut yang masih datar itu sekilas.

"Aku harap kamu bisa kasih yang kedua buat aku. Aku pingin bener-bener punya keluarga bahagia Nda.
Kamu satu-satunya harapan aku untuk bisa bahagia.
Kamu dan Elfaris sumber kebahagiaan buat aku." Bisma membatin seraya mengecup dan mengelus perut datar Franda.

"B..Bis..? M..mending kamu langsung jalanin mobilnya deh. A..akuu.." Franda tiba-tiba gugup karna Bisma langsung menatap wajahnya lekat.

"B..Bis....?"

"Muach! Iya aku jalanin mobilnya sekarang. Sabar yah..? Kita berangkat sekarang ko." satu kecupan kembali Bisma daratkan di bibir tipis Franda. Rasanya sikap Bisma benar-benar sangat berbeda dan berubah. Bisma yang sekarang lebih lembut dan dewasa. Ia juga tidak egois lagi dan memancing kemarahan Franda seperti sebelum-sebelumnya.

Tak lama mobil Alphard berwarna putih ini pun segera Bisma lajukan.
Ia dengan santai dan tenangnya menyetir di samping sang istri.
Wajahnya tersirat beribu kebahagiaan. Bibirnya bahkan tak henti tersenyum kala sesekali menoleh memandangi Franda.


"Bisma aneh banget. Tapi kenapa hati aku ngerasa tenang?
Ini beda dari sikap-sikap Bisma yang biasanya.
Aku jadi yakin sama semua ucapan kamu yang semalam Bis.
Semoga keluarga impian buat kita segera terwujud.
Aku ingin jadi istri dan ibu yang baik buat kamu juga Ais. Aku gak mau egois lagi Bis, aku janji.."

Franda membatin penuh senyum melihat sikap Bisma yang menurutnya sangat-sangat berbeda dan lebih dewasa juga menenangkan. Ia memberanikan menyenderkan kepalanya di bahu Bisma. Bergelayut dengan manja disamping suaminya.

"Suka deh kalo kamu kaya gini.
Manja, dan gak marah-marah lagi.
Coba dari dulu aku gak egois.
Kamu tuh ternyata kalau di egoisin akan lebih egois lagi. Kalau di ketusin akan lebih ketus juga. Apalagi kalo di marahin, yang ada makin marah. Tapi kalo di manja sama di lembutin, ummm seneng banget lihatnya. Makin manja dan makin lembut pastinya.
Ahahaa ini bahagia banget Nda. Aku bener-bener bahagia. Makasih sayang..." Bisma membatin melihat sikap manja Franda. Kepala perempuan cantik itu lalu diraih dan dikecupnya lembut.







**
Berbeda dengan ayah dan bundanya. Nasib Elfaris kini justru tengah kurang baik. Ia baru saja bangun dari tidurnya dan mendapati sesuatu yang cukup membingungkan dan membuat cengo.


"Ahahaa hahaha ada kucin bau banun ahaha ha." tawa Arfa menggelegar menghiasi ruangan kamarnya.

Elfaris mengucek kedua matanya. Ia masih bingung tidak mengerti karna Arfa tiba-tiba saja mentertawakannya.

"Ahahaa. Hahaa sekaang kucinnya maah benong. Ahahaa." Arfa kembali tertawa begitu puas menunjuk Elfaris. Ia sampai terpingkal-pingkal karna menurutnya wajah Elfaris sangat-sangat lucu.

"Kenapa? Emang ada yang salah sama Ais?
Kak Arfa ngetawain apa sih?" Elfaris mengerutkan keningnya bingung. Kepalanya menoleh ke kiri dan kanan. Mencari penyebab kenapa Arfa bisa tertawa terbahak seperti itu.

"Kyaaaa dia maah binun. Buhahaaa Arfa kabur aja deh sebeum dia sadar kao udah Arfa kejain. Ahahaa dadah kucin cantik. Bleeee :p " Arfa buru-buru mengambil langkah seribu dan melesat keluar dari kamarnya. Entah apa maksud ucapannya, Elfaris sendiri masih bingung tidak mengerti.

"Dasal olang aneh. Balu bangun tidul udah ketawa. Duhhh Ais dadi ga nelti, ko ada yah olang aneh kaya gituh?" Elfaris menggaruk kepalanya. Ia beranjak turun dari tempat tidur lalu berjalan menuju kamar mandi.




**
"Samat pagi mah.. Mamah ladi siapin makanan yah?" sapa Arfa berjalan mendekati Indah sang mamah.

"Ehh jagoan mamah udah bangun ternyata. Hm iya nih sayang, mamah lagi siapin makanan. Kan buat sarapan kita." Indah mengacak poni Arfa lalu mengecupnya sekilas.

Arfa tersenyum. Ia dengan cepatnya duduk di kursi meja makan menunggu sarapan paginya yang tengah di siapkan.

"Oh iya, ko Arfa sendirian? Farisnya mana?" tanya Indah tiba-tiba.

"Arfa gatau mah, mukin Fais bum banun. Dia kan pemaas mah, gak kaya Arfa. Jadi yaa mukin aja dia bum banun.." jawab Arfa sekenanya.

Indah menghela nafasnya. Rasanya jawaban Arfa tidak sesuai dengan kenyataan. Padahal biasanya Arfa sendiri yang selalu telat bangun dan susah untuk di bangunkan.

"Ko mamah gak percaya yah sama Arfa?" ujar Indah ragu.

"Yaaa kao mamah pecaya sama Arfa, itu nananya musik dong mah. Pecaya kan haus sama Tuhan, bakan sama Arfa." lagi-lagi Arfa berujar sekenanya. Indah benar-benar diuji kesabarannya kalau Arfa sudah seperti ini.

"Hemz.. Yaudah, mamah mau bangunin Faris dulu.
Oh iya, Arfa udah mandi belum?"

"Beum mah. Kan ini hai libur, jadi mandinya libur juda yaah?" Arfa tersenyum menunjukkan deretan giginya yang tersusun rapi.

"Kalau mandinya libur. Berati sarapannya juga harus libur. Arfa memangnya mau sarapannya libur juga, hem?" jelas Indah tegas.

"Ganau.." Arfa menggeleng lemas.

"Yaudah makanya mandi dulu. Atau nanti mamah panggilin papah, biar Arfaa..."

"Engh, i..iya iya Arfa mandi.
Mamah gausah pagil papah. Arfa ganau papah maahin Arfa pagi-pagi.
Arfa nelti ko mah.
Yaudah Arfa mandi duu. Dah mamaah. Mmmuuuaahhh!!"

Arfa buru-buru beranjak dan ngacir meninggalkan meja makan. Ia berlari dengan langkah cepat karna tidak mau sang papah tahu.
Arfa memang cukup nakal dan tengil. Tapi ia sangat patuh dan takut terhadap Rafael sang papah.

"Hemz.. Arfa Arfa. Kadang suka bikin kesel, tapi sering bikin ketawa juga.
Anak yang unik. Untung papah kamu sangat sabar Fa.
Mamah juga bisa belajar kesabaran sama dia. Termasuk sabar menunggu kabar kehamilan mamah.
Mamah ingin kasih papah kamu anak Fa. Kasih kamu adik juga biar ada temennya." Indah membatin memandangi sosok Arfa yang mulai menghilang dari pandangannya.

Indah kemudian meneruskan kembali tugasnya yang belum di selesaikan. Ia menyiapkan sarapan pagi seperti biasanya untuk suami serta anak tirinya.






**
"Hufh akhirnya sampai juga.."

"Gak sabar pingin lihat Ais.."

"Yaudah yuk turun? Ais pasti kaget Nda lihat kita."

"Hu'umb. Ayo?"

Bisma keluar dari mobil Alphard putihnya yang baru saja tiba di depan rumah yang dihuni oleh Elfaris dan pengasuhnya.
Franda juga ikut keluar. Kedua pasangan muda ini nampak selalu menunjukkan romantisannya.


"Anak kita lagi ngapain ya Nda?" tanya Bisma tiba-tiba.

"Aku gak tau. Mungkin masih tidur, dia kan percis kaya kamu. Susah banget buat bangun tidur." ledek Franda dengan candaan kecilnya.

"Yaah gitu ya?"

"Kan emang fakta Bismakucayaaang.." Franda menarik hidung Bisma gemas.

"Ih tarik-tarik hidung segala. Kalau hidung aku melar gimana?"

"Emang kamu manusia karet apa pake melar segala?"

"Hehee becanda sayaang. Tapi hati aku udah melar loh."

"Heh?!"

"Melar gegara pengen nempel dihati kamu teyuss.." Bisma nyengir kuda.

"Ihh Bisma. Manis deh!" Franda menepuk kecil pipi Bisma.

"Manis yah? Cium dong kalo manis. Jangan di tepuk kaya gitu, emang kamu fikir aku nyamuk pake ditepuk-tepuk segala."

"Ohh jadi mbisnya nda ini pengen di cium? Oohhhhh.." Franda mulai mengeluarkan wajah geramnya lagi.

"Hehee iya deh enggak. Ampun Nda. Kan Imanya Nda cuma becandaa. Heheee.." Bisma menunjukkan jari telunjuk dan jari tengahnya dengan iringan senyum garing.

"Yaudah kita masuk. Gak usah mancing-mancing Nda terus.
Nda lagi gak pengen becanda tau gak."

"Iya-iya. Ini udah mau masuk. Gandeng dong tangan Imanya?"

"Mau banget di gandeng? Kaya truk gandengan dong? Upss."

"Gak papa kaya truk gandengan juga. Yang penting Ima sama Nda romantis tiss..."

"Huu maunyaa.."

"Bangeett.."

"Dasar Ima jelek!"

"Biarin. Yang penting Ima yang jelek ini punya istri yang cantik kaya Nda.."

"Ihh udah deh Bis, gombal terus dari tadi. Kapan kita masuknya coba?"

"Hehee. Iya iya sayang maaf."


Franda mendesah sebal. Satu sisi sebenarnya ia suka melihat candaan Bisma yang seperti ini. Walaupun sedikit berlebihan. Tapi dirinya merasa nyaman.

"Gak nyangka kamu manggilnya jadi Nda Ima gini. Perasaan aku gak minta deh Nda. Tapi ini secara spontan banget.
Makasih sayang, Ima bener-bener makin bahagia Nda. Gak mau deh jauh dari Nda lagi.." Bisma membatin penuh senyum kebahgiaan.
Tanpa menunggu lama. Keduanya pun segera masuk untuk bertemu jagoan kecilnya didalam.













Bersambung...

2 komentar:

  1. Cepetan next dong kaa gasabar liat cerbungnyaa

    BalasHapus
  2. kak cerpen perjanjian cintanya dilanjut donk kak.....
    uda gaa sabar ni nunggu kelanjutannya

    BalasHapus

Nggak Komentar, Nggak Kece :p