Selepas membersihkan diri dan mengganti semua pakaiannya yang basah
akibat tercebur dikolam belakang. Franda kini tampak duduk santai disofa
panjang ruang tengah rumah mewah yang menjadi tempat tinggal buah hati
kecilnya.
Pandangannya masih mengingat kejadian beberapa menit lalu, meski
layar televisi dihadapannya menyala. Namun tetap saja, yang Franda ingat
dan fikirkan adalah kejadian dikolam belakang tadi.
"Ehemm.."
Tiba-tiba Franda menoleh kaget mendengar suara deheman.
Kepalanya buru-buru menoleh, satu sosok pria tampan yang masih dicintainya itu muncul tepat dihadapannya.
"Ko bengong sih?
Kamu kenapa, hem?" tanyanya pelan dan terdengar lembut. Sosok yang ternyata Bisma itu tersenyum kecil lalu duduk tepat disamping Franda.
Franda menggeleng cepat dan segera menjauhkan posisi duduknya agar menjauh dan menjaga jarak antara dirinya dan Bisma.
"Aku buatin teh hangat nih, kita kan tadi abis basah-basahan pake air kolam. Jadi yaa..takut kamu masuk angin aja.
Nih, diminum yah? Biar badannya anget.." tiba-tiba Bisma menyodorkan secangkir teh hangat kearah Franda. Wajahnya nampak ceria, senyuman pun terus ia sunggingkan dihadapan istri tercintanya itu.
"Aku gak haus! Udah deh, minum aja sendiri.
Aku mau lihat Ais dulu.." tolak Franda sedikit ketus. Ia hendak beranjak dari duduknya. Namun dengan sangat cepat, Bisma meraih tangan Franda, menghentikan langkah perempuan cantik itu.
"Kenapa sih? Ko jutek gitu?
Katanya masih sayang? Bukannya kalau sayang sama kalungnya, berati sayang juga sama pemberi kalungnya?" ujar Bisma menatap wajah Franda serius.
"DEGG!!"
Franda seolah tidak dapat berbicara mendengar Bisma berucap seperti itu. Dirinya masih belum mau juga mengakui kalau ia masih sayang dan masih mencintai Bisma.
"Issh, udah deeh.. Kamu itu gak bakalan bisa bohong lagi.
Mata kamu udah bisa jawab itu semua.
Kalau masih sayang, kenapa gak jujur aja sih Nda?
Bukannya kejujuran itu indah ya?
Trus nanti kan kita bisa perbaiki lagi rumah tangga kita. Dan perjanjian itu, kita batalin.. Biar kita gak bohongin perasaan masing-masing terus.
Beres kan?" Bisma berujar enteng.
Franda menatap mata Bisma tajam. Tangan Bisma yang menggenggam pergelangannya pun ia hempaskan agar terlepas.
"Kenapa? Masih mau ngelak juga?" Bisma menatap Franda balik, namun tatapannya tetap saja meneduhkan.
"Udah lah Bis, kalau kamu berfikiran aku masih sayang kamu hanya karna kalung itu, kamu salah besar.
Aku udah gak ada perasaan apapun lagi sama kamu, dan kejadian dikolam tadi, anggap aja gak pernah terjadi. Permisi.." ujar Franda menjelaskan. Ia membalikkan tubuhnya dan kembali hendak meninggalkan Bisma.
"Yakin kalung ini udah gak ada artinya?
Trus kenapa tadi sampe sepanik itu bahkan kamu nangis cuma karna kalung ini?"
"DEGG!!"
Langkah Franda kembali terhenti. Lagi-lagi ucapan Bisma membuat dirinya takut kalau Bisma mengetahui semua perasaannya terhadap Bisma.
"Usia kalung ini udah lebih dari empat tahun, tapi kamu masih menyimpan kalung ini dengan baik. Apa kamu masih mengelak juga, hem?" Bisma berjalan mendekat kearah Franda. Ia berdiri dibelakang Franda dan bersiap memakaikan kalung ditangannya itu agar terpasang dileher putih Franda.
"B..biss.." Franda mengelak saat Bisma menyingkirkan helaian rambut panjangnya yang terurai.
"Aku pakein yah?.." Bisma berbisik pelan. Franda sampai bergidik geli karna Bisma meniup bagian belakang lehernya.
"Huumm... Aroma parfumnya masih tetap yang dulu.
Aku suka banget sama aroma ini Nda.
Wangi dan bikin aku pingin selalu dekat sama kamu..huumm." Bisma menghirup aroma wangi parfum dileher Franda.
Ia seolah terbuai akan aroma yang sangat disukai dari istrinya ini.
Franda memejamkan matanya. Ia seolah tersihir akan aksi Bisma yang kini malah mengecupi bagian belakang pundaknya. Kecupan yang memang sangat Franda rindukan dari suaminya itu. Kecupan yang juga baru Franda dapatkan lagi dari Bisma.
"Kalung ini memang sangat pas dan cantik kalau dipakai sama kamu..
Istri aku memang gak ada yang bisa nandingin.
Cantiknya kalung ini, masih lebih cantik kamu Nda..
Aku gak bisa bohong lagi.." Bisma berbisik pelan sesaat setelah kalung putih berbandul huruf 'B' itu terpasang rapi dileher Franda.
"B..Bisss..." Franda mencoba menolak perlakuan Bisma yang benar-benar membuatnya lupa akan amarah juga kebenciannya terhadap Bisma.
"Sebentar Ndaa.
Aku masih kangen sama kamu.." Bisma menelusupkan wajahnya dileher Franda. Pundak Franda serta leher jenjang perempuan cantik itu berkali-kali Bisma kecup. Franda kini bahkan bisa merasakan dekapan kedua tangan Bisma yang melingkar erat diperutnya.
"Ya Tuhan.. Apa aku sanggup bohongin perasaan aku lagi?
Aku juga pingin balas pelukan Bisma..
Aku kangen sama pelukan dia Tuhaan.. Aku kangen kamu Biss.." Franda membatin lirih. Kedua matanya ia pejamkan merasakan dekapan hangat sang suami yang baru bisa didapatnya lagi.
"Jujur aku lebih suka kamu diam seperti ini Nda.
Diam tanpa berkutik saat aku peluk kamu kaya gini..
Ini lebih membuat aku leluasa untuk meluapkan semua rasa kangen aku..
Udah lama aku gak bisa peluk kamu sebebas ini lagi.. Udah lama banget sayang.." Bisma mempererat pelukannya. Meski posisi ia memeluk dari belakang. Namun tubuh ramping istrinya itu sangat mudah ia dekap dengan kedua tangan yang dilingkarkan menyentuh perut datar Franda.
Franda terhanyut. Ia sama sekali tidak memberontak. Kedua kelopak matanya tetap terpejam. Tangan Bisma yang melingkar diatas perutnya pun ia sentuh hangat. Menyambut pelukan yang penuh keromantisan.
"Tetep munafik kamu Nda.
Kalau ditanya gak pernah mau ngaku, tapi giliran aku kiss atau peluk kaya gini, kamu gak bisa nolak.. Dasar cewek stress.. Kamu sampe bisa naklukkin cowok gila kaya aku yang jadi beneran gila karna kamu.
Haha aku sayang banget sama kamu. Aku juga cinta banget sama kamu Nda.." Bisma membatin dan ikut memejamkan kedua matanya.
Pelukan hangat penuh keromantisan itu pun terjadi hingga beberapa menit.
"Ayaahh.. Ayo katanya mau ajalin Ais main sepeda yah, tapi ko ayah lama sih dali tadi Ais nuuu...."
Tiba-tiba bocah tampan nan lucu itu menghentikan kalimat yang tengah keluar dari mulutnya. Kedua matanya terpelongo kaget saat mendapati ayah dan bundanya tengah asik dalam pelukan.
"Ayah?!" pekiknya kaget.
Franda yang mengetahui kedatangan jagoan kecilnya itu pun buru-buru melepaskan tangan Bisma yang melingkar erat diperutnya. Tubuhnya pun sedikit menjauh agar buah hati kecilnya itu tidak curiga akan apa yang dilakukannya barusan.
"A..Ais? K..ko Ais bisa ada disini sayang?" Franda bertanya gugup. Sementara Bisma hanya tersenyum kecil seraya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Ais dali tadi cali ayah bunn, ayah kan udah janji mau ajak Ais main sepeda. Tapi Ais caliin malah ayah hilang, tlus ada disini sama bunda."
Bocah tampan itu menjelaskan dengan polosnya akan apa yang membuatnya tiba-tiba muncul dan mengagetkan ayah bundanya.
"Main sepeda? Tapi kan ini udah sore sayang?" Franda mendekati jagoan kecilnya itu, lalu mengusap puncak kepala Elfaris pelan.
"Ini belum terlalu sore ko Nda, jadi masih bisa buat main-main sebentar sebelum gelap.." ujar Bisma menyunggingkan senyuman lebar kemudian meraih tubuh Elfaris dan menggendongnya.
"Jadi belati yah?" tanya Elfaris memandang wajah sang ayah.
"Jadi dong, masa gak jadi. Muach! Yaudah Ais siapin sepedanya. Nanti ayah sama bunda nyusul, muach-mmmuach! Ayah sayang banget sama kamu nak.."
Bisma menurunkan tubuh Elfaris setelah dikecupnya beberapa kali. Bocah tampan itu meloncat-loncat senang. Ia berlari keluar sambil berteriak girang.
"Yeyee yaudah Ais tugu yah.. Yeyeyeeee!!!"
Bisma hanya tersenyum melihat ekspresi jagoan kecilnya yang jarang sekali bisa sebahagia ini.
"Kalau mau main sepeda, yaudah main aja sana. Sekalian jagain Ais, tapi maaf aku gak bisa ikut, jadi silahkan kamu main berdua samaa..."
Tiba-tiba Bisma meraih pergelangan tangan Franda. Ucapan perempuan cantik itu pun terhenti akan aksi suaminya ini.
"Kamu ikut main, kita main sepeda bareng. Sekalian temenin anak kita.
Jangan kecewain dia Nda, dia pasti ingin main-main sama ayah bundanya, bukankah kita jarang ada disini?
Puasin darah daging kita untuk kali ini, bisa kan?" Bisma menatap Franda serius.
"T..tapi Biss?"
"Udah, ikut aja.
Yuk kita kedepan. Ais pasti udah nungguin.
Ayo sayang?" ajak Bisma merangkul pinggang Franda. Kedua kakinya pun melangkah menyusul jagoan kecilnya diluar rumah sana.
"Hufh.. Mudah-mudahan aku gak nunjukkin sikap aku kalau aku memang nyaman sama kedekatan kali ini.
Aku masih gak bisa maafin Bisma, apalagi dia pernah bilang kalau udah dapat pengganti aku yang lebih baik.
Bisma itu kadang ucapannya suka nyakitin, tapi kadang juga bikin hati nyaman.
Gak ngerti sama dia. Beneran penuh keanehan.." batin Franda bergumam sendiri saat dirinya Bisma rangkul menyusul sang buah hati didepan.
"Selalu aja bilang udah gak cinta, udah gak sayang. Tapi kalo udah dibaikkin dan dimanisin, dia pasti diem. Gak bisa berkutik dan penurut.
Hufh, nyesel aku udah pernah kecewain kamu Nda.
Dan lebih nyeselnya lagi aku udah buat perjanjian GILA itu. Hufh.." Bisma ikut membatin seraya membuang nafasnya berat. Wajah cantik Franda sesekali dipandangnya sambil terus berjalan keluar.
**
"Yah, ayo dong belangkat, ntal kebulu gelap yah.." suara bocah tampan ini terdengar sedikit memaksa.
"I..iya sebentar, ini sebentar lagi kita berangkat sayang.." Bisma berujar pelan penuh kelembutan.
"Tapi cepet yah, Ais dadi gasabal nihh.."
"Iya sayaang.. Sebentar lagi kita berangkat." balas Bisma meng-iyakan.
Bocah tampan itu pun mulai menaiki sepeda roda dua berukuran pas untuknya dengan dua roda kecil yang terpasang dikedua sisinya.
"Ayo Nda, tunggu apalagi sih? Ais udah gak sabar tuh.. Ayo naik.." Bisma menatap Franda yang masih saja enggan naik sepeda bersamanya.
"Naik-naik! Mau naik dimana coba?
Sepedanya aja cuma ada dua, buat kamu dan Ais. Nah aku naik dimana?
Udah deh kamu berdua aja sama Ais. Aku biar dirumah." tolak Franda sebal.
"Isssh, ya tinggal naik aja disini. Didepan aku. Kita berdua aja. Apa susahnya sih Nda?
Lagian Ais yang minta loh biar kita bersepeda sama dia. Masa mau ngecewain anaknya? Tega banget kamu.."
Franda langsung diam terpaku saat Bisma menariknya dan memaksanya duduk didepan jok sepeda yang ia duduki.
"Tapi gak nyaman banget Biss, masa duduknya disini? Emang gak ada tempat yang lain apa?" Franda mengeluh karna posisi duduknya memang kurang nyaman.
"Udaah jangan kebanyakan protes.
Cukup nikmatin aja, trus tangannya pegangan sama stang sepedanya. Aku mau goes nih, soalnya Ais udah main nyelongong duluan aja tuh bocah.." jelas Bisma kemudian benar-benar mulai mengayuh sepedanya.
Franda menghela nafasnya. Rasanya ia sangat sebal sekali harus terus-menerus mengikuti keinginan Bisma yang sebenarnya membuat ia kesal tapi bercampur senang(?)
"Yeyee.. Ais kekejar sama ayah.. Ahaha ayo kejar ayah sama bunda lagi..." tiba-tiba Bisma menyusul Elfaris yang mengayuh sepeda kecilnya tidak terlalu cepat. Bibirnya tersenyum lebar karna posisi bersepedanya kini berada didepan Elfaris.
"Aaahh ayaaah.. Jangan tigalin Aiss.. Masa Ais dadi kedua yah? Hummb.." Elfaris mengerucutkan bibirnya sebal. Franda terkekeh melihat ekspresi jagoan kecilnya itu.
"Ayo kejar lagi sayang, jangan mau kalah sama ayah.. Ayo nak.. Nanti bunda kasih coklat kalau Ais bisa susul bunda sama ayah.." Franda berteriak menyemangati.
Elfaris yang belum terlalu mahir bersepeda ini pun berusaha sekuat tenaga mengayuh sepeda kecil yang dinaikinya agar bisa menyusul ayah juga bundanya.
"Uhh ayah culang, sepedanya besal, dadinya jalannya cepet, Ais kan sepedanya kecil, dadinya gabisa cepet!" Elfaris menggerutu kesal. Ia pun menghentikan sepedanya. Wajahnya tampak berfikir mencari cara agar bisa menyusul ayah dan bundanya yang sudah melaju cukup jauh darinya.
"Ahha? Ais punya ide.." pikirnya tersenyum senang akan ide cemerlangnya.
"Kalau kayak gini, ayah sama bunda pasti bisa Ais kejal, hihii.." Elfaris turun dari sepedanya. Berdiri menatap benda beroda dua itu penuh senyuman. Entah apa yang akan dilakukannya nanti agar benar-benar bisa menyusul kedua orang tuanya.
**
Semilir angin sore berhembus cukup kencang. Franda berkali-kali membenarkan poni lurusnya yang diterpa angin akibat Bisma yang terus melajukan sepedanya.
"Gak usah kebut Bis, pelan-pelan aja. Kasian Ais pasti capek ngejar kitanya.." ujar Franda sedikit memprotes.
Bisma hanya tersenyum. Ia memelankan kayuhan sepedanya itu, semilir angin yang berhembus cukup kencang dapat ia rasakan menerpa poni hitamnya yang bergerak bebas.
"Ehm.. Kayaknya sore-sore gini naik sepeda rasanya adem banget yah? Apalagi kalau naiknya berdua sama orang yang disayang. Heumm rasanya itu kayaa..." Bisma sengaja menggantungkan ucapannya.
Kedua matanya ia pejamkan sejenak. Merasakan kebersamaan yang sangat langka bisa berduaan dalam satu sepeda seperti ini.
"Bis, jalanin sepedanya yang bener.." Franda menepuk tangan Bisma saat Bisma berhenti mengayuh.
"Iya, ini juga udah bener ko. Bener banget malah.." bisik Bisma tersenyum nakal tepat ditelinga kiri Franda.
Franda menoleh, ia sedikit bergidik karna geli. "Gak usah kecup-kecup dehh.. Bisa kan?" ujarnya terdengar sedikit ketus.
Bisma lagi-lagi malah tersenyum. Ia memberanikan diri menyentuh lengan Franda yang memegang stang sepeda dengan tangan kirinya.
"Bb..bis.." Franda berusaha menolak. Namun Bisma terlanjur mendaratkan tangannya diatas tangan halus Franda.
"Diem aja, biar terlihat romantis Nda.." bisik Bisma pelan.
Franda akhirnya diam. Ia tampak menurut tanpa banyak bicara. Memprotes pun bahkan tidak.
Merasa mendapat lampu hijau, akhirnya Bisma melepaskan tangan kirinya dari lengan Franda mau pun stang sepedanya. Ia mencoba melingkarkan tangan kirinya tersebut diperut Franda. Sedangkan tangan kanannya tetap memegang stang karna sepeda masih ia lajukan walau sangat pelan.
Hening...
Suasana mendadak tanpa suara. Bisma hanya merasakan detak jantung Franda yang sepertinya berdetak semakin cepat akibat pelukan lengan kirinya. Bisma bahkan merasakan deru nafas Franda yang bertempo sedikit cepat seperti gugup akan apa yang dilakukannya.
"Santai aja sayang..
Kamu gak perlu gugup atau pun takut aku apa-apain.
Aku cuma pingin ngebuktiin aja sama kamu, kalau aku benar-benar sayang sama kamu Nda.
Aku gak mungkin bisa kehilangan kamu, dan semua yang aku sukai dari diri kamu.
Gak bisa Nda.." Bisma mendekatkan kepalanya dan menempelkan pipinya dengan pipi Franda. Wajah kedua insan ini pun terlihat sangat dekat dan saling menyentuh satu sama lain.
"Bis, jangan..."
"Aku cuma pingin kecup pipi kamu aja ko, gak bakal ngapa-ngapain. Tenang aja sayang..." Bisma menempelkan bibirnya dipipi chuaby Franda. Memberikan satu kecupan yang begitu lembut dari hati terdalamnya.
Franda seolah terhanyut. Bisma bahkan kini mengecup puncak kepalanya. Menempelkan kembali pipi Ia dan Franda hingga bersentuhan. Tangan kiri Bisma pun semakin erat memeluk Franda melingkar di bagian perut.
"Bisma gila! Dasar cowok gila! Kamu tuh beneran udah gila tau gak Bis..
Issh ko bisa sih aku sampe gak bisa ngapa-ngapain gini?
Apa yang udah kamu lakuin sama aku?
Kenapa aku selalu gak bisa nolak? Kenapa sih Bis?..." Franda membatin memaki dirinya yang tidak mengerti akan perasaanya ini. Tanpa terasa tangan kanannya ia lepaskan dari stang sepeda lalu memegang tangan kiri Bisma yang melingkar diperutnya.
"Kayaknya aku udah gak bisa bohongin perasaan aku lagi.
Aku juga udah gak bisa sembunyiin semua rasa sayang aku buat kamu.
Aku sayang kamu Bis, aku bahagia dengan semua perlakuan manis dan lembut kamu.." bibir Franda tersenyum kecil. Wajahnya tampak berseri, rupanya Franda benar-benar bahagia dengan semua ini. Kedua kelopak matanya yang tadi ia pejamkan pun perlahan ia buka. Franda menoleh menatap Bisma, satu senyuman ia dapatkan dari suaminya itu dan Franda langsung membalasnya.
"Makasih udah buat aku senang hari ini.
Makasih ya Nda, aku senang banget hari ini.." ujar Bisma lembut diiringi senyum.
"I..iya Bis, sama-sama. A..aku juga ikut..."
Tiba-tiba bola mata Franda melotot kaget. Kalimat yang hendak diucapkannya sampai terhenti.
"Aaaaaaaa!! Bismaaaaa!!"
"BRUKKKSS..!!!"
"Aws!!"
"Aduh! Sakitt..."
"Aaaaa Bismaaaaa!! Sakit tau, issshh!!"
"I..iya, tapi aku juga sama sakit.
Kamu sih.."
"Ko nyalahin aku?
Kamu tuh bawa sepedanya gak bener, jadinya gini kan, isssh nyebelin tau gak! Sakittt..."
"Iya maaf, yaudah sini aku bantuin.."
"T..tapi...?"
Bersambung...
"Ehemm.."
Tiba-tiba Franda menoleh kaget mendengar suara deheman.
Kepalanya buru-buru menoleh, satu sosok pria tampan yang masih dicintainya itu muncul tepat dihadapannya.
"Ko bengong sih?
Kamu kenapa, hem?" tanyanya pelan dan terdengar lembut. Sosok yang ternyata Bisma itu tersenyum kecil lalu duduk tepat disamping Franda.
Franda menggeleng cepat dan segera menjauhkan posisi duduknya agar menjauh dan menjaga jarak antara dirinya dan Bisma.
"Aku buatin teh hangat nih, kita kan tadi abis basah-basahan pake air kolam. Jadi yaa..takut kamu masuk angin aja.
Nih, diminum yah? Biar badannya anget.." tiba-tiba Bisma menyodorkan secangkir teh hangat kearah Franda. Wajahnya nampak ceria, senyuman pun terus ia sunggingkan dihadapan istri tercintanya itu.
"Aku gak haus! Udah deh, minum aja sendiri.
Aku mau lihat Ais dulu.." tolak Franda sedikit ketus. Ia hendak beranjak dari duduknya. Namun dengan sangat cepat, Bisma meraih tangan Franda, menghentikan langkah perempuan cantik itu.
"Kenapa sih? Ko jutek gitu?
Katanya masih sayang? Bukannya kalau sayang sama kalungnya, berati sayang juga sama pemberi kalungnya?" ujar Bisma menatap wajah Franda serius.
"DEGG!!"
Franda seolah tidak dapat berbicara mendengar Bisma berucap seperti itu. Dirinya masih belum mau juga mengakui kalau ia masih sayang dan masih mencintai Bisma.
"Issh, udah deeh.. Kamu itu gak bakalan bisa bohong lagi.
Mata kamu udah bisa jawab itu semua.
Kalau masih sayang, kenapa gak jujur aja sih Nda?
Bukannya kejujuran itu indah ya?
Trus nanti kan kita bisa perbaiki lagi rumah tangga kita. Dan perjanjian itu, kita batalin.. Biar kita gak bohongin perasaan masing-masing terus.
Beres kan?" Bisma berujar enteng.
Franda menatap mata Bisma tajam. Tangan Bisma yang menggenggam pergelangannya pun ia hempaskan agar terlepas.
"Kenapa? Masih mau ngelak juga?" Bisma menatap Franda balik, namun tatapannya tetap saja meneduhkan.
"Udah lah Bis, kalau kamu berfikiran aku masih sayang kamu hanya karna kalung itu, kamu salah besar.
Aku udah gak ada perasaan apapun lagi sama kamu, dan kejadian dikolam tadi, anggap aja gak pernah terjadi. Permisi.." ujar Franda menjelaskan. Ia membalikkan tubuhnya dan kembali hendak meninggalkan Bisma.
"Yakin kalung ini udah gak ada artinya?
Trus kenapa tadi sampe sepanik itu bahkan kamu nangis cuma karna kalung ini?"
"DEGG!!"
Langkah Franda kembali terhenti. Lagi-lagi ucapan Bisma membuat dirinya takut kalau Bisma mengetahui semua perasaannya terhadap Bisma.
"Usia kalung ini udah lebih dari empat tahun, tapi kamu masih menyimpan kalung ini dengan baik. Apa kamu masih mengelak juga, hem?" Bisma berjalan mendekat kearah Franda. Ia berdiri dibelakang Franda dan bersiap memakaikan kalung ditangannya itu agar terpasang dileher putih Franda.
"B..biss.." Franda mengelak saat Bisma menyingkirkan helaian rambut panjangnya yang terurai.
"Aku pakein yah?.." Bisma berbisik pelan. Franda sampai bergidik geli karna Bisma meniup bagian belakang lehernya.
"Huumm... Aroma parfumnya masih tetap yang dulu.
Aku suka banget sama aroma ini Nda.
Wangi dan bikin aku pingin selalu dekat sama kamu..huumm." Bisma menghirup aroma wangi parfum dileher Franda.
Ia seolah terbuai akan aroma yang sangat disukai dari istrinya ini.
Franda memejamkan matanya. Ia seolah tersihir akan aksi Bisma yang kini malah mengecupi bagian belakang pundaknya. Kecupan yang memang sangat Franda rindukan dari suaminya itu. Kecupan yang juga baru Franda dapatkan lagi dari Bisma.
"Kalung ini memang sangat pas dan cantik kalau dipakai sama kamu..
Istri aku memang gak ada yang bisa nandingin.
Cantiknya kalung ini, masih lebih cantik kamu Nda..
Aku gak bisa bohong lagi.." Bisma berbisik pelan sesaat setelah kalung putih berbandul huruf 'B' itu terpasang rapi dileher Franda.
"B..Bisss..." Franda mencoba menolak perlakuan Bisma yang benar-benar membuatnya lupa akan amarah juga kebenciannya terhadap Bisma.
"Sebentar Ndaa.
Aku masih kangen sama kamu.." Bisma menelusupkan wajahnya dileher Franda. Pundak Franda serta leher jenjang perempuan cantik itu berkali-kali Bisma kecup. Franda kini bahkan bisa merasakan dekapan kedua tangan Bisma yang melingkar erat diperutnya.
"Ya Tuhan.. Apa aku sanggup bohongin perasaan aku lagi?
Aku juga pingin balas pelukan Bisma..
Aku kangen sama pelukan dia Tuhaan.. Aku kangen kamu Biss.." Franda membatin lirih. Kedua matanya ia pejamkan merasakan dekapan hangat sang suami yang baru bisa didapatnya lagi.
"Jujur aku lebih suka kamu diam seperti ini Nda.
Diam tanpa berkutik saat aku peluk kamu kaya gini..
Ini lebih membuat aku leluasa untuk meluapkan semua rasa kangen aku..
Udah lama aku gak bisa peluk kamu sebebas ini lagi.. Udah lama banget sayang.." Bisma mempererat pelukannya. Meski posisi ia memeluk dari belakang. Namun tubuh ramping istrinya itu sangat mudah ia dekap dengan kedua tangan yang dilingkarkan menyentuh perut datar Franda.
Franda terhanyut. Ia sama sekali tidak memberontak. Kedua kelopak matanya tetap terpejam. Tangan Bisma yang melingkar diatas perutnya pun ia sentuh hangat. Menyambut pelukan yang penuh keromantisan.
"Tetep munafik kamu Nda.
Kalau ditanya gak pernah mau ngaku, tapi giliran aku kiss atau peluk kaya gini, kamu gak bisa nolak.. Dasar cewek stress.. Kamu sampe bisa naklukkin cowok gila kaya aku yang jadi beneran gila karna kamu.
Haha aku sayang banget sama kamu. Aku juga cinta banget sama kamu Nda.." Bisma membatin dan ikut memejamkan kedua matanya.
Pelukan hangat penuh keromantisan itu pun terjadi hingga beberapa menit.
"Ayaahh.. Ayo katanya mau ajalin Ais main sepeda yah, tapi ko ayah lama sih dali tadi Ais nuuu...."
Tiba-tiba bocah tampan nan lucu itu menghentikan kalimat yang tengah keluar dari mulutnya. Kedua matanya terpelongo kaget saat mendapati ayah dan bundanya tengah asik dalam pelukan.
"Ayah?!" pekiknya kaget.
Franda yang mengetahui kedatangan jagoan kecilnya itu pun buru-buru melepaskan tangan Bisma yang melingkar erat diperutnya. Tubuhnya pun sedikit menjauh agar buah hati kecilnya itu tidak curiga akan apa yang dilakukannya barusan.
"A..Ais? K..ko Ais bisa ada disini sayang?" Franda bertanya gugup. Sementara Bisma hanya tersenyum kecil seraya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Ais dali tadi cali ayah bunn, ayah kan udah janji mau ajak Ais main sepeda. Tapi Ais caliin malah ayah hilang, tlus ada disini sama bunda."
Bocah tampan itu menjelaskan dengan polosnya akan apa yang membuatnya tiba-tiba muncul dan mengagetkan ayah bundanya.
"Main sepeda? Tapi kan ini udah sore sayang?" Franda mendekati jagoan kecilnya itu, lalu mengusap puncak kepala Elfaris pelan.
"Ini belum terlalu sore ko Nda, jadi masih bisa buat main-main sebentar sebelum gelap.." ujar Bisma menyunggingkan senyuman lebar kemudian meraih tubuh Elfaris dan menggendongnya.
"Jadi belati yah?" tanya Elfaris memandang wajah sang ayah.
"Jadi dong, masa gak jadi. Muach! Yaudah Ais siapin sepedanya. Nanti ayah sama bunda nyusul, muach-mmmuach! Ayah sayang banget sama kamu nak.."
Bisma menurunkan tubuh Elfaris setelah dikecupnya beberapa kali. Bocah tampan itu meloncat-loncat senang. Ia berlari keluar sambil berteriak girang.
"Yeyee yaudah Ais tugu yah.. Yeyeyeeee!!!"
Bisma hanya tersenyum melihat ekspresi jagoan kecilnya yang jarang sekali bisa sebahagia ini.
"Kalau mau main sepeda, yaudah main aja sana. Sekalian jagain Ais, tapi maaf aku gak bisa ikut, jadi silahkan kamu main berdua samaa..."
Tiba-tiba Bisma meraih pergelangan tangan Franda. Ucapan perempuan cantik itu pun terhenti akan aksi suaminya ini.
"Kamu ikut main, kita main sepeda bareng. Sekalian temenin anak kita.
Jangan kecewain dia Nda, dia pasti ingin main-main sama ayah bundanya, bukankah kita jarang ada disini?
Puasin darah daging kita untuk kali ini, bisa kan?" Bisma menatap Franda serius.
"T..tapi Biss?"
"Udah, ikut aja.
Yuk kita kedepan. Ais pasti udah nungguin.
Ayo sayang?" ajak Bisma merangkul pinggang Franda. Kedua kakinya pun melangkah menyusul jagoan kecilnya diluar rumah sana.
"Hufh.. Mudah-mudahan aku gak nunjukkin sikap aku kalau aku memang nyaman sama kedekatan kali ini.
Aku masih gak bisa maafin Bisma, apalagi dia pernah bilang kalau udah dapat pengganti aku yang lebih baik.
Bisma itu kadang ucapannya suka nyakitin, tapi kadang juga bikin hati nyaman.
Gak ngerti sama dia. Beneran penuh keanehan.." batin Franda bergumam sendiri saat dirinya Bisma rangkul menyusul sang buah hati didepan.
"Selalu aja bilang udah gak cinta, udah gak sayang. Tapi kalo udah dibaikkin dan dimanisin, dia pasti diem. Gak bisa berkutik dan penurut.
Hufh, nyesel aku udah pernah kecewain kamu Nda.
Dan lebih nyeselnya lagi aku udah buat perjanjian GILA itu. Hufh.." Bisma ikut membatin seraya membuang nafasnya berat. Wajah cantik Franda sesekali dipandangnya sambil terus berjalan keluar.
**
"Yah, ayo dong belangkat, ntal kebulu gelap yah.." suara bocah tampan ini terdengar sedikit memaksa.
"I..iya sebentar, ini sebentar lagi kita berangkat sayang.." Bisma berujar pelan penuh kelembutan.
"Tapi cepet yah, Ais dadi gasabal nihh.."
"Iya sayaang.. Sebentar lagi kita berangkat." balas Bisma meng-iyakan.
Bocah tampan itu pun mulai menaiki sepeda roda dua berukuran pas untuknya dengan dua roda kecil yang terpasang dikedua sisinya.
"Ayo Nda, tunggu apalagi sih? Ais udah gak sabar tuh.. Ayo naik.." Bisma menatap Franda yang masih saja enggan naik sepeda bersamanya.
"Naik-naik! Mau naik dimana coba?
Sepedanya aja cuma ada dua, buat kamu dan Ais. Nah aku naik dimana?
Udah deh kamu berdua aja sama Ais. Aku biar dirumah." tolak Franda sebal.
"Isssh, ya tinggal naik aja disini. Didepan aku. Kita berdua aja. Apa susahnya sih Nda?
Lagian Ais yang minta loh biar kita bersepeda sama dia. Masa mau ngecewain anaknya? Tega banget kamu.."
Franda langsung diam terpaku saat Bisma menariknya dan memaksanya duduk didepan jok sepeda yang ia duduki.
"Tapi gak nyaman banget Biss, masa duduknya disini? Emang gak ada tempat yang lain apa?" Franda mengeluh karna posisi duduknya memang kurang nyaman.
"Udaah jangan kebanyakan protes.
Cukup nikmatin aja, trus tangannya pegangan sama stang sepedanya. Aku mau goes nih, soalnya Ais udah main nyelongong duluan aja tuh bocah.." jelas Bisma kemudian benar-benar mulai mengayuh sepedanya.
Franda menghela nafasnya. Rasanya ia sangat sebal sekali harus terus-menerus mengikuti keinginan Bisma yang sebenarnya membuat ia kesal tapi bercampur senang(?)
"Yeyee.. Ais kekejar sama ayah.. Ahaha ayo kejar ayah sama bunda lagi..." tiba-tiba Bisma menyusul Elfaris yang mengayuh sepeda kecilnya tidak terlalu cepat. Bibirnya tersenyum lebar karna posisi bersepedanya kini berada didepan Elfaris.
"Aaahh ayaaah.. Jangan tigalin Aiss.. Masa Ais dadi kedua yah? Hummb.." Elfaris mengerucutkan bibirnya sebal. Franda terkekeh melihat ekspresi jagoan kecilnya itu.
"Ayo kejar lagi sayang, jangan mau kalah sama ayah.. Ayo nak.. Nanti bunda kasih coklat kalau Ais bisa susul bunda sama ayah.." Franda berteriak menyemangati.
Elfaris yang belum terlalu mahir bersepeda ini pun berusaha sekuat tenaga mengayuh sepeda kecil yang dinaikinya agar bisa menyusul ayah juga bundanya.
"Uhh ayah culang, sepedanya besal, dadinya jalannya cepet, Ais kan sepedanya kecil, dadinya gabisa cepet!" Elfaris menggerutu kesal. Ia pun menghentikan sepedanya. Wajahnya tampak berfikir mencari cara agar bisa menyusul ayah dan bundanya yang sudah melaju cukup jauh darinya.
"Ahha? Ais punya ide.." pikirnya tersenyum senang akan ide cemerlangnya.
"Kalau kayak gini, ayah sama bunda pasti bisa Ais kejal, hihii.." Elfaris turun dari sepedanya. Berdiri menatap benda beroda dua itu penuh senyuman. Entah apa yang akan dilakukannya nanti agar benar-benar bisa menyusul kedua orang tuanya.
**
Semilir angin sore berhembus cukup kencang. Franda berkali-kali membenarkan poni lurusnya yang diterpa angin akibat Bisma yang terus melajukan sepedanya.
"Gak usah kebut Bis, pelan-pelan aja. Kasian Ais pasti capek ngejar kitanya.." ujar Franda sedikit memprotes.
Bisma hanya tersenyum. Ia memelankan kayuhan sepedanya itu, semilir angin yang berhembus cukup kencang dapat ia rasakan menerpa poni hitamnya yang bergerak bebas.
"Ehm.. Kayaknya sore-sore gini naik sepeda rasanya adem banget yah? Apalagi kalau naiknya berdua sama orang yang disayang. Heumm rasanya itu kayaa..." Bisma sengaja menggantungkan ucapannya.
Kedua matanya ia pejamkan sejenak. Merasakan kebersamaan yang sangat langka bisa berduaan dalam satu sepeda seperti ini.
"Bis, jalanin sepedanya yang bener.." Franda menepuk tangan Bisma saat Bisma berhenti mengayuh.
"Iya, ini juga udah bener ko. Bener banget malah.." bisik Bisma tersenyum nakal tepat ditelinga kiri Franda.
Franda menoleh, ia sedikit bergidik karna geli. "Gak usah kecup-kecup dehh.. Bisa kan?" ujarnya terdengar sedikit ketus.
Bisma lagi-lagi malah tersenyum. Ia memberanikan diri menyentuh lengan Franda yang memegang stang sepeda dengan tangan kirinya.
"Bb..bis.." Franda berusaha menolak. Namun Bisma terlanjur mendaratkan tangannya diatas tangan halus Franda.
"Diem aja, biar terlihat romantis Nda.." bisik Bisma pelan.
Franda akhirnya diam. Ia tampak menurut tanpa banyak bicara. Memprotes pun bahkan tidak.
Merasa mendapat lampu hijau, akhirnya Bisma melepaskan tangan kirinya dari lengan Franda mau pun stang sepedanya. Ia mencoba melingkarkan tangan kirinya tersebut diperut Franda. Sedangkan tangan kanannya tetap memegang stang karna sepeda masih ia lajukan walau sangat pelan.
Hening...
Suasana mendadak tanpa suara. Bisma hanya merasakan detak jantung Franda yang sepertinya berdetak semakin cepat akibat pelukan lengan kirinya. Bisma bahkan merasakan deru nafas Franda yang bertempo sedikit cepat seperti gugup akan apa yang dilakukannya.
"Santai aja sayang..
Kamu gak perlu gugup atau pun takut aku apa-apain.
Aku cuma pingin ngebuktiin aja sama kamu, kalau aku benar-benar sayang sama kamu Nda.
Aku gak mungkin bisa kehilangan kamu, dan semua yang aku sukai dari diri kamu.
Gak bisa Nda.." Bisma mendekatkan kepalanya dan menempelkan pipinya dengan pipi Franda. Wajah kedua insan ini pun terlihat sangat dekat dan saling menyentuh satu sama lain.
"Bis, jangan..."
"Aku cuma pingin kecup pipi kamu aja ko, gak bakal ngapa-ngapain. Tenang aja sayang..." Bisma menempelkan bibirnya dipipi chuaby Franda. Memberikan satu kecupan yang begitu lembut dari hati terdalamnya.
Franda seolah terhanyut. Bisma bahkan kini mengecup puncak kepalanya. Menempelkan kembali pipi Ia dan Franda hingga bersentuhan. Tangan kiri Bisma pun semakin erat memeluk Franda melingkar di bagian perut.
"Bisma gila! Dasar cowok gila! Kamu tuh beneran udah gila tau gak Bis..
Issh ko bisa sih aku sampe gak bisa ngapa-ngapain gini?
Apa yang udah kamu lakuin sama aku?
Kenapa aku selalu gak bisa nolak? Kenapa sih Bis?..." Franda membatin memaki dirinya yang tidak mengerti akan perasaanya ini. Tanpa terasa tangan kanannya ia lepaskan dari stang sepeda lalu memegang tangan kiri Bisma yang melingkar diperutnya.
"Kayaknya aku udah gak bisa bohongin perasaan aku lagi.
Aku juga udah gak bisa sembunyiin semua rasa sayang aku buat kamu.
Aku sayang kamu Bis, aku bahagia dengan semua perlakuan manis dan lembut kamu.." bibir Franda tersenyum kecil. Wajahnya tampak berseri, rupanya Franda benar-benar bahagia dengan semua ini. Kedua kelopak matanya yang tadi ia pejamkan pun perlahan ia buka. Franda menoleh menatap Bisma, satu senyuman ia dapatkan dari suaminya itu dan Franda langsung membalasnya.
"Makasih udah buat aku senang hari ini.
Makasih ya Nda, aku senang banget hari ini.." ujar Bisma lembut diiringi senyum.
"I..iya Bis, sama-sama. A..aku juga ikut..."
Tiba-tiba bola mata Franda melotot kaget. Kalimat yang hendak diucapkannya sampai terhenti.
"Aaaaaaaa!! Bismaaaaa!!"
"BRUKKKSS..!!!"
"Aws!!"
"Aduh! Sakitt..."
"Aaaaa Bismaaaaa!! Sakit tau, issshh!!"
"I..iya, tapi aku juga sama sakit.
Kamu sih.."
"Ko nyalahin aku?
Kamu tuh bawa sepedanya gak bener, jadinya gini kan, isssh nyebelin tau gak! Sakittt..."
"Iya maaf, yaudah sini aku bantuin.."
"T..tapi...?"
Bersambung...
lanjut, seruuuuuuuuuuuuuu.oh ya diantara 3 cinta nya juga laanjut ,pengen tau eeeeeending nya. cepet ya ,aku tunggggggu
BalasHapusdi lanjutin lagi dong kak. cerritanya keren lho.
BalasHapusDilanjut dong...
BalasHapusSama yg diantara 3 cinta,sma2 keren ceritanya :)
@SyasyaSyazana
ia dilanjut biar tuntas
BalasHapus