Jumat, 02 Mei 2014

Perjanjian Cinta #Part 18

Dua keluarga besar Harison dan Stev kini sudah berada didalam ruang rawat kamar Franda.
Mereka asik bercengkrama dan berucap satu sama lain. Memuji akan rasa kagum serta bahagia saat melihat wujud bayi mungil nan tampan yang menjadi cucu pertama sekaligus cucu yang mereka idam-idamkan.



"Lihat Stev, wajahnya sangat mirip denganku. Dia benar-benar mirip dengan Opa-nya ini Stev.. Haha dia lebih mirip denganku dari pada kau, hahaha.."

"Heeh, tidak bisa! Sudah jelas-jelas dari matanya saja sudah sipit, itu pasti keturunan dari keluargaku. Keluarga kau kan belo semua. Mana ada yang sipit. Apalagi anakmu itu, jadi sudah pasti anak ini lebih mirip dengan Opa-nya yang satu ini." jelas om Stev tidak terima.

"Tapi tetap saja wajahnya lebih mirip dengan Bisma dari pada Franda. Haha lihat saja, wajahnya itu anakku sangat, bukan anakmu Stev. Jadi dia memang sangat mewarisi semua dari keluargaku, bukan keluarga kau.." om Harison tetap bersikukuh.

"Tidak-tidak. Enak saja kau! Anakku yang merasakan sakit melahirkan bayi ini. Jadi mana mungkin tidak ada mirip dengan anakku. Gila kau! Dia ibunya, jadi sudah pasti sangat mirip dengan ibunya dari pada anakmu yang mengesalkan itu!"

"Haha tidak bisa. Kau salah Stev.. Hahaha anak ini tetap lebih mirip dengan Bisma dari pada Franda. Hahaha."

"Errrrr.. Bicara apa sih kau ini? Jangan memancing emosiku!"

"Ohh rupanya opamu marah jagoan kecil. Lihat wajahnya langsung berubah menjadi berwarna pink, sangat lucu sekali opamu yang satu itu.." ledek om Harison seraya mengajak bicara bayi mungil yang tengah digendongnya.

"Papaah.. Udah dong paah.." ujar Bisma tiba-tiba. Merasa risih akan perdebatan konyol ayah dan mertuanya. Akhirnya Bisma pun mencoba melerai.

"Tau nih papah, kayak anak kecil aja. Masa sama besan sendiri malah saling meledek. Benar-benar bocah!" tante Casma tampak kesal.

"Papah juga! Kenapa sih dari tadi tuh ribut terus?
Gak sama handphone, gak sama orangnya. Terus aja ribut sendiri.." tambah tante Femmy ikut mengomel memarahi om Stev suaminya.

Alhasil dua lelaki paruh baya itu pun hanya bisa diam saat semua mata tertuju dan menatapnya dengan tatapan kesal.

"Aku ingin menggendong cucuku.." om Stev meraih bayi mungil cucu pertamanya dari gendongan om Harison.

"T..tapi aku baru saja menggendongnya Stev.." om Harison tampak lemas karna om Stev langsung mengambil alih bayi tampan itu.

Tak lama Bisma beranjak dari samping Franda. Menghampiri papah serta ayah mertuanya yang masih saja berdebat tidak jelas itu.

"Mending bayinya sama Bisma. Sini-sini.." ujarnya enteng mengambil alih bayi mungil nan tampan yang berada dalam gendongan om Stev.

"Yaahh k..ko diambil sih Bis?" wajah om Stev seketika menjadi lemas.

"Haha rasakan! Siapa suruh kau mengambil alih bayi itu dariku." om Harison cekikikan sendiri.

"Mending kamu sama ayah ya sayang?
Kamu pasti lebih mau sama ayah dibanding dua opa kamu yang kurang waras itu.." Bisma menciumi wajah bayi tampannya lalu membawanya mendekati Franda.

"Enak saja aku dibilang tak waras! Anak durhaka kau Bisma!" om Harison membatin kesal.

"Sini Bis, aku pingin gendong.."

"I..iya Nda, nih bayinya.." dengan senang hati Bisma memberikan jagoan kecilnya itu pada pangkuan Franda.

"Muuach, kamu lucu banget sayang. Keadaan yang segini ribut dan berisiknya tapi kamu tetep aja anteng. Enggak terusik apalagi bangun. Mmuach, anak bunda emang pinter.." puji Franda kagum. Ia mengecup wajah jagoan kecilnya berulang-ulang.

"Anak siapa dulu dong Nda, anak akuu.." ujar Bisma pede. Ia ikut mengecup kening jagoan kecilnya yang tengah Franda pangku.

"Oh iya, nama buat bayi ini biar Nda aja yang kasih ya mah, pah? Bis?" Franda menatap bergantian wajah ibu, ayah, serta suaminya.

"Enggaklah, yang berhak kasih nama untuk anak ini tuh ya harus ayahnya. Masa kamu? Kan gak lucu.."

"Emangnya aku lagi ngelawak kamu bilang gak lucu?
Lagian kan ini anak aku, hak aku dong.."

"Tetep gabisa. Aku tuh udah punya nama buat anak ini. Dan nama itu sangat bagus juga indah.."

"Siapa?" Franda menatap Bisma ketus.

"Bira. Nama anak ini tuh Albira Karisma. Anak laki-laki Bisma Dara dikeluarga Karisma."

"PLETAK!"

Baru satu detik ucapan Bisma keluar dari mulutnya, satu jitakan mulus langsung Franda daratkan diatas kepalanya.

"Ko elo jitak gue? Gak sopan banget sih lo sama suami!" protes Bisma tidak terima.

"Ya habis elo ngeselin! Udah tau ini anak gue. ANAK FRANDA. Ngapain coba bawa-bawa nama Dara? Emang sih gue tau lo tuh ng'fans sama Sandara, tapi gak usah gitu-gitu juga kali. Bikin aja anak sendiri sama tuh si Sandara, jangan anak gue!" kesal Franda mulai emosi. Kalimatnya kini menjadi elo-gue bukan aku-kamu lagi. Kedua orang tuanya dan Bisma sampai terpelongo semua melihat apa yang dilakukannya pada Bisma barusan.

"Ya suka-suka gue dong, kan anak ini anak gue."

"Gak bisa! Pokoknya anak ini tuh mau gue kasih nama Mario. Mario Efranda Maurer Stefanus. Itu lebih keren dari pada nama buatan lo yang abstrak!" jelas Franda kekeuh.

"Busyeet lo bilang nama buatan gue abstrak? Enak aja. Gak bisa! Pokoknya gak boleh ada Mario-Mario, lo kira Mario Bros!!"

"Bodo, gue gak peduli, yang penting gue suka dan seneng.."

"Tapi gue gak suka!"

"Gue gak nyuruh lo buat suka tuh. Iya kan Rio sayang? Mmuach.. Mario anaknya bunda.."

"Errrrrr lo tuh ngeselin banget sih? Namanya ALBIRA, bukan MARIO!!" tegas Bisma mulai naik pitam.

"Gak! Namanya itu MARIO! No Albira!" balas Franda tetap kekeuh.

"Issshh lo tuh bener-benerrr..."


"STOOOOPPP!!!" tiba-tiba om Harison berteriak cukup kencang dan keras.

Bisma dan Franda pun akhirnya diam. Saling menatap satu sama lain, kemudian bersamaan menatap kearah lelaki paruh baya bertubuh kekar itu.

"Papah dan papah Harison sudah punya nama untuk anak ini.
Sejak jauh-jauh hari, kita sudah memikirkan nama untuk cucu pertama kita.
Jadi kalian jangan berharap bisa memberikan nama sesuka hati kalian pada anak ini." tutur om Stev tiba-tiba angkat bicara.

"Benar. Papah dan Stev sudah punya nama untuk jagoan kecil ini. Dan nama itu jauh lebih bagus dari pada nama aneh buatan kalian berdua." setuju om Harison membenarkan. Ia berjalan menghampiri Franda, lalu beralih menggendong jagoan kecilnya.

"Ko gitu sih pah? Itu namanya gak adil. Memangnya papah siapa? Kan yang lebih berhak itu Bisma bukan papah."

"DIAM kamu!!" om Harison membentak.

Mendengar ayahnya berbicara seperti itu akhirnya Bisma pun diam. Franda terkekeh menahan tawa melihat ekspresi Bisma yang tidak bisa berkutik didepan ayahnya.

"Bagaimana Stev?" om Harison melirik lelaki paruh baya berkacamata bening disampingnya.

"Tetap Harison. Kita gunakan nama yang sudah kita persiapkan." ujarnya mengangguk setuju.

Bibir om Harison tersenyum lebar. Jawaban yang begitu sempurna yang memang ia inginkan keluar dari mulut om Stev.

"Memangnya apa nama bayinya pah?" tanya Franda penasaran.

Om Harison dan Stev tersenyum. Ia saling menatap satu sama lain, kemudian menoleh menatap Franda secara berbarengan.

"Nama anak ini ELFARIS PUTRA KARISMA STEFANUS." ujarnya kompak secara bersamaan.

"HAH?" Bisma tampak kaget tidak percaya.

"Namanya bagus pah.. Ada Farisnya. Aahh Franda suka.." Franda antusias sendiri.

"Bagus dari sebelah mananya? Masa namanya Faris? Elfaris? Anehh. Bagusan juga Albira, anak Bisma dan Sandara."

"Heh?"

"Hemm.. Iya-iya. Yaudah Elfaris.. Pasrah aja deh.. Yang penting anak gue sehat dan pinter gak kaya elo entar.."

"Gue juga pinter kali. Lo gak usah mulai lagi deh Bis.."

"Pinter dari sisi mananya? Tadi aja gak tau Asi itu apa. Heeemz.."

"Gak usah diungkit!"

"Iya-iyaa.. Gitu aja marah, huh."






**
Tiga hari kini telah berlalu. Franda sudah tidak dirawat dirumah sakit lagi. Sejak kemarin lusa, Ia juga bayinya memang sudah dibawa pulang dan tinggal kembali dirumah mewahnya.
Berhubung Franda masih belum bisa sepenuhnya mengurusi Bayi. Maka tante Femmy maupun tante Casma lebih memilih untuk menginap beberapa hari dirumah yang Franda juga Bisma tinggali.
Sedangkan om Stev dan Harison sendiri, harus bolak-balik Bandung-Jakarta jika ingin bertemu dengan istri juga cucu kesayangannya.


"Maah air hangatnya udah beluum?" terdengar suara teriakan Franda dari dalam kamarnya.

"Sebentar lagi Fran, nanti langsung mamah antar kekamar kamu. Tunggu sebentar lagi.." sahut tante Femmy ikut mengencangkan suaranya dari arah kamar mandi.

"Kenapa mesti pake air hangat sih? Kenapa gak air dingin aja?" celetuk Bisma tiba-tiba.

Franda langsung melotot menatap suaminya yang selalu membuatnya emosi itu.

"Biasa aja kali. Gak usah melotot gitu, kan gue cuma tanya.."

"Lo mau lihat anak ini menggigil kedinginan hah? Lo kalo nanya tuh pake logika dong!
Ya harus pake air hangat mandiin bayinya, karna dia masih kecil. Kulitnya itu masih rentan tau! Emangnya kulit elo!" jelas Franda sewot.

"Biasa aja kali. Ya siapa tau aja gitu. Kan kalo pake air dingin biar lebih sehat."

"Tapi Elfaris masih kecil Biss, lo tuh bener-bener ngeselin yah!" Franda tampak emosi.

"Muach! Gak usah mulai ngedumel deh depan gue. Pertanyaan gue tuh gak pake dumelan apalagi nada sewot. Jadi biasa aja okeh?" Bisma menyambar bibir Franda dan mengecupnya sekilas.

"Isshhh Elooo!!!"

"Haha, lo teriak gue terkam lo! Biar Ais langsung punya adik sekalian haha." Bisma mengancam ngasal. Alhasil Franda pun langsung diam. Ia tidak mau Bisma melakukan hal yang menurutnya mengerikan itu terhadapnya, apalagi untuk yang kedua kali.

"Lo sekarang makin aneh! Gue gak ngerti. Kadang lo tuh baik, kadang juga enggak.
Bunda gak ngerti sama ayah kamu itu. Dia udah kaya orang gila beneran. Sikapnya berubah-rubah terus kaya bunglon.." batin Franda menggerutu sebal seraya memandang wajah Elfaris bayi tampannya.



Tak lama tante Femmy pun datang menghampiri. Ia membawa bak berisi air hangat, disana tante Casma juga hadir dan menyiapkan semua perlengkapan mandi untuk Elfaris. Bayi tampan itu sampai diurusi oleh kedua oma dan bundanya langsung saat hendak dimandikan.

"Bajunya dilepas dulu Nda, nanti biar sama mamah aja mandiinnya. Kemarin kan sama mamah Femmy, nah berati sekarang giliran mamah." suruh tante Casma lembut.

Franda mengangguk setuju. Ia pun mulai melepas satu persatu pakaian yang melekat ditubuh bayi mungilnya.

"Pelan-pelan kali Nda, sampe nafsu gitu bukain bajunya. Kalau mau nafsu mah saat bukain baju aku aja. Jangan bukain bajunya Ais.." goda Bisma.

"Diem lo! Gak sudi gue bukain baju lo! Lagian gue gak nafsu tuh sama lo!" ketus Franda sebal.

"Haha yakin gak nafsu?
Tapi kalo gak nafsu, ko Ais bisa sampe hadir yah dimuka bumi ini?" Bisma kembali menggoda.

"Lo bisa diem gak sih?
Lo mau gue telanjangin juga HEM?" Franda menghentikan aktifitasnya dan menatap Bisma geram.

"Mau bangeett.. Ayo sini, nih gue siap.." Bisma merentangkan kedua tangannya. Dan semakin menggoda Franda.

"Lo lama-lama gue mutilasi juga lo Bis! Ngeselin banget sih hidup lo!"

"Muach! Gue becanda kali..
Gue tuh enggak serius, dan cuma becandaan aja. Jadi gak perlu pake emosi, paham?" jelas Bisma. Lagi-lagi ia menyambar bibir Franda dan mengecupnya sekilas.

Franda tidak mengeluarkan kata lagi. Kalau Bisma sudah mengecupnya seperti itu, rasanya ingin marah pun malah menjadi lucu. Jadi seperti inilah ekspresinya, seperti orang salting.

"I..ini mah Elfarisnya." dengan sangat pelan dan hati-hati Franda memberikan bayi Elfaris pada tante Casma.

"Uhhh cucu omaa.
Ko masih tidur aja cih? Cucu oma ternyata pemalas juga yah hem? Percis ayah kamu, jam segini masih aja tidur.." oceh tante Casma memandang wajah mungil Elfaris yang memang tetap saja tenang padahal hendak dimandikan.

"Bisma gak pemalas kali mah. Ayahnya rajin gini juga. Pasti nurun dari bundanya itu, bukan dari Bisma.."

"Heh?" Franda langsung melotot menatap Bisma.

"Haha becanda sayang, becandaa.
Udah dong jangan marah terus. Mending kamu tuh lihatin cara mandiin bayinya dengan serius, biar bisa dan gak takut-takut lagi. Masa udah jadi bunda tapi yang mandiin Ais mamah terus. Kan gak lucu.." Bisma merangkul pundak Franda diiringi tawa kecilnya yang khas.

"Gue belum pengalaman tau, makanya belum bisa." ujar Franda sedikit ketus. Tangannya berusaha melepaskan tangan Bisma yang merangkul dipundaknya.

"Gue sayang sama lo. Bisa seperti ini untuk sebentar gak? Ijinin gue ngerasain indahnya ngerangkul istri sendiri sambil lihat bayi kita dimandiin.." bisik Bisma pelan. Franda terkejut mendengar Bisma berbicara seperti itu.

"Cuma sebentar Nda, gue tuh kalau lo bisa bersikap seperti yang gue inginkan, gue akan bersikap baik sama lo. Yakin deh, gue gak akan nyebelin.." bisiknya lagi. Kini tangannya ia turunkan dari pundak Franda. Tangan kanannya itu ia letakkan dipinggang kanan Franda dan merangkul tubuh Franda dari samping.

"Kayaknya lo udah mulai gak waras lagi. Bagi gue kalau lo udah bersikap lembut dan baik itu berati lo gak waras. Dan sekarang gue yakin lo lagi kumat.." Franda membatin melihat keanehan pada diri Bisma. Lengan kirinya sampai Bisma genggam. Posisi yang sangat romantis dan terlihat seperti pasangan harmonis pun terlihat disana.

"Ahaha lihat Nda, anak kita nangis.. Haha akhirnya keluar juga tuh suara tangisan dia. Lagian salah sendiri, jadi bayi ko anteng banget, jarang nangisnya, tidur terus dari tadi." tiba-tiba Bisma tertawa melihat bayi tampan Elfaris yang terdengar menangis saat tengah disabuni oleh tante Casma. Tangisannya cukup kencang dan mengerikan untuk Franda.

"Maah mandiinnya pelan-pelan. Nda gak tega kalau udah lihat dia nangis kayak gini. Pelan-pelan maah.." pinta Franda merasa teriris melihat putra kecilnya yang menangis kencang seperti itu.

"Gak papa Nda, bayi menangis itu sehat. Lagian bener kata Bisma, dari tadi Ais itu tidur terus, suaranya jarang keluar. Jadi biarin aja kalau dia nangis. Nanti kan bisa langsung ditenangin sama kamu." jelas tante Casma enteng.

"Iya bener Nda, tenang aja. Bayi nangis itu udah biasa. Justru bayi yang gak mau nangis itu yang perlu dikhawatirkan.." ujar tante Femmy membenarkan.

"Ya tapi tetep aja kasihan mah.. Hati Nda gak tega lihatnya.." Franda menatap dengan mata berkaca bayi tampannya itu.

"Gak usah lebay deh sayangkuh. Nanti langsung dikasih Asi aja. Pasti gak nangis lagi." ujar Bisma tersenyum lebar dan kembali mengentengkan.

"Bilang aja kalo lo mau lihat itu gue lagi. Iya kan?" ketus Franda.

"Enggak. Ngapain gue lihat yang kaya gitu. Itu udah jadi milik Ais, jadi gue gak bisa milikin percuma."

"HAHH?" bola mata Franda melotot kaget mendengar ucapan Bisma yang asal ceplos dan tanpa difikir dulu kalau berbicara.

Bisma hanya terkekeh menahan tawa. Baginya ekspresi terkejut Franda itu sangat-sangat lucu dan mengundang tawa.

"Kayaknya gue makin sayang dan cinta aja sama elo Fran. Tiap gue ngeledekin loe, godain lo. Tiap itu juga rasa sayang gue terus bertambah..
Gue gak tahu kenapa gue kaya gini. Tapi gue bener-bener gak mau kehilangan lo. Gue pengen lo selamanya jadi istri gue Fran, selamanya.." batin Bisma berucap dalam hati.



**
Setelah selesai dimandikan, bayi Elfaris pun segera dipakaikan baju. Dan kini giliran tante Femmy yang melakukannya. Kedua wanita paruh baya ini begitu cekatan dalam mengurusi bayi. Franda dan Bisma sendiri hanya menonton layaknya tengah menyaksikan adegan film yang seru.

"Dia anteng banget yah? Gak nangis. Kayaknya seneng udah mandi.." Franda terlihat kagum.

"Iya mungkin seger kalau udah mandi. Makanya lo mandi gih sana, biar segerr.."

"Heh? Gue udah mandi tau. Elo tuh yang belum.."

"Hehee aku juga udah kali, kemaren sore tapi."

"Issh. Mamah Bisma tuh jorok banget tau mah. Masa anak sama istrinya aja udah mandi, tapi dianya belum.. Parah isshh.."

"Udah gak aneh denger Bisma gak mandi. Biarin aja, entar juga malu sendiri sama anaknya. Ais aja udah ganteng banget nih.." ujar tante Casma seraya asik memakaikan bedak bayi pada wajah Elfaris.

"Iya biarin aja. Entar diledekin sama anaknya biar dia malu." tambah tante Femmy. Ia mulai menggelar popok bayi untuk menutupi tubuh Elfaris yang sudah lengkap dengan pakaian bayinya itu.

"Mau dibedong lagi ya mah?"

"Iya, kan bayinya baru lahir. Masih harus dibedong biar nanti kalau udah besar kakinya bisa lurus, gak bengkok kalo jalan. Bayi itu kan tulangnya masih sangat lunak, jadi masih bisa dilurus-lurusin.." jelas tante Femmy. Franda hanya mengangguk-angguk kecil tanda mengerti.

"Dikira anak gue ayam presto apa yah, pake tulangnya lunak segala?
Haduhh mertua gue ini bahasanya aneh-aneh aja. Pantesan anaknya juga gak kalah aneh.." Bisma membatin menggelengkan kepalanya.


"Naah udah selesai. Kamu kasih Asi dulu. Kasihan, dia pasti haus.." tante Femmy memberikan bayi Elfaris pada pangkuan Franda.

"I.iya mah, s..sini biar Nda kasih Asi Elfarisnya." dengan senang hati Franda mengulurkan kedua tangannya meraih tubuh mungil Elfaris.

Sejenak bibir Bisma pun tersenyum melihat bayinya yang akan Franda berikan Asi.

"Bakal ada tontonan gratis lagi nih.. Haha paling seneng banget kalau udah lihat Elfaris disusuin, rasanya gimanna gituhh.." batin Bisma tersenyum jahil.

Franda pun mulai membuka dua kancing baju bagian atasnya. Ia mulai mengarahkan Asi-nya untuk Elfaris hisap. Sementara tante Casma juga tante Femmy langsung keluar dari kamar Franda. Membereskan semua peralatan mandi saat memandikan Elfaris tadi. Dan membiarkan Franda agar lebih leluasa memberikan Asi untuk Elfaris.

"Uhh jagoan bunda kayaknya haus banget. Hisapnya pelan-pelan sayang. Nanti kamu bisa tersedak.." ucap Franda membelai lembut pipi Elfaris.

"GLEK!" Bisma langsung menelan ludahnya melihat dada Franda yang sedikit terbuka dan terlihat jelas oleh kedua matanya.

"Enak banget sih jadi Ais.
Tapi waktu bayi, gue juga gitu kali yah? Ngehisap Asi mamah.. Trus papah cuma nelenin ludahnya lihatin mamah ngasih Asi ke gue. Haha gak kebayang. Dan sekarang itu semua dialami sama gue juga.
Huffh.. Beneran harus ekstra tahan nafsu.
Gimana pun juga gue cowok, jadi tetep aja bisa tergoda kalau lihat yang kaya gini. Apalagi punya istri sendiri. Jadi pengeen.." mulut Bisma bergerak-gerak sendiri. Ludahnya berkali-kali ia telan. Pemandangan seperti ini benar-benar cukup menyiksa diri dan nafsunya karna harus ia tahan.

"HEH? Lo ngelihatin yah?" tiba-tiba Franda langsung menutupi dadanya yang sedikit terbuka saat menyadari keanehan pada sikap suaminya.

"E..enggak. G..gue gak lihat ko.."

"Trus itu barusan apa?" ketus Franda.

"I..itu cuma dikit. Cuma sedikit Fran, serius deh.." jawab Bisma masih asik melihat dada Franda padahal sudah ditutup rapat oleh Franda.

"PLUK!!"

Satu botol minyak telon berukuran cukup besar Franda raih dan daratkan diatas kepala Bisma.

"Awww, sakit tau! Sarap lu!" Bisma merintih memegangi kepalanya.

"Biarin aja. Biar otak lo gak omes terus!!"

"Tapi ini sakit Fran, suerr.. Sakittt!!" Bisma menunjuk botol minyak telon berukuran besar yang tadi Franda lempar pada kepalanya.

"Bodo! Emang gue peduli."

"Eerrrrr.. Istri durhaka lo. Bisanya cuma nganiaya suami doang.. Gue gantung juga lo entar.."

"Sebelum lo gantung gue, gue duluan yang bakalan gantung lo. MAU hemm?" tegas Franda geram. Alhasil Bisma pun langsung diam dan mengakhiri perdebatannya itu dengan Franda.

"Semakin dia galak, semakin besar juga rasa kagum gue terhadapnya.
Sikap yang cuek, terkadang juga polos. Sebenarnya penyayang tapi gak pernah mau nunjukkin itu semua.
Franda sangat beda dengan cewek-cewek lain. Dia beda. Dan gue suka sama cewek kaya gini.." batin Bisma tersenyum memandang wajah cantik istrinya yang masih asik memberikan Asi untuk Elfaris.







Bersambung...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Nggak Komentar, Nggak Kece :p