Kamis, 29 Mei 2014

Diantara Tiga Cinta #part 49

Sebuah lahan luas dipenuhi rerumputan hijau yang tertata rapi. Nampak barisan batu nisan berjejer memenuhi setiap tempat yang masih kosong.
Gundukan tanah merah yang masih basah nampak Bisma pandang. Dimana disana menjadi tempat peristirahatan terakhir Rafael sang kakak ipar.



"Jadi itu makamnya Cocoh aku?" Franda memandang Bisma seolah tidak percaya akan apa yang di lihatnya.


"Iya Nda. Itu makamnya Rafael." Bisma berujar berat.
Franda mengela nafasnya. Menahan rasa sesak di dada saat melihat rumah terakhir sang kakak.yang menyayat hatinya.


"Kita kesana.." ajak Bisma pelan. Lelaki berwajah tampan itu merangkul tubuh Franda berjalan mendekati gundukan tanah merah yang tidak jauh darinya.
Franda mengangguk setuju. Perempuan cantik itu hanya bisa mengikuti langkah Bisma.  Tubuhnya yang masih lemas terasa semakin melemah saat melihat tanah kuburan sang kakak di hadapannya.
Bisma berjongkok di depan tempat peristirahatan Rafael. Ia membantu Franda agar ikut berjongkok bersamanya. Meski sedikit kesulitan karna perut Franda masih terasa sakit.


"Nda gak nyangka Cocoh akan pergi secepat ini.
Apa Cocoh udah gak sayang lagi sama Nda Coh?
Nda disini sendiri, Cocoh kenapa harus pergi?
Nda udah gak punya siapa-siapa lagi Coh, Nda udah gak punya siapa-siapa.." Franda berujar lirih memandang gundukan tanah merah dihadapannya. Ia sama sekali tidak pernah menyangka kalau Rafael akan meninggalkannya secepat ini.


Bisma menyentuh bahu Franda. Ayah dari dua orang anak itu mencoba menguatkan istrinya agar bisa mengikhlaskan kepergian Rafael.


"Dulu waktu papi sama mami pergi. Cocoh pernah janji sama Nda. Cocoh bakalan jagain Nda, bakalan temenin Nda. Tapi kenapa Cocoh harus pergi juga Coh?
Cocoh gak kasihan sama Nda?
Cocoh udah gak sayang lagi sama Nda?
Nda disini sendiri Coh, Nda sendiri..hiks.." dada Franda semakin terasa sesak. Air matanya keluar seiring rasa sakit yang dirasakannya akibat kepergian sang kakak.
Bisma hanya menunduk. Ia tidak berucap sedikit pun. Ia tahu, mungkin Franda memang harus mengeluarkan semua yang ada di dalam hatinya tentang Rafael. Makanya Bisma lebih memilih untuk diam tanpa banyak berbicara.


"Coh, Nda tahu ini udah takdir Tuhan. Nda gak bisa tolak takdir yang udah Tuhan kasih.
Tapi asal Cocoh tau aja. Nda tuh sayang banget sama Cocoh. Nda gak mau kehilangan Cocoh.. Nda sayang sama Cocoh Cooh.. Nda sayang.." Franda menyentuh lirih gundukan tanah merah di hadapannya. Papan kayu bertuliskan nama Rafael ikut diusapnya pelan. Sungguh pemandangan yang sangat memilukan dipandang mata.


"Cocohnya udah tenang disana Nda. Tadi kamu udah janji buat gak nangis disini. Jadi aku harap kamuu.." kalimat Bisma menggantung.
Franda menoleh menatap wajah Bisma. Sepertinya ia tidak suka Bisma berucap seperti itu.


"Aku cuma gak mau terus-terusan lihat kamu nangis.
Kamu masih punya aku Nda. Kamu gak sendiri.
Kamu bahkan masih punya Ais dan Imanda. Kamu harus ingat itu sayang.." jelas Bisma memelankan suaranya.
Air mata Franda tiba-tiba saja keluar kembali. Ia buru-buru mengusapnya dan memalingkan wajahnya tanpa mau berlama-lama menatap Bisma.


"Aku tau hidup itu sulit.
Takdir Allah sama sekali gak bisa kita tebak.
Kita cuma bisa jalani itu dan terus berusaha.
Aku yakin kebahagiaan sedang menunggu kita diujung sana.
Aku pasti bisa bahagiain kamu Nda. Bahagiain Ais juga Imanda.
Tanpa Rafael, kalian masih bisa bahagia, aku yakin itu. Karna aku yang akan bahagiain kalian. Aku Nda. Bukan siapa pun." Bisma kembali berujar dengan nada yakin dan serius.
Franda lagi-lagi tetap diam. Sebenarnya ia terharu karna Bisma begitu baik padanya. Bisma selalu berusaha menjadi suami dan ayah yang baik untuknya juga kedua buah hatinya. Air mata Franda sampai tak kuasa untuk ditahannya lagi saat mengingat dan mendengar semua penuturan Bisma.


"Aku gak bermaksud buat kamu tambah sedih. Aku cuma pingin buktiin aja Nda kalau aku pasti bisa bahagiain kamu dan anak-anak. Aku yakin Nda, kita pasti akan tetap bisa bahagia tanpa Rafael, aku.. Aku yakin kitaa.."


"Cukup Bis, cukuup.. Kamu gak perlu bicara lagi.
Kamu gak perluu.." ujar Franda menatap Bisma lirih.
Bisma diam. Ia memandang Franda yang menatapnya diiringi air mata.


"Mendingan kamu pulang aja. Aku pingin disini sendiri. Aku pingin sama Cocoh aku. Akuu.."
Belum sempat Franda menyelesaikan kalimatnya. Tiba-tiba tubuhnya langsung Bisma dekap begitu erat. Ia dapat merasakan kehangatan dekapan suaminya yang memang jarang sekali bisa Franda rasakan.
Franda diam. Tubuhnya seketika menjadi melemas menerima perlakuan dari Bisma. Kedua tangannya bahkan secara refleks langsung menyambut pelukan hangat Bisma yang selalu bisa membuatnya nyaman.


"Aku tuh gak mau kamu kaya gini terus Nda. Kamu sering banget marah dan usir aku kaya gini.
Aku pingin disini. Aku pingin temenin kamu. Aku gak mungkin biarin kamu sendiri. Karna aku gak kan pernah biarin itu terjadi. Gak akan pernah Nda.." Bisma berujar lirih masih dengan posisinya yang memeluk tubuh Franda.
Franda memejamkan kedua matanya. Bulir bening itu kembali keluar. Lagi-lagi hatinya melemah kalau sudah berada dipelukan Bisma.


"Kita pulang sekarang aja yah?
Udah cukup sore. Kasian anak-anak dirumah cuma sama Dina.
Dina pasti kerepotan kalo kita tinggal terlalu lama.
Kita pulang yah?" perlahan Bisma mulai melepaskan pelukannya. Pipi Franda yang basah ia usap pelan. Kedua matanya menatap begitu teduh.


"Aku mau bicara dulu sebentar lagi sama Cocoh. Kamu bisa tunggu di mobil?" pinta Franda dengan suara memelan.


"T..tapi Nda.."


"Cuma sebentar Bis. Aku janji habis itu kita langsung pulang."


"Y..yaudah. Aku tunggu disana aja yah? Kalo di mobil terlalu jauh. Aku takut nanti kamu malah kenapa-napa. J..jadi akuu.."


"Iya. Yaudah terserah kamu." jelas Franda memotong ucapan Bisma.
Seukir senyum melebar dibibir Bisma. Ayah dari dua anak itu kemudian beranjak dan membiarkan Franda sendiri seperti yang Franda inginkan.


"Makasih Bis, kamu emang suami yang paling baik buat aku." Franda memandang Bisma diiringi senyuman kecilnya. Ia kemudian kembali berucap didepan tanah pekuburan Rafael sang kakak, untuk menyampaikan apa yang dirasakan dan ditakutkannya dari Bisma(?).


***
"Wajahnya cantik, tenang, dan bisa bikin hati aku nyaman.
Perasaan apa ini?
Kenapa rasanya aku gak mau jauh dari bayi mungil ini?" Dina memandang tak jemu wajah bayi mungil yang tengah dipangkunya. Bibirnya tersenyum melebar dengan perasaan bahagia bisa memangku Imanda putri kecilnya yang sangat lucu.
Saat berpamitan untuk ke pemakaman Rafael, Imanda dan Elfaris memang tidak diajak. Melainkan dititipkan dirumah pada Dina istri pertama Bisma.
"Ais dari tadi tidur terus. Kecapean ngoceh kayaknya dia. Hemm dasar Elfaris. Selalu aja bisa bikin aku senyum kalo udah lihat dia." pandangan Dina kini beralih menatap bocah tampan Elfaris yang tertidur pulas disampingnya.
Dina secara perlahan menurunkan Imanda dari pangkuannya. Memindahkannya agar berbaring disamping Elfaris diatas tempat tidurnya.
"Enak yah, bisa bertiga sama anak-anak kaya gini.
Aku berasa bisa milikin mereka seutuhnya.
Aku ikhlas ngelepas kamu Bis, asal anak-anak ini kamu ikhlaskan juga buat aku.
Kamu masih bisa punya anak lagi sama Franda, tapi aku enggak bisa.
Jadi aku rasa, gak ada salahnya kalau aku menginginkan anak-anak kamu yang lucu ini." gumam Dina masih dengan kedua mata yang tak henti memandang Elfaris dan Imanda.
Dina ikut merebahkan tubuhnya disamping Imanda. Lengan halusnya menyentuh pipi cuaby Imanda yang sangat menggemaskan. Wajah lucunya ikut Dina kecup. Benar-benar bahagia sekali melihat raut wajah Dina yang seperti ini.
"Imanda masih sangat kecil dan belum tau apa-apa.
Aku rasa aku gak akan bawa Ais.
Aku lebih suka sama Imanda Bis.
Maafin aku ya Fran kalau niat aku ini gak baik.
Aku cuma pingin ngerasain jadi ibu seutuhnya.
Aku janji gak akan usik kehidupan kamu sama Bisma nanti. Asalkan kamu relain Imanda buat aku.
Aku udah sayang banget sama peri kecil ini. Aku sayang dia Fran.." Dina lagi-lagi mendaratkan kecupannya diwajah Imanda. Tubuh bayi mungil itu dipeluknya. Didekapnya meski tidak terlalu erat karna takut mengganggu tidurnya.
Dina memejamkan matanya. Bibirnya tak henti tersenyum membayangkan hal indah yang akan dirasakannya nanti. Hal yang sebenarnya tidak perlu Dina lakulan karna hanya akan menambah rasa sakit untuk Franda maupun Bisma.
"Aku lagi urus semua surat perceraian aku sama kamu Bis.
Aku akan siapin semuanya.
Aku tinggal minta izin sama kamu buat bawa Imanda pergi. Kalau bawa Ais Franda atau kamu pasti gak akan izinin. Lagian Ais udah besar, dia pasti nolak kalau aku ajak pergi jauh dari kalian. Sedangkan Imanda?
Putri kecil kamu ini aku yakin gak akan nolak.
Maafin aku ya Fran, sekali lagi maaf. Aku cuma gak mau kita terus-terusan kaya gini.
Aku juga pingin ngerasain jadi kamu. Aku pingin Fraan.." Dina membatin lirih penuh rasa sesak. Rasa iri yang berlebih membuatnya menjadi seperti ini yang harus mengambil jalan pintas meski akan menyakiti semua pihak.






**
Esok paginya...


Elfaris tampak baru saja terbangun dari tidur lelapnya semalam. Ia memandang kesekeliling ruangan kamarnya. Satu sosok yang tidak asing tiba-tiba dilihatnya tengah berbaring disebelahnya.
"Ayah?!" pekiknya tidak percaya. Ia kemudian beranjak duduk mendekati sang ayah.
"Dadi semalam ayah bnelan bobo sama Ais?" fikirnya rupanya masih tidak percaya juga.
Elfaris buru-buru menyingkirkan selimut tebal yang menutupi sebagian tubuhnya. Dengan sangat hati-hati sekali ia turun dari tempat tidur lalu duduk disamping ayahnya yang masih terlelap.
"Ayah pasti masih cape gegala antelin bunda kmalin. Ayah juga kan halus jagain bunda telus.
Ais sayang sama ayah.
Ayah bobo lagi aja ya? Bial Ais ambil salapan buat ayah dulu. Mmuah." dengan sangat polosnya Elfaris mengecup kening Bisma. Ia buru-buru beranjak keluar dari kamarnya berniat mengambilkan sarapan pagi untuk sang ayah.
"Hmm anak bandel. Bukannya ayahnya di bangunin. Tapi malah ditinggalin. Hemm persis banget kaya bundanya." tiba-tiba Bisma membuka mata dan bergumam memandang sosok Elfaris yang berlalu meninggalkannya. Ternyata Bisma sudah bangun sejak tadi.
Bisma kemuian beranjak. Ia duduk ditepian tempat tidur. Memandang lurus kedepan, mengingat akan kejadian semalam yang membuatnya harus terpaksa tidur dikamar Elfaris.
"Udah gak papa, kamu tidur sama Dina aja. Kamu gak boleh egois dong Bis. Dina juga kan istri kamu, harusnya kamu bisa adil!"
"E..enggak papa Fran, aku sendiri aja. Kamu pasti lebih butuh Bisma dari pada aku.
Tapi kalau dibolehin, aku pingin tidur sama Imanda, boleh?"
"T..tapi Imanda masih kecil Din, kalau nanti dia nangis gimana? Imanda masih butuh Asi aku soalnya."
"I..iya gak papa nanti kalau Imanda nangis, aku langsung bangunin kamu. Aku langsung kasih tau kamu deh, janji.
Aku pingin aja ngerasain tidur sama bayi. Buat malam ini aja ko, boleh ya Fran?"
"T...tapi..?"
"Cuma malam ini aja.
Kamu nanti bisa tidur sama Bisma. Aku..aku cuma pingin ngerasain aja Fran, please.."
"Y..yaudah. Imanda boleh ko tidur sama kamu. Nanti aku antar dia ke kamar kamu yah?
Aku ambil dia dulu sebentar.."
"Iya Fran, makasih.." seukir senyum melebar dibibir Dina.
Bisma sebenarnya masih tidak percaya kalau pada akhirnya ia malah tidur bersama Elfaris jagoan kecilnya, bukan dengan Franda atau pun Dina.
"Dina nyuruh aku tidur sama Franda, trus Franda nyuruh aku nemenin Dina. Tapi akhirnya aku tidur sama Ais juga.
Hemm punya dua istri itu emang gak semudah yang aku bayangin.
Tapi aku selalu berusaha lakuin apapun yang mereka mau.
Aku cuma pingin mereka bahagia. Aku gak pingin apa-apa. Karna kebahagiaan aku ada sama kedua istri dan dua anak aku." Bisma membatin yakin masih dengan bayangan wajah malaikat-malaikat hatinya.
Tak lama Bisma beranjak menuju kamar mandi utuk membersihkan diri sebelum menemui istri dan anak-anaknya.


**
"Loh, ko Ais sendiri? Ayahnya mana?" Franda memandang bingung sosok bocah tampan yang menjadi jagoan kesayangannya
"Ayah blum bangun bunn. Ais ga tega bangunin ayah. Dadinya Ais bangun duluan deh." ujar Elfaris enteng. Ia kemudian menarik salah satu kursi di meja makan dan duduk rapi disana.
"Trus Ais mau ngapain disini?" tanya Franda bingung.
"Ais mau makan dong bun. Kan Ais lapel.." jawab Elfaris polos.
"Emangnya Ais udah mandi?" tanya Franda lagi.
Elfaris menggeleng pelan dengan ekspresi wajah polosnya yang lucu.
"Ck! Ya ampuun. Belum mandi tapi udah keluar kamar, malah mau makan lagi. Kenapa gak mandi dulu sih, hem?" Franda berdecak sedikit geram melihat kebiasaan buruk jagoan kecilnya.
"Hihii, Ais lupa bun. Ais salapan dulu aja yah? Ntal Ais balik lagi ke kamal deh, sekalian antelin salapan buat ayah." ujar Elfaris dengan tawa kecilnya yang lucu.
"Ayahnya bangunin dulu, nanti kita sarapan sama-sama. Ais juga harus mandi dulu. Masa belum mandi udah sarapan, hem?"
"Yah bunda, tapi Ais udah lapel bun, boleh yah?" Elfaris memasang wajah lucunya seraya mengambil sehelai roti yang telah Franda siapkan.
"Mandi dulu, nanti baru boleh sarapan. Dede Imanda aja lagi mandi tuh sama bunda Dina. Masa Ais ga mau mandi?"
Elfaris langsung menaruh kembali roti tawar yang hendak dilahapnya.
"Naah gitu dong. Mandinya yang bersih yah? Nanti bunda siapin deh roti bakar kesukaan Ais. Muach." Franda mengacak poni Elfaris lalu mengecupnya sekilas.
"Iya Ais mandinya pasti belsih. Yaudah Ais ke kamal dulu, dah bunda, mmuuaah. Ais sayang sama bunda." Elfaris buru-buru beranjak dan berlalu menuju kamarnya lagi.
"Iya sayang. Bunda juga sayang sama Ais." Franda hanya terkekeh kecil melihat sikap jagoan kecilnya itu. Ia kemudian kembali menyiapkan makanan untuk sarapan nanti.



Sementara itu..
Terlihat Dina tengah asik memandikan bayi mungil Imanda. Ia sangat antusias sekali bisa merasakan memandikan seorang bayi dari darah daging suaminya sendiri.
"Uhh lucu banget sih kamu sayang. Walaupun lagi di mandiin, tapi gak nangis. Seneng yah bunda mandiin hem?" seukir senyum melebar dibibir tipis Dina.
Bayi mungil Imanda sama sekali tidak terusik. Matanya sesekali mengerjap saat Dina membasahi rambutnya dan memberikannya shampo. Imanda tidak menangis, rupanya ia cukup senang saat kulit halusnya menyentuh air.
"Ya Allah, andai bayi ini beneran anak aku.
Aku gak mau di pisahin sama dia.
Untung Franda baik, dia izinin aku semalam tidur sama Imanda. Dia juga izinin aku buat mandiin Imanda pagi ini.
Maaf ya Fran kalau nantinya aku kecewain kamu.
Aku bener-bener gak mau jauh sama Imanda.
Aku ngerasa bahagia banget bisa deket sama dia.
Aku..aku minta maaf.
Tapi aku beneran gak mau kehilangan Imanda." Dina membatin memandang lirih sosok bayi mungil yang diletakkannya diatas pangkuannya dengan beralaskan handuk kering.
Pipi Imanda kemudian Dina kecup. Kening bahkan bibir mungilnya ikut Dina kecup. Bayi mungil itu sama sekali tidak menolak. Ia hanya mengerjapkan matanya mencoba untuk ia buka agar dapat melihat wajah Dina yang tengah memangkunya.
"Apa sayang? Mandinya udah yah?
Nanti Manda bisa masuk angin, sekarang.. Kita pake baju dulu.
Uhhh putri kesayangan bunda. Mmuach-muuach.. Kamu lucu banget sih sayang. Muach." Dina beranjak membawa Imanda menuju tempat tidurnya. Membaringkannya disana untuk dipakaikan baju agar tidak kedinginan.

"Baru kali ini aku lihat wajah kamu sebahagia ini Din.
Kamu pasti seneng sama Imanda.
Waktu kamu hamil anak kita dulu, kamu kan berharap banget pingin punya anak perempuan.
Dan sekarang anak kedua aku perempuan. Meski bukan darah daging dari kamu. Tapi aku harap kamu bisa sayang sama anak itu kaya kamu sayangin Ais.
Franda pasti seneng Din lihat kamu seakrab ini sama Imanda.
Aku aja seneng, apalagi dia."
Tanpa disangka ternyata Bisma memperhatikan Dina. Ia berdiri diambang pintu tanpa bersuara sedikit pun. Bibirnya hanya tersenyum melebar melihat kebahagiaan yang terpancar dari raut wajah istri pertamanya.










Bersambung....



Yuk ah komment
Gak koment gak kece':p



@dheana92

4 komentar:

  1. lanjut in secepatnya ya kak, aku mau tau kelanjutan nya. dari dulu aku udah nunggu untuk tau kelanjutan nya. please secepatnya ya kak.

    BalasHapus
  2. Aku peminat dari malaysia.. Sudah ku tunggu sambungan and endingnya. Kapan bisa ku baca lagi gimana akhirnya story ini...

    BalasHapus
  3. Kak kapan cerpen ini ada lanjutannya . Cepat dibuat ya . Aku penasaran sama lanjutannya . Udah baca cerpen ini berulang2 terus tapi belum ada lanjutannya ..

    BalasHapus
  4. ahhhh penasaran banget sama emdingnya.. ayoo dong lanjuuttttt

    BalasHapus

Nggak Komentar, Nggak Kece :p