Setelah selesai dibersihkan. Kini Franda beserta bayi mungil yang baru
saja dilahirkannya sudah dipindah ruangkan pada ruangan rawat inap.
Ruangan berbentuk persegi yang cukup besar dan nyaman itu menjadi
saksi bisu kebahagiaan yang dirasakan oleh Franda juga keluarga
besarnya.
"Bayinya cantik yah? Wajahnya mirip Franda."
"Hussh! Bayinya laki-laki pah. Masa papah bilang cantik?"
"Hah? laki-laki ya mah? Duuhh berati papah salah mah.."
"Heem ya emang salah pah, siapa juga yang bilang papah bener.." tante Femmy mendesah sebal.
Franda hanya tertawa kecil melihat tingkah kedua orang tuanya yang
cukup lucu ini. Apalagi tingkah om Stev. Berhenti berulah dengan
handphone, kini ia justru asik dengan cucu pertamanya yang sangat tampan
itu.
"Oh iya mah, B..Bisma kemana yah?" tiba-tiba satu pertanyaan terlontar juga dari bibir tipis perempuan cantik bermata sipit ini.
"Bisma lagi selesaikan biaya administrasinya dulu. Katanya biar gaa..."
"Aduh, maaf yah lama."
Tiba-tiba Bisma masuk dengan tergesa-gesa menghampiri istri juga ibu mertuanya.
"Nahh, itu udah datang.." ujar tante Femmy menoleh mendapati sosok yang ditanyakan oleh putrinya barusan.
"Kenapa memangnya mah?" Bisma memandang tante Femmy bingung.
"Enggak, tadi Franda nanyain kamu. Katanya kamu kemaa.."
"Engh, e..enggak ko Bis, t..tadi aku cumaa, cuma bingung aja ko kamu
gak ada disini. Padahal kan tadi.." Franda menghentikan ucapannya.
"Aku gak akan kemana-mana ko. Aku kan selalu disini, dihati kamu.."
Bisma berjalan pelan mendekati Franda. Berdiri disamping istrinya itu,
menunjuk dada Franda lalu menarik pelan kepala Franda dan mengecupnya
sekilas.
"DEGG!!"
Jantung Franda seolah berhenti berdetak. Tubuhnya menjadi kaku
mendengar sekaligus melihat apa yang dilakukan oleh Bisma terhadapnya.
"Oh iya, anak kita mana Nda? Aku pingin lihat, aku juga pingin
gendong dia.." Bisma berucap kembali. Ia mencari sosok bayi mungil yang
memang belum sempat dilihatnya lagi.
"Ini Bis, dari tadi kan bayinya mamah gendong. Masa kamu tidak
lihat?" tante Femmy menunjukkan bayi mungil nan tampan yang tengah
digendongnya.
"Hehe iya yah? Aduh, gak kelihatan mah.." Bisma cengengesan mendengar ucapan ibu mertuanya.
"Gimana mau kelihatan mah? Orang baru masuk aja yang dicari
istrinya, bukan anaknya. Jadi ya begitu.." om Stev menyindir dengan nada
lucu.
Bisma maupun Franda hanya terkekeh akan hal yang cukup mengundang tawa itu.
Tak lama tante Femmy memberikan bayi mungil yang digendongnya agar beralih untuk Bisma gendong.
"S..sama Franda dulu aja mah. B..Bisma takut. B..belum bisa gendong bayi.." tolak Bisma gugup.
"Iya sini mah, sama Nda aja. Nda pingin gendong.." Franda mengulurkan kedua tangannya.
Dengan senang hati tante Femmy sang mamah pun memberikan bayi mungil itu agar beralih kepangkuan bundanya.
"Pelan-pelan mah, Nda juga gak terlalu bisa gendong bayi.." ujar Franda sangat takut saat memangku buah hatinya.
"Gak papa. Gak perlu takut, seorang anak itu tidak akan apa-apa jika
sama ibunya. Jadi kamu gak perlu takut.." jelas tante Femmy. Franda
mengangguk kecil meng-iyakan. Bibirnya tersenyum saat memandang wajah
bayi mungilnya yang begitu tampan.
"Mukanya mirip aku banget yah?" ujar Bisma tiba-tiba.
Franda menoleh menatap suaminya yang rupanya tengah ikut memandangi wajah jagoan kecil mereka.
"Kayaknya dia takut gak aku akuin sebagai anak deh. Abis mukanya
sampe mirip banget gitu.. Ihh luccu.. Gemessin, anak ayaah.. Uhh." Bisma
berceloteh sendiri melihat wajah bayi mungilnya. Jemarinya mencoba
menyentuh dan mengelus pipi bayi yang masih sangat rentan itu.
"Tapi matanya kaya aku tau. Pipinya juga, apalagi mulutnya.." Franda ikut berujar menatap kekaguman wajah bayi mungilnya.
"Iya sih, tapi tetep aja banyakan mirip sama aku. Lihat dehh.
Halisnya aja kayak aku. Trus kelopak matanya, hidung bahkan dagunya.
Mirip aku tau Nda.." jelas Bisma tak mau kalah.
Franda hanya tersernyum kecil mendengar semua ucapan Bisma.
"Mamah sama papah keluar dulu deh ya? Sekalian mau nunggu mamah papah kamu Bis diluar.
Kalian kayaknya butuh waktu untuk berdua.
Silahkan puas-puasin aja dulu.
Jangan lupa bayinya di adzanin.. Mamah sama papah keluar.."
tiba-tiba tante Femmy berpamitan. Ia rupanya tau apa yang dibutuhkan
oleh putri sekaligus menantunya itu. Tangan om Stev pun ditariknya paksa
untuk keluar ruangan.
"Ahaha orang tua kamu keren.. Mereka pengertian banget Nda, ahaha.."
Bisma terkekeh senang melihat apa yang terjadi didepan kedua bola
matanya. Kejadian langka yang baru kali ini didapat juga dirasakannya.
"Mamah sama papah juga pernah muda kali Bis, jadi ya mereka tau apa
yang dibutuhkan sama anak-anaknya." Franda berujar seraya
menyentuh-nyentuh pelan pipi bayi mungilnya.
"Oh iya, sebelumnya aku mau bilang makasih nih sama kamu.
Makasih karna udah mau berjuang buat lahirin anak aku kedunia ini.
Makasih juga udah mau rawat dan jagain dia selama didalam kandungan.
Makasih banyak yah? Aku ngerasa punya banyak hutang budi sama kamu."
Tiba-tiba Franda menatap wajah Bisma serius. Ucapan lelaki ini
sangat berbeda dengan biasanya. Ia bahkan menggunakan kata Aku-Kamu.
Bukan Lo-Gue lagi.
"Melahirkan seorang anak itu taruhannya adalah nyawa.
Tadinya gue gak percaya kalau lo bisa lahirin anak gue dengan
selamat dan normal. Tapi ternyata semua dugaan gue salah. Lo justru bisa
lahirin anak ini dengan selamat, sehat dan itu dengan jalan normal
bukan operasi atau cesar." ujarnya kembali.
Lagi-lagi Franda dibuat tidak berkedip akan semua ucapan Bisma.
Barusan ia menggunakan kalimat Aku-Kamu, dan sekarang sudah Lo-Gue lagi.
Hemm benar-benar makhluk super aneh lelaki cungkring tapi sangat tampan
yang satu ini.
"Ko diem terus sih? Gak suka yah sama ucapan gue barusan, hem?"
"Eh, e..enggak. G..gue gak papa ko. G..gue gak papa.." Franda tampak gugup dan kebingungan sendiri.
"Sini deh, gue pengen gendong. Pengen adzanin bayinya. Sini Nda.."
pinta Bisma tiba-tiba. Ia mengulurkan kedua tangannya untuk menggendong
buah hati kecilnya yang tengah Franda pangku.
Franda menurut. Ia memberikan bayi mungilnya itu pada gendongan
Bisma. Memberikannya dengan sangat pelan dan hati-hati karna masih belum
terbiasa.
"Tolong rekam yah? Gue pengen adegan kayak gini diabadikan.." Bisma merogoh BB hitamnya lalu diberikannya pada Franda.
"R..rekam? M..maksudnya?" Franda menatap BB Bisma bingung.
"Gue mau adzanin bayi ini. Tapi lo harus rekam. Biar nantinya bisa
dijadikan kenang-kenangan trus gue bisa inget sama anak gue terus.."
jelas Bisma sangat menyentuh dan ternyata bisa berfikir sejauh itu.
Franda tersenyum. Ia mulai mencari camera video di BB yang
dipegangnya itu. Mulai menyalakannya dan merekam apa yang hendak
dilakukan oleh Bisma terhadap bayinya.
"Allahu akbar Allahu akbar..
Allah...hu Akbar
Allah...hu Akbar..
Asyhadu anlailaah.. Haillalloh.."
Air mata Franda keluar dari pelupuk mata sipitnya. Suara merdu Bisma
saat mengumandangkan suara Adzan mampu membuat air matanya berlinang.
Hatinya sangat terharu melihat adegan yang terjadi didepan matanya itu.
Bibirnya tidak mampu berucap apapun. Semuanya seolah telah menyihirnya.
Suara yang begitu indah nan merdu. Ditambah makna dari kalimat adzan juga iqomah yang Bisma kumandangkan.
"Bangga banget aku bisa jadi istri kamu Bis.
Rasanya kamu sekarang berbeda.
Aku merasa ini diri kamu yang sebenarnya.
Baik, penyayang, dan begitu penuh cinta.
Aku gak bisa bohongin hati aku lagi.
Aku sayang kamu dan aku gak mau kehilangan kamu.." sambil terus
merekam Bisma dan bayi mungilnya. Air mata Franda tak henti keluar. Ia
hanya mampu berucap dalam hati atas semua kebahagiaan yang dirasakannya
pada hari ini.
**
"Jadi cucuku laki-laki Stev?"
"Benar Harison, cucu kita laki-laki. Sangat tampan dan lucu. Aku saja sampai tidak mau jauh dengannya.
Cepat kau kemari, aku sudah tidak sabar ingin melihat ekspresimu nantinya, haha."
"Sial! Tapi disini semua kendaraan tidak bisa melaju. Bagaimana ini?
Aku masih dijalan juga Stev. Kau jangan membuatku semakin penasaran. Cucuku pasti sangat mirip denganku. Aku yakin itu."
"Haha cucuku itu sangat mirip denganku tentunya Harison. Matanya
saja sipit seperti mataku, apalagi wajahnya itu wajahku sekali
Harison.."
"Kau pasti bergurau. Mana mungkin bisa semirip itu. Cucu kita itu
anak Bisma. Jadi sudah pasti akan mirip dengan ayahnya, bukan dengan
eyangnya yang sudah tua sepertimu."
"Heh? Apa itu? Masa aku disebut sudah tua?"
"Itu memang kenyataan.."
"Tidak-tidak. Kau saja yang sudah tua. Aku masih sangat muda dan kekar. Lihat saja tubuhku."
"Tapi tetap saja usia itu tidak bisa dibohongi Stev, haha.."
"Haduuh.. Ya Tuhan.. Kenapa suamiku jadi kayak gini?
Gak bisa jauh dari handphone dan selalu bersikap kayak anak kecil kalau udah ngobrol sama pak Harison.
Hemmp Franda Franda.. Ko bisa sih papah kamu jadi seperti ini Fran?
Mamah gak ngerti.." tante Femmy menghela nafasnya. Menggelengkan
kepalanya tidak percaya akan apa yang dilihat juga didengarnya akan
sikap suami satu-satunya ini.
"Bu Casma belum juga datang. Kalau papah kamu asik dengan pak Harison. Kenapa mamah enggak?
Mending telfon bu Casma aja. Siapa tau bisa manas-manasin dia juga tentang cucu pertama mamah yang lucu dan tampan itu.
Hihii kenapa gak dari tadi aja yah? Ummmhh" akhirnya tante Femmy pun
ikut mengeluarkan handphonenya. Mencari kontak nomor tante Casma ibu
dari menantunya itu. Menghubunginya lalu bercakap ria seperti apa yang
dilakukan oleh om Stev sang suami.*Hadeeeehh ini sih sebelas-duabelas
namanya*ehh? #Abailkan!
**
"Bayinya tidur terus. Dari tadi matanya gak mau dibuka." Bisma
menyentuh pelan kelopak mata bayi mungil yang baru saja selesai diadzani
olehnya.
"Biarin aja. Namanya juga masih bayi, sini deh biar aku gendong.." pinta Franda mengulurkan tangannya.
Bisma memberikan bayi mungil yang belum juga diberinya nama itu pada pangkuan Franda.
"Heey.. Matanya langsung dibuka. Dia berkedip Bis, ihh lucu
banget.." Franda tersenyum kagum melihat apa yang baru saja dilakukan
oleh putra kecilnya.
"Kayaknya dia haus deh.." Bisma meletakkan jari telunjuknya pada
mulut bayi mungil tersebut. Bayi tampan itu membuka-buka mulutnya. Jari
telunjuk Bisma sampai diikuti arahnya, ia sepertinya memang merasa haus.
"Kasih ASI gih, kasian.. Dia kehausan Nda.." Bisma masih asik menyentuh-nyentuh bibir bayi mungilnya itu dengan jemarinya.
"ASI? M..maksud kamu?" Franda melirik Bisma bingung.
"Hemz.. Ya ASI Nda. Air Susu Ibu. Masa kamu gak tau ASI?" jelas Bisma sedikit mendesah geram.
"Tapi gimana caranya? Aku kan gak punya asi?"
"HAH?" Bisma melotot kaget.
"Engh, m..maksudnya tuh, a..aku kan emang gak punya Bis. Kita beli aja deh.. Gimana?" tawar Franda polos.
"Haduhh.. Lo tuh pura-pura dong-dong atau emang beneran dong-dong sih?" Bisma tampak kesal.
"Ko lo ngomongnya gitu?" protes Franda tidak terima.
"Ya abis elo. Masa iya ASI beli. Kalo Asi beli buat apa dong tuh dada lo?"
"Hah? Maksud lo?" Franda langsung menutupi dadanya yang tertutup rapi dengan baju pasien yang ia kenakan.
"Ya Tuhaaan.. Lo tuh parah ya? Ya maksud gue tuh ngapain coba Tuhan
nyiptain dada cewek lebih besar dari pada cowok? Itu semua tuh karna Asi
Fran, ASI!!" jelas Bisma mulai jengkel.
"Gue gak ngerti. Apa hubungannya dada perempuan sama Asi?" satu
pertanyaan polos Franda lontarkan. Alhasil satu toyoran pun mendarat
diatas kepalanya.
"Isssh gak usah pake toyor kali!" protes Franda menepis tangan Bisma.
"Biarin aja! Biar otak lo bener!
Lagian masa Asi aja gak ngerti?
Kalo dada gue gede, gue yang bakalan kasih Asi sama anak ini, dan
namanya mungkin gak akan Asi lagi, tapi ASA! Air Susu Ayah, ngerti?"
gertak Bisma semakin dibuat emosi akan kepolosan Franda.
"Gue gak ngerti lo ngomong apaan.. Dari tadi ngomongin Asi sama Asa. Apaan coba?" ujar Franda enteng.
"Eerrrrrrr... Gue jitak juga lu Fran. Parah banget sih nih cewek. Errrrr!!" Bisma membatin dibuat penuh emosi.
"Oeeek.. Oeeek.." tiba-tiba bayi yang tengah Franda pangku menangis.
Suaranya cukup kecang. Ia terganggu dari rasa nyaman dan tenangnya
akibat keributan kedua orang tuanya.
"Tuh kan bayinya nangis. Elo sih.."
"Ko Gue?"
"Ya siapa dong? Masa mamah?" Franda tampak sewot.
Bisma hanya menghela nafasnya. Menggaruk belakang kepalanya akan ucapan sewot Franda yang membuat ia tidak dapat berbicara lagi.
"Ini gimana cara nenanginnya?" Franda memandang Bisma dengan wajah panik dan bingung.
"Ya tinggal kasih Asi, pasti langsung diem."
"Caranya?"
"Lo beneran gak tau?"
Franda menggeleng lemah dengan wajah polosnya.
"Hufh.. Oke, yaudah gue kasih tau." Bisma membuang nafasnya menahan
amarahnya lagi agar lebih sabar karna sepertinya Franda memang tidak
tahu.
"Cepetan! Kasian bayinya nangis terus.." suruh Franda tidak sabaran.
"Iya-iya sebentar.." Bisma berdiri disamping Franda dan semakin mendekatkan dirinya.
Franda sendiri masih tetap berada dalam posisi duduk dan bersender
diatas ranjang rawatnya. Bayi mungilnya ia pangku dan tengah ia coba
untuk tenangkan.
"Lo coba buka dua atau tiga kancing baju lo deh, yang bagian atas.." suruh Bisma tiba-tiba.
"Hah? M..maksud lo?" Franda membolakan matanya kaget.
"Gue gak bakal ngapa-ngapain. Udah buka aja. Bukan buat gue ko, tapi buat anak ini.." jelas Bisma.
Akhirnya Franda pun menurut. Meski sangat ragu, namun ia mengikuti apa yang Bisma ucapkan.
"Lo balik badan!" ujar Franda ketus. Bisma menurut dan memutar badannya membelakangi Franda.
"Udah belum?"
"Belum.."
"Kalau udah, lo coba arahin mulut bayi kita biar ngehisap dada lo. Nanti dari dada lo itu akan keluar Asi atau Air Susu Ibu.
Lo gak perlu tanya dari mana Asi itu dan kenapa bisa keluar.
Lo perempuan, lo habis melahirkan dan setau gue Asi itu pasti akan
keluar pada seorang perempuan yang habis melahirkan.." jelas Bisma
menjelaskan begitu rinci agar Franda mengerti dan tidak bertanya apalagi
berprotes padanya.
"Aw, ssh.. Sakit tau!" Franda sedikit merintih saat mulut bayi mungilnya itu menghisap Asi darinya.
Bisma terkekeh. Ingin sekali ia membalikkan badannya dan melihat apa yang dilakukan Franda dengan bayi mungilnya.
"Dihisap gak?"
"I..iya, tapi sakit.."
"Ya namanya juga baru pertama. Entar juga udah biasa.
Tapi Asinya keluar kan?"
"I..iya keluar. Ko bisa sih?"
"Ya bisa lah, kan elo habis melahirkan. Lo dong-dong banget sih?
Makanya kalo lagi periksa ke dokter tuh dengerin dan perhatiin. Gue aja
tau, masa elo gak tau." jelas Bisma geram.
"Iya-iya. Lagian menurut gue itu semua gak penting." Ujar Franda enteng.
Bisma hanya mengelus dadanya akan ucapan perempuan cantik itu.
Selanjutnya suasana pun menjadi hening. Franda begitu asik saat
memberikan Asi-nya pada sang bayi. Ia begitu menikmati indahnya menjadi
seorang Ibu.
"Ternyata ngasih Asi sama bayi itu rasanya kayak gini yah?
Hati tuh berasa tenang banget. Apalagi kalau sambil lihatin wajah
bayi ini, ada rasa bangga dan kagum dari hati.." tiba-tiba Franda
berujar dengan senyuman lebarnya.
Bisma membalikkan tubuhnya. Ia ikut tersenyum melihat Franda juga jagoan kecilnya yang tengah diberikan Asi.
"Itu berati anak ini bawa berkah.
Jangankan elo, gue aja kalau lihat wajah bayi ini langsung tenang
banget. Hati serasa damai, gak ada beban apalagi dendam.." Bisma
berjalan menghampiri Franda. Ia mendekatkan jemarinya dan mengelus pipi
bayi mungilnya yang masih asik menghisap Asi sang bunda.
"Gak nyangka ternyata jadi Ibu itu indah.." Franda ikut memandang dan mengelus wajah bayi mungilnya.
"Muach, jadi ayah juga indah Nda. Indah banget malah.." Bisma mengecup pipi bayi mungilnya dan tersenyum menatap Franda.
"Tapi lo gak akan bisa rasain gimana nyaman dan luar biasanya menyusui seperti ini Bis. Ada kebanggaan tersendiri.
Ini lebih dari rasa apapun. Nyaman dan benar-benar membuat diri
sendiri bangga karna bisa melahirkan sosok yang begitu lucu, mungil,
tampan, dan tentunya sosok itu hidup.." jelas Franda tak jemu memandang
wajah malaikat kecilnya.
"Muach! Udah ah ngocehnya. Kasih Asi-nya dulu sampai anak kita puas.
Gue gak kuat lihat adegan kayak gini lama-lama.
Dari tadi berusaha gak ngelihat, tapi kelihatan..
Jadi berhentilah mengoceh bunda, ayah takut gak bisa nahan nafsu ayah.
Bunda gak mau kan kalau anak kita rebutan Asi sama ayahnya? Kan gak lucu.."
"HAH?" Franda langsung buru-buru menutup dadanya yang sedikit terbuka itu dengan telapak tangan.
"Hahaha telat sayangkuuh.. Aku udah lihat dari tadi.. Ahaha.."
"Issssh Bismaaaaaaaaaaa BALIK BADAN cepeeeett!!!" teriak Franda emosi.
"Haha.. Iya-iya. Lagian dilihat sama suami ini. Apa salahnya coba?"
Bisma membalikkan baannya membelakangi Franda. Mulutnya tak henti
menahan tawa akibat kepolosan Franda yang benar-benar mengundang tawa.
"Rasanya ini bahagia banget.
Ya Tuhaaan.. Aku sayang sama makhluk ciptaan-Mu yang sangat cantik itu..
Dia bisa membuatku bahagia Tuhan..
Tolong jangan pisahkan aku dengannya. Tolong.." Bisma membatin penuh
harap. Bibirnya tersenyum penuh rasa bahagia, sesekali kepalanya
menoleh melihat Franda juga bayi mungilnya.
"JANGAN NENGOK!" bentak Franda kesal.
Bersambung...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Nggak Komentar, Nggak Kece :p