Pagi-pagi sekali gadis cantik ini sudah terlihat rapi dengan pakaian
simplenya. Ia berjalan dengan langkah cepat buru-buru menuruni anak
tangga rumahnya, wajahnya sedikit terlihat panik, tangan kanannya
memegang kunci mobil, sedankan tangan kirinya menggenggam BB yang sedari
tadi ia gunakan untuk mencoba menghubungi sang kekasih.
"pokoknya pagi ini aku harus bisa temuin kamu, aku harus cari kamu
Bis, aku harus bicara sama kamu, aku gak mau kalau sampai kamu lari gitu
aja dari tanggung jawab, aku harus temuin kamu.."ujarnya sedikit
gemetar karna takut.
"kamu mau kemana Mel? Tumben pagi-pagi gini udah rapi?"tiba-tiba
gadis cantik yang ternyata Melody ini menghentikan langkahnya. Ia
menoleh mendengar suara Morgan yang kini berjalan mendekat kearahnya.
"ko malah bengong?
Kakak kan tanya sama kamu. Kamu mau kemana? Tumben pagi-pagi gini
udah rapi? Bukannya hari ini kamu gak pergi ngampus yah?"tegurnya lagi.
Tangan kanan Morgan menyentuh bahu Melody, bibirnya sedikit tersirat
senyuman khasnya.
"k..kakak? mm..Mel cuma mau pergi sebentar ko kak. m..Mel mau
kerumah Abie. Iya Melody mau kerumah Abiela soalnya ada tugas kampus
yang harus dikerjakan, tapi Mel kurang faham. jadi mau tanya sama Abie
aja, kebetulan kita kan satu kelas, jadi Abie pasti ngerti.."ujar Melody
menjelaskan dengan suara gugup dan kikuknya.
"cuma itu aja? Tapi ko kamu sampai segugup ini? Kamu gak lagi bohongin kakak kan Mel?
Lalu wajah kamu juga kenapa? Ko kelihatan pucat? Apa kamu sakit?"bidik Morgan menatap lekat wajah Melody.
"e..enggak papa kak, Mel gak kenapa-napa ko.
Mel enggak sakit. Tapi Mel enggak bohongin kakak, Mel cuma mau
kerumah Abie, habis itu Mel pasti langsung pulang, kakak gak perlu
khawatir yah? Mel pamit.. Mmmuach, bye kak..."dengan cepat Melody
buru-buru memalingkan wajahnya dan mengecup pipi Morgan agar bisa
berlalu, tak banyak kata yang keluar dari mulutnya, langkahnya pun ia
percepat berpamitan untuk segera pergi.
"hemz.. Yaudah hati-hati yah? Bawa mobilnya jangan ngebut dan pulangnya jangan terlalu malam.."pesan Morgan sedikit berteriak.
"iya kak, sipp.."sahut Melody menoleh sekilas mengacungkan ibu jarinya.
Bibir Morgan tersenyum kecil, tak lama ia pun kembali meneruskan
langkahnya yang hendak menuju ruang makan tanpa menghiraukan Melody
lagi.
**
"jadi loe tetep gak mau nemuin Melody Bis?"tanya Ilham. Dengan cepat Bisma menggelengkan kepalanya.
"tapi tadi siang dia kesini loh Bis, loe lihat sendiri kan tadi?
Loe tuh bener-bener keterlaluan tau gak. Masa gak mau nemuin, emang
salah dia apa coba? Cewek super polos gitu juga.."jelas Ilham sedikit
ngedumel membuat Bisma terkekeh mendengarnya.
"udah loe diem aja, loe gak perlu ngurusin gue sama Melody. Ini misi
gue, loe cukup bantuin gue aja biar misi gue ini berjalan lancar.."ujar
Bisma enteng. Ia menepuk bahu Ilham dan beranjak dari duduknya.
"misi? Emang loe punya misi apaan sih Bis? Ko gak ngasih tau gue?"Ilham mengerutkan keningnya bingung.
"ini misi rahasia. Jadi loe gak usah tahu dulu, entar kalau misinya
udah berhasil sempurna, loe baru gue kasih tahu.."jelas Bisma tersenyum
lebar. Ilham hanya menggaruk kepalanya karna sama sekali tidak mengerti.
"udah ah, gue mau pergi dulu. Kalo Melody kesini dan tanyain gue
lagi bilang aja gak tahu oke? Bye!"pamit Bisma melangkahkan kakinya
untuk segera pergi.
"hemz.. Iya deh terserah loe aja.."balas Ilham memasang wajah pasrah.
"haha, muka Melody tadi lucu banget, sumpah gue pengen ngakak lihat muka dia yang pucet dan kayak orang ketakutan gitu.
Berarti misi gue beneran berhasil, tinggal buat loe SKAK MAT Mel!
Habis itu loe pasti akan frustasi, apalagi kalau sampai Morgan tau, dia
pasti akan lebih kesiksa lihat kondisi loe. Gue yakin loe pasti udah
hamil, BBM, pesan bahkan email yg loe kirim semuanya gue baca, tapi gak
buat gue bales.
Haha selamat atas kesuksesan gue ini, misi gue benar-benar berjalan
dengan sempurna.."batin Bisma tersenyum licik. Ia segera masuk kedalam
mobil sport merahnya dan berlalu pergi dari rumah Ilham.
Sementara itu...
Melody ternyata masih terus mencari dimana keberadaan Bisma. Ia
melajukan mobil sedan putihnya menelusuri setiap jalanan. Entah sudah
berapa jam ia berkeliling mengitari luasnya kota Jakarta, namun sampai
sesore ini yang dicari tak kunjung ketemu juga. Padahal keadaannya sudah
sangat lelah.
"kamu sebenarnya dimana sih Bis?..
Kenapa kamu jadi menghilang seolah menghindar dari Aku?
Aku butuh kamu Bis, aku butuh kamu.."Melody memandang lirih jalan
raya didepannya. Tangan kanannya masih setia memegang stir mobil,
sedangkan tangan kirinya menyentuh perutnya yang datar.
"aku takut Bis..
Aku sendiri gak tahu kenapa ini bisa terjadi, aku juga gak percaya kalau didalam perut aku sekarang ada anak kamu..
Aku takut Bisma, kamu dimana sih Bis?.. Aku butuh tanggung jawab
kamu, aku butuh janji kamu, aku butuh kamu Bisma..."lanjutnya terisak
menatap perut datarnya.
"enggak. Aku gak perlu takut, Bisma pasti akan tanggung jawab. Papah
kamu pasti akan tanggung jawab, iya mamah yakin, dia udah janji sayang,
jadi kita gak perlu cemas.
Kita cari papah kamu lagi yah? Kita harus cari dia terus.. Mamah gak
bisa kalau gak ada papah kamu, mamah gak sanggup sayang.."Melody
mengelus perut datarnya, ia seolah mengajak bicara janjin yang kini
tengah tumbuh didalam rahimnya itu.
Kemarin malam Melody memang sempat mengecek kondisinya kerumah
sakit, ternyata Dokter mengatakan kalau ia tengah mengandung. Melody
sangat shock. Bagaimana mungkin ia bisa mengandung sementara ia sendiri
belum memiliki suami. Namun karna tidak mau dicurigai oleh sang Dokter,
akhirnya Melody hanya diam dan sedikit berbohong.
"selamat ya mbak, ternyata gejala mual dan pusingnya itu karna
didalam rahim mbak ada janinnya, sekali lagi selamat, anda
hamil.."ujarnya tersenyum mengulurkan tangan kearah Melody.
Air mata Melody menetes mendengar kabar buruk tersebut. Apalagi saat
ditanya tentang suami. Lagi-lagi Melody hanya menangis menyesali apa
yang sudah terjadi padanya.
"nanti langsung dikabari saja sama suaminya yah? Dia pasti senang
kalau mendengar kabar baik ini.."ujarnya lagi masih tersenyum memandang
Melody.
"i..iya Dokter, na..nanti pasti akan saya kabarkan sama suami saya,
mmakasih Dok, permisi.."balas Melody buru-buru berpamitan keluar dari
ruangan sang Dokter.
"Suami? Aku menikah saja belum. Bagaimana mungkin aku bisa memiliki suami?
Dan sekarang aku hamil?
Hiks, Bis.. Aku hamil Bis, aku hamil..."Melody memegangi perut
datarnya lirih. Tubuhnya serasa lemas. Kejadian yang tidak diduga
olehnya kini terjadi pada dirinya sendiri. Ucapan sang Dokter yang
memberikan selamat atas kehamilannya justru membuat Melody semakin
terpukul, apalagi saat mengucap kata suami. Sampai saat ini saja Bisma
selaku ayah dari janin yang dikandungnya tidak tahu entah kemana.
Melody mulai menjalankan mobilnya kembali. Meski sudah sangat lelah,
namun ia tidak pantang menyerah untuk mencari Bisma. Ia bertekad kalau
hari ini juga ia harus bisa bertemu dengan Bisma agar bisa menceritakan
semua yang terjadi padanya, termasuk dengan kehamilannya.
**
"Bodoh! Rafael memang cowok paling Bodoh!!
Gue bener-bener kecewa sama loe Raf! Loe hanya PECUNDANG!! Gue benci
loe Raf, brengs*k!!!"umpat Rangga mendengus kesal. Ia terlihat sangat
marah sekali. Nafas yang tidak beraturan dan wajah yang memerah menahan
marah.
"mulai sekarang gue udah gak mau kenal sama loe lagi, loe itu cuma
pecundang Raf, PECUNDANG!! Aaaaaarrrrghhh!!!!"lanjutnya lagi, kini
berteriak meluapkan semua kekesalannya terhadap Rafael.
"Bunuh! Gue bilang BUNUH RAFA!!"bentak Rangga kencang.
Rafael yang tengah memegang pisau tajam dan hendak ditusukkan keperut Bisma pun menoleh sekilas kearah Rangga.
"ayo TUNGGU apa lagi? CEPAT bunuh!! Tusuk maniac gila itu, AYO
RAF!!"paksa Rangga menggebu tak sabar ingin melihat tubuh Bisma yang
sudah lemah tidak berdaya itu mati dihadapannya.
"Dia udah sekarat, lagi pula gue bukan pembunuh, jadi gak seharusnya
gue ngebunuh nih maniac gila!"batin Rafael menatap wajah Bisma yang
dipenuhi memar dan darah segar akibat ulahnya itu.
"Hallah, KELAMAAN LOE!!"bentak Rangga kesal. Ia mendekat dan menoyor kepala Rafael kasar.
"BRUGGHH!!"dengan penuh emosi Rafael melayangkan kepalan tangannya tepat diwajah Rangga.
"RAFF!!!"mata Rangga melotot kaget tidak percaya melihat Rafael memukul wajahnya.
"Sorry Ga! GUE PALING GAK SUKA kalau dibentak dan dipaksa, NGERTI LOE!!"jelas Rafael menunjuk wajah Rangga emosi.
"Aarrghhh.. Brengs** Loe!! BRUGGG!!"Rangga melayangkan kepalan
tangannya hendak memukul Rafael. Namun dengan cepatnya Rafael dapat
menepis tangan Rangga.
"BRUGGGHH!!"Rafael memukul wajah Rangga kembali dengan kencang.
"Gue udah bilang kalau gue GAK SUKA dipaksa apalagi dibentak!
BRUGGHH!!"lanjutnya dan melayangkan satu pukulan lagi dipelipis wajah
Rangga kemudian berlalu pergi begitu saja.
"AAAARRGGGGHHHH!!!"teriak Rangga murka.
"Brengs** loe Raf, brengseeeeee*!!!!"lanjutnya lagi dengan nafas terengah dan emosi menggebu.
"ini semua gara-gara loe! Dasar maniac GILA!! Biar MAMPUS loe
disini!!"Rangga menatap tajam tubuh Bisma yang masih tergeletak
didepannya itu. Ia menendangnya bahkan menginjak perut Bisma kemudian
berlalu begitu saja.
"Aaaarrggghh!!! Ini semua gara-gara elo Bis, GARA-GARA
LOEEEEE!!!!"teriak Rangga kencang ditengah sunyinya jalanan yang sudah
tampak terlihat gelap itu. Kejadian saat mengeroyok Bisma bersama Rafael
tadi membuatnya menjadi frustasi seperti ini, apalagi saat Rafael tidak
mau mendengarkan ucapannya lagi, Rangga benar-benar semakin dibuat
emosi dan frustasi.
"Gue harus balik ketempat tadi lagi. Iya Gue harus pastiin kalau
maniac gila itu udah mati. Gue gak boleh biarin dia hidup, dia harus
mati!!"tiba-tiba Rangga membalikkan badannya. Kedua bola matanya melotot
memerah. Entah apa yang membuatnya menjadi benci dan dendam terhadap
Bisma, padahal sebenarnya masalah ia dan Bisma hanya karna hal sepele
saja.
Rangga buru-buru melangkahkan kakinya, ia tidak peduli dengan
keadaan gelap yang hanya diterangi oleh cahaya bulan ini. Yang ada
difikirannya kini hanya Bisma, Bisma dan Bisma.
"pokoknya gue gak mau tahu. Bisma HARUS tetap mati!"batinnya mengepalkan kedua tangannya.
"apa loe lihat-lihat?"bentak Rangga tiba-tiba. Ia menatap gadis
cantik yang berdiri sendirian dipinggir jalanan yang sangat sepi ini.
"kenapa sih tuh cowok? Gue gak ngelihatin dia tapi malah maen bentak aja.
Issh aneh.."gumam gadis cantik tersebut. Ia mengusap kedua tangannya
dengan kepala yang sedikit ia naikkan mencari taksi yang lewat.
"tuh cewek cantik juga..
Udah lama gue gak pernah main-main sama cewek.
Apa gue kerjain aja yah?"fikir Rangga menghentikan langkahnya
sejenak. Ia memandang tubuh gadis tersebut dari ujung kaki sampai ujung
kepala hingga ludahnya pun ia telan karna tergoda akan kemolekan tubuh
gadis tersebut.
"aaahh ini namanya santapan lezat. Gue gak boleh sia-siain...
Lagian disini sepi, gak ada salahnya kalau gue lampiasin semua
amarah dan kekesalan gue sama nih cewek.."batinnya kemudian segera
mendekat dan menutup mulut gadis tersebut.
"mmmmmhhh mmmmm!!!"gadis itu meronta dan berusaha berteriak melepaskan dirinya dari Rangga.
"haha, diam cantik.. Muka loe ternyata cantik juga.
Malam ini kita main-main okey?"ujar Rangga tersenyum licik.
"mmmhhh mmmmmmm!!!"gadis itu menggelengkan kepalanya dan berhasil menggigit tangan Rangga yang menutupi mulutnya.
"aargghh SIAL!!"umpat Rangga mengusap tangannya kesakitan.
"Aaaaa tolooong!! Tolooooong!!!"teriak gadis tersebut kencang.
"BRUUKK!!"
Tiba-tiba Rangga memukul punggung gadis itu hingga pingsan tak sadarkan diri.
"sepertinya begini lebih baik.."gumam Rangga tersenyum devil.
**
"akhirnya aku bisa temuin kamu juga Bis..
Tapi kamu kenapa? Kenapa jadi seperti ini?.. Hiks"lirih Melody memeras handuk kecil yang ia celupkan kedalam baskom air
hangat, lalu mengusapnya pelan pada bagian wajah dan tangan Bisma yang dipenuhi luka dan memar.
"ya Tuhan.. Apa yang sebenarnya terjadi sama Bisma?.. Kenapa ia bisa
ada dijalanan sepi seperti tadi? Siapa yang sudah membuatnya menjadi
seperti ini? Kejam sekali orang-orang itu, hiks.. Bis.."Melody terus
membersihkan luka diwajah Bisma, air matanya menetes, hatinya sangat iba
melihat kekasihnya bisa babak belur bahkan sampai tak sadarkan diri
seperti ini.
"tapi aku bersyukur bisa temuin kamu..
Aku sangat bersyukur bisa ketemu kamu Bisma..
Hiks, aku takut Bis..."lirih Melody merhambur memeluk tubuh Bisma yang ia baringkan diatas tempat tidur didalam kamar Ilham(?).
"udah.. Mending loe pulang aja gih sana, Bisma biar gue yang urus,
dia udah biasa ko kena kayak gini, jadi gak perlu khawatir, apalagi
sampe nangis gitu, sayang air mata loe.."ujar Ilham tiba-tiba masuk
menghampiri Melody.
Tadi Melody memang tidak sengaja bertemu dengan Ilham yang tengah
membopong tubuh Bisma. Ilham sendiri selalu datang terlambat, disaat
Bisma sudah babak belur terkapar tidak berdaya akibat ulah Rangga dan
Rafael, ia barulah datang, itu pun karna Bisma sempat mengirim pesan
singkat untuknya, makanya tak heran Melody bisa melihat Ilham bisa
bersama Bisma. Kemudian Melody pun menawarkan tumpangan, ia juga tidak
mau kehilangan Bisma lagi. Ia akhirnya ikut kerumah Ilham dan mengobati
luka-luka diwajah Bisma.
"udah jangan nangis terus.. Pulang gih sana, tar sepupu loe nyariin lagi.."lanjutnya lagi kini duduk disamping tempat tidurnya.
"ta..tapi aku masih mau jaga dan ngobatin Bisma Am, please izinin
aku disini yah? Aku mau nginap aja disini, kak Morgan nanti aku sms'in.
Dia pasti ngizinin ko.."pinta Melody. Ilham hanya memicingkan matanya
bingung.
"please.. Hanya untuk malam ini, aku gak mau kehilangan Bisma lagi
Am, aku mau jagain dia, aku janji gak akan ngerepotin kamu ko, aku cuma
mau ada disamping Bisma, please.."mohon Melody memasang wajah melasnya.
"hufh.. Yaudah deh terserah. Gue juga gak bakalan nolak ko.
Gue keluar yah? Kalau ada apa-apa, panggil gue aja.."ujar Ilham
tersenyum enteng. Ia beranjak keluar dari kamarnya meninggalkan Bisma
dan Melody.
"makasih am.."balas Melody tersenyum kecil.
"aku gak mau pisah dan jauh dari kamu lagi..
Aku udah lelah cari kamu Bis, aku gak mau kehilangan kamu..
Aku mau tetap ada disini, disamping kamu..."lirih Melody mengelus
pergelangan tangan Bisma dan mengusap puncak kepala Bisma dengan
lembutnya.
"papah kamu udah disini sekarang sayang, kita jagain papah yah? Kita
rawat papah biar cepat sadar.. Kamu pasti senang.."tiba-tiba Melody
melirik perut datarnya bibirnya tersenyum mengelus perutnya sendiri.
"aku yakin kamu pasti seneng denger kabar baik dari aku Bis, cepat
sembuh yah? Cepat bangun.. Aku sayang kamu. mmuach"Melody mendaratkan
satu kecupan manisnya dikening Bisma.
Bersambung...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Nggak Komentar, Nggak Kece :p