Setelah merasa puas mengobrol dan berbincang hangat dengan kedua sahabatnya. Akhirnya Bisma memutuskan untuk pulang.
Selain waktu yang sudah cukup sore. Bisma juga tidak enak dan takut kalau Franda mencarinya.
"Yaudah, gue pamit ya Dick, Ra. Sampai ketemu lagi nanti.
Semoga hubungan kalian tetep langgeng..
Gue pergi dulu." Bisma beranjak dari kursi yang didudukinya. Elfaris yang sedari tadi asyik dipangkuan Kinara pun diraihnya agar beralih pada gendongannya.
"Iya Bis, gue juga mau ngajak Kinar nonton nih.. Sekalian keliling Bandung. Kan gak setiap hari gue bisa ajak dia kesini.
Yaudah, gue juga pamit yah.." Dicky ikut beranjak diikuti Kinara yang juga beranjak dari kursi yang didudukinya.
"Elfaris lucu banget yah?
Dia tuh gemessinn. Mukanya beneran mirip sama Bisma. Cuma matanya aja yang sipit. Hihi kayaknya pantesan jadi anak kamu deh Bis, dari pada keponakan kamu." Kinara mencubit pipi cuaby Elfaris gemas. Ia rupanya cukup menyukai anak kecil yang memang menggemaskan itu.
"Haha, nanti lah Ra. Kalau kuliah udah selesai, baru ngurusin soal married. Kalo sekarang sih pengen fokus dulu.
Lagian belum ada calonnya juga. Jadi yaaa.. Harus nyari dulu.." ujar Bisma tertawa kecil diiringi senyuman yang berusaha ditunjukkannya didepan Kinara.
"Nyari calon? Emang lo masih jomblo juga Bis?
Kenapa gak nikah sama ibu dari anak ini aja?
Ibunya pasti cantik, secana anaknya aja ganteng gini. Kalo gue gak punya Kinar sih udah gue deketin tuh.. Gak peduli deh janda juga.. Haha." Dicky berbicara dengan asalnya diselingi tawa. Alhasil satu cubitan cukup keras mendarat diatas perutnya.
"Ohh jadi gitu ya?
Katanya mau setia cuma sama aku?
Ternyata sama janda pun kamu tau tohh?" Kinara berkacak pinggang seraya menatap kesal sang kekasih.
"Hehe becanda say..
Kan itu cuma seandainya. Itu cuma perumpamaan. Enggak nyata ko beibh.." ujar Dicky cengengesan sendiri melihat ekspresi marah Kinara yang lucu.
"Hemm.. Yaudah gue duluan dehh. Takutnya sepupu gue nyariin.
Elfaris juga udah mulai ngantuk nih.
Gue duluan ya Dick, Ra.." Pamit Bisma mulai berlalu meninggalkan Dicky dan Kinara.
"I..iya Bis, hati-hati yah.." ujar Kinara tersenyum ramah.
Bisma hanya membalas dengan anggukan kecil sambil berlalu meninggalkan kedua sahabatnya.
"Jangan lupa titip salam buat bundanya Elfaris yaah!! Salam kenal gitu dari gue!!" teriak Dicky tiba-tiba. Alhasil satu cubitan kembali mendarat diperutnya oleh Kinara.
"Ahaha bencanda say.. Bencanda sumpah.. Ahaha.." ujarnya diselingi tawa seraya mengangkat kedua jarinya membentuk huruf V.
Kinara memanyunkan bibirnya. Wajah cantiknya itu terlihat lucu jika sedang marah seperti ini. Sekilas ekspresi marahnya sangat mirip dengan Franda. Pantas saja Bisma sedikit salah tingkah didepan gadis yang pernah dikaguminya itu.
"Jangan marah dong. Kan cuma becanda.
Mending kita pulang yuk? Kita ketempat lain. Katanya mau nonton.. Hem?" Dicky menaruh kedua tangannya dipinggang Kinara. Dagunya ia letakkan diatas pundak kiri kekasih hatinya itu.
"Yuk pulang?" Kinara mengangguk setuju.
Dicky tersenyum. Satu kecupan pun didaratkannya diatas pipi putih Kinara.
"Muach! Makin sayang deh sama kamu say.." ujarnya tersenyum kecil.
Kinara ikut tersenyum. Keduanya memang pasangan yang romantis dan tidak pernah bisa marah berlama-lama.
Meski Dicky sering menggoda dengan candaan-candaannya, namun ia tipikal lelaki yang setia seperti yang Kinara harapkan.
Dicky kembali beranjak. Ia merangkul pinggang ramping gadis cantik yang dicintainya itu, lalu segera berlalu pergi menuju tempat lain, dimana dirinya akan mengajak Kinara menonton.
**
Bisma sedari tadi tampak kebingungan sendiri. Ia berdiri disamping pintu mobil Alphard putihnya. Tubuh Elfaris digendongnya. Wajah tampan jagoan kecilnya itu bersembunyi didada bidang Bisma. Kedua kelopak matanya tertutup. Rupanya bocah tampan itu tertidur pulas digendongan sang ayah.
"Duuhh, Franda kemana sih?
Udah hampir setengah jam gue disini. Tapi dia gak ada juga. Ditelfon gak diangkat. BBM apalagi gak dibales.
Hufh, sebenernya bunda kamu kemana sih?
Ko dari tadi dicariin gak ketemu? Dihubunginya juga susah banget lagi." Bisma menggerutu sendiri. Wajahnya tampak cemas dan gelisah. Ia sampai mondar-mandir mencari sosok perempuan yang menjadi istrinya itu.
Bisma menatap wajah polos jagoan kecilnya yang tertidur pulas didalam dekapannya.
Wajah yang sangat tampan dan mengingatkannya pada sosok Franda. Bibir Bisma sekilas tersenyum. Kening Elfaris diusapnya lalu didaratkan satu kecupan lembut olehnya.
"Kalau kita pulang tanpa bunda, nanti yang jagain Ais siapa? Kan ayah harus nyetir mobilnya.
Gak mungkin kalau ayah nyetir sambil gendong Ais.." Bisma kembali menatap wajah polos tanpa dosa itu.
"Hufh, yaudah deh.. Dari pada gue nunggu disini terus tapi Franda gak juga muncul.
Mungkin dia udah pulang duluan.
Kita pulang yah?
Ais juga udah lelap banget. Kasihan dia.." Bisma membuang nafasnya berat. Ia kemudian mulai melangkah dan membuka pintu mobilnya.
Mendudukkan Elfaris agar bersender dijok depan disampingnya.
"Maafin ayah yah. Ini demi keamanan Ais. Kalau ayah gendong Ais sambil nyetir, itu gak mungkin banget.
Jadi terpaksa ayah harus ikat Ais.." Bisma melepas jaket merah yang dipakainya. Ia mengikat tubuh Elfaris yang tetap terlelap itu pada jok mobilnya. Menopang bagian perut Elfaris agar tidak terjatuh saat mobilnya Bisma lajukan nanti.
Bisma melakukannya dengan sangat pelan dan hati-hati. Ia tidak mau membuat tidur Elfaris terusik. Sabuk pengaman pada jok mobilnya tidak mungkin ia gunakan pada Elfaris. Jadi mau tidak mau, tubuh mungil bocah tampan itu harus ia ikat dengan jaket merahnya agar tidak terjatuh.
"Muach! Bobo yang lelap.
Jangan nangis sayang.. Ayah bisa kerepotan kalau kamu nangis.
Kita pulang sekarang oke? Mmmuuuach! Ayah sayang Ais.." Bisma mendaratkan kecupan-kecupan lembut peuh kasihnya pada pipi serta kening Elfaris. Bagian samping tubuh Elfaris ditaruhnya bantalan boneka monyet yang memang terdapat didalam mobilnya.
Bisma terlalu menyayangi Elfaris, hingga ia berusaha semaksimal mungkin agar jagoan kecilnya nyaman.
Tak lama mobil Alphard putih itu pun melaju meninggalkan parkiran mall.
Bisma menjalankan mobilnya dengan sangat hati-hati.
Matanya sesekali menengok melihat kearah jagoan kecilnya karna takut terusik.
Bibirnya sekilas tersenyum saat mendapati Elfaris begitu nyenyak dalam tidurnya tanpa terusik sedikit pun.
"Anak pintar..
Benar-benar bisa diandalkan dan mengerti dengan situasi.
Bangga banget ayah punya jagoan kecil kayak kamu.." Bisma mengelus rambut hitam Elfaris dengan tangan kirinya.
Pandangannya tetap fokus menyetir agar bisa cepat sampai dirumah yang letaknya tidak terlalu jauh dari lokasi mall tersebut.
**
Sebuah tempat yang begitu sunyi dan sepi.
Tampak sosok perempuan cantik tengah duduk termenung menghadap kearah luar dari kaca jendela kamarnya.
Ia menopang dagunya. Menatap langit malam yang cukup redup dan gelap tanpa bintang.
Matanya terlihat sedikit sembab. Mungkin karena terlalu banyak menangis. Bahkan sampai kini, pipinya masih terasa basah akibat air matanya yang tak mau berhenti keluar.
"Bunda pergi ya..mmuach, Ais jangan nakal.. Ais disini sama oma dulu. Nanti bunda kesini lagi.
Bunda sayang Ais..mmuach, bunda sayang kamu sayang.." Franda mengelus kedua pipi cuaby jagoan kecilnya. Ia mendaratkan beberapa kecupan lembutnya diatas kening Elfaris.
"Mbuunn.." terdengar suara lirih bocah tampan itu. Matanya tampak berkaca melihat kepergian sosok bunda yang baru beberapa hari bersamanya.
Franda hanya menoleh sekilas, terukir senyuman mirisnya. Ia kemudian kembali melanjutkan langkahnya, menjauhi jagoan kecilnya itu dan berlalu keluar.
"Hiks..mbuuunn.. Hiks buun Ais..hiks, buunn maa buuun.." suara isakan bocah tampan itu terdengar semakin kencang dan menyakitkan ditelinga Franda. Ia meronta dari gendongan tante Casma sang oma. Franda sampai tidak berani menoleh dan berlama-lama lagi disana. Langkahnya semakin ia percepat meninggalkan Elfaris jagoan kecilnya.
Franda memejamkan kedua kelopak matanya. Setetes bulir bening kembali mengalir dari pelupuk mata indahnya.
Kejadian sore tadi masih jelas teringat dimemori ingatannya. Kejadian dimana terjadi pertengkaran hebat antara ia dan Bisma. Dan Elfaris menjadi korbannya. Bocah tampan itu harus terpaksa ia tinggalkan di Bandung sana bersama sang oma.
"Kalau kuliah bunda udah selesai, Ais pasti akan ikut sama bunda.
Bunda janji akan secepatnya selesaikan kuliah bunda.
Bunda akan ajak Ais tinggal disini nanti.
Tapi gak untuk sekarang.
Maafin bunda ya sayang.. Ini demi kebaikan kita semua, sekali lagi maafin bunda.." lirihnya terdengar parau. Bingkai photo Elfaris pun dipandangnya lalu ia dekap dengan erat. Rasa bersalahnya kembali muncul saat mengingat jagoan kecilnya yang selalu ia tinggalkan itu.
"Ini yang lo mau Bis!
Gue akan lakuin dan jalanin semua perjanjian yang pernah kita buat dan kita batalin.
Gue akan jalani itu semua sampai akhir, SAMPAI AKHIR Biss!!" batinnya terlihat penuh dendam dan emosi. Dada Franda semakin terasa sesak. Entah mungkin ini keputusan terbaik untuknya yang harus ia ambil. Tetap menjalankan perjanjian konyol yang pernah dibuatnya bersama Bisma beberapa waktu lalu.
Franda menutup kaca jendela kamarnya. Ia berjalan mendekati tempat tidurnya, lalu menghempaskan tubuh lelahnya. Kedua matanya memandang lagit-langit kamarnya yang berwarna putih cerah itu.
"Sekali lagi maafin Bunda.
Bunda terpaksa lakuin ini.
Ayah kamu keterlaluan, dia aja udah berani gak mengakui kita didepan temannya.
Jadi sudah bisa dipastikan, didepan orang lain pun dia akan melakukan hal yang sama.
Untuk apa kita hidup hanya dalam kebohongan semata.
Kalau memang dia tidak mau menganggap kita ada, untuk apa kita bersama. Mungkin berpisah akan jauh lebih baik.." Franda mendekap guling putih disampingnya. Kelopak matanya ia pejamkan. Rasanya begitu berat dan sulit. Ia terlalu menyayangi Elfaris. Dan keputusan yang diambilnya ini membuatnya harus kembali jauh dengan Elfaris.
**
Bisma sendiri kini tengah duduk ditepi kolam ikan dibelakang rumahnya.
Suasana yang cukup gelap, dan hanya diterangi lampu tembak beserta sinar rembulan yang mulai tenggelam tertutupi awan.
Suara gemercik air mancur pada kolam ikan tersebut pun seolah menjadi temannya dikesunyian malam ini.
"Kamu ternyata udah ada disini Nda?
Pantesan aku tungguin di mall tapi kamu gak juga ada. Aku bahkan sampai tunggu kamu diparkiran. Ais sampe ikut ketiduran Nda nungguin kamu yaaang..."
"PLAAKK!!"
Betapa terkejutnya Bisma, tiba-tiba saja ucapannya terputus karna Franda langsung menamparnya sekuat tenaga.
Kedua bola matanya melotot hebat. Jagoan kecil yang baru ditidurkannya sampai tersentak kaget mendengar suara tamparan keras yang mendarat diatas pipinya.
"K..ko kamuu...?"
"HAPP!!"
Baru saja tangan Franda hendak kembali mendaratkan satu tamparan lagi diatas pipi Bisma. Namun tangan Bisma langsung menahannya.
"Leppas!! Aku pingin bunuh kamu! Aku pingin bunuh kamu, leppass!! Hiks.." Franda terisak lirih. Kedua tangannya Bisma pegang sekuat tenaga. Ia mencoba untuk memberontak dan ingin sekali menghabisi lelaki yang berhasil membuat hatinya hancur berkeping-keping.
"Nda.. Nda.
Kamu apa-apaan sih?
Kamu kenapa?
Kenapa kamu tiba-tiba tampar aku?
Aku salah apa Nda?
Kesalahan spa yang udah aku perbuat?" Bisma mencoba menenangkan Franda yang terus memberontak itu.
"Leppas aku bilang!!
Aku pingin bunuh kamu Bisma.. Aku pingin bunuh kamu tau gak! Hiks...
Kamu jahat Bis..kamu jahaat.." tubuh Franda seketika melemas dan berhenti memberontak.
Bisma menarik kepala Franda kedalam dekapannya. Memeluk erat tubuh ramping sang istri.
"Aku gak tau kesalahan apa lagi yang udah aku lakuin.
Tapi kalau itu nyakitin kamu, aku minta maaf Nda..
Aku bener-bener minta maaf..
Please jangan seperti ini.
Kita bisa bicarakan semuanya baik-baik.
Please.." ujar Bisma memohon.
Franda buru-buru melepaskan tangan Bisma yang merangkul tubuhnya. Ia menjauhkan dirinya agar tidak tersentuh oleh tangan suaminya lagi.
"Cukup Biss..CUKUP!!
Aku udah muak sama semua ini.
Kamu selalu bersikap so manis didepan aku.
Kamu selalu bersikap seolah-olah kamu benar-benar sayang dan cinta sama aku.
Tapi kamu lakuin itu hanya didepan aku aja.
Jika dibekalang? Aku gak tau hal buruk apa aja yang kamu perbuat selain gak mau ngakuin aku dan Ais.
Kamu tega tau Bis, kamu kejam, kamu jahaat..
Aku nyesel udah baik sama kamu.
Aku nyesel udah kenal laki-laki se-egois kamu.
Bahkan aku sangat nyesel udah kasih kamu keturunan.
Aku nyesel akan semua itu. NYESEL Bis!!" tegas Franda menjelaskan penuh emosi dibanjiri air mata.
Dadanya sampai naik turun dengan tempo cepat akibat emosinya yang meluap hebat.
Bisma diam. Ia tidak menyangka kalau Franda bisa sampai berbicara seperti itu. Ia bahkan tidak mengerti letak kesalahannya dimana. Ia masih bingung. Benar-benar bingung.
"Pokoknya aku mau. MULAI saat ini, perjanjian kita akan tetap aku terusin.
Biar kamu lebih puas dan bebas melakukan apapun diluar sana.
Kamu tidak mengakui aku dan Elfaris pun aku udah gak peduli.
Bahkan kamu mau cari pendamping lain pun, AKU GAK peduli!
Kita pisah Bis..
Cukup sampai disini aja.
Aku gak mau, kamu nambahin luka lagi dihati aku.
Ini benar-benar menyakitkan Bis.. Sangat sakitt.." ujar Franda kembali. Ia menyunggingkan senyuman paksanya didepan Bisma. Tubuhnya kemudian berbalik mendekati jagoan kecilnya yang kembali terlelap itu.
"Kamu mau bawa Ais kemana?" Bisma menatap lirih sosok Franda yang menggendong Elfaris dan hendak membawanya keluar kamar.
"Dia anak aku.
Apapun yang aku lakukan sama dia, itu udah hak aku.
Kamu gak bisa cegah itu!" jelas Franda menatap Bisma penuh kebencian.
"Kalau memang kamu mau tetap terusin perjanjian itu. Berati kamu gak bisa bawa Ais pergi.
Dia akan tetap tinggal disini. Dia gak bisa kamu bawa, kemana pun itu, meski kamu ibu kandungnya sekalipun!" ujar Bisma menegaskan.
Franda menghentikan langkahnya. Ia menoleh menatap tajam bola mata Bisma.
"Kecuali jika kamu mau balik lagi sama aku.
Kita bisa bicarakan semuanya baik-baik.
Jujur aku masih belum ngerti sama semua ini Nda.
Bukannya kita baru aja berdamai?
Kenapa harus kayak gini?" Bisma memandang lirih wajah Franda dengan mata berkaca.
"Aku cuma mau bawa Ais kekamar mamah. Aku mau titipin dia sama mamah.
Aku lebih percaya mamah kamu dibandingkan harus mempercayai kamu sendiri.
Perjanjian itu akan tetap aku teruskan Bis, tanpa terkecuali, dan TANPA alasan apapun lagi.
Perjanjian kita akan tetap berjalan. Sampai selesai dan sampai usia Elfaris cukup besar. Setelah itu baru kita BERCERAI!!"
"JEDDERR!!"
Tubuh Bisma seketika menjadi melemas mendengar kalimat yang keluar dari mulut istrinya itu. Tubuhnya sampai tidak mampu ia gerakkan. Mulutnya seolah terkunci. Dan hanya bulir bening air mata yang mampu keluar dari sudut mata beningnya.
"A..apa? C..cerai Nda?
A..apa aku sanggup harus bercerai sama kamu?
K..kenapa harus seperti ini sih Nda?
Kenapa..?" Bisma memandang lirih sosok istri beserta jagoan kecilnya yang mulai menjauh keluar.
Dirinya tidak menyangka kalau hari ini menjadi hari terburuknya yang pernah ia alami.
Bisma memejamkan matanya. Ia menengadahkan wajahnya keatas, lalu membuka matanya kembali. Dapat ia rasakan tetesan kecil air hujan mulai turun membasahi wajahnya.
Kejadian sore tadi benar-benar mimpi buruk untuknya.
Ia tidak pernah membayangkan semuanya akan menjadi sesulit ini.
"Apa kamu lihat dan dengar pembicaraan aku saat ketemu Dicky dan Kinar di mall tadi Nda?
Aku ngelakuin itu bukan karna aku gak mau ngakuin kamu dan Ais.
Aku..aku cuma belum siap aja Nda. Aku belum siap..
Harusnya kamu gak perlu semarah ini.
Kenapa harus kaya gini sih?
Aku gak bisa Nda.
Aku gak bisa kalau harus pisah sama kamu.
Aku gak bisa.." kedua kelopak mata Bisma kembali ia pejamkan. Dua sungai kecil itu perlahan keluar dari sudut mata Bisma. Mengalir membasahi wajah Bisma yang juga tadi basah akibat tetesan air hujan yang turun.
Bisma menyentuh jemari pada lengan kirinya. Ia memandang benda berbentuk bulat berwarna perak yang melingkar dijari manisnya.
Seketika bibirnya tersenyum melihat benda yang menjadi lambang pernikahannya dengan Franda sang istri.
"Sejak awal kita menikah, aku gak pernah berani lepas cincin pernikahan kita ini Nda.
Gak tau kenapa, rasanya sulit untuk melepaskannya.
Awal kita kenal memang hanya kebencian dan kebencian yang meliputi diri kita.
Tapi sekarang semua rasa benci itu berubah menjadi cinta Nda.
Aku..akuu.." Bisma seolah tak mampu lagi meneruskan kalimat-kalimatnya. Dadanya terasa semakin sesak jika mengingat semua kenangan indah serta pahit manisnya saat bersama Franda.
"Maafin ayah Ais..
Maafin ayah..
Setelah ini mungkin kamu gak akan pernah lihat ayah sama bunda bersama lagi.
Bunda kamu cukup keras kepala. Sangat susah melunakkan hatinya.
Sekali lagi ayah minta maaf.
Semoga Ais gak pernah benci ayah.. Maafin ayah.." Bisma menggenggam kuat lengan kirinya. Ia mengecup cincin putih yang melingkar dijari manisnya lalu segera beranjak masuk kedalam rumahnya lagi.
Mungkin percuma saja ia menangisi dan menyesali apa yang sudah terjadi.
Apalagi ini akibat kesalahannya sendiri.
Mau tidak mau Bisma harus tetap menerimanya meski pahit.
Setelah ini, entah apa yang akan terjadi padanya lagi.
Sekarang saja dirinya sudah berada kembali di Jakarta. Elfaris ditinggalkannya bersama sang mamah seperti kesepakatannya bersama Franda dalam perjanjian konyolnya.
Bersambung...
"Yaudah, gue pamit ya Dick, Ra. Sampai ketemu lagi nanti.
Semoga hubungan kalian tetep langgeng..
Gue pergi dulu." Bisma beranjak dari kursi yang didudukinya. Elfaris yang sedari tadi asyik dipangkuan Kinara pun diraihnya agar beralih pada gendongannya.
"Iya Bis, gue juga mau ngajak Kinar nonton nih.. Sekalian keliling Bandung. Kan gak setiap hari gue bisa ajak dia kesini.
Yaudah, gue juga pamit yah.." Dicky ikut beranjak diikuti Kinara yang juga beranjak dari kursi yang didudukinya.
"Elfaris lucu banget yah?
Dia tuh gemessinn. Mukanya beneran mirip sama Bisma. Cuma matanya aja yang sipit. Hihi kayaknya pantesan jadi anak kamu deh Bis, dari pada keponakan kamu." Kinara mencubit pipi cuaby Elfaris gemas. Ia rupanya cukup menyukai anak kecil yang memang menggemaskan itu.
"Haha, nanti lah Ra. Kalau kuliah udah selesai, baru ngurusin soal married. Kalo sekarang sih pengen fokus dulu.
Lagian belum ada calonnya juga. Jadi yaaa.. Harus nyari dulu.." ujar Bisma tertawa kecil diiringi senyuman yang berusaha ditunjukkannya didepan Kinara.
"Nyari calon? Emang lo masih jomblo juga Bis?
Kenapa gak nikah sama ibu dari anak ini aja?
Ibunya pasti cantik, secana anaknya aja ganteng gini. Kalo gue gak punya Kinar sih udah gue deketin tuh.. Gak peduli deh janda juga.. Haha." Dicky berbicara dengan asalnya diselingi tawa. Alhasil satu cubitan cukup keras mendarat diatas perutnya.
"Ohh jadi gitu ya?
Katanya mau setia cuma sama aku?
Ternyata sama janda pun kamu tau tohh?" Kinara berkacak pinggang seraya menatap kesal sang kekasih.
"Hehe becanda say..
Kan itu cuma seandainya. Itu cuma perumpamaan. Enggak nyata ko beibh.." ujar Dicky cengengesan sendiri melihat ekspresi marah Kinara yang lucu.
"Hemm.. Yaudah gue duluan dehh. Takutnya sepupu gue nyariin.
Elfaris juga udah mulai ngantuk nih.
Gue duluan ya Dick, Ra.." Pamit Bisma mulai berlalu meninggalkan Dicky dan Kinara.
"I..iya Bis, hati-hati yah.." ujar Kinara tersenyum ramah.
Bisma hanya membalas dengan anggukan kecil sambil berlalu meninggalkan kedua sahabatnya.
"Jangan lupa titip salam buat bundanya Elfaris yaah!! Salam kenal gitu dari gue!!" teriak Dicky tiba-tiba. Alhasil satu cubitan kembali mendarat diperutnya oleh Kinara.
"Ahaha bencanda say.. Bencanda sumpah.. Ahaha.." ujarnya diselingi tawa seraya mengangkat kedua jarinya membentuk huruf V.
Kinara memanyunkan bibirnya. Wajah cantiknya itu terlihat lucu jika sedang marah seperti ini. Sekilas ekspresi marahnya sangat mirip dengan Franda. Pantas saja Bisma sedikit salah tingkah didepan gadis yang pernah dikaguminya itu.
"Jangan marah dong. Kan cuma becanda.
Mending kita pulang yuk? Kita ketempat lain. Katanya mau nonton.. Hem?" Dicky menaruh kedua tangannya dipinggang Kinara. Dagunya ia letakkan diatas pundak kiri kekasih hatinya itu.
"Yuk pulang?" Kinara mengangguk setuju.
Dicky tersenyum. Satu kecupan pun didaratkannya diatas pipi putih Kinara.
"Muach! Makin sayang deh sama kamu say.." ujarnya tersenyum kecil.
Kinara ikut tersenyum. Keduanya memang pasangan yang romantis dan tidak pernah bisa marah berlama-lama.
Meski Dicky sering menggoda dengan candaan-candaannya, namun ia tipikal lelaki yang setia seperti yang Kinara harapkan.
Dicky kembali beranjak. Ia merangkul pinggang ramping gadis cantik yang dicintainya itu, lalu segera berlalu pergi menuju tempat lain, dimana dirinya akan mengajak Kinara menonton.
**
Bisma sedari tadi tampak kebingungan sendiri. Ia berdiri disamping pintu mobil Alphard putihnya. Tubuh Elfaris digendongnya. Wajah tampan jagoan kecilnya itu bersembunyi didada bidang Bisma. Kedua kelopak matanya tertutup. Rupanya bocah tampan itu tertidur pulas digendongan sang ayah.
"Duuhh, Franda kemana sih?
Udah hampir setengah jam gue disini. Tapi dia gak ada juga. Ditelfon gak diangkat. BBM apalagi gak dibales.
Hufh, sebenernya bunda kamu kemana sih?
Ko dari tadi dicariin gak ketemu? Dihubunginya juga susah banget lagi." Bisma menggerutu sendiri. Wajahnya tampak cemas dan gelisah. Ia sampai mondar-mandir mencari sosok perempuan yang menjadi istrinya itu.
Bisma menatap wajah polos jagoan kecilnya yang tertidur pulas didalam dekapannya.
Wajah yang sangat tampan dan mengingatkannya pada sosok Franda. Bibir Bisma sekilas tersenyum. Kening Elfaris diusapnya lalu didaratkan satu kecupan lembut olehnya.
"Kalau kita pulang tanpa bunda, nanti yang jagain Ais siapa? Kan ayah harus nyetir mobilnya.
Gak mungkin kalau ayah nyetir sambil gendong Ais.." Bisma kembali menatap wajah polos tanpa dosa itu.
"Hufh, yaudah deh.. Dari pada gue nunggu disini terus tapi Franda gak juga muncul.
Mungkin dia udah pulang duluan.
Kita pulang yah?
Ais juga udah lelap banget. Kasihan dia.." Bisma membuang nafasnya berat. Ia kemudian mulai melangkah dan membuka pintu mobilnya.
Mendudukkan Elfaris agar bersender dijok depan disampingnya.
"Maafin ayah yah. Ini demi keamanan Ais. Kalau ayah gendong Ais sambil nyetir, itu gak mungkin banget.
Jadi terpaksa ayah harus ikat Ais.." Bisma melepas jaket merah yang dipakainya. Ia mengikat tubuh Elfaris yang tetap terlelap itu pada jok mobilnya. Menopang bagian perut Elfaris agar tidak terjatuh saat mobilnya Bisma lajukan nanti.
Bisma melakukannya dengan sangat pelan dan hati-hati. Ia tidak mau membuat tidur Elfaris terusik. Sabuk pengaman pada jok mobilnya tidak mungkin ia gunakan pada Elfaris. Jadi mau tidak mau, tubuh mungil bocah tampan itu harus ia ikat dengan jaket merahnya agar tidak terjatuh.
"Muach! Bobo yang lelap.
Jangan nangis sayang.. Ayah bisa kerepotan kalau kamu nangis.
Kita pulang sekarang oke? Mmmuuuach! Ayah sayang Ais.." Bisma mendaratkan kecupan-kecupan lembut peuh kasihnya pada pipi serta kening Elfaris. Bagian samping tubuh Elfaris ditaruhnya bantalan boneka monyet yang memang terdapat didalam mobilnya.
Bisma terlalu menyayangi Elfaris, hingga ia berusaha semaksimal mungkin agar jagoan kecilnya nyaman.
Tak lama mobil Alphard putih itu pun melaju meninggalkan parkiran mall.
Bisma menjalankan mobilnya dengan sangat hati-hati.
Matanya sesekali menengok melihat kearah jagoan kecilnya karna takut terusik.
Bibirnya sekilas tersenyum saat mendapati Elfaris begitu nyenyak dalam tidurnya tanpa terusik sedikit pun.
"Anak pintar..
Benar-benar bisa diandalkan dan mengerti dengan situasi.
Bangga banget ayah punya jagoan kecil kayak kamu.." Bisma mengelus rambut hitam Elfaris dengan tangan kirinya.
Pandangannya tetap fokus menyetir agar bisa cepat sampai dirumah yang letaknya tidak terlalu jauh dari lokasi mall tersebut.
**
Sebuah tempat yang begitu sunyi dan sepi.
Tampak sosok perempuan cantik tengah duduk termenung menghadap kearah luar dari kaca jendela kamarnya.
Ia menopang dagunya. Menatap langit malam yang cukup redup dan gelap tanpa bintang.
Matanya terlihat sedikit sembab. Mungkin karena terlalu banyak menangis. Bahkan sampai kini, pipinya masih terasa basah akibat air matanya yang tak mau berhenti keluar.
"Bunda pergi ya..mmuach, Ais jangan nakal.. Ais disini sama oma dulu. Nanti bunda kesini lagi.
Bunda sayang Ais..mmuach, bunda sayang kamu sayang.." Franda mengelus kedua pipi cuaby jagoan kecilnya. Ia mendaratkan beberapa kecupan lembutnya diatas kening Elfaris.
"Mbuunn.." terdengar suara lirih bocah tampan itu. Matanya tampak berkaca melihat kepergian sosok bunda yang baru beberapa hari bersamanya.
Franda hanya menoleh sekilas, terukir senyuman mirisnya. Ia kemudian kembali melanjutkan langkahnya, menjauhi jagoan kecilnya itu dan berlalu keluar.
"Hiks..mbuuunn.. Hiks buun Ais..hiks, buunn maa buuun.." suara isakan bocah tampan itu terdengar semakin kencang dan menyakitkan ditelinga Franda. Ia meronta dari gendongan tante Casma sang oma. Franda sampai tidak berani menoleh dan berlama-lama lagi disana. Langkahnya semakin ia percepat meninggalkan Elfaris jagoan kecilnya.
Franda memejamkan kedua kelopak matanya. Setetes bulir bening kembali mengalir dari pelupuk mata indahnya.
Kejadian sore tadi masih jelas teringat dimemori ingatannya. Kejadian dimana terjadi pertengkaran hebat antara ia dan Bisma. Dan Elfaris menjadi korbannya. Bocah tampan itu harus terpaksa ia tinggalkan di Bandung sana bersama sang oma.
"Kalau kuliah bunda udah selesai, Ais pasti akan ikut sama bunda.
Bunda janji akan secepatnya selesaikan kuliah bunda.
Bunda akan ajak Ais tinggal disini nanti.
Tapi gak untuk sekarang.
Maafin bunda ya sayang.. Ini demi kebaikan kita semua, sekali lagi maafin bunda.." lirihnya terdengar parau. Bingkai photo Elfaris pun dipandangnya lalu ia dekap dengan erat. Rasa bersalahnya kembali muncul saat mengingat jagoan kecilnya yang selalu ia tinggalkan itu.
"Ini yang lo mau Bis!
Gue akan lakuin dan jalanin semua perjanjian yang pernah kita buat dan kita batalin.
Gue akan jalani itu semua sampai akhir, SAMPAI AKHIR Biss!!" batinnya terlihat penuh dendam dan emosi. Dada Franda semakin terasa sesak. Entah mungkin ini keputusan terbaik untuknya yang harus ia ambil. Tetap menjalankan perjanjian konyol yang pernah dibuatnya bersama Bisma beberapa waktu lalu.
Franda menutup kaca jendela kamarnya. Ia berjalan mendekati tempat tidurnya, lalu menghempaskan tubuh lelahnya. Kedua matanya memandang lagit-langit kamarnya yang berwarna putih cerah itu.
"Sekali lagi maafin Bunda.
Bunda terpaksa lakuin ini.
Ayah kamu keterlaluan, dia aja udah berani gak mengakui kita didepan temannya.
Jadi sudah bisa dipastikan, didepan orang lain pun dia akan melakukan hal yang sama.
Untuk apa kita hidup hanya dalam kebohongan semata.
Kalau memang dia tidak mau menganggap kita ada, untuk apa kita bersama. Mungkin berpisah akan jauh lebih baik.." Franda mendekap guling putih disampingnya. Kelopak matanya ia pejamkan. Rasanya begitu berat dan sulit. Ia terlalu menyayangi Elfaris. Dan keputusan yang diambilnya ini membuatnya harus kembali jauh dengan Elfaris.
**
Bisma sendiri kini tengah duduk ditepi kolam ikan dibelakang rumahnya.
Suasana yang cukup gelap, dan hanya diterangi lampu tembak beserta sinar rembulan yang mulai tenggelam tertutupi awan.
Suara gemercik air mancur pada kolam ikan tersebut pun seolah menjadi temannya dikesunyian malam ini.
"Kamu ternyata udah ada disini Nda?
Pantesan aku tungguin di mall tapi kamu gak juga ada. Aku bahkan sampai tunggu kamu diparkiran. Ais sampe ikut ketiduran Nda nungguin kamu yaaang..."
"PLAAKK!!"
Betapa terkejutnya Bisma, tiba-tiba saja ucapannya terputus karna Franda langsung menamparnya sekuat tenaga.
Kedua bola matanya melotot hebat. Jagoan kecil yang baru ditidurkannya sampai tersentak kaget mendengar suara tamparan keras yang mendarat diatas pipinya.
"K..ko kamuu...?"
"HAPP!!"
Baru saja tangan Franda hendak kembali mendaratkan satu tamparan lagi diatas pipi Bisma. Namun tangan Bisma langsung menahannya.
"Leppas!! Aku pingin bunuh kamu! Aku pingin bunuh kamu, leppass!! Hiks.." Franda terisak lirih. Kedua tangannya Bisma pegang sekuat tenaga. Ia mencoba untuk memberontak dan ingin sekali menghabisi lelaki yang berhasil membuat hatinya hancur berkeping-keping.
"Nda.. Nda.
Kamu apa-apaan sih?
Kamu kenapa?
Kenapa kamu tiba-tiba tampar aku?
Aku salah apa Nda?
Kesalahan spa yang udah aku perbuat?" Bisma mencoba menenangkan Franda yang terus memberontak itu.
"Leppas aku bilang!!
Aku pingin bunuh kamu Bisma.. Aku pingin bunuh kamu tau gak! Hiks...
Kamu jahat Bis..kamu jahaat.." tubuh Franda seketika melemas dan berhenti memberontak.
Bisma menarik kepala Franda kedalam dekapannya. Memeluk erat tubuh ramping sang istri.
"Aku gak tau kesalahan apa lagi yang udah aku lakuin.
Tapi kalau itu nyakitin kamu, aku minta maaf Nda..
Aku bener-bener minta maaf..
Please jangan seperti ini.
Kita bisa bicarakan semuanya baik-baik.
Please.." ujar Bisma memohon.
Franda buru-buru melepaskan tangan Bisma yang merangkul tubuhnya. Ia menjauhkan dirinya agar tidak tersentuh oleh tangan suaminya lagi.
"Cukup Biss..CUKUP!!
Aku udah muak sama semua ini.
Kamu selalu bersikap so manis didepan aku.
Kamu selalu bersikap seolah-olah kamu benar-benar sayang dan cinta sama aku.
Tapi kamu lakuin itu hanya didepan aku aja.
Jika dibekalang? Aku gak tau hal buruk apa aja yang kamu perbuat selain gak mau ngakuin aku dan Ais.
Kamu tega tau Bis, kamu kejam, kamu jahaat..
Aku nyesel udah baik sama kamu.
Aku nyesel udah kenal laki-laki se-egois kamu.
Bahkan aku sangat nyesel udah kasih kamu keturunan.
Aku nyesel akan semua itu. NYESEL Bis!!" tegas Franda menjelaskan penuh emosi dibanjiri air mata.
Dadanya sampai naik turun dengan tempo cepat akibat emosinya yang meluap hebat.
Bisma diam. Ia tidak menyangka kalau Franda bisa sampai berbicara seperti itu. Ia bahkan tidak mengerti letak kesalahannya dimana. Ia masih bingung. Benar-benar bingung.
"Pokoknya aku mau. MULAI saat ini, perjanjian kita akan tetap aku terusin.
Biar kamu lebih puas dan bebas melakukan apapun diluar sana.
Kamu tidak mengakui aku dan Elfaris pun aku udah gak peduli.
Bahkan kamu mau cari pendamping lain pun, AKU GAK peduli!
Kita pisah Bis..
Cukup sampai disini aja.
Aku gak mau, kamu nambahin luka lagi dihati aku.
Ini benar-benar menyakitkan Bis.. Sangat sakitt.." ujar Franda kembali. Ia menyunggingkan senyuman paksanya didepan Bisma. Tubuhnya kemudian berbalik mendekati jagoan kecilnya yang kembali terlelap itu.
"Kamu mau bawa Ais kemana?" Bisma menatap lirih sosok Franda yang menggendong Elfaris dan hendak membawanya keluar kamar.
"Dia anak aku.
Apapun yang aku lakukan sama dia, itu udah hak aku.
Kamu gak bisa cegah itu!" jelas Franda menatap Bisma penuh kebencian.
"Kalau memang kamu mau tetap terusin perjanjian itu. Berati kamu gak bisa bawa Ais pergi.
Dia akan tetap tinggal disini. Dia gak bisa kamu bawa, kemana pun itu, meski kamu ibu kandungnya sekalipun!" ujar Bisma menegaskan.
Franda menghentikan langkahnya. Ia menoleh menatap tajam bola mata Bisma.
"Kecuali jika kamu mau balik lagi sama aku.
Kita bisa bicarakan semuanya baik-baik.
Jujur aku masih belum ngerti sama semua ini Nda.
Bukannya kita baru aja berdamai?
Kenapa harus kayak gini?" Bisma memandang lirih wajah Franda dengan mata berkaca.
"Aku cuma mau bawa Ais kekamar mamah. Aku mau titipin dia sama mamah.
Aku lebih percaya mamah kamu dibandingkan harus mempercayai kamu sendiri.
Perjanjian itu akan tetap aku teruskan Bis, tanpa terkecuali, dan TANPA alasan apapun lagi.
Perjanjian kita akan tetap berjalan. Sampai selesai dan sampai usia Elfaris cukup besar. Setelah itu baru kita BERCERAI!!"
"JEDDERR!!"
Tubuh Bisma seketika menjadi melemas mendengar kalimat yang keluar dari mulut istrinya itu. Tubuhnya sampai tidak mampu ia gerakkan. Mulutnya seolah terkunci. Dan hanya bulir bening air mata yang mampu keluar dari sudut mata beningnya.
"A..apa? C..cerai Nda?
A..apa aku sanggup harus bercerai sama kamu?
K..kenapa harus seperti ini sih Nda?
Kenapa..?" Bisma memandang lirih sosok istri beserta jagoan kecilnya yang mulai menjauh keluar.
Dirinya tidak menyangka kalau hari ini menjadi hari terburuknya yang pernah ia alami.
Bisma memejamkan matanya. Ia menengadahkan wajahnya keatas, lalu membuka matanya kembali. Dapat ia rasakan tetesan kecil air hujan mulai turun membasahi wajahnya.
Kejadian sore tadi benar-benar mimpi buruk untuknya.
Ia tidak pernah membayangkan semuanya akan menjadi sesulit ini.
"Apa kamu lihat dan dengar pembicaraan aku saat ketemu Dicky dan Kinar di mall tadi Nda?
Aku ngelakuin itu bukan karna aku gak mau ngakuin kamu dan Ais.
Aku..aku cuma belum siap aja Nda. Aku belum siap..
Harusnya kamu gak perlu semarah ini.
Kenapa harus kaya gini sih?
Aku gak bisa Nda.
Aku gak bisa kalau harus pisah sama kamu.
Aku gak bisa.." kedua kelopak mata Bisma kembali ia pejamkan. Dua sungai kecil itu perlahan keluar dari sudut mata Bisma. Mengalir membasahi wajah Bisma yang juga tadi basah akibat tetesan air hujan yang turun.
Bisma menyentuh jemari pada lengan kirinya. Ia memandang benda berbentuk bulat berwarna perak yang melingkar dijari manisnya.
Seketika bibirnya tersenyum melihat benda yang menjadi lambang pernikahannya dengan Franda sang istri.
"Sejak awal kita menikah, aku gak pernah berani lepas cincin pernikahan kita ini Nda.
Gak tau kenapa, rasanya sulit untuk melepaskannya.
Awal kita kenal memang hanya kebencian dan kebencian yang meliputi diri kita.
Tapi sekarang semua rasa benci itu berubah menjadi cinta Nda.
Aku..akuu.." Bisma seolah tak mampu lagi meneruskan kalimat-kalimatnya. Dadanya terasa semakin sesak jika mengingat semua kenangan indah serta pahit manisnya saat bersama Franda.
"Maafin ayah Ais..
Maafin ayah..
Setelah ini mungkin kamu gak akan pernah lihat ayah sama bunda bersama lagi.
Bunda kamu cukup keras kepala. Sangat susah melunakkan hatinya.
Sekali lagi ayah minta maaf.
Semoga Ais gak pernah benci ayah.. Maafin ayah.." Bisma menggenggam kuat lengan kirinya. Ia mengecup cincin putih yang melingkar dijari manisnya lalu segera beranjak masuk kedalam rumahnya lagi.
Mungkin percuma saja ia menangisi dan menyesali apa yang sudah terjadi.
Apalagi ini akibat kesalahannya sendiri.
Mau tidak mau Bisma harus tetap menerimanya meski pahit.
Setelah ini, entah apa yang akan terjadi padanya lagi.
Sekarang saja dirinya sudah berada kembali di Jakarta. Elfaris ditinggalkannya bersama sang mamah seperti kesepakatannya bersama Franda dalam perjanjian konyolnya.
Bersambung...
Cepetan lanjut dong kak, tiap hari aku buka blog kakak, berharap cerbungnya udh lanjut,, soalnya aku suka bgt.. Lanjuuuuut sekarang kak.. Hahaha
BalasHapusNext dong kak. Udah gak sabar ini. Makin seru aja. Next dong, please. #Kedipkedipin_mata
BalasHapuslanjut donx kak, buruan yah. aku tunggu.
BalasHapus