Jumat, 02 Mei 2014

Perjanjian Cinta #Part 19

Beberapa hari kini telah berlalu dengan cepatnya. Hingga tak terasa usia Elfaris sudah menginjak satu bulan. Bayi tampan itu mulai memperlihatkan kelucuannya. Sangat aktif dan sering sekali menangis jika sang ayah sudah mengganggunya. Maka tak heran jika Franda dan Bisma semakin sering ribut karna hal tersebut.


"Jagain Ais dulu ya? Gue pengen makan.. Dari tadi mau makan susah banget, Aisnya gak mau jauh. Gue laper.." Franda mendekat dengan wajah yang terlihat lelah. Tubuh Elfaris digendongnya begitu penuh kasih sayang.

"Tapi kan Aisnya belum tidur. Kalau dia nangis lagi gimana?" Bisma beranjak dari duduknya mendekati Franda.

"Cuma sebentar. Lo tuh masa jagain anak sebentar aja gak bisa. Kalo nangis ya tinggal gendong.
Lagian salah sendiri, anak lagi tidur suka digangguin. Giliran udah nangis aja gak bisa nenangin. Lo tuh resse tau gak!" gerutu Franda sebal.

Bisma hanya tersenyum. Tak lama ia mencoba meraih tubuh mungil Elfaris yang tengah Franda gendong agar berpindah pada pangkuannya.

"Lepasin dong, katanya lo mau makan. Sini biar Ais gue yang gendong.." pinta Bisma.

"Tangan Ais genggam baju gue. Kayaknya dia gak mau lepas. Isshh coba tarik deh. Masa baju gue ditarik gini.." Franda mencoba melepaskan jemari kecil Elfaris yang menggenggam kuat bajunya.

"Duuhh.. Sayang sama ayah dulu. Bundanya mau makan nak.. Kasian udah kelaparan itu bunda kamu. Mau makan aja kayaknya susah banget dia.
Ayo Ais sama ayah. Hemm? Sini sayang..?" Bisma berujar lembut seraya mencoba melepaskan tangan Elfaris yang tetap tidak mau terlepas menggenggam baju Franda. Wajah mungilnya malah ia palingkan tanpa mau menatap Bisma dan ditenggelamkannya didada kiri sang bunda.

"Haha, dia kayaknya nyaman kaya gini Nda.
Yaudah si, tungguin aja sampe dianya ngantuk dan tidur. Entar juga anteng lagi.." Bisma terkekeh melihat sikap jagoan kecilnya.

"Tungguin sampe kapan? Gue udah hampir sejam tau gak gendong dia sambil berdiri kaya gini. Lo fikir gak pegel apa!" gerutu Franda kesal.

Bisma hanya terkekeh. Ekspresi Franda kalau sedang marah memang mengundang tawa. Meski menggerutu tapi nada ketusnya itu menurut Bisma sangat lucu.

"Gak usah ketawa deh! Gue tuh udah MUAK tau gak lihat lo ketawa diatas derita gue!
Gak pengertian banget! Udah tau anaknya gak bisa lepas dari gue, tapi lo masih bisa-bisanya ketawa. Dasar gila!" Franda kembali menggerutu. Ia membalikkan tubuhnya membelakangi Bisma dengan bibir tipis yang terus mengoceh memarahi Bisma.

Bibir Bisma tersenyum lebar. Ia menarik panjang nafasnya. Puncak kepala Elfaris pun ia usap meski dari samping.

"Gue ambilin makanannya ya? Biar nanti gue bawa kesini." ujarnya pelan hampir tak terdengar.

Franda menoleh. Satu patah kata baru saja hendak ia keluarkan, namun Bisma langsung berlalu keluar meninggalkannya.

"Dia barusan ngomong apaan sih? Ko gak kedengeran gitu. Tapi kalo gak salah denger sih katanya mau ngambil makannya kesini. Makanan apa maksudnya?" Franda tampak kebingungan sendiri akan yang diucapkan Bisma barusan. Ia kemudian duduk ditepi tempat tidurnya, melepas rasa pegal seraya tetap memangku Elfaris yang tak mau jauh darinya.

"Hemm.. Ternyata begini yah rasanya jadi ibu. Gak bisa bebas dan lepas apalagi jauh dari anaknya. Hemm.. Tapi sebentar lagi semuanya pasti akan kembali normal. Tinggal sepuluh hari lagi.." bibir Franda tersenyum lebar memandangi wajah tampan Elfaris. Apa yang diinginkkannya sejak lama ini pun sudah hampir dicapainya dan sudah didepan mata.

"Sebentar lagi bunda akan ke Jakarta. Bunda mau kuliah lagi dan terusin cita-cita bunda.
Kamu tetap disini sama oma. Bunda gak bisa lama-lama sama kamu karna bunda gak bisa. Bunda harap kamu ngerti yah? Bunda sayang kamu ko, bunda sayang Ais.." Franda memeluk tubuh mungil Elfaris yang mulai mengantuk itu. Ia mendekapnya begitu penuh kasih sayang. Satu kecupan pun didaratkannya diatas kening Elfaris.


"Kalau nanti bayi yang diinginkan udah lahir. Berati kita bisa masing-masing lagi. Tapi harus nunggu sampai lo 40hari. Lo tau sendiri kan perempuan yang sehabis melahirkan itu mengalami masa nifas selama 40 sampai 60 hari. Jadi mau gak mau ya harus tetap di Bandung dulu sampe satu atau dua bulan."

"Gak! Gue gak mau kalau sampe dua bulan. Gila! Gue tuh pengen cepet-cepet kuliah tau gak! Gue pengen balik pokoknya titik!"

"Iya-iya. Yaudah 30 atau 40 hari. Abis itu kita ke Jakarta.
Lagian gue juga udah pengen kuliah lagi. Entar anak ini biar sama oma opanya aja yang urus. Gue sih males ngurusin anak kecil kayak gini, RIBET!"

"Oke, FINE! Gue setuju.
Lagian mana mau gue juga ngurusin anak ini nanti. Yang ada pasti bakalan nyusahin gue. Dia ada diperut gue aja udah nyusahin banget. Apalagi kalo udah lahir. Isshh gue sih gak mau yah!"

"Oke. Yaudah DEAL! Ini perjanjian keempat."


Franda hanya tersenyum kecil mengingat perjanjian-perjanjian konyolnya yang pernah dibuat bersama Bisma beberapa waktu lalu. Ia baru mengingat kalau dulu ia sangat membenci bahkan tidak menginginkan bayi Elfaris. Namun sekarang, rasanya ia justru sangat mencintai Elfaris. Meski sering banyak mengeluh, tapi kasih sayangnya untuk Elfaris tidak pernah kurang atau hilang.

"Minggu depan kita akan berpisah.
Mungkin hari-hari kedepannya nanti Ais bakalan jarang ketemu ayah sama bunda.
Kamu harus maklumin yah? Jangan marah apalagi dendam. Ini udah keinginan bunda sama ayah. Jadi Ais harus bisa terima semua. Bunda sayang Ais.." Franda kembali mengecup kening Elfaris. Ia mengusap pipi putih Elfaris dengan pipi cuabynya. Hidung mancungnya pun sampai ikut ia usap dan ditempelkannya dengan bibir, hidung, serta dagu Elfaris untuk menghirup aroma wangi yang Franda sukai dari Elfaris.


"Nih makan. Jangan senyum-senyum terus.
Masa cuma telat makan doang lo jadi stres. Kan gak lucu."

tiba-tiba Franda menoleh kaget mendapati serta mendengar suara Bisma yang datang dengan membawa nampan berisi makanan untuknya.

"Yee malah bengong. Udah tuh makann. Ntar lo malah sakit lagi. Kalo lo sakit, nanti yang ngurus anak gue siapa? Kan gue gak bisa kalo ngurus dia sendiri." ujarnya lagi setengah meledek.

"Lo nyuruh gue makan?" Franda menatap Bisma sebal.

"Ya iyalah, masa nyuruh lo mandi. Udah jelas-jelas gue bawain makanan, bukan sabun mandi." Bisma membalas ketus.

Franda memalingkan wajahnya. Ingin rasanya ia menelan Bisma hidup-hidup. Ternyata Bisma itu benar-benar nyebelin dan selalu membuatnya emosi.

"Makan-makan! Udah tau nih anak gak mau lepas dari gue. Gimana gue bisa makannya coba?" gerutunya kesal.

"Yaudah gue suapin.." ujar Bisma pelan. Rupanya ia mendengar ucapan Franda meski mebelakanginya.

"Udah sini, sini gue suapin. Gue juga gak mau kalau lihat bunda dari anak gue sakit.
Ayo sini, buka mulutnya. Katanya lapar. Sini Nda.." suruhnya begitu terdengar lembut tidak seperti biasanya.

Franda memutar badannya. Melihat tidak percaya apa yang terjadi dihadapannya.

"Sorry yah kalau gara-gara anak gue, lo jadi kerepotan sendiri. Sorry juga kalo gua gak bisa bantu apa-apa. Gue belum bisa jadi ayah yang baik buat Ais. Gue kan masih belajar, jadi belum banyak yang gue fahami.." Bisma kembali berujar dengan lembutnya. Kedua kelopak mata Franda sampai tak berkedip mendengarnya.

"Nih anak kayaknya udah mulai gak beres lagi.." batin Franda ngasal.

Bisma tersenyum. Wajahnya tampak berbeda dan menyejukkan. Ia menyendokki nasi serta ayam goreng juga sayur sup yang tadi diambilnya dari dapur.

"Makan dulu. Nih aaa? Buka mulutnya Nda.." Bisma mengarahkan sesuap nasi serta sedikit ayam goreng diatas sendok makannya kearah mulut Franda.

"T..tapi..?"

Ucapan Franda langsung terhenti karna begitu mulutnya terbuka, saat itu pula satu sendok nasi langsung Bisma masukkan kedalam mulutnya.

"Enak kan? Makannya yang banyak yah. Biar lo gak sakit dan tetap bisa ngurusin Elfaris juga gue tentunya.." ujar Bisma nampak sangat ramah dan lembut. Suapan kedua pun kembali Franda dapatkan dari suaminya ini.

"K..ko dia bisa kayak gini sihh?
Ini pertama kalinya gue disuapin sama cowok. Aaaaa berasa gimana gitu.
Mana didalam kamar lagi. Duuhh Bis, lo bikin gue deg-degan tau gak." batin Franda tidak karuan. Mulutnya sampai tidak mampu berkata dan hanya bisa diam menurut dengan apa yang dilakukan Bisma padanya.

"Buka lagi mulutnya. Nihh nasinya masih banyak. Ayo buka lagi Nda, aaa?" Bisma kembali menyodorkan sesendok makanan kearah mulut Franda.

"I..iya B..bis." gugup Franda lalu membuka mulutnya menerima suapan dari Bisma.

"Dasar cowok gila! Dia beneran buat gue gila. Kadang nyebelin, tapi kadang juga nyenengin.
Biss, lo tuh sebenernya sejenis apa sih? Gue bingung sama lo, isssh.." Franda masih saja membatin. Ekspresinya gemas karna tidak mampu berucap langsung didepan Bisma. Sepertinya Franda memang tidak bisa lagi menyembunyikan perasaan suka, kagum dan sayangnya terhadap Bisma.

"Gue suka sikap diem lo kaya gini.
Lebih anggun dan menarik.
Coba lo bisa kaya gini terus. Kayaknya kertas perjanjian itu bakalan gue bakar langsung detik ini juga.
Gue suka sikap manis lo yang kaya gini Fran.
Bikin gue tenang dan nyaman.
Tapi sifat pemarah lo juga buat gue suka. Meski marah tapi muka lo itu tetep cantik.. Beruntung gue bisa jadi suami lo. Apalagi bisa dapat satu anak dari lo." Bisma ikut membatin memandang kagum istri yang mulai dicintainya ini. Rasa sayangnya semakin bertambah besar jika melihat sikap Franda yang seperti ini.






**
Malam kini mulai berlarut.
Keadaan diluar sudah sangat gelap. Hanya diterangi sedikit cahaya bulan yang mulai tertutupi awan gelap. Tidak ada bintang yang terlihat. Suasana yang tenang dan sangat sunyi ditelan gelapnya malam.

Franda tiba-tiba saja terbangun. Tepat pukul 00:30 wib dirinya terusik dari tidurnya yang sangat lelap itu.
Franda mengerjapkan mata sipitnya. Melihat sekeliling ruangan kamarnya yang sedikit tampak berbeda.

"Lo ko belum tidur?" ujarnya tiba-tiba. Matanya menangkap sosok lelaki tampan yang tak lain adalah Bisma, tengah berdiri disamping box bayi Elfaris.

"Gue gak bisa tidur.." Bisma berujar tanpa menoleh karna asik memandangi wajah mungil Elfaris.

"Lo insom lagi?" Franda beranjak dari atas tempat tidurnya. Berjalan pelan menghampiri Bisma seraya mengikat rambut panjangnya yang sedikit berantakan.

Bisma tidak menjawab. Ia justru malah mengangkat tubuh Elfaris dan menggendongnya.

"Elfaris tidurnya diatas aja yah? Bareng kita. Gue pengen deket sama dia terus. Jangan di box bayi. Gue takut dia malah jatuh nantinya.." pinta Bisma memasang wajah khawatir dan cemas.

"Lo ngomong apa si? Masa dia tidur sama gue? Kapan dia mandirinya nanti?
Lagian gak mungkinlah Ais jatuh, lo tuh kalo ngomong gak pernah bisa serius." protes Franda tidak setuju.

Bisma tidak mendengarkan ucapan Franda. Ia malah asik menciumi wajah Elfaris lalu membawanya keatas tempat tidurnya, membaringkannya disana bersamanya.

"Jagoan ayah tidurnya lelap banget.." Bisma mengelus pipi Elfaris dengan jemarinya.

Franda berdecak sebal. Matanya masih sangat mengantuk, namun sikap Bisma membuatnya terganggu. Ia kemudian kembali naik keatas tempat tidurnya dan melanjutkan tidurnya lagi.

"Ais bobonya sama ayah ya? Sini biar ayah peluk. Temani ayah, biar ayahnya bisa bobo juga, mmuaach.. Ayah sayang Ais.."

Suara Bisma terdengar begitu pelan dan lembut. Franda membalikkan tubuhnya menghadap Bisma. Bibirnya sedikit tersirat senyum saat melihat Bisma mengecup pipi Elfaris.

"Jangan diganggu ya? Nanti kalau kebangun lagi bisa repot.." Franda mengulurkan tangannya dan ikut mengelus pipi Elfaris.

"Gak bakal diganggu. Cuma pingin deket terus aja sama dia." jelas Bisma lembut diiringi senyum.

Franda menyingkirkan guling yang berada ditengah antara dirinya Bisma dan Elfaris. Posisi tidurnya pun lebih didekatkan lagi dengan suami serta buah hatinya itu.

"Kamu sayang gak sama anak ini?" tanya Bisma tiba-tiba.

"K..ko nanyanya gitu?" mata Franda membola kaget.

"Cuma tanya aja. Aku takut kamu gak sayang sama dia."

"Mana mungkin sih aku gak sayang sama anak aku sendiri. Aku mengandung dia selama sembilan bulan, aku juga melahirkan dia dengan sangat susah payah, nyawa aku taruhannya. Itu sangat sakit Bis. Jadi mana mungkin aku gak sayang sama dia." jelas Franda tampak kesal.

Bisma tersenyum mendengar Franda berucap seperti itu. Kedua bola mata beningnya menatap Franda penuh arti.

"Kalau sayang, gak mungkin kan kamu bakalan biarin dia sendiri."

"Hah? Mm..maksud kamu?" lagi-lagi Franda dibuat terkejut akan kalimat-kalimat yang keluar dari mulut Bisma.

"Aku sayang sama kamu Nda.
Aku ngerasa udah cinta sama kamu.
Aku..aku ngerasa gak bisa jauh dari kamu. Apalagi kalau harus pisah dari kamu. Gak bisa Nda.
Dan aku juga gak bisa jauh dari anak ini.." Bisma menatap wajah Franda serius.

"E..elo gak usah becanda deh Bis.
I..ini gak lucu.." Franda mencoba menjauhkan tangan Bisma yang entah sejak kapan sudah berada diatas pipi cuabynya.

Bisma mengelus pipi Franda dengan tangan kanannya. Ibu jarinya mengusap hidung serta mata sipit Franda. Ada kekaguman tersendiri saat memandangi wajah perempuan cantik disampingnya ini.

"B..bis. K..kamu mau, ng..ngapaa."

"Ussssst... Aku gal bakal ngapa-ngapain ko. Aku cuma pingin mandangin wajah kamu.
Wajah cantik kamu yang selalu bikin aku tenang.
Aku gak bisa bohongin dan terus tahan perasaan aku Nda. Aku beneran sayang kamu.
Ini jujur dari hati aku. Aku sayang kamu Franda.." wajah Bisma semakin mendekat. Tubuhnya begitu cepat mendekati Franda hingga Elfaris yang berada ditengahnya kini sudah berada disamping kanannya.

"T..tapi Biss..?"

"Aku tau kamu juga cinta sama aku Nda.
Aku bisa baca itu semua.
Aku bisa lihat. Dari sikap kamu, dari cara kamu marah, cara kamu memandang aku. Cara kamu lihat aku.
Aku bisa lihat Nda.
Dan mata kamu bisa jawab semuanya.
Kamu juga sayang sama aku kan? Kamu cinta aku kan Nda?" Bisma semakin mendekatkan tubuh serta wajahnya. Posisinya kini berada disamping Franda, namun kedua tangannya berada dikedua sisi tubuh Franda. Wajahnya diatas wajah Franda, hingga desahan nafasnya dapat Franda rasakan karna begitu dekat.

"B..bis.. K..ko dia bisa ngomong kaya gitu sih?
A..apa dia udah lupa sama perjanjian itu?
Lalu gimana sama perjanjiannya? Masa gue harus ngaku? Gimana juga sama Morgan dan Ilham?
Dia..dia pasti..." Franda hanya dapat membatin menahan semua rasa yang berkecamuk didalam hatinya. Kata-katanya sampai tidak dapat ia teruskan karna wajah Bisma semakin dekat dengan wajahnya.

"Wajah kamu lebih cantik kalau dilihat dari dekat kaya gini.
Beruntung aku bisa jadi suami kamu Nda, sangat beruntung.." Bisma mengelus lembut rambut panjang Franda dengan tangan kanannya.

"Aku sayang kamu Nda. Aku cinta kamu.." bisiknya pelan ditelinga kiri Franda.

Franda menoleh. Wajah Bisma langsung didapatnya saat ia menoleh. Tanpa disadari satu sentuhan lembut dirasakannya menempel dibibir tipisnya. Bisma menyambar bibir mungilnya itu. Mengecupinya dengan lembut dan sangat lembut.

"Ya Tuhaan.. Ini kedua kalinya Bisma kiss aku.
Dan lagi-lagi aku gak bisa berontak.
Kenapa ini Tuhaan?
Apa aku beneran cinta sama dia?
Apa aku beneran sayang sama dia?
Tapi gimana sama Ilham dan Morgan?
Gimana juga sama perjanjian itu? Cita-cita aku? Dan semua impian aku untuk jadi pengusaha sukses kaya papaah.. Hiks." Franda membatin gelisah. Kedua matanya sampai ia pejamkan karna tidak mampu berlama-lama menatap wajah Bisma yang sangat dekat dengannya itu.

"Satu-satunya perempuan yang pernah gue kiss cuma Franda.
Satu-satunya perempuan yang pernah gue sentuh, itu cuma dia.
Dia yang udah buat gue tau arti sayang yang sebenarnya. Rasa yang sangat besar. Menenangkan dan membahagiakan.
Aku gak mau jauh dari kamu Nda.
Semoga cinta aku gak bertepuk sebelah tangan. Semoga.." Bisma menggenggam tangan kiri Franda yang berada didekat kepalanya. Bibirnya masih menempel dibibir tipis Franda. Ia begitu menikmati kecupan yang sangat membuatnya nyaman dan dibuai dalam asmara. Ia bahkan mengacuhkan jagoan kecil disampingnya yang terlelap.









DOOORRR!!!




Bersambung...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Nggak Komentar, Nggak Kece :p