Jumat, 02 Mei 2014

Perjanjian Cinta #Part 17

Setelah selesai dibersihkan. Kini Franda beserta bayi mungil yang baru saja dilahirkannya sudah dipindah ruangkan pada ruangan rawat inap.
Ruangan berbentuk persegi yang cukup besar dan nyaman itu menjadi saksi bisu kebahagiaan yang dirasakan oleh Franda juga keluarga besarnya.



"Bayinya cantik yah? Wajahnya mirip Franda."

"Hussh! Bayinya laki-laki pah. Masa papah bilang cantik?"

"Hah? laki-laki ya mah? Duuhh berati papah salah mah.."

"Heem ya emang salah pah, siapa juga yang bilang papah bener.." tante Femmy mendesah sebal.

Franda hanya tertawa kecil melihat tingkah kedua orang tuanya yang cukup lucu ini. Apalagi tingkah om Stev. Berhenti berulah dengan handphone, kini ia justru asik dengan cucu pertamanya yang sangat tampan itu.

"Oh iya mah, B..Bisma kemana yah?" tiba-tiba satu pertanyaan terlontar juga dari bibir tipis perempuan cantik bermata sipit ini.

"Bisma lagi selesaikan biaya administrasinya dulu. Katanya biar gaa..."

"Aduh, maaf yah lama."

Tiba-tiba Bisma masuk dengan tergesa-gesa menghampiri istri juga ibu mertuanya.

"Nahh, itu udah datang.." ujar tante Femmy menoleh mendapati sosok yang ditanyakan oleh putrinya barusan.

"Kenapa memangnya mah?" Bisma memandang tante Femmy bingung.

"Enggak, tadi Franda nanyain kamu. Katanya kamu kemaa.."

"Engh, e..enggak ko Bis, t..tadi aku cumaa, cuma bingung aja ko kamu gak ada disini. Padahal kan tadi.." Franda menghentikan ucapannya.

"Aku gak akan kemana-mana ko. Aku kan selalu disini, dihati kamu.." Bisma berjalan pelan mendekati Franda. Berdiri disamping istrinya itu, menunjuk dada Franda lalu menarik pelan kepala Franda dan mengecupnya sekilas.


"DEGG!!"

Jantung Franda seolah berhenti berdetak. Tubuhnya menjadi kaku mendengar sekaligus melihat apa yang dilakukan oleh Bisma terhadapnya.

"Oh iya, anak kita mana Nda? Aku pingin lihat, aku juga pingin gendong dia.." Bisma berucap kembali. Ia mencari sosok bayi mungil yang memang belum sempat dilihatnya lagi.

"Ini Bis, dari tadi kan bayinya mamah gendong. Masa kamu tidak lihat?" tante Femmy menunjukkan bayi mungil nan tampan yang tengah digendongnya.

"Hehe iya yah? Aduh, gak kelihatan mah.." Bisma cengengesan mendengar ucapan ibu mertuanya.

"Gimana mau kelihatan mah? Orang baru masuk aja yang dicari istrinya, bukan anaknya. Jadi ya begitu.." om Stev menyindir dengan nada lucu.

Bisma maupun Franda hanya terkekeh akan hal yang cukup mengundang tawa itu.
Tak lama tante Femmy memberikan bayi mungil yang digendongnya agar beralih untuk Bisma gendong.

"S..sama Franda dulu aja mah. B..Bisma takut. B..belum bisa gendong bayi.." tolak Bisma gugup.

"Iya sini mah, sama Nda aja. Nda pingin gendong.." Franda mengulurkan kedua tangannya.
Dengan senang hati tante Femmy sang mamah pun memberikan bayi mungil itu agar beralih kepangkuan bundanya.

"Pelan-pelan mah, Nda juga gak terlalu bisa gendong bayi.." ujar Franda sangat takut saat memangku buah hatinya.

"Gak papa. Gak perlu takut, seorang anak itu tidak akan apa-apa jika sama ibunya. Jadi kamu gak perlu takut.." jelas tante Femmy. Franda mengangguk kecil meng-iyakan. Bibirnya tersenyum saat memandang wajah bayi mungilnya yang begitu tampan.

"Mukanya mirip aku banget yah?" ujar Bisma tiba-tiba.

Franda menoleh menatap suaminya yang rupanya tengah ikut memandangi wajah jagoan kecil mereka.

"Kayaknya dia takut gak aku akuin sebagai anak deh. Abis mukanya sampe mirip banget gitu.. Ihh luccu.. Gemessin, anak ayaah.. Uhh." Bisma berceloteh sendiri melihat wajah bayi mungilnya. Jemarinya mencoba menyentuh dan mengelus pipi bayi yang masih sangat rentan itu.

"Tapi matanya kaya aku tau. Pipinya juga, apalagi mulutnya.." Franda ikut berujar menatap kekaguman wajah bayi mungilnya.

"Iya sih, tapi tetep aja banyakan mirip sama aku. Lihat dehh. Halisnya aja kayak aku. Trus kelopak matanya, hidung bahkan dagunya. Mirip aku tau Nda.." jelas Bisma tak mau kalah.

Franda hanya tersernyum kecil mendengar semua ucapan Bisma.

"Mamah sama papah keluar dulu deh ya? Sekalian mau nunggu mamah papah kamu Bis diluar.
Kalian kayaknya butuh waktu untuk berdua.
Silahkan puas-puasin aja dulu.
Jangan lupa bayinya di adzanin.. Mamah sama papah keluar.." tiba-tiba tante Femmy berpamitan. Ia rupanya tau apa yang dibutuhkan oleh putri sekaligus menantunya itu. Tangan om Stev pun ditariknya paksa untuk keluar ruangan.

"Ahaha orang tua kamu keren.. Mereka pengertian banget Nda, ahaha.." Bisma terkekeh senang melihat apa yang terjadi didepan kedua bola matanya. Kejadian langka yang baru kali ini didapat juga dirasakannya.

"Mamah sama papah juga pernah muda kali Bis, jadi ya mereka tau apa yang dibutuhkan sama anak-anaknya." Franda berujar seraya menyentuh-nyentuh pelan pipi bayi mungilnya.

"Oh iya, sebelumnya aku mau bilang makasih nih sama kamu.
Makasih karna udah mau berjuang buat lahirin anak aku kedunia ini.
Makasih juga udah mau rawat dan jagain dia selama didalam kandungan.
Makasih banyak yah? Aku ngerasa punya banyak hutang budi sama kamu."

Tiba-tiba Franda menatap wajah Bisma serius. Ucapan lelaki ini sangat berbeda dengan biasanya. Ia bahkan menggunakan kata Aku-Kamu. Bukan Lo-Gue lagi.

"Melahirkan seorang anak itu taruhannya adalah nyawa.
Tadinya gue gak percaya kalau lo bisa lahirin anak gue dengan selamat dan normal. Tapi ternyata semua dugaan gue salah. Lo justru bisa lahirin anak ini dengan selamat, sehat dan itu dengan jalan normal bukan operasi atau cesar." ujarnya kembali.
Lagi-lagi Franda dibuat tidak berkedip akan semua ucapan Bisma. Barusan ia menggunakan kalimat Aku-Kamu, dan sekarang sudah Lo-Gue lagi. Hemm benar-benar makhluk super aneh lelaki cungkring tapi sangat tampan yang satu ini.

"Ko diem terus sih? Gak suka yah sama ucapan gue barusan, hem?"

"Eh, e..enggak. G..gue gak papa ko. G..gue gak papa.." Franda tampak gugup dan kebingungan sendiri.

"Sini deh, gue pengen gendong. Pengen adzanin bayinya. Sini Nda.." pinta Bisma tiba-tiba. Ia mengulurkan kedua tangannya untuk menggendong buah hati kecilnya yang tengah Franda pangku.

Franda menurut. Ia memberikan bayi mungilnya itu pada gendongan Bisma. Memberikannya dengan sangat pelan dan hati-hati karna masih belum terbiasa.

"Tolong rekam yah? Gue pengen adegan kayak gini diabadikan.." Bisma merogoh BB hitamnya lalu diberikannya pada Franda.

"R..rekam? M..maksudnya?" Franda menatap BB Bisma bingung.

"Gue mau adzanin bayi ini. Tapi lo harus rekam. Biar nantinya bisa dijadikan kenang-kenangan trus gue bisa inget sama anak gue terus.." jelas Bisma sangat menyentuh dan ternyata bisa berfikir sejauh itu.

Franda tersenyum. Ia mulai mencari camera video di BB yang dipegangnya itu. Mulai menyalakannya dan merekam apa yang hendak dilakukan oleh Bisma terhadap bayinya.

"Allahu akbar Allahu akbar..
Allah...hu Akbar
Allah...hu Akbar..
Asyhadu anlailaah.. Haillalloh.."

Air mata Franda keluar dari pelupuk mata sipitnya. Suara merdu Bisma saat mengumandangkan suara Adzan mampu membuat air matanya berlinang. Hatinya sangat terharu melihat adegan yang terjadi didepan matanya itu. Bibirnya tidak mampu berucap apapun. Semuanya seolah telah menyihirnya.
Suara yang begitu indah nan merdu. Ditambah makna dari kalimat adzan juga iqomah yang Bisma kumandangkan.

"Bangga banget aku bisa jadi istri kamu Bis.
Rasanya kamu sekarang berbeda.
Aku merasa ini diri kamu yang sebenarnya.
Baik, penyayang, dan begitu penuh cinta.
Aku gak bisa bohongin hati aku lagi.
Aku sayang kamu dan aku gak mau kehilangan kamu.." sambil terus merekam Bisma dan bayi mungilnya. Air mata Franda tak henti keluar. Ia hanya mampu berucap dalam hati atas semua kebahagiaan yang dirasakannya pada hari ini.






**
"Jadi cucuku laki-laki Stev?"

"Benar Harison, cucu kita laki-laki. Sangat tampan dan lucu. Aku saja sampai tidak mau jauh dengannya.
Cepat kau kemari, aku sudah tidak sabar ingin melihat ekspresimu nantinya, haha."

"Sial! Tapi disini semua kendaraan tidak bisa melaju. Bagaimana ini?
Aku masih dijalan juga Stev. Kau jangan membuatku semakin penasaran. Cucuku pasti sangat mirip denganku. Aku yakin itu."

"Haha cucuku itu sangat mirip denganku tentunya Harison. Matanya saja sipit seperti mataku, apalagi wajahnya itu wajahku sekali Harison.."

"Kau pasti bergurau. Mana mungkin bisa semirip itu. Cucu kita itu anak Bisma. Jadi sudah pasti akan mirip dengan ayahnya, bukan dengan eyangnya yang sudah tua sepertimu."

"Heh? Apa itu? Masa aku disebut sudah tua?"

"Itu memang kenyataan.."

"Tidak-tidak. Kau saja yang sudah tua. Aku masih sangat muda dan kekar. Lihat saja tubuhku."

"Tapi tetap saja usia itu tidak bisa dibohongi Stev, haha.."


"Haduuh.. Ya Tuhan.. Kenapa suamiku jadi kayak gini?
Gak bisa jauh dari handphone dan selalu bersikap kayak anak kecil kalau udah ngobrol sama pak Harison.
Hemmp Franda Franda.. Ko bisa sih papah kamu jadi seperti ini Fran? Mamah gak ngerti.." tante Femmy menghela nafasnya. Menggelengkan kepalanya tidak percaya akan apa yang dilihat juga didengarnya akan sikap suami satu-satunya ini.

"Bu Casma belum juga datang. Kalau papah kamu asik dengan pak Harison. Kenapa mamah enggak?
Mending telfon bu Casma aja. Siapa tau bisa manas-manasin dia juga tentang cucu pertama mamah yang lucu dan tampan itu.
Hihii kenapa gak dari tadi aja yah? Ummmhh" akhirnya tante Femmy pun ikut mengeluarkan handphonenya. Mencari kontak nomor tante Casma ibu dari menantunya itu. Menghubunginya lalu bercakap ria seperti apa yang dilakukan oleh om Stev sang suami.*Hadeeeehh ini sih sebelas-duabelas namanya*ehh? #Abailkan!





**
"Bayinya tidur terus. Dari tadi matanya gak mau dibuka." Bisma menyentuh pelan kelopak mata bayi mungil yang baru saja selesai diadzani olehnya.

"Biarin aja. Namanya juga masih bayi, sini deh biar aku gendong.." pinta Franda mengulurkan tangannya.

Bisma memberikan bayi mungil yang belum juga diberinya nama itu pada pangkuan Franda.

"Heey.. Matanya langsung dibuka. Dia berkedip Bis, ihh lucu banget.." Franda tersenyum kagum melihat apa yang baru saja dilakukan oleh putra kecilnya.

"Kayaknya dia haus deh.." Bisma meletakkan jari telunjuknya pada mulut bayi mungil tersebut. Bayi tampan itu membuka-buka mulutnya. Jari telunjuk Bisma sampai diikuti arahnya, ia sepertinya memang merasa haus.

"Kasih ASI gih, kasian.. Dia kehausan Nda.." Bisma masih asik menyentuh-nyentuh bibir bayi mungilnya itu dengan jemarinya.

"ASI? M..maksud kamu?" Franda melirik Bisma bingung.

"Hemz.. Ya ASI Nda. Air Susu Ibu. Masa kamu gak tau ASI?" jelas Bisma sedikit mendesah geram.

"Tapi gimana caranya? Aku kan gak punya asi?"

"HAH?" Bisma melotot kaget.

"Engh, m..maksudnya tuh, a..aku kan emang gak punya Bis. Kita beli aja deh.. Gimana?" tawar Franda polos.

"Haduhh.. Lo tuh pura-pura dong-dong atau emang beneran dong-dong sih?" Bisma tampak kesal.

"Ko lo ngomongnya gitu?" protes Franda tidak terima.

"Ya abis elo. Masa iya ASI beli. Kalo Asi beli buat apa dong tuh dada lo?"

"Hah? Maksud lo?" Franda langsung menutupi dadanya yang tertutup rapi dengan baju pasien yang ia kenakan.

"Ya Tuhaaan.. Lo tuh parah ya? Ya maksud gue tuh ngapain coba Tuhan nyiptain dada cewek lebih besar dari pada cowok? Itu semua tuh karna Asi Fran, ASI!!" jelas Bisma mulai jengkel.

"Gue gak ngerti. Apa hubungannya dada perempuan sama Asi?" satu pertanyaan polos Franda lontarkan. Alhasil satu toyoran pun mendarat diatas kepalanya.

"Isssh gak usah pake toyor kali!" protes Franda menepis tangan Bisma.

"Biarin aja! Biar otak lo bener!
Lagian masa Asi aja gak ngerti?
Kalo dada gue gede, gue yang bakalan kasih Asi sama anak ini, dan namanya mungkin gak akan Asi lagi, tapi ASA! Air Susu Ayah, ngerti?" gertak Bisma semakin dibuat emosi akan kepolosan Franda.

"Gue gak ngerti lo ngomong apaan.. Dari tadi ngomongin Asi sama Asa. Apaan coba?" ujar Franda enteng.

"Eerrrrrrr... Gue jitak juga lu Fran. Parah banget sih nih cewek. Errrrr!!" Bisma membatin dibuat penuh emosi.

"Oeeek.. Oeeek.." tiba-tiba bayi yang tengah Franda pangku menangis. Suaranya cukup kecang. Ia terganggu dari rasa nyaman dan tenangnya akibat keributan kedua orang tuanya.

"Tuh kan bayinya nangis. Elo sih.."

"Ko Gue?"

"Ya siapa dong? Masa mamah?" Franda tampak sewot.

Bisma hanya menghela nafasnya. Menggaruk belakang kepalanya akan ucapan sewot Franda yang membuat ia tidak dapat berbicara lagi.

"Ini gimana cara nenanginnya?" Franda memandang Bisma dengan wajah panik dan bingung.

"Ya tinggal kasih Asi, pasti langsung diem."

"Caranya?"

"Lo beneran gak tau?"

Franda menggeleng lemah dengan wajah polosnya.

"Hufh.. Oke, yaudah gue kasih tau." Bisma membuang nafasnya menahan amarahnya lagi agar lebih sabar karna sepertinya Franda memang tidak tahu.

"Cepetan! Kasian bayinya nangis terus.." suruh Franda tidak sabaran.

"Iya-iya sebentar.." Bisma berdiri disamping Franda dan semakin mendekatkan dirinya.

Franda sendiri masih tetap berada dalam posisi duduk dan bersender diatas ranjang rawatnya. Bayi mungilnya ia pangku dan tengah ia coba untuk tenangkan.

"Lo coba buka dua atau tiga kancing baju lo deh, yang bagian atas.." suruh Bisma tiba-tiba.

"Hah? M..maksud lo?" Franda membolakan matanya kaget.

"Gue gak bakal ngapa-ngapain. Udah buka aja. Bukan buat gue ko, tapi buat anak ini.." jelas Bisma.

Akhirnya Franda pun menurut. Meski sangat ragu, namun ia mengikuti apa yang Bisma ucapkan.

"Lo balik badan!" ujar Franda ketus. Bisma menurut dan memutar badannya membelakangi Franda.

"Udah belum?"

"Belum.."

"Kalau udah, lo coba arahin mulut bayi kita biar ngehisap dada lo. Nanti dari dada lo itu akan keluar Asi atau Air Susu Ibu.
Lo gak perlu tanya dari mana Asi itu dan kenapa bisa keluar.
Lo perempuan, lo habis melahirkan dan setau gue Asi itu pasti akan keluar pada seorang perempuan yang habis melahirkan.." jelas Bisma menjelaskan begitu rinci agar Franda mengerti dan tidak bertanya apalagi berprotes padanya.

"Aw, ssh.. Sakit tau!" Franda sedikit merintih saat mulut bayi mungilnya itu menghisap Asi darinya.

Bisma terkekeh. Ingin sekali ia membalikkan badannya dan melihat apa yang dilakukan Franda dengan bayi mungilnya.

"Dihisap gak?"

"I..iya, tapi sakit.."

"Ya namanya juga baru pertama. Entar juga udah biasa.
Tapi Asinya keluar kan?"

"I..iya keluar. Ko bisa sih?"

"Ya bisa lah, kan elo habis melahirkan. Lo dong-dong banget sih? Makanya kalo lagi periksa ke dokter tuh dengerin dan perhatiin. Gue aja tau, masa elo gak tau." jelas Bisma geram.

"Iya-iya. Lagian menurut gue itu semua gak penting." Ujar Franda enteng.

Bisma hanya mengelus dadanya akan ucapan perempuan cantik itu.

Selanjutnya suasana pun menjadi hening. Franda begitu asik saat memberikan Asi-nya pada sang bayi. Ia begitu menikmati indahnya menjadi seorang Ibu.

"Ternyata ngasih Asi sama bayi itu rasanya kayak gini yah?
Hati tuh berasa tenang banget. Apalagi kalau sambil lihatin wajah bayi ini, ada rasa bangga dan kagum dari hati.." tiba-tiba Franda berujar dengan senyuman lebarnya.

Bisma membalikkan tubuhnya. Ia ikut tersenyum melihat Franda juga jagoan kecilnya yang tengah diberikan Asi.

"Itu berati anak ini bawa berkah.
Jangankan elo, gue aja kalau lihat wajah bayi ini langsung tenang banget. Hati serasa damai, gak ada beban apalagi dendam.." Bisma berjalan menghampiri Franda. Ia mendekatkan jemarinya dan mengelus pipi bayi mungilnya yang masih asik menghisap Asi sang bunda.

"Gak nyangka ternyata jadi Ibu itu indah.." Franda ikut memandang dan mengelus wajah bayi mungilnya.

"Muach, jadi ayah juga indah Nda. Indah banget malah.." Bisma mengecup pipi bayi mungilnya dan tersenyum menatap Franda.

"Tapi lo gak akan bisa rasain gimana nyaman dan luar biasanya menyusui seperti ini Bis. Ada kebanggaan tersendiri.
Ini lebih dari rasa apapun. Nyaman dan benar-benar membuat diri sendiri bangga karna bisa melahirkan sosok yang begitu lucu, mungil, tampan, dan tentunya sosok itu hidup.." jelas Franda tak jemu memandang wajah malaikat kecilnya.

"Muach! Udah ah ngocehnya. Kasih Asi-nya dulu sampai anak kita puas.
Gue gak kuat lihat adegan kayak gini lama-lama.
Dari tadi berusaha gak ngelihat, tapi kelihatan..
Jadi berhentilah mengoceh bunda, ayah takut gak bisa nahan nafsu ayah.
Bunda gak mau kan kalau anak kita rebutan Asi sama ayahnya? Kan gak lucu.."

"HAH?" Franda langsung buru-buru menutup dadanya yang sedikit terbuka itu dengan telapak tangan.

"Hahaha telat sayangkuuh.. Aku udah lihat dari tadi.. Ahaha.."

"Issssh Bismaaaaaaaaaaa BALIK BADAN cepeeeett!!!" teriak Franda emosi.

"Haha.. Iya-iya. Lagian dilihat sama suami ini. Apa salahnya coba?" Bisma membalikkan baannya membelakangi Franda. Mulutnya tak henti menahan tawa akibat kepolosan Franda yang benar-benar mengundang tawa.

"Rasanya ini bahagia banget.
Ya Tuhaaan.. Aku sayang sama makhluk ciptaan-Mu yang sangat cantik itu..
Dia bisa membuatku bahagia Tuhan..
Tolong jangan pisahkan aku dengannya. Tolong.." Bisma membatin penuh harap. Bibirnya tersenyum penuh rasa bahagia, sesekali kepalanya menoleh melihat Franda juga bayi mungilnya.


"JANGAN NENGOK!" bentak Franda kesal.










Bersambung...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Nggak Komentar, Nggak Kece :p