Setelah berhasil membujuk istri tercintanya, akhirnya Bisma tiba juga
didalam kamarnya bersama Franda. Perempuan cantik itu sedari tadi hanya
diam tanpa mengeluarkan suara. Sedangkan Bisma malah bersiul senang
karna sepertinya apa yang ia inginkan akan segera tercapai.
"Gimana
sayang, udah siap?" Bisma melemparkan senyuman manisnya kearah Franda
sang istri. Ia buru-buru menutup pintu kamarnya dan menguncinya
rapat-rapat.
Franda hanya membuang nafas sebal. Ia memalingkan wajahnya lalu duduk ditepian tempat tidur.
Bisma lagi-lagi tersenyum. Ia kemudian segera mendekati sang istri dan duduk tepat dibelakang Franda.
"Kalo raut mukanya kaya gitu, aku gak yakin deh kalo kita punya anak kedua nanti, anaknya bisa cakep." bisik Bisma tiba-tiba.
Franda menoleh kaget. Halisnya ia tautkan menatap suaminya yang berbicara ngasal itu.
"Haha,
biasa aja dong sayang, gak usah natap tajam gitu, akunya jadi takut
nih.." Bisma tertawa geli. Ia mengusap wajah Franda agar berhenti
menatapnya begitu.
"Gak lucu tau Bis! Udah deh, aku lagi males!" ketus Franda kembali memalingkan wajahnya membelakangi Bisma.
Bibir
Bisma tersenyum kecil. Ia kembali mendekatkan tubuhnya dengan Franda.
Kedua tangannya pun dengan cepat melingkar dipinggang Franda. Ia
memeluk istri tercintanya itu, memeluk dengan sangat erat seolah takut
untuk kehilangan.
"Aku sayang kamu Nda. Aku sayang banget
sama kamu.." Bisma berujar setengah berbisik. Wajahnya ia telusupkan
dileher jenjang Franda. Aroma parfum perempuan cantik itu pun
dihirupnya dalam-dalam.
"Aku juga sayang kamu Bis. Aku
sayang banget sama kamu.." balas Franda tersenyum kecil menoleh kearah
Bisma. Pipi Bisma diusapnya pelan dengan lengan kanannya. Sedangkan
lengan kiri Franda sendiri memegang kedua tangan Bisma yang melingkar
diperutnya.
Bisma tersenyum. Perlahan kedua matanya ia
pejamkan. Tangannya sendiri semakin erat mendekap tubuh Franda dari arah
belakang. Tengkuk Franda Bisma kecupi dengan lembutnya. Leher bahkan
pipi Franda ikut ia kecupi, hingga tanpa disadari kini posisinya sudah
berada dihadapan Franda dan hendak mendorong Franda agar berbaring
diatas tempat tidur.
"Jangan deh Biss.." ujar Franda tiba-tiba.
Bisma menghentikan aksinya. Halisnya menaut mendengar Franda berucap demi kian.
"Engh~ m..maksud aku.. M..maksud aku jangaan.."
"Iya
aku gak bakal sekarang ko. Emang kamu fikir aku mau ngapain? Aku cuma
pingin ciumin kamu aja. Wuu pede banget sihh.. Siapa juga yang mau
ngapa-ngapain kamu. Dasar panda jelek!" ujar Bisma menarik hidung
mancung Franda dan meledeknya seperti anak kecil.
"Issh!
Gak usah ditarik-tarik deh, sakit tau gak! Lagian cuma ciumin doang tapi
pake dorong tubuh aku segala. Gimana aku gak berfikiran yaang.."
"Ah
itu sih fikiran kamunya aja yang negatif. Coba kalo gak mikir negatif,
pasti gak bakalan mikir yang aneh-aneh, hayoo..?" ledek Bisma
mendekatkan wajahnya hingga memojokkan tubuh Franda.
"Y..ya itu kan karna kamu sendiri tadi ngomong y..yang aneh terus." Franda berucap gugup.
"Emang
kapan aku ngomong aneh? Perasaan enggak deh. Dasar panda jelek!"
lagi-lagi Bisma meledek istri tercintanya ini. Jarak wajahnya bahkan
semakin ia dekatkan hingga hidungnya sendiri dapat menyentuh hidung
Franda.
Franda diam. Ia bingung kenapa dirinya menjadi
kikuk seperti ini. Jantungnya berdegup tidak berirama. Nafasnya
tersenggal. Ia benar-benar dibuat tidak berkutik akan ulah suaminya
ini.
"Kenna! Kamu Nda." Bisma membatin penuh senyum kemenangan.
"B..bisma
mau ngapain sih? Ko tatapannya nyeremin gitu? Apa jangan-jangan dia
maauu..." belum sempat Franda meneruskan ucapannya. Tiba-tiba saja ia
langsung berteriak kencang.
"AAAaaaaaaaa!!!"
"Hahahaa. Kaget ya Nda?"
"Isssh Bisma kenapa lampunya dimatiin sih?! Gelap tau gak!" dengus Franda kesal.
"Biarin aja. Kan biar lebih romantis, trus gak ada yang bisa lihat kita, mmuach! Haha."
"Isssh romantis apanya sih? Udah cepetan nyalain. Atau nanti aku bakalaaan.."
Ucapan
Franda tiba-tiba terhenti. Ia merasakan ada sesuatu yang menutup
bibirnya. Sesuatu yang begitu lembut dan tanpa disadari membuat dirinya
terpelongo akan apa yang dirasakannya.
"Haha jangan pernah panggil gue Bisma kalo gue gak bisa dapetin apa yang gue mau." Bisma membatin dengan senyuman nakalnya.
"Ya
Tuhaan.. Bisma sebenernya mau ngapain sih? Ko aku jadi deg-degan gini?
Mudah-mudahan besok pagi gak terjadi apa-apa. Aku belum siap Tuhan..
Serius deh.. Ini deg-degan banget soalnya." wajah Franda nampak gelisah
dengan hati yang tidak karuan. Ia tidak berucap dan hanya dapat
membatin, menerka-nerka akan apa yang akan dilakukan Bisma sang suami
padanya. *Jan dibayangin!! (sendal Ais melayang ntar).
** Pagi hari yang cerah..
Sinar
mentari yang cukup terik kini sudah mulai muncul menyinari bumi. Bocah
tampan yang tengah terlelap ini pun merasa terusik dan terbangun dari
mimpi indahnya.
"Ngh~ buundaa.. Ayaah.." igaunya pelan.
Tangan
mungilnya meraba samping kiri dan kanannya. Kedua mata sipitnya ia
buka perlahan. Wajahnya seketika berubah menjadi panik karna dua sosok
yang dicarinya tidak ada didekatnya.
"Bunda sama ayah
kemana? Ko ga ada dikamal Ais?" tanyanya bingung. Kedua bola matanya
menyapu mencari kesemua sudut ruangan. Rupanya sosok bunda dan ayahnya
itu tidak juga ada disana.
Elfaris turun dari tempat
tidurnya. Ia menyingkirkan selimut bergambar Doraemon kesayangannya
kemudian berjalan mendekati pintu lalu keluar dari kamarnya.
"Ayah
pasti lagi dikamal bunda. Iya Ais yakin ayah pasti tidulnya sama
bunda, makanya Ais ditigalin sendili.." Elfaris berucap menerka-nerka.
Bocah
tampan itu terus berjalan menuju kamar kedua orang tuanya. Mata
sipitnya sesekali ia kucek karna memang belum terbuka sepenuhnya.
Elfaris
berdiri depat didepan pintu kamar Franda dan Bisma. Mulutnya menguap
kecil. Kedua mata sipitnya kembali ia kucek. Sungguh pemandangan yang
begitu lucu terlihat. Meski masih dalam keadaan mengantuk, tapi Elfaris
tetap saja memaksakan untuk mencari sosok ayah bundanya.
"Bundaa.. Ayaaaah.." panggilnya mengetuk-ngetuk pintu.
Tidak
ada jawaban yang terdengar. Mungkin saja Franda dan Bisma memang masih
terlelap dialam tidurnya setelah apa yang terjadi semalam.
"Buun..
Ayaaah Bundaaa.." Elfaris kembali mengetuk pintu. Handle pintu kamar
kedua orang tuanya itu ia tarik-tarik kebawah berharap kalau ayah
bundanya mendengar dan mau membukakan pintu untuknya. Elfaris terus
melakukan hal tersebut berulang-ulang. Ia tidak patah semangat untuk
membangunkan kedua orang tuanya.
"Ayaaah bundaaa buka
pintunya..!! Ais pingin masuk yaah.. Ayo bukaaa ayoo..!!" Elfaris
berteriak menggedor pintu kamar Bisma dan Franda.
Sementara itu..
"Bis, kayaknya ada yang manggil kita deh."
"Ngh~
siapa sih? Itu cuma perasaan kamu aja kali. Udah si tidur lagi, masih
pagi tau.." Bisma berucap tanpa membuka matanya. Ia kembali memeluk
Franda yang berbaring disampingnya.
Perempuan cantik
bermata sipit ini pun diam. Ia tidak menghiraukan Bisma. Telinga dan
matanya justru ia tajamkan untuk mendengar dan melihat suara teriakan
yang berasal dari balik pintu kamarnya.
"Tuh Bis suaranya ada lagi. Kaya suara Ais tau gak." ujarnya menerka-nerka.
Bisma membuka matanya. Tubuhnya ia balikkan menatap kearah pintu kamarnya.
"Ini masih pagi Nda, gak mungkin kalo Ais udah bangun. Kamu tau sendiri kan dia ituu.." ucapan Bisma tiba-tiba terhenti.
"Ayaaaah..!! Buka pintunya yaaah..!! Ais pingin masuuk.."
"Tuh kan? Beneran kan Ais?" ujar Franda yakin.
Bisma
menatap mata istrinya itu dan memang suara yang memanggilnya sangat
Bisma kenali karna satu-satunya yang memanggil dia ayah ya Elfaris.
"Hufhh, yaudah aku lihat dulu." Bisma membuang nafas sebal. Ia membuka selimut tebalnya kemudian hendak beranjak turun.
"Kamu yakin mau temuin Ais kayak gitu?" tanya Franda tiba-tiba.
Bisma menghentikan langkahnya. Ia menatap tubuhnya yang memang hanya mengenakan boxer saja.
"Hehe
lupa Nda. Y..yaudah aku pake baju dulu.." Bisma cengengesan gak jelas
menatap badan cungkringnya yang terlihat tulang semua(?).
Franda
terkekeh. Tingkah Bisma memang selalu saja ada yang membuat tawa.
Kejadian semalam pun seolah terekam kembali dimemori ingatan Franda.
"Semoga
keluarga kita kaya gini terus ya Bis? Aku bener-bener udah sayang
banget sama kamu. Aku mau kita terus bersatu. Dan kamu gak kecewain aku.
Aku bahagia Bis. Aku sangat-sangat bahagia.." Franda membatin penuh
senyum kebahagiaan. Ia rupanya sudah tidak malu-malu lagi untuk
menyembunyikan perasaannya terhadap Bisma sang suami.
** "Ckleek.."
Suara pintu kayu yang Bisma buka secara perlahan.
"Ayah
lama! Ayah sama bunda lagi apa sih didalam? Kenapa bukain pintunya
lama? Tlus kenapa juga Ais semalam tidul sendilian? Kenapa Ais gak
ditemenin sama ayah sama bunda?!" tanya Elfaris nyerocos tanpa henti
dengan ekspresi kesalnya.
Bisma sampai terpelongo kaget. Ia menelan salivanya serta menggaruk belakang kepalanya.
"Tuh
kan, Ais tanya ayah malah diem! Ayah kenapa sih? Ayah udah ga sayang
lagi ya sama Ais? Atau ayah emang udaaah.." ucapan Elfaris terpotong.
Bisma langsung mengangkat tubuh bocah tampan itu dan menempelkan jari telunjuknya tepat menyentuh bibir mungil Elfaris.
"Ayah
sama bundanya kesiangan. Makanya bangunnya telat. Ayah sama bunda gak
temenin Ais karna ayah fikir Ais udah besar. Jadi udah gak ayah
khawatirin kalau Ais tidur sendiri.." jelas Bisma berkata lembut
didepan jagoan kecilnya.
"Benelan?" bidik Elfaris terlihat ragu.
"Iya
bener sayang. Ais kan udah besar. Masa mau ditemenin sama ayh bunda
terus, hem?" Bisma mengangguk meyakinkan. Ia mengecup puncak kepala
Elfaris dan mengusap pipi bocah tampan itu.
"Yaudah Ais pelcaya. Tlus sekalang bunda mana yah?" Elfaris celingukan menengok kearah dalam kamar Bisma.
"Bunda ada ko didalam. Tapi bunda katanya mau mandi dulu. Ais udah mandi belum?"
"Ais blum mandi, kan Ais mau mandinya nanti dimandiin sama bunda yah."
"Masa
dimandiin sama bunda? Ais kan udah besar sayang, yaudah mandinya sama
ayah aja yuk? Bundanya abis mandi mau bikin sarapan. Jadi Ais sama ayah
aja. Abis itu kita temuin bunda dimeja makan. Oke jagoan?"
"Hihi okke ayaah.."
Bisma
dan Elfaris tertawa kecil. Ayah dan anak ini tampak cukup kompak.
Rupanya Bisma sangat tau cara membujuk Elfaris. Ia pun segera berlalu
menuju kamar Elfaris untuk memandikamn putra kecilnya, seraya ia juga
ikut membersihkan tubuhnya disana.
"Hemm.. Bisma
ternyata emang udah bisa buktiin janji-janjinya. Dia bisa ambil hati
Elfaris dan sayangi dia penuh. Semoga janji kedua kamu bisa segera kamu
tepatin ya Bis. Habis itu kamu ajak aku ke Jakarta, kita tinggal disana
dan bawa Ais. Uhh aku udah gak sabar tau. Pingin tinggal satu rumah sama
kamu dan Elfaris. Jadi keluarga kecil bahagia penuh cinta. Mamah sama
papah kita pasti seneng lihatnya Bis.. Aku yakin mereka akan tersenyum
diatas sana. Aku yakin itu.." Franda memandang penuh senyum kebahagiaan
akan dua sosok malaikat hatinya yang sangat ia cintai. Dirinya
kemudian berlalu menuju kamar mandi setelah sosok Bisma dan Elfaris
tidak terlihat lagi dihadapannya.
Bersambung...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Nggak Komentar, Nggak Kece :p