Selasa, 01 Juli 2014

Perjanjian Cinta #Part 36

Setelah berhasil membujuk istri tercintanya, akhirnya Bisma tiba juga didalam kamarnya bersama Franda. Perempuan cantik itu sedari tadi hanya diam tanpa mengeluarkan suara. Sedangkan Bisma malah bersiul senang karna sepertinya apa yang ia inginkan akan segera tercapai.



"Gimana sayang, udah siap?" Bisma melemparkan senyuman manisnya kearah Franda sang istri. Ia buru-buru menutup pintu kamarnya dan menguncinya rapat-rapat.

Franda hanya membuang nafas sebal. Ia memalingkan wajahnya lalu duduk ditepian tempat tidur.

Bisma lagi-lagi tersenyum. Ia kemudian segera mendekati sang istri dan duduk tepat dibelakang Franda.

"Kalo raut mukanya kaya gitu, aku gak yakin deh kalo kita punya anak kedua nanti, anaknya bisa cakep." bisik Bisma tiba-tiba.

Franda menoleh kaget. Halisnya ia tautkan menatap suaminya yang berbicara ngasal itu.

"Haha, biasa aja dong sayang, gak usah natap tajam gitu, akunya jadi takut nih.." Bisma tertawa geli. Ia mengusap wajah Franda agar berhenti menatapnya begitu.

"Gak lucu tau Bis! Udah deh, aku lagi males!" ketus Franda kembali memalingkan wajahnya membelakangi Bisma.

Bibir Bisma tersenyum kecil. Ia kembali mendekatkan tubuhnya dengan Franda. Kedua tangannya pun dengan cepat melingkar dipinggang Franda. Ia memeluk istri tercintanya itu, memeluk dengan sangat erat seolah takut untuk kehilangan.

"Aku sayang kamu Nda. Aku sayang banget sama kamu.." Bisma berujar setengah berbisik. Wajahnya ia telusupkan dileher jenjang Franda. Aroma parfum perempuan cantik itu pun dihirupnya dalam-dalam.

"Aku juga sayang kamu Bis. Aku sayang banget sama kamu.." balas Franda tersenyum kecil menoleh kearah Bisma. Pipi Bisma diusapnya pelan dengan lengan kanannya. Sedangkan lengan kiri Franda sendiri memegang kedua tangan Bisma yang melingkar diperutnya.

Bisma tersenyum. Perlahan kedua matanya ia pejamkan. Tangannya sendiri semakin erat mendekap tubuh Franda dari arah belakang. Tengkuk Franda Bisma kecupi dengan lembutnya. Leher bahkan pipi Franda ikut ia kecupi, hingga tanpa disadari kini posisinya sudah berada dihadapan Franda dan hendak mendorong Franda agar berbaring diatas tempat tidur.

"Jangan deh Biss.." ujar Franda tiba-tiba.

Bisma menghentikan aksinya. Halisnya menaut mendengar Franda berucap demi kian.

"Engh~ m..maksud aku.. M..maksud aku jangaan.."

"Iya aku gak bakal sekarang ko. Emang kamu fikir aku mau ngapain? Aku cuma pingin ciumin kamu aja. Wuu pede banget sihh.. Siapa juga yang mau ngapa-ngapain kamu. Dasar panda jelek!" ujar Bisma menarik hidung mancung Franda dan meledeknya seperti anak kecil.

"Issh! Gak usah ditarik-tarik deh, sakit tau gak! Lagian cuma ciumin doang tapi pake dorong tubuh aku segala. Gimana aku gak berfikiran yaang.."

"Ah itu sih fikiran kamunya aja yang negatif. Coba kalo gak mikir negatif, pasti gak bakalan mikir yang aneh-aneh, hayoo..?" ledek Bisma mendekatkan wajahnya hingga memojokkan tubuh Franda.

"Y..ya itu kan karna kamu sendiri tadi ngomong y..yang aneh terus." Franda berucap gugup.

"Emang kapan aku ngomong aneh? Perasaan enggak deh. Dasar panda jelek!" lagi-lagi Bisma meledek istri tercintanya ini. Jarak wajahnya bahkan semakin ia dekatkan hingga hidungnya sendiri dapat menyentuh hidung Franda.

Franda diam. Ia bingung kenapa dirinya menjadi kikuk seperti ini. Jantungnya berdegup tidak berirama. Nafasnya tersenggal. Ia benar-benar dibuat tidak berkutik akan ulah suaminya ini.

"Kenna! Kamu Nda." Bisma membatin penuh senyum kemenangan.

"B..bisma mau ngapain sih? Ko tatapannya nyeremin gitu? Apa jangan-jangan dia maauu..." belum sempat Franda meneruskan ucapannya. Tiba-tiba saja ia langsung berteriak kencang.

"AAAaaaaaaaa!!!"

"Hahahaa. Kaget ya Nda?"

"Isssh Bisma kenapa lampunya dimatiin sih?! Gelap tau gak!" dengus Franda kesal.

"Biarin aja. Kan biar lebih romantis, trus gak ada yang bisa lihat kita, mmuach! Haha."

"Isssh romantis apanya sih? Udah cepetan nyalain. Atau nanti aku bakalaaan.."

Ucapan Franda tiba-tiba terhenti. Ia merasakan ada sesuatu yang menutup bibirnya. Sesuatu yang begitu lembut dan tanpa disadari membuat dirinya terpelongo akan apa yang dirasakannya.

"Haha jangan pernah panggil gue Bisma kalo gue gak bisa dapetin apa yang gue mau." Bisma membatin dengan senyuman nakalnya.

"Ya Tuhaan.. Bisma sebenernya mau ngapain sih? Ko aku jadi deg-degan gini? Mudah-mudahan besok pagi gak terjadi apa-apa. Aku belum siap Tuhan.. Serius deh.. Ini deg-degan banget soalnya." wajah Franda nampak gelisah dengan hati yang tidak karuan. Ia tidak berucap dan hanya dapat membatin, menerka-nerka akan apa yang akan dilakukan Bisma sang suami padanya. *Jan dibayangin!! (sendal Ais melayang ntar).




** Pagi hari yang cerah..

Sinar mentari yang cukup terik kini sudah mulai muncul menyinari bumi. Bocah tampan yang tengah terlelap ini pun merasa terusik dan terbangun dari mimpi indahnya.

"Ngh~ buundaa.. Ayaah.." igaunya pelan.

Tangan mungilnya meraba samping kiri dan kanannya. Kedua mata sipitnya ia buka perlahan. Wajahnya seketika berubah menjadi panik karna dua sosok yang dicarinya tidak ada didekatnya.

"Bunda sama ayah kemana? Ko ga ada dikamal Ais?" tanyanya bingung. Kedua bola matanya menyapu mencari kesemua sudut ruangan. Rupanya sosok bunda dan ayahnya itu tidak juga ada disana.

Elfaris turun dari tempat tidurnya. Ia menyingkirkan selimut bergambar Doraemon kesayangannya kemudian berjalan mendekati pintu lalu keluar dari kamarnya.

"Ayah pasti lagi dikamal bunda. Iya Ais yakin ayah pasti tidulnya sama bunda, makanya Ais ditigalin sendili.." Elfaris berucap menerka-nerka.

Bocah tampan itu terus berjalan menuju kamar kedua orang tuanya. Mata sipitnya sesekali ia kucek karna memang belum terbuka sepenuhnya.

Elfaris berdiri depat didepan pintu kamar Franda dan Bisma. Mulutnya menguap kecil. Kedua mata sipitnya kembali ia kucek. Sungguh pemandangan yang begitu lucu terlihat. Meski masih dalam keadaan mengantuk, tapi Elfaris tetap saja memaksakan untuk mencari sosok ayah bundanya.

"Bundaa.. Ayaaaah.." panggilnya mengetuk-ngetuk pintu.

Tidak ada jawaban yang terdengar. Mungkin saja Franda dan Bisma memang masih terlelap dialam tidurnya setelah apa yang terjadi semalam.

"Buun.. Ayaaah Bundaaa.." Elfaris kembali mengetuk pintu. Handle pintu kamar kedua orang tuanya itu ia tarik-tarik kebawah berharap kalau ayah bundanya mendengar dan mau membukakan pintu untuknya. Elfaris terus melakukan hal tersebut berulang-ulang. Ia tidak patah semangat untuk membangunkan kedua orang tuanya.

"Ayaaah bundaaa buka pintunya..!! Ais pingin masuk yaah.. Ayo bukaaa ayoo..!!" Elfaris berteriak menggedor pintu kamar Bisma dan Franda.



Sementara itu..


"Bis, kayaknya ada yang manggil kita deh."

"Ngh~ siapa sih? Itu cuma perasaan kamu aja kali. Udah si tidur lagi, masih pagi tau.." Bisma berucap tanpa membuka matanya. Ia kembali memeluk Franda yang berbaring disampingnya.

Perempuan cantik bermata sipit ini pun diam. Ia tidak menghiraukan Bisma. Telinga dan matanya justru ia tajamkan untuk mendengar dan melihat suara teriakan yang berasal dari balik pintu kamarnya.

"Tuh Bis suaranya ada lagi. Kaya suara Ais tau gak." ujarnya menerka-nerka.

Bisma membuka matanya. Tubuhnya ia balikkan menatap kearah pintu kamarnya.

"Ini masih pagi Nda, gak mungkin kalo Ais udah bangun. Kamu tau sendiri kan dia ituu.." ucapan Bisma tiba-tiba terhenti.

"Ayaaaah..!! Buka pintunya yaaah..!! Ais pingin masuuk.."

"Tuh kan? Beneran kan Ais?" ujar Franda yakin.

Bisma menatap mata istrinya itu dan memang suara yang memanggilnya sangat Bisma kenali karna satu-satunya yang memanggil dia ayah ya Elfaris.

"Hufhh, yaudah aku lihat dulu." Bisma membuang nafas sebal. Ia membuka selimut tebalnya kemudian hendak beranjak turun.

"Kamu yakin mau temuin Ais kayak gitu?" tanya Franda tiba-tiba.

Bisma menghentikan langkahnya. Ia menatap tubuhnya yang memang hanya mengenakan boxer saja.

"Hehe lupa Nda. Y..yaudah aku pake baju dulu.." Bisma cengengesan gak jelas menatap badan cungkringnya yang terlihat tulang semua(?).

Franda terkekeh. Tingkah Bisma memang selalu saja ada yang membuat tawa. Kejadian semalam pun seolah terekam kembali dimemori ingatan Franda.

"Semoga keluarga kita kaya gini terus ya Bis? Aku bener-bener udah sayang banget sama kamu. Aku mau kita terus bersatu. Dan kamu gak kecewain aku. Aku bahagia Bis. Aku sangat-sangat bahagia.." Franda membatin penuh senyum kebahagiaan. Ia rupanya sudah tidak malu-malu lagi untuk menyembunyikan perasaannya terhadap Bisma sang suami.




** "Ckleek.."

Suara pintu kayu yang Bisma buka secara perlahan.

"Ayah lama! Ayah sama bunda lagi apa sih didalam? Kenapa bukain pintunya lama? Tlus kenapa juga Ais semalam tidul sendilian? Kenapa Ais gak ditemenin sama ayah sama bunda?!" tanya Elfaris nyerocos tanpa henti dengan ekspresi kesalnya.

Bisma sampai terpelongo kaget. Ia menelan salivanya serta menggaruk belakang kepalanya.

"Tuh kan, Ais tanya ayah malah diem! Ayah kenapa sih? Ayah udah ga sayang lagi ya sama Ais? Atau ayah emang udaaah.." ucapan Elfaris terpotong.

Bisma langsung mengangkat tubuh bocah tampan itu dan menempelkan jari telunjuknya tepat menyentuh bibir mungil Elfaris.

"Ayah sama bundanya kesiangan. Makanya bangunnya telat. Ayah sama bunda gak temenin Ais karna ayah fikir Ais udah besar. Jadi udah gak ayah khawatirin kalau Ais tidur sendiri.." jelas Bisma berkata lembut didepan jagoan kecilnya.

"Benelan?" bidik Elfaris terlihat ragu.

"Iya bener sayang. Ais kan udah besar. Masa mau ditemenin sama ayh bunda terus, hem?" Bisma mengangguk meyakinkan. Ia mengecup puncak kepala Elfaris dan mengusap pipi bocah tampan itu.

"Yaudah Ais pelcaya. Tlus sekalang bunda mana yah?" Elfaris celingukan menengok kearah dalam kamar Bisma.

"Bunda ada ko didalam. Tapi bunda katanya mau mandi dulu. Ais udah mandi belum?"

"Ais blum mandi, kan Ais mau mandinya nanti dimandiin sama bunda yah."

"Masa dimandiin sama bunda? Ais kan udah besar sayang, yaudah mandinya sama ayah aja yuk? Bundanya abis mandi mau bikin sarapan. Jadi Ais sama ayah aja. Abis itu kita temuin bunda dimeja makan. Oke jagoan?"

"Hihi okke ayaah.."

Bisma dan Elfaris tertawa kecil. Ayah dan anak ini tampak cukup kompak. Rupanya Bisma sangat tau cara membujuk Elfaris. Ia pun segera berlalu menuju kamar Elfaris untuk memandikamn putra kecilnya, seraya ia juga ikut membersihkan tubuhnya disana.


"Hemm.. Bisma ternyata emang udah bisa buktiin janji-janjinya. Dia bisa ambil hati Elfaris dan sayangi dia penuh. Semoga janji kedua kamu bisa segera kamu tepatin ya Bis. Habis itu kamu ajak aku ke Jakarta, kita tinggal disana dan bawa Ais. Uhh aku udah gak sabar tau. Pingin tinggal satu rumah sama kamu dan Elfaris. Jadi keluarga kecil bahagia penuh cinta. Mamah sama papah kita pasti seneng lihatnya Bis.. Aku yakin mereka akan tersenyum diatas sana. Aku yakin itu.." Franda memandang penuh senyum kebahagiaan akan dua sosok malaikat hatinya yang sangat ia cintai. Dirinya kemudian berlalu menuju kamar mandi setelah sosok Bisma dan Elfaris tidak terlihat lagi dihadapannya.





Bersambung...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Nggak Komentar, Nggak Kece :p