Jumat, 02 Mei 2014

Perjanjian Cinta #Part 16

Mentari pagi nampaknya sudah mulai menunjukkan sinar hangatnya.
Kedua pasangan suami istri yang masih terlelap ini pun mulai terusik. Bisma menggeliatkan tubuhnya, mengucek kedua matanya yang masih ditutup rapat.
Bibirnya tiba-tiba tersenyum saat mendapati sosok Franda yang masih pulas dan tetap memeluknya seperti tadi malam.


"Hmm pantesan tadi gue mimpi indah. Ternyata cewek stres ini masih tidur didada gue. Meskipun kadang dia nyebelin, tapi semalem nurut banget, gak banyak protes dan mau tidur berdekatan gini sama gue.." ujarnya tak jemu memandang wajah Franda yang tetap cantik meski dalam keadaan tidur.

Bisma mencoba beranjak. Pelan-pelan ia memindahkan kepala Franda yang berada diatas dada bidangnya lalu diletakkan diatas bantalan empuk. Ia melakukannya sangat hati-hati karna takut Franda terusik dan bangun.

"Gue bikin sarapan dulu deh. Siapa tau Franda seneng kalau gue bikinin dia sarapan.." fikirnya kemudian mendaratkan satu kecupan lembut dikening dan perut besar Franda.

Bisma turun dari tempat tidurnya. Melangkah keluar meninggalkan Franda menuju dapur. Tujuan utamanya saat ini adalah membuatkan Franda sarapan. Padahal bisanya Bisma tidak pernah melakukan hal tersebut. Sekalipun itu terjadi hanya baru pada pagi ini.




**
"Dududu nasi gorengnya bentar lagi jadi. Waah jadi gak sabar, Franda pasti seneng nih, heuumm..." Bisma mencium aroma wangi nasi goreng yang tengah dimasaknya.

Sedari tadi dirinya memang sibuk sendiri didapur. Entah nasi goreng apa yang tengah dimasaknya, ini kali pertama Bisma membuat makanan, entahlah hasilnya kelak akanseperti apa. Namun usahanya patut diacungi jempol karna ia sangat bersemangat.

"Garamnya udah belum ya? Hmm tapi perasaan belum deh. Yaudah gue kasih lagi garamnya, biar ada bumbu-bumbu. Sekalian gue kasih bumbu cinta sama ni nasi goreng.
Haha Franda pasti klepek-klepek nih.. Dijamin bakalan langsung muji-muji gue..
Uhh Bisma nasi goreng buatan lo enak.. Huhuu gak sabar pingin denger pujian itu.." sambil memasak nasi gorengnya. Bisma sempat-sempatnya berhayal kalau Franda akan memuji masakannya. Bibirnya sampai tak henti tersenyum membayangkan itu semua.

"Fran Fran.. Kayaknya gue bakalan batalin perjanjian gila kita deh..
Gue udah ngerasa nyaman sama lo Fran. Serius deh, kalimat ini datangnya langsung dari sini, dari hati gue.." sambil berhayal, Bisma lalu mematikan kompornya. Ia mengangkat wajan berisikan nasi goreng yang telah matang. Itu lalu menuangkannya pada piring kosong yang sebelumnya telah ia beri beberapa hiasan sayuran agar nasi gorengnya terlihat cantik dan menggiurkan.

"Heumm nasi gorengnya udah jadi. Dari baunya sih enak banget kayaknya. Tapi semoga rasanya juga enak. Hihii baru kali ini gue ngerasain rasa yang aneh sama diri gue.
Baru kali ini juga gue seneng banget. Dan itu karna lo Fran, karna elo.." Bisma berbicara sendiri dengan sepiring nasi goreng yang dipegangnya. Aroma khas yang membuat perut keroncongan itu terasa semerbak dan harum. Ingin sekali Bisma melahap nasi goreng buatannya itu, namun ia urungkan semua itu karna nasi gorengnya ia buat khusus hanya untuk Franda seorang.

Bisma melangkah membawa sepiring nasi goreng buatannya itu menuju lantai atas kamarnya. Membawanya dengan perasaan gembira dan tidak sabar melihat ekspresi Franda saat mencicipi masakan pertamanya sekaligus buatannya yang dibuat khusus untuk Franda.







"Ckleek..."

Pintu kayu berwarna coklat itu Bisma buka dengan pelan. Bibirnya tersenyum saat mendapati Franda sudah tidak ada ditempat tidurnya.

"Pasti dia lagi mandi. Haha rajin banget sih istri gue. Abis mandi kan seger tuh, makan nasi goreng ini pasti jadi tambah seger.. Heemmm jadi makin gak sabar.." Bisma duduk ditepi tempat tidurnya menunggu Franda keluar dari kamar mandi.

Tak lama benar saja, sosok perempuan cantik yang tengah berbadan dua itu keluar namun sudah lengkap dengan pakaian lain yang digantinya saat didalam kamar mandi tadi.

"Pagi cantik..? Ternyata lo kalau udah mandi makin kelihatan yah cantiknya.." sapa Bisma memuji diiringi senyum melihat sosok yang membuatnya hampir gila ini.

"E..elo apa-apaan sih Bis?" Franda tampak kikuk gan gugup.

Bisma hanya tersenyum. Ia beranjak menghampiri Franda, lalu menyentuh perut besar Franda dan mengecupnya sekilas.

"Pagi anak ayah, kamu udah mandi ya? Humm pasti seger, tapi ayah belum.. Ayah mandinya nanti aja, sekarang kamu sarapan dulu ya? Ayah udah buatin nasi goreng tuh buat kamu. Buat bunda kamu juga sayang." ujar Bisma mengajak bicara bayi yang masih berada didalam perut Franda. Ia mengelusnya lembut. Sangat perhatian dan berbeda sekali Bisma pagi ini.

"Ko Bisma makin aneh aja sih? Semalam aja kayak mimpi, dan sekarang dia masih bersikap aneh juga, hemm abis kesambet apaan coba nih anak?" Franda membatin bingung.

"Eh iya, duduk dulu yuk? Gue udah buatin sarapan tuh. Dicoba yah? Nasi gorengnya gue sendiri loh yang masak. Dan itu gue buat khusus untuk lo dan anak gue.." Bisma menarik pelan pergelangan tangan Franda, lalu mengajak perempuan cantik itu duduk ditepi tempat tidurnya.

"Nih Fran, cobain deh.. Ini asli buatan gue. Lo pasti suka." Bisma meraih sepiring nasi goreng buatannya dan mulai menyendokinya lalu disodorkan pada mulut Franda.

Franda malah diam. Ia memicingkan matanya melihat sikap suaminya yang semakin aneh ini.

"Ko malah diem sih? Buka dong mulutnya. Biar gue suapin ntar.." suruh Bisma lembut.

"E..elo gak kasih racun kan sama nasi gorengnya?" Franda tampak ragu dan takut.

"Gue gak sejahat itu kali Fran. Udah cepetan buka aja mulutnya. Biar gue suapin sini, ayo buka? Aaa?" dengan nada lembut dan halus Bisma menyuruh Franda membuka mulutnya. Sesendok nasi goreng yang dipegangnya itu pun ia arahkan pada mulut Franda.

Meski masih sangat ragu. Namun akhirnya Franda mau membuka mulutnya, merasakan nasi goreng buatan Bisma yang kini sudah ada didalam mulutnya.

"Gimana? Rasanya enak gak?" tanya Bisma penasaran.

Franda tidak menjawab. Kepalanya menggeleng, wajahnya memerah seperti menahan sesuatu yang membuatnya tidak nyaman.


1 detik


2 detik

3 detik



dan..



"Hueeeekk!!" Franda langsung memuntahkan nasi goreng yang berada didalam mulutnya.

"Uhuk-uhuk! Ini nasi goreng apaan sih? Ko rasanya aneh gini?
Lo mau bunuh gue yah?
Lo mau racunin gue?
Uhuk! Rasanya aneh, lo pasti sengaja mau racunin gue, uhuk-uhuk!" Franda buru-buru meraih segelas air putih disampingnya karna rasa nasi goreng yang aneh yang membuat lidahnya tidak nyaman.

Bisma hanya diam. Rasanya sakit sekali mendengar Franda berucap seperti itu. Apa yang dibuatnya dengan susah payah itu hanya mendapatkan cacian serta tuduhan buruk. Tidak seperti yang telah dibayangkannya tadi.

"Uhuk! Lain kali, lo kalau mau bunuh gue jangan pake cara kayak gini. Gak elitte banget tau gak, uhuk-huk!
Apalagi anak gue masih didalam perut, awas aja kalau nanti dia sampe kenapa-napa. Gak bakal gue ampunin lo Bis, uhuk-uhuk!" kesal Franda menggerutu memarahi Bisma. Ia sampai berkali-kali terbatuk karna rasa nasi goreng yang memang sangat aneh dan tidak enak.

"Gue keluar dulu!" tiba-tiba Bisma beranjak. Ia menaruh sepiring nasi goreng yang dipegangnya kasar kemudian berlalu keluar meninggalkan Franda begitu saja.

"L..lo mau kema..?" Franda langsung menghentikan kalimatnya. Ia melihat keanehan pada sikap Bisma. Nasi goreng yang tadi dimakannya pun ia pandang dengan heran.

"Bisma kayaknya marah, tapi kenapa harus marah coba?
Memang nasi gorengnya gak enak ko. Apa gue salah kalau gue bicara jujur?" fikir Franda bingung tidak mengerti.

Namun sedetik kemudian Franda langsung beranjak dan menyusul Bisma keluar dari kamarnya.

"Issh, Bis tungguin!
Bisma! Tunggu.." teriaknya setengah berlari mengejar Bisma keluar. Meski tidak ada sahutan dari Bisma dan Bisma tetap saja berlalu tanpa mempedulikannya.






*
"Aw! Bis, tunggu.." Franda menghentikan langkahnya merintih memegangi perut besarnya.

Bisma menoleh sekilas, ia menatap acuh istrinya itu tanpa mau menghampirinya.

"Gak usah acting deh lo!" ujarnya kemudian kembali berlalu meninggalkan Franda semakin menjauhinya.

Franda berdecak sebal. Rupanya Bisma tidak mudah ia bohongi dengan tipuan kecilnya.

"Issh, dasar cowok aneh! Tadi aja baik banget. Sekarang malah kayak gitu! Dasar cowok GILA!!" ketusnya menggerutu kesal.

"Sssh.. Tapi ko perut gue tiba-tiba sakit gini yah?
Perasaan tadi enggak.
Sssh aduuhh Biss, ini sakit beneran Bis.. Sshh.." Franda mencengkram perut besarnya. Kontraksi yang berlebih membuatnya kesakitan dan merintih. Ia kemudian masuk kedalam kamarnya lagi untuk beristirahat agar rasa sakitnya bisa hilang dan sedikit berkurang.






**
Bisma berada disebuah resto mewah tempat biasanya ia makan atau hanya sekedar minum saja.
Ia duduk dibangku paling pojok dan cukup sunyi karna keadaan masih lumayan pagi.

"GILA! Gue udah capek-capek bikinin nasih goreng, tapi malah dicaci abis-abisan. Dibilang mau ngeracunin lah, mau bunuh dia lah. Gak ngehargain gue banget. Gak tau apa kalau gue bikinnya susah payah. Dasar cewek GILA! Nyesel gue udah bikin nasi goreng buat dia!" Bisma tampaknya masih kesal akan kejadian saat dirumah tadi.

"Baru juga gue mau coba buat buka hati gue, tapi malah sakit yang gue dapat.
Lo tuh emang gak bisa bikin hati gue seneng. Istri gak berguna! Bisanya cuma bikin gue kesel dan emosi doang, aarrrghh!!" Bisma menjambak rambutnya kesal. Ia seperti orang frustasi, makanan dan jus jeruk yang dipesannya sama sekali tidak ia sentuh. Yang dilakukannya hanya menggerutu dan mendengus kesal akibat apa yang dilakukan Franda padanya tadi.


Tiba-tiba Bisma merasakan sebuah benda bergetar dari saku celana jeansnya. Ia menoleh dan melihat BBnya yang berdering tanda panggilan masuk.

"Franda? Ngapain lagi tuh cewek gila nelfon. Issshh!! Bikin gue makin emosi aja!" Bisma langsung menekan tombol merah. Menolak panggilan masuk dari Franda diseberang telfon sana.

"Gue tuh kalau udah benci ya akan benci selamanya.
Dan gue BENCI sama elo Fran, SANGAT BENCI!!" batinnya menatap tajam layar BBnya yang kembali berdering namun tetap tidak mau ia angkat, justru malah ditolaknya tanpa mau mengetahui kenapa Franda menelfonnya.

Bisma beranjak. Ia mengeluarkan dompet hitamnya lalu mengambil beberapa lembar uang seratus ribu. Menaruhnya diatas meja kemudian berlalu meninggalkan makanan yang sudah ia pesan namun sedikitpun tidak disentuhnya.





Sementara itu..



"Eeeengh.. Maah, Bisma mana maah? Errrghh Bisma manaa? Engghh..." terlihat Franda tengah dibawa menuju ruang bersalin dengan menggunakan ranjang dorong rumah sakit. Sedari tadi ia terus merintih dan menanyakan keberadaan Bisma suaminya.

Tante Femmy sang mamah tampak cemas melihat Franda yang terus merintih menahan sakit. Sementara om Stev justru sibuk sendiri dengan handphonenya karna berusaha menghubungi om Harison juga Bisma.

"Maah.. Bismanya mana?
Nda gak mau melahirkan kalau gak ada Bisma maah.. Sshh sakit.."

"Bisma lagi ditelfon papah. Nanti pasti langsung kesini. Kamu sabar yah..
Untung aja tadi mamah sama papah kerumah kamu. Kalau tidak mamah gak tau bakalan gimana sama kamu juga calon cucu mamah.
Bisma pasti nanti datang, kamu sabar Nda.." tante Femmy mencoba menenangkan.

Franda pun dibawa keruangan bersalin. Disana ia diperiksa oleh dokter perempuan dibantu oleh seorang suster yang menjadi asistennya. Sedangkan tante Femmy menunggunya diluar ruangan.


"Cepat kemari! Suruh anakmu kerumah sakit Harison. Cucu kita akan segera lahir.."

"Apa? Cucuku akan segera lahir?
B..bagaimana keadaannya sekarang?"

"Haduuuh kau jangan banyak bertanya. Cepat suruh anakmu itu kemari. Dia sejak tadi sulit untuk dihubungi.
Jangan sampai Bisma tidak datang dan menemani putriku melahirkan anak pertamanya.
Aku tidak mau kalau sampai itu terjadi."

"Baik. Y..yasudah. Aku hubungi Bisma dan secepatnya kesana. Tunggu saja Stev. Bisma pasti datang, awas saja kalau tidak, akan ku gantung hidup-hidup anak itu!"

"Yasudah. Aku tunggu.."

Om Stev langsung mematikan sambungan telfonnya. Wajahnya terlihat panik. Ia kembali membuka handphonenya dan mencoba menghubungi istrinya. Entah terlalu panik atau apa, yang pasti tindakannya ini sangat lucu mengundang tawa.

"Mah? Mamah ada dimana? Cepat mamah kesini. Papah ada dirumah sakit mah, Franda mau melahirkan. Mamaaah.." tiba-tiba ucapannya terhenti. Ia melihat tante Femmy sang istri yang melotot menatapnya.

"Hehe papah lupa. Tadi kan mamah sudah disini ya?
Haduh.. Maafin papah mah, papah terlanjur panik.." ujarnya sedikit cengengesan akan tingkah lucunya ini. Handphonenya pun buru-buru ia masukkan kedalam saku bajunya.

"Dokter bilang pembukaannya belum lengkap. Jadi masih harus menunggu. Tapi tidak terlalu lama, mungkin bayinya ingin ditemani oleh ayahnya, makanya pembukannya belum sepenuhnya lengkap.." tutur tante Femmy menjelaskan kondisi Franda saat ini.

"Baguslah, berati Bisma bisa menemani dia nantinya." ujar om Stev enteng.

"Ko bagus sih pah? Kan kasihan anak kitanya, dia jadi lebih lama lagi merasakan sakitnya." tante Femmy menatap om Stev kesal.

"Oh iya yah. Duh papah kenapa tidak kefikiran kesana.
Yasudah papah mau hubungi Harison lagi. Akan kugantung dia kalau sampai anaknya tidak menemani putriku melahirkan cucunya.." om Stev kembali mengeluarkan handphonenya. Menghubungi om Harison agar segera datang bersama Bisma.

"Ya Tuhaan.. Dalam kondisi seperti ini saja papah kamu masih sempat-sempatnya bermain-main dengan handphone. Mamah tidak mengerti Fran, semoga saja Bisma bisa cepat datang untuk menemani kamu melahirkan.."tante Femmy menghela nafasnya melihat sikap suaminya yang cukup menjengkelkan itu.




**
"Iya, iya. Bisma ini udah dirumah sakit. Bisma udah sampai pah.."

"Yasudah, cepat menuju ruangan bersalin. Temani istri kamu. Papah sama mamah masih dijalan."

"Iya. Bisma udah lihat mamah Femmy dan papah Stev. Yaudah Bisma mau temui Franda dulu." Bisma langsung mematikan sambungan telfonnya.


"Nah itu Bisma.." ujar tante Femmy saat melihat kedatangan Bisma.

"Maaf mah, Bisma gak tau kalau Franda mau melaa.."

"Udah, minta maafnya nanti saja. Sekarang kamu masuk dan temani Franda. Ayo?"

"I..iya mah, makasih." Bisma mengangguk mantap lalu membuka pintu ruang bersalin dimana Franda tengah menunggu proses persalinan bayi pertamanya.

"Bagaimana Harison? Mana anakmu itu?
Kamu tidak sedang main-main kan?
Mana Bisma? Tadi kamu bilang dia sudah diberitahu. Tapi man.." tiba-tiba ucapan om Stev terhenti. Tante Femmy merebut handphonenya lalu mematikannya dengan tampang kesal.

"Bisma sudah didalam! Lain kali jangan mainin hanphone terus! Anak lagi kesakitan juga masih sempet-sempetnya mainin handphone!!" tegas tante Femmy sedikit emosi.

Om Stev pun diam. Ia sangat takut kalau sudah melihat istrinya marah seperti ini. Keduanya pun akhirnya duduk dikursi ruang tunggu, menunggu suara tangisan bayi cucu pertamanya yang tengah Franda perjuangkan didalam ruangan sana.




**
"Bis sakiit.."

"Iya gue tau. Lo pasti bisa tahan.. Demi anak kita. Lo pasti bisa.."

"Tapi sakit Biss.. Engghh! Sakit banget Bismaa.." Franda mencengkram tangan Bisma yang memegang jemarinya.

Bisma malah diam. Ia memandang perut besar Franda. Rasanya ia masih ragu antara percaya atau tidak kalau Franda akan melahirkan.

"Lo masih marah sama gue?" ujar Franda tiba-tiba.

"Marah karna apa?" Bisma menoleh, bertanya balik dengan nada datar.

Franda menarik nafasnya dalam-dalam. Ia menahan rasa sakit pada perutnya.

"S..soal nas..si goreng t..tadi.." ujarnya sedikit terbata.

"Gue udah lupain!" ucap Bisma singkat.

"Sssh.. Maafin gue kalau gue gak hargain lo.
Maafin gue B..Biss.. Aaarrrgghh!! Sakiittt.." Franda kembali mencengkram tangan Bisma kuat-kuat.

"Lo pasti bisa, gue ada disini ko. Gue temenin lo, lo harus kuat yah? Demi anak kita.." Bisma berbisik pelan.

"T..tapi lo gak marah kan s..sama gue?" Franda masih juga bertanya demikian.

Bisma tersenyum. Menggeleng pelan seraya mengelus poni lurus Franda yang sedikit terlihat berantakan.

"Gue gak marah ko.
Lo gak perlu mikirin hal itu lagi.
Gue gak pernah marah sama lo.
Lo pasti bisa, yang kuat yah? Demi anak kita sayang. Gue yakin lo pasti bisa. Gue sayang lo Fran, sangat sayang lo.." ujar Bisma begitu lembut. Satu kecupan pun ia daratkan dikening Franda.

"Eeengghhh!! Aaarrrghhh..!! Sakit Bissss...." Franda merintih menahan rasa sakit.

"Ayo bu dorong yang kuat.. Kepala bayinya sudah terlihat. Ayo bu ayoo..?"

"Ayo Nda, ayo sayang, kamu pasti bisa. Ayo Nda.. Aku disini, aku temenin kamu sayang.." Bisma ikut menyemangati Franda. Ia sampai mengeluarkan kalimat yang begitu lembut bahkan memanggil Franda dengan sebutan sayang.

"Aaaaarrrghhh!! Sakit Bissh..
Aaaaarrrhh Eeeenggggghhh..."


"Oeeeek-oeeekk..!!"

"Alhamdulillah.. Alhamdulillah Ya Allah.."

Bisma langsung mengucap syukur saat mendengar suara tangisan bayi pertamanya yang berhasil Franda lahirkan.

"Makasih sayang, makasih Nda.
Bayi kita udah lahir.. Makasih sayang... Makasih.." Bisma mengecup kening dan tangan Franda beberapa kali. Kedua bola matanya sampai berkaca karna terharu saat mendengar tangisan bayi mungil tersebut.

"Bayinya laki-laki. Sehat. Selamat yah pak bu.." ujar sang dokter menunjukkan bayi merah yang sedikit berlumur darah pada Bisma juga Franda.

"Anak kita. Anak kita udah lahir Bis.." Franda tersenyum haru menitikan air mata melihat wujud bayi mungilnya yang baru saja dilahirkannya.

"Iya Nda. Anak kita.. Anak kita sayang.." balas Bisma kembali mendaratkan satu kecupan dikening Franda.

"Bayi sama ibunya mau dibersihkan dulu.
Lebih baik anda tunggu diluar.." sang dokter mendekati Bisma.

"B..baik dok,
a..aku keluar dulu yah? Muach. Makasih Nda, udah kasih aku jagoan kecil. Makasih yah..?"

"Iya, Bis sama-sama.." Franda mengangguk kecil diiringi senyum.

Bisma pun keluar. Dan lebih memilih menunggu diluar atas saran dokter tadi. Sementara Franda dan bayinya segera dibersihkan.

"Ini kaya mimpi.
Bisma ko bisa selembut itu?
Hati gue juga seneng banget.
Ya Tuhan.. Apa aku sanggup untuk bercerai dengan dia?
Apalagi anak ini sekarang sudah lahir..
Bagaimana dengan perjanjian itu?.." Franda membatin cemas mengingat perjanjian konyolnya.









Bersambung..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Nggak Komentar, Nggak Kece :p