Satu Minggu kemudian..
Hari ini adalah hari yang sudah lama dinantikan oleh Franda maupun Bisma.
Hari, dimana akan menjadi awal semua hal baik yang dulu pernah tertunda hampir satu tahun lamanya.
Hal, dimana Bisma dan Franda akan kembali melakukan aktifitas
biasanya yang sebagai seorang mahasiswa. Bukan menjadi pasangan
suami-istri yang sampai sekarang pun belum juga bisa akur.
Mungkin setelah hari ini, kedepannya Bisma dan Franda akan benar-benar meninggalkan Elfaris.
Bayi tampan itu harus direlakannya tinggal bersama sang oma demi
cita-cita juga keinginan besarnya, dan tentu karna perjanjian yang
pernah mereka buat.
Franda sedari tadi sibuk mengemasi beberapa pakaiannya. Ia asik
berkutat sendiri didalam kamarnya. Sudah hampir satu minggu ini ia
jarang terlihat akur dengan Bisma. Apalagi semenjak kejadian malam
dimana Bisma mencium bibirnya dalam posisi tidur.
Itu kejadian yang tidak terlupakan, bahkan Franda sampai marah besar dan tentunya semakin membenci Bisma.*nah loh(?)
"Lo beneran bakalan ke Jakarta besok Fran?" tiba-tiba terdengar suara Bisma yang keluar dari balik pintu kamarnya.
"Menurut lo?" Franda hanya menoleh sekilas lalu memalingkannya.
Tangannya pun kembali asik mengemasi pakaiannya yang dimasukkan kedalam
koper berukuran cukup besar.
Bisma menarik nafasnya berat. Wajahnya terlihat sedikit bersedih.
Mungkin ia tidak rela jika harus berpisah dengan Franda dan harus
meninggalkan buah hati kecilnya.
Apalagi satu minggu lalu Bisma pernah mengutarakan isi hati juga
perasaanya terhadap Franda. Meski akhirnya hanya dibalas dengan
gertakan, ocehan dan dumelan. Bahkan Franda sampai menolak Bisma
mentah-mentah dan marah hingga saat ini.
"Apa lo yakin bisa jauh dari Elfaris nantinya Fran?" Bisma kembali
bersuara. Nada bicaranya sangat pelan, kedua bola matanya tampak berkaca
saat mengingat bayi tampannya yang baru berusia kurang dari 40hari itu.
"Gue gak pingin disini terus. Gue punya kehidupan yang lebih baik
dirumah gue sana. Dikampus gue, dan tentunya dilingkungan biasa gue
bernaung.
Gue gak mau terus-terusan disini, apalagi harus jadi ibu RUMAH
TANGGA seperti harapan lo itu! Sorry yah, itu BUKAN GUE!" jelas Franda
menatap Bisma ketus seraya menekan kata-katanya penuh emosi.
Bisma hanya diam. Ia kembali mengingat kejadian satu minggu lalu.
Mungkin itu memang kesalahannya juga. Bisma terlalu buru-buru dan tidak
bisa lebih bersabar menghadapi Franda. Makanya Franda sampai semarah ini
padanya karna kejadian tersebut.
"Gue beneran sayang lo tau Nda.
Masa cuma karna prinsip gue aja lo langsung sewot kayak gini?
Kan nanti kita bisa ubah lagi prinsipnya.
Gue beneran gak bisa kehilangan lo. Gue pengen batalin semuanya dan
hidup bahagia sama lo juga Ais. Gue pengen Nda.." Bisma membatin lirih.
Setetes bulir bening hingga tak terasa jatuh membasahi pipinya.
Bisma berjalan mendekati box bayi Elfaris. Disana ia melihat
malaikat tampannya tengah tertidur pulas. Wajah yang polos dan masih
belum tau apa-apa.
Bisma tidak bisa membayangkan kalau dirinya akan meninggalkan Elfaris demi perjanjian konyolnya itu.
"Maafin ayah yah..
Ayah udah jahat sama Ais.
Maafin ayah, ayah juga udah tega sama Ais.
Tapi Ais gak perlu takut, ayah sangat sayang Ais ko. Sayang banget
sayang.." lagi-lagi bulir bening air mata keluar membasahi wajah Bisma.
Ia memandang pilu wajah malaikat kecilnya. Tangan kekarnya pun mencoba
mengelus puncak kepala Elfaris dan mengecupnya penuh kasih.
"Ayah bukannya egois. Tapi ayah gak bisa cegah keinginan bunda kamu ini.
Ayah udah coba bilang sama dia, bahkan ayah pingin batalin semua
perjanjiannya. Tapi bunda kamu malah marah-marah. Dia bahkan jadi
semakin membenci ayah.
Ayah gak ngerti sayang. Ayah gak ngerti.
Kenapa disaat ayah ingin mengulang dan memperbaiki semuanya dari awal, cinta ayah justru malah bertepuk sebelah tangan.
Maafin ayah yah, sekali lagi maafin ayah.." Bisma menempelkan
bibirnya cukup lama dikening Elfaris. Kecupan hangat itu seolah tak mau
ia lepaskan. Ia takut tidak bisa bebas mengecup putranya lagi jika sudah
di Jakarta nanti.
"Gak usah diganggu deh! Entar kalo dia bangun lagi bisa repot." ujar Franda tiba-tiba.
Bisma tersentak. Lagi-lagi Franda selalu berlaku ketus padanya.
"Ayah keluar dulu. Bobo yang lelap ya sayang. Jangan dulu bangun, bunda kamu masih sensitif sama ayah juga kamu.
Jadi anak yang baik yah, jangan cengeng dan lemah. Ayah sayang
kamu.." Bisma mengecup kening Elfaris lagi. Kecupan yang begitu lembut
dan tulus. Ia pun kemudian beranjak dan keluar meninggalkan Franda juga
jagoan kecilnya.
"Maafin aku Biss..
Aku gak bermaksud sejahat ini sama kamu. Maafin aku.." Franda
membatin lirih melihat sosok Bisma yang mulai keluar dari kamarnya.
Ternyata apa yang keluar dari mulut Franda, tidak sesuai dengan isi
hatinya.
Franda terlalu munafik soal perasaannya. Ia lebih memendam semuanya sendiri dari pada harus mengutarakannya.
"Jujur. Aku juga sebenarnya sayang sama kamu.
Aku cinta sama kamu Bis. Dan aku gak mau kehilangan kamu.
Tapi kamu egois. Jawaban kamu gak sesuai dengan keinginan aku.
Aku tuh pingin kamu dukung aku juga. Dukung semua yang aku lakukan.
Kita kuliah sama-sama, kerja dan urusin perusahaan papah kita
bersama. Ngurusin Ais bersama. Dan semuanya kita lakukan berdua. Bukan
justru kamu malah jatuhin aku dengan prinsip kamu itu. Aku gak mau
Bisma, aku gak mau.. Hiks." Franda menggeleng lirih penuh rasa sesal. Ia
sangat menyesalkan ucapan Bisma yang tidak sehati dengannya. Prinsip
Bisma, bahkan keinginan Bisma. Itu tidak sesuai dengan harapannya.
Franda memejamkan matanya. Ia kembali mengingat kejadian satu minggu lalu.
Air matanya ia biarkan tumpah begitu saja. Entah sudah berapa
banyak. Tapi Franda memang selalu menangis kalau sudah mengingat semua
ini.
"Aku cinta sama kamu Nda.
Aku sayang kamu.
Makasih yah, buat yang tadi. Kamu gak nolak dan gak berontak.
Jujur aku seneng banget kalau udah kecup bibir kamu. Rasanya itu nyaman, dan aku seolah terbang melayang keatas lagit.
Mungkin karna kamu itu bidadarinya aku, makanya aku selalu merasakan kenyamanan kalau udah didekat kamu.
Aku sayang kamu. Pokoknya aku sangat sayang kamu.." Bisma
mengutarakan semua isi hatinya penuh rasa bahagia. Ia asik mengelus
puncak kepala Franda yang bersender didada bidangnya.
Posisi Franda berbaring menyender pada tubuh Bisma. Sementara Bisma sendiri berbaring dan menyender pada tempat tidurnya.
"Ais tidurnya lucu banget. Dia gak nangis..
Gak terusik juga dari tadi.
Dia anteng Bis.." ujar Franda yang malah asik sendiri memperhatikan malaikat kecil yang terlelap disampingnya.
Bisma tersenyum. Rasanya kebahagiaannya malam itu benar-benar terasa
lengkap. Puncak kepala Franda pun dikecupnya lagi. Tangan kirinya yang
tadi memlingkar diatas perut Franda pun beralih menyentuh wajah jagoan
kecilnya.
"Dia tuh pinter..
Tau situasi dan gak nakal.
Dia tau kalau ayah sama bundanya butuh kebersamaan. Makanya dia
biarin dan acuhin kita dengan tidurnya. Biar kita bisa kaya gini terus
sayang.." ujarnya lembut diiringi senyum. Pipi Elfaris diusapnya penuh
kasih dan rasa bangga.
Franda mengangguk kecil dan ikut tersenyum. Ia menyentuh lengan kiri
Bisma yang kembali melingkar diatas perutnya. Franda merasakan tangan
kekar itu dengan segala kenyamanan yang didapatkannya. Ia benar-benar
bahagia bisa mendapatkan perlakuan istimewa dari Bisma seperti ini.
"Oh iya. Gimana kalau perjanjian yang pernah kita buat, kita batalin aja?
Aku gak mau ikutin perjanjian itu lagi. Aku gak mau pisah sama kamu.
Aku pinginnya deket terus sama kamu Nda. Biar bisa terus peluk kamu
kayak gini.." Bisma mengeratkan pelukannya. Aroma wangi dileher jenjang
Franda pun dihirupnya dalam-dalam. Bisma benar-benar terlena akan semua
ini. Ia sampai mau melanggar janji yang pernah dibuatnya sendiri dengan
Franda.
"Kalo perjanjiannya dibatalin, lalu gimana sama janji dan sumpahnya?
Bukannya kita itu gak boleh ingkar janji yah? Apalagi sampai bersumpah segala." tanya Franda tiba-tiba.
"Kan itu cuma perjanjian kita berdua aja. Gak ada yang tau dan gak
ada yang lihat. Jadi menurut aku sih sah-sah aja kalau mau dibatalin
juga. Toh itu perjanjiannya kan enggak resmi." jawab Bisma enteng.
"Tapi kan ada hitam diatas putih. Trus ada materainya juga."
"Ya, gampang itu mah. Entar aku bakar langsung deh, biar yang hitam
diatas putihnya itu jadi hitam semua beserta materai-materainya."
"Ahaha, kamu itu bisa aja tau gak.
Ternyata kamu lucu yah? Ihh gemessin deh." Franda membalikkan
wajahnya dan menarik hidung mancung Bisma. Ia terkekeh mendengar ucapan
Bisma yang menurutnya lucu.
"Haha baru tau ya kalau aku itu lucu?
Emang kamu kemana aja selama hampir satu tahun ini, hem?" Bisma
menempelkan keningnya pada kening Franda. Kepalanya ia adukan dengan
mata yang saling menatap satu sama lain.
"Aku ada terus ko. Cuma kamunya aja yang gak nyadar.."
"Oh ya?"
"He'emm.." Franda mengangguk seraya menempelkan telapak tangannya dipipi Bisma.
Senyuman yang begitu manis pun tersungging dari bibir keduanya.
Saling menatap penuh kekaguman satu sama lain. Bisma merasa baru kali
ini ia merasakan semua rasa yang sangat menyenangkan hatinya. Begitu pun
dengan Franda. Meski ia tidak mau juga mengakui kalau dirinya mencintai
Bisma, namun sikapnya sudah dapat menjawab itu semua.
"Nanti kalau usia Ais udah lebih dari satu bulan, kita gak perlu ke
Jakarta aja." ujar Bisma tiba-tiba. Ia mulai membuka percakapan baru
lagi.
"Ko gitu? Trus gimana sama kuliah aku?" Franda sedikit menjauhkan wajahnya karna ingin menyimak serius pembicaraan Bisma.
"Ya kamu gak usah kuliah.
Kamu cukup jadi istri aku aja. Jadi ibu dari anak aku, dan jadi pendamping setia aku." jelas Bisma.
"Issh ya gak mau! Masa aku gak kuliah?
Trus kamu sendiri gimana?"
"Ya aku tetep kuliahlah sayang. Kan aku cowok. Aku harus kuliah biar
bisa langsung bekerja diperusahaan papah nantinya. Kan gak lucu kalau
direktur utamanya gak punya jabatan sarjana. Apa kata karyawannya
nanti?"
"Issh.. Tapi aku juga mau kuliah kali. Masa cuma kamu doang. Ini sih
GAK ADIL namanya!" ketus Franda seketika itu langsung terlihat kesal.
Ia bahkan melepaskan tangan Bisma yang masih melingkar dipinggangnya.
"Gak adil gimana sih?
Bukannya cewek itu gak perlu kuliah juga gak papa yah? Kan yang
pasti akan bekerja itu cowok. Apalagi kamu udah jadi istri aku. Jadi mau
ngapain kerja juga, kan udah ada aku yang bekerja buat kamu. Buat anak
kita dan keluarga kecil kita." jelas Bisma.
"Ya tetep aja! Lagian gue tuh punya cita-cita yah!
Jadi jangan asal ngomong deh!" ketus Franda memalingkan wajahnya.
Bisma sampai melotot kaget mendengar ucapan Franda yang sudah mulai menggunakan kata lo-gue lagi.
"M..maksud aku tuh gak gitu Nda.
Nanti kalau aku udah kuliah dan kerja kan kita bisa sama-sama tinggal di Jakarta. Bawa Ais juga biar tinggal sama kita.
Nanti aku yang kerja dan kamu dirumah, kamu cukup ngurusin Ais aja
sayang sama ngurusin aku. Kamu gak perlu kerja, biar aku aja yang
kerjanya."
"Tapi kan gue bukan pembantu!
Ngurusin anak dan suami, berati termasuk ngurusin rumah juga gitu?
Heh, gue tuh pingin jadi sarjana dan bekerja juga. Enak aja! Ngapain
nikah dan tinggal sama suami sendiri kalo cuma buat dijadiin pembantu!"
"Loh.. Ko kamu mikirnya gitu?
M..maksud aku tuh gak gi.."
"Udahlah Bis! Apaan sih, prinsip kamu itu bikin aku sakit hati tau gak!
Kalo mau nyari yang bisa ngurusin kamu sama anak kamu. Sana nikah aja sama pembantu!
Masa istri sendiri disuruh ngurusin anak sama dia! Ngurusin rumah
juga pastinya. Emang gue pembantu!" Franda mulai emosi dan beranjak dari
tempat tidurnya.
"Nda, m..maksud aku tuh gak gitu.
Aku cuma pingin kamu tetep dirumah, sama Ais anak kita. Kamu yang
jagain dia, kamu kan bundanya sayang. Kalau bukan kamu yang rawat dia,
lalu siapa dong yang rawat Ais?"
"Tapi aku BUKAN pembantu yah Bis! Aku juga pingin bekerja. Pingin ngurusin perusahaan papah dan bantuin papah aku!
Jadi kamu jangan seenaknya sendiri.
Kita udah benar-benar berbeda prinsip. BEDA!" tegas Franda masih saja diliputi emosi.
"Ya ampuun.. Maksud aku tuh gak gitu Frandaa..
Suami itu kerjanya emang bekerja. Cari nafkah buat istri dan anaknya.
Kamu sih cukup dirumah aja. Gak perlu kerja karna udah ada aku yang kerja.
Kamu tinggal dirumah sayang.."
"Udah deh! Kita tuh udah bener-bener beda prinsip!
Beda keinginan dan BEDA segalanya.
Kita gak cocok!
Perjanjian itu akan tetep jalan dan gak akan dibatalin!
Aku bukan istri yang seenaknya minta uang dan nafkah sama suami.
Sorry aja yah! Gue masih bisa cari itu semua dengan tangan gue sendiri.
Gue bukan ibu rumah tangga yang kerjaannya cuma ngurusin anak dan diem dirumah!
Gue PUNYA cita-cita dan keinginan tersendiri, FAHAM?"
"DEGG!!"
Bisma langsung diam mendengar Franda yang begitu amat marah padanya.
Ia tidak mengerti kenapa Franda bisa sampai semarah ini hanya karna hal
kecil tersebut.
Padahal barusan Franda begitu bersikap manis dan romantis dengannya.
Dan sekarang semuanya langsung berubah hingga 180 derajat.
"Apa ada yang salah sama ucapan ayah?
Kenapa bunda kamu jadi marah-marah gitu?" Bisma menatap wajah
malaikat kecilnya yang tidak terusik sedikit pun. Kedua bola matanya
sampai berkaca melihat sikap keras Franda terhadapnya.
Franda duduk ditepi tempat tidurnya seraya memangku Elfaris.
Kejadian malam dimana ia berdebat dengan Bisma hanya karna sebuah
prinsip yang berbeda itu seolah terekam kembali.
Air mata Franda keluar saat mengingat itu semua. Wajah mungil Elfaris pun diusapnya dan dikecupnya sangat lembut.
"Maafin bunda ya sayang.
Bunda bukannya egois.
Bunda cuma mau agar bisa hidup mandiri.
Bunda mau kejar cita-cita bunda.
Bunda itu pengen jadi penerus opa kamu karna bunda satu-satunya keturunan dia.
Bunda gak mau cuma diam dirumah dan jadi istri lemah yang hanya bersembunyi dibalik tubuh suaminya. Bunda gak mau..
Bunda pingin jadi wanita yang tetap bisa berdiri sendiri meskipun sudah memiliki suami dan anak.
Bunda pingin jadi pengusaha dan pebisnis hebat seperti opa kamu
bunda harap Ais bisa ngerti.
Sekali maafin bunda yah, bunda minta maaf.." ujarnya terdengar
lirih. Wajah Elfaris pun kembali dikecupnya dan didekapnya begitu erat.
**
Kini Franda dan Bisma sudah siap untuk kembali melakukan aktifitasnya yang sempat tertunda satu tahun lamanya.
Bisma dan Franda sudah siap untuk kembali ke Jakarta. Kembali pada
kehidupannya yang dulu sempat dirusak karna keinginan kedua orang tua
yang memaksa dan ingin memiliki cucu.
Franda dan Bisma bagaikan korban kedua orang tuanya.
Namun sedikit pun tidak ada rasa dendam dihati karna berkat kejadian
itu, keduanya menjadi saling menyayangi meski harus berakhir tidak
jelas seperti ini.
"Ima pergi dulu ya mah?
Ima titip Ais.
Ima mau selesaikan kuliah Ima lagi. Pokoknya Ima titip Ais.
Kalau terjadi apa-apa sama Ais, langsung hubungi Ima aja.
Ima sayang sama anak ini. Jadi Ima mohon mamah jaga dan rawat Ais
dengan baik. Ima titip mah.." Bisma mengecup kening Elfaris yang sudah
berada digendongan tante Casma sang mamah. Rasanya begitu berat jika
harus meninggalkan Elfaris dan berpisah dengannya.
"Kamu gak perlu khawatir.
Pokoknya Ais pasti baik-baik aja sama mamah.
Besok lusa papahmu pulang dari Surabaya. Jadi mamah sama papah pasti
akan jagain anak kamu bareng-bareng. Jeng Femmy juga nanti sore akan
kesini. Katanya dia mau tinggal disini buat ikut ngurusin Ais.
Jadi kamu gak perlu khawatir Bis.." jelas tante Casma meyakinkan.
Bisma tersenyum. Rasanya jawaban sang mamah sangat membuatnya puas dan tidak terlalu khawatir akan keadaan Elfaris nanti.
"Yaudah. Ima pamit ya mah?
Sekali lagi titip Ais. Jagain Ais pokoknya."
"Iya-iya, mamah pasti jagain.
Udah sana cepetan berangkat. Franda pasti udah nungguin dari tadi.
Dia aja pamitan sama mamah udah dari tadi, tapi kamu sampe sekarang masih aja berdiri disini. Franda marah tau rasa kamu."
"Hehe, iya yaudah Ima pergi.
Franda emang lagi marah kali mah sama Ima.
Yaudah ah, ayah pergi dulu sayang, mmmuuuacch! Ayah pasti bakalan
kangen banget sama kamu." Bisma kembali mengecup wajah Elfaris sebelum
dirinya beranjak. Ia kemudian bergegas menuju Alphard hitamnya karna
Franda pasti sdah menunggu didalam mobil sana.
"Hemm.. Orang tua kamu itu pasangan yang unik.
Tadi aja kelihatan mesra banget didepan oma. Tapi pas mau berangkat
malah ketus-ketusan gitu. Mana ayah kamu terlalu lelet lagi. Lebay dia.
Masa oma sampe harus berdiri setengah jam disini buat dengerin ocehan
dia, pesan dia dan segala yang gak perlu diucapin.
Padahal gak perlu diminta oma juga pasti jagain kamu. Oma kan sayang
Ais.." tante Casma menggerutu sendiri akan sikap Bisma yang sedikit
membuatnya risih. Ia kemudian membawa Elfaris masuk kedalam rumahnya
setelah mobil Bisma benar-benar tidak terlihat lagi didepan rumahnya.
**
Mobil Alphard hitam ini terus melaju dengan kecepatan sedang. Bisma
mengendarai mobilnya sangat santai meski hening karna tidak ada
percakapan antara dirinya dan Franda.
Sedangkan Franda sendiri malah asik memainkan handphonenya seraya duduk dikursi jok belakang.
Kaca mata bening pun dikenakannya, wajahnya tampak begitu fresh dan natural.
"Udah punya satu anak aja kamu tetep cantik Nda.
Beruntung banget aku bisa jadi suami kamu.
Meski kamu masih marah sama aku. Tapi dimata aku kamu tetep
perempuan paling sempurna.." Bisma membatin seraya menatap wajah cantik
Franda lewah kaca didepannya. Bibirnya sampai tak henti tersenyum
memandangi wanita cantik pemilik hatinya itu.
"Bunda kangen kamu. Baru beberapa menit aja rasanya pingin terus lihat wajah Ais.
Bunda gak bisa jauh dari Ais.
Mudah-mudahan Ais gak nakal yah, gak rewel dan bisa jauh dari bunda.
Disini bunda gak akan lupain Ais ko. Bunda pasti akan terus ingat
sama Ais.." Franda membatin lirih melihat-lihat layar handphonenya yang
begitu banyak terdapat photo bayi mungil Elfaris, malaikat kecilnya.
Bersambung..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Nggak Komentar, Nggak Kece :p