Sebuah lahan luas dipenuhi rerumputan hijau yang tertata rapi. Nampak barisan batu nisan berjejer memenuhi setiap tempat yang masih kosong.
Gundukan tanah merah yang masih basah nampak Bisma pandang. Dimana disana menjadi tempat peristirahatan terakhir Rafael sang kakak ipar.
Tempat untuk Smashblast Indonesia membaca cerpen cerbung karya Dheana Smashblast
Kamis, 29 Mei 2014
Selasa, 27 Mei 2014
Diantara Tiga Cinta #Part 48
Setelah mendapat izin pulang dari tim dokter dan pihak rumah sakit yang menangani Franda. Akhirnya Bisma membawa istri yang baru saja melahirkan putri keduanya itu pulang kerumah. Elfaris turut mengantar bunda dan adik kecilnya pulang. Meski masih sangat kecil, namun rupanya Elfaris sudah dapat Bisma andalkan. Ia membawa tas berisikan baju-baju adik kecilnya. Sementara Bisma menuntun Franda dan memapahnya menuju mobil.
Minggu, 25 Mei 2014
Diantara Tiga Cinta #Part 47
Berhenti berbuat egois. Itulah yang ditekadkan Dina saat ini.
Perempuan cantik berwajah natural ini sudah siap untuk menemui Franda dan menjenguknya dirumah sakit. Satu keranjang parcel berisikan buah-buahan segar dibawanya.
Ia nampak baru saja keluar dari mobil Honda Jazz hitam miliknya yang baru saja berhenti tepat diarea parkir rumah sakit.
Perempuan cantik berwajah natural ini sudah siap untuk menemui Franda dan menjenguknya dirumah sakit. Satu keranjang parcel berisikan buah-buahan segar dibawanya.
Ia nampak baru saja keluar dari mobil Honda Jazz hitam miliknya yang baru saja berhenti tepat diarea parkir rumah sakit.
Senin, 12 Mei 2014
Perjanjian Cinta #Part 30
Selepas membersihkan diri dan mengganti semua pakaiannya yang basah
akibat tercebur dikolam belakang. Franda kini tampak duduk santai disofa
panjang ruang tengah rumah mewah yang menjadi tempat tinggal buah hati
kecilnya.
Pandangannya masih mengingat kejadian beberapa menit lalu, meski
layar televisi dihadapannya menyala. Namun tetap saja, yang Franda ingat
dan fikirkan adalah kejadian dikolam belakang tadi.
Perjanjian Cinta #Part 29
Wajah tampan lelaki berkumis tipis yang sudah memiliki satu orang anak ini sedari tadi tak henti tersenyum.
Bibirnya semakin melebar, deretan gigi putihnya yang rapi pun ia tunjukkan.
Ia telihat begitu menikmati pemandangan didepan kedua bola matanya yang sangat mengagumkan.
Ia telihat begitu menikmati pemandangan didepan kedua bola matanya yang sangat mengagumkan.
Sabtu, 10 Mei 2014
Perjanjian Cinta #Part 26
Setelah merasa puas mengobrol dan berbincang hangat dengan kedua sahabatnya. Akhirnya Bisma memutuskan untuk pulang.
Selain waktu yang sudah cukup sore. Bisma juga tidak enak dan takut kalau Franda mencarinya.
Rabu, 07 Mei 2014
Maniac Cinta #Part 35 (TAMAT)
"Saya terima nikah dan kawinnya Melody Kirana Larasati, binti Hilman
Aryawan dengan maskawin seperangkat alat sholat dan perhiasan emas 16,10
gram dibayar tunai!"
Maniac Cinta #Part 34
Tubuh Abiela kini hanya bisa terbaring lemah diatas ranjang rumah sakit.
Kondisinya masih belum sadarkan diri setelah semalaman kritis. Kedua
kelopak matanya terpejam. Pergelangan lengan kanannya dialiri selang
infus. Sedangkan lengan kirinya terdapat perban akibat luka gores yang
sengaja Abie goreskan sendiri tepat diatas urat nadinya.
Maniac Cinta #Part 33
Perempuan cantik berwajah chinesse ini sedari tadi tak henti melamun.
Wajahnya sangat terlihat begitu murung, bulir bening air mata rasanya tak sanggup lagi ia tahan. Rasa sesak didada, dan batin yang terkoyak bagai dihujam dibuan benda tajam. Sakit, bahkan sangat teramat sakit.
Wajahnya sangat terlihat begitu murung, bulir bening air mata rasanya tak sanggup lagi ia tahan. Rasa sesak didada, dan batin yang terkoyak bagai dihujam dibuan benda tajam. Sakit, bahkan sangat teramat sakit.
Maniac Cinta #Part 32
Setelah tiba dirumah mewah yang dihuninya bersama sang kakek, Bisma
langsung mendapat teguran dan bentakan keras dari kek Handoko. Ia bahkan
dicaci dan dimaki habis-habisan oleh lelaki yang tubuhnya sudah tidak
kekar lagi itu.
Perjanjian Cinta #Part 25
Terlihat Bisma begitu fokus mengendarai mobil Alphard putih
kesayangannya. Bibirnya sedari tadi tak henti tersenyum, kedua mata
beningnya pun sesekali menoleh memandang wajah cantik istri tercintanya
yang duduk bersebelahan dengannya.
Perjanjian Cinta #Part 24
Sebuah kamar berbentuk persegi dengan ruang yang cukup luas. Tampak
terlihat bocah tampan berusia satu tahun ini tengah asik membuka-buka
kado yang diterimanya dari orang-orang yang menyayangi dirinya.
Ia ditemani oleh ayahnya untuk membuka hadiah demi hadiah yang
diberikan khusus untuknya dihari ulang tahunnya yang pertama saat
kemarin.
Senin, 05 Mei 2014
Perjanjian Cinta #Part 23
Sebuah mobil CR-V putih tampak sudah terparkir rapi diarea parkir sebuah resto mewah sejak tadi.
Pemilik mobil itu sendiri rupanya sudah masuk kedalam resto bersama
kekasihnya. Menikmati dinner yang sangat istimewa itu didalam sana.
Keduanya tampak sangat bahagia dan sesekali bercanda tawa saat tengah menyantap menu makanan yang mereka pesan.
Keduanya tampak sangat bahagia dan sesekali bercanda tawa saat tengah menyantap menu makanan yang mereka pesan.
Perjanjian Cinta #Part 22
Udara kota Bandung memang selalu terasa dingin dan menyejukkan.
Ditambah dengan guyuran hujan pagi hingga siang yang baru reda hingga
sore ini.
Angin berhembus terasa menusuk kedalam tulang.
Namun bayi tampan ini tampak begitu nyaman berada dalam dekapan sang bunda. Kedua matanya terpejam dengan tangan yang menggenggam kuat jemari sang bunda yang baru bisa dirasakannya lagi.
Namun bayi tampan ini tampak begitu nyaman berada dalam dekapan sang bunda. Kedua matanya terpejam dengan tangan yang menggenggam kuat jemari sang bunda yang baru bisa dirasakannya lagi.
Perjanjian Cinta #Part 21
Lokasi dan jarak yang cukup jauh ternyata menyita waktu banyak.
Terlebih saat kena kemacetan parah akibat padatnya kendaraan dari jalur
Bandung menuju Jakarta. Adapun penyebab lain karna ada kecelakaan mobil
saat diperjalanan menuju Jakarta.
Jadi tak heran jika Bisma dan Franda tiba di Jakarta saat waktu sudah memasuki gelapnya malam hari.
Sabtu, 03 Mei 2014
Maniac Cinta #Part 30
Wajah Morgan terlihat begitu panik dan khawatir. Ia berjalan
bolak-balik menunggu Dokter keluar dari ruangan dimana Melody tengah
diperiksa disana.
Maniac Cinta #Part 29
Mata Bisma seketika melotot kaget mendapati siapa yang berdiri didepan
pintu kamarnya. Perempuan cantik berkulit putih nan bermata sipit ini
sudah berdiri disana. Entah sejak kapan, yang pasti kedatangannya sudah
bisa Bisma duga sebelumnya.
"ngapain kesini?"Bisma melontarkan satu pertanyaan dengan nada cueknya.
"a..aku mau bicara sesuatu sama kamu Bis.."ujar perempuan yang tak lain adalah Melody itu sedikit terisak.
"bicara?"Bisma menaikkan sebelah alisnya.
"iya bicara tentang kita berdua. Ini penting Bis, aku gak bisa hadapi masalah ini sendiri, aku butuh kamu, jadi aku harus ceritain tentang masalah ini sama kamu.."jelas Melody lirih.
"yaudah masuk.."Bisma membukakan pintu kamarnya. Melody mengangguk kecil dan melangkah masuk mengikuti Bisma dari belakang.
"mau bicara apa?"Bisma menutup pintu kamarnya. Dengan wajah polos dan pura-pura tidak tahu dia melontarkan pertanyaan yang sangat tidak penting.
"a..aku hamil Bis.."Melody menatap ragu wajah Bisma, tangan kanannya menyentuh perut datarnya, air matanya tiba-tiba saja menetes, mungkin ia baru menyadari kalau karna ulah bodohnya ini kini ia harus menerima resiko hamil diluar pernikahan.
"ck, hamil? Ko bisa?"Bisma terlihat begitu santai tanpa kaget atau merasa bersalah sedikit pun.
Melody sendiri tersentak kaget mendengar Bisma berucap seperti itu.
"k..kita pernah melakukan itu Bis. Ja..jadi itu sangat mungkin kalau jadi penyebab kehamilan aku. Aku hamil karna kamu, karna kamu udah nyentuh aku. Dan ini anak kamu Bis, darah daging kamu.."jelas Melody menatap Bisma lirih.
"anak aku? Haha kamu gak usah bercanda deh Mel, kita melakukan itu sudah cukup lama. Mungkin saja kamu berhubungan dengan lelaki lain hingga kamu hamil seperti sekarang ini, jadi sangat tidak mungkin kalau bayi itu anak aku, itu GAK MUNGKIN!"tegas Bisma tersenyum licik menatap tajam Melody.
"Enggak. Kamu salah Bis, ini anak kamu, bukan anak siapapun.
Aku gak pernah berani dan gak pernah mau disentuh oleh laki-laki lain selain kamu. Ini anak kamu Bis, aku berani bersumpah, ini anak kamu.."Melody menggelengkan kepalanya berusaha menjelaskan kebenaran yang sesungguhnya agar Bisma mau percaya.
"udah lah Mel, gak perlu bawa-bawa sumpah segala, aku gak butuh sumpah kamu.
Lagian kamu aja dengan begitu mudahnya bisa aku sentuh, jadi kemungkinan besar kamu juga bisa dengan mudahnya disentuh oleh lelaki lain. Jadi anak itu gak mungkin anak aku, FINE!"jelas Bisma tersenyum licik dengan tuduhan yang sama sekali tidak benar itu.
"hiks enggak Bis, enggak.. Ini anak kamu, darah daging kamu bukan anak orang lain. Aku mohon percaya sama aku, aku butuh tanggung jawab kamu. Kamu udah pernah janji akan tanggung jawab kan? makanya aku berani ngelakuin itu sama kamu. Dan sekarang aku butuh tanggung jawab itu, kamu gak bisa lari gitu aja Bis, kamu harus tanggung jawab, kamu harus nikahin aku.."Melody terisak menggenggam pergelangan tangan Bisma dengan eratnya.
"hallah! Apaan sih? Udah mending kamu pergi aja deh! Lagian sejak kapan aku ngucapin buat tanggung jawab? Gak usah ngaco deh. Udah sana pergi! Gue mau istirahat, JANGAN ganggu gue!!"ketus Bisma menghempaskan tangan Melody dan mendorongnya kasar hingga tersungkur jatuh.
"hiks.. Enggak, enggak Bis..
Aku gak akan pergi.. Aku gak mau pergi..
Kamu harus tanggung jawab dulu Bis, kamu harus tanggung jawab.."lirih Melody terisak diatas lantai.
"gue bilang KELUAR!! loe denger gak sih?
Gak usah deh loe bicara ngaco terus disini, cewek murahan kayak loe itu gak mungkin hanya disentuh oleh satu cowok! Pasti puluhan bahkan ratusan cowok diluar sana pernah nyentuh loe juga, jadi JANGAN PERNAH loe minta buat gue yang tanggung jawab. NGERTI!!"bentak Bisma kasar. Ia menarik pergelangan tangan Melody dan menyeretnya paksa agar keluar dari dalam kamarnya.
"hiks, Bis.. Bisma.. Aku berani bersumpah Bis ini anak kamu, darah daging kamu.. Cuma kamu satu-satunya laki-laki yang pernah nyentuh aku. Semua tuduhan kamu itu gak bener Bis, aku berani bersumpah Bisma.. Hiks"jelas Melody berusaha menjelaskan yang sesungguhnya. Tubuhnya terkulai lemas dan hanya bisa menangis dibalik pintu kamar Bisma yang sudah tertutup rapat itu.
Sedangkan Bisma sendiri sama sekali tidak mau mendengarkan penjelasan Melody dan mengacuhkannya begitu saja.
"misi gue benar-benar berhasil, biar tahu rasa cewek bodoh itu. Gue pengen lihat ekspresi Morgan nanti. Haha kemenangan sudah didepan mata. Kita berhasil Adila, kakak sudah berhasil membalaskan semua dendam kamu. Semua yang pernah kamu rasakan kini sudah bisa dirasakan oleh Melody. Tinggal menunggu reaksi Morgan yang pasti akan hancur sebentar lagi.."Bisma tersenyum puas memandangi bingkai photo Adila adik tercintanya. Fikirannya sudah dipenuhi dendam yang sebetulnya adalah sebuah kesalah fahaman.
**
Motor ninja hijau yang tengah dikendarai oleh Ilham ini terlihat melaju cukup cepat dijalanan yang terlihat sepi ini.
"kayaknya tuh cewek gue kenal deh.."tiba-tiba bibir Ilham tersenyum melihat seorang perempaun yang berjalan seorang diri dipinggilan jalan yang dilewatinya.
Ilham mengurangi kecepatan laju motornya. Ia bahkan menjalankannya sangat pelan hingga bisa berdampingan dengan langkah perempuan tersebut.
"ekhemz! Kayaknya ada yang lagi jalan kaki nih? Mobilnya mogok yah sampe jalan kaki begini?"celetuk Ilham bermaksud menyindir perempuan yang ternyata Abiela atau Abie.
Namun tidak ada respon sedikit pun dari Abie, ia masih saja terus berjalan dengan tatapan mata yang kosong tanpa menghiraukan celotehan Ilham.
"duuh rupanya ada yang ngambek nih? Sejak kapan seorang ABIELA jadi pengambek gini yah? Perasaan gak pernah deh.."lagi-lagi Ilham berusaha mengajak Abie berbicara meski dengan sindiran-sindiran anehnya. Tapi ternyata semua itu percuma karna Abie sama sekali tidak merespon dan tetap berjalan menghiraukan Ilham.
"hemz, aneh? Abie kenapa yah?"Ilham menghentikan motornya, ia tampak berfikir akan kejanggalan yang terjadi pada musuh bebuyutannya itu.
Ilham beranjak turun dari motor hijaunya. Ia mengendap membuntuti Abiela yang terus berjalan tanpa diketahui akan kemana.
"Abie tunggu!"tiba-tiba Ilham meraih pergelangan tangan Abie. Langkah Abie terhenti, namun seketika ia mendadak ketakutan, ia bahkan buru-buru menjauhkan dirinya dari Ilham, tangan Ilham ia tepis dengan mimik wajah ketakutan.
"jangan, hiks jangan.. Aku mohon jangaaan.."lirih Abie menitikan aie mata.
"loe sebenarnya kenapa sih Bie? Ini gue Ilham, gue gak bakal ngapa-ngapain loe ko, loe kenapa sih?"Ilham mengerutkan keningnya bingun. Ia berusaha menyentuh bahu Abie mencoba menenangkannya, namun tetap saja Abie menghindar, dia menepis tangan Ilham dan buru-buru menjauhkan tangan Ilham dari bahunya.
"jangaan.. Aku mohon jangan.. Hiks"Abiela terisak lirih. Ia menundukkan kepalanya, tubuhnya pun terasa sangat lemas hingga lututnya bergetar. Ia berjongkok, menyembunyikan wajahnya diantara kedua lututnya yang ia tekuk. Rupanya kejadian pemerkosaan semalam masih berbekas dihati Abie hingga menjadi trauma seperti ini.
"Bie? Abie ini gue Ilham.. Gue Ilham Bie, loe kenap..?"tiba-tiba tubuh Abie tergeletak lemas tak sadarkan diri saat Ilham mencoba menyentuh pundaknya.
"astaga! Ko bisa pingsan sih?"Ilham melotot kaget melihat keadaan Abie yang sangat mengkhawatirkan ini.
"Bie sebenernya loe kenapa sih? Ko bisa sampe kayak gini?.. Duuh mana disini sepi banget lagi. Aarggh yaudah gue bawa pulang aja deh, dari pada nih cewek kenapa-napa.."Ilham buru-buru mengangkat tubuh Abie, meski snagat kesulitan namun Ia berusaha sebisa mungkin mengangkat tubuh Abie menuju motor hijaunya. Tubuh Abie pun sampai ia ikat dengan jaket coklatnya agar tetap bisa bersender dipundaknya dan Abie tidak terjatuh.
"duhh ribet banget, tapi kasian juga kalau dia gue tinggal sendirian disini, kayaknya dia lagi ada masalah. Gue lupain dulu deh acara musuh-musuhannya sama nih anak, tar kalo loe udah sadar dan sehat kita baru perang-perangan lagi, oke?"ujar Ilham tersenyum ngasal. Ia pun mulai melajukan motor hijaunya dengan tangan kiri yang memegang lengan Abie agar tidak terjatuh.
Sementara itu..
Kini Melody dan Morgan juga Dicky tengah duduk diruang makan menikmati sekotak Pizza yang dibawa Morgan tadi. Dicky begitu menikmati makanan kesukaannya ini, begitu pun Morgan, namun berbeda dengan Melody karna sedari tadi hanya diam memandang sepotong pizza dihadapannya.
"ko gak dimakan sih? Gak suka yah?"Morgan menatap bingung akan sikap Melody.
Namun Melody malah diam tidak bergeming, ia rupanya tengah melamun sampai tidak menyahuti ucapan Morgan barusan.
"Me?"Morgan menepuk pundak Melody pelan membuatnya melonjak kaget.
"i..iya kak ada apa?"ekspresi wajah Melody terlihat kaget.
"kamu enggak apa-apa Mel?"bidik Morgan. Melody buru-buru menggeleng.
"trus kenapa melamun? Kenapa juga makanannya gak dimakan? Biasanya kamu paling suka sama pizza nya.."tanya Morgan mulai curiga.
"m..Mel gak papa ko kak, Mel..."tiba-tiba Melody menggantungkan ucapannya. Dahi Morgan mengerut bingung karna Melody menyumpal mulutnya seperti hendak muntah, ia pun buru-buru bergegas menuju kamar mandi karna perutnya kembali terasa mual.
"m..Mel permisi s..sebentar kak, huek!"pamit Melody beranjak pergi.
Morgan semakin dibuat bingung akan sikap dan kebiasaan Melody yang akhir-akhir ini sering mual muntah seperti ini.
"ko Melody sering muntah-muntah kayak gini yah? Apa dia lagi sakit?"fikir Morgan.
"kayaknya ini ada hubungannya sama alat tes berbentuk kecil itu deh Gan.."tiba-tiba Dicky angkat bicara.
"alat tes kecil? Maksud loe apa Dick?"Morgan memandang Dicky bingung.
"jadi tadi pagi gue gak sengaja nemuin alat tes yang warna putih kecil itu dikamar Melody, trus disana juga ada garis merahnya, gue sih gak terlalu faham, tapi biasanya alat itu digunakan buat nge'tes kehamilan.."jelas Dicky berbicara seadanya.
"alat tes kehamilan?"kening Morgan mengerut semakin dibuat bingung.
"sekarang mana alat itu?"Morgan menadahkan tangannya kearah Dicky.
"ada ko, sebentar biar gue ambil.."Dicky buru-buru beranjak dari tempat duduknya untuk mengambil alat tersebut.
"apa yang sebenarnya terjadi sama kamu Mel? Trus apa maksud ucapan Dicky barusan dengan alat tes kehamilan tersebut? Apa itu ada hubungannya sama kamu?"Morgan masih saja dibuat tidak mengerti akan apa yang tengah terjadi pada Melody ini.
Tak lama Morgan beranjak dari duduknya. Ia berjalan menghampiri Melody yang masih berada didalam kamar mandi itu. Perlahan Morgan mencoba masuk karna pintu kamar mandinya tidak Melody tutup dan dibiarkan terbuka begitu saja.
"Melody..."panggil Morgan pelan.
"Mel.. Kamu ngapain didalam? Ko lama banget Mel?"panggilnya lagi seraya terus melangkah masuk mencari sosok Melody.
"Mel..? Apa kamu masih didalam?"kini Morgan sudah berdiri diruangan kamar mandi yang memang masih tertutup oleh pintu, sedangkan disekelilingnya memang hanya terdapat sebuah wastafle dan cermin saja, ruangan kamar mandi sesungguhnya ada dibalik pintu satu lagi.
"Mel..?"panggil Morgan mengetuk pelan pintu tersebut. Namun tidak ada sahutan sama sekali, yang ada hanya suara gemercik air dari keran yang dinyalakan.
"Melody?.."ulangnya sedikit meninggikan nada suaranya. Namun tetap saja tidak ada jawaban.
Karna khawatir, akhirnya Morgan berusaha membuka pintu itu secara paksa, ternyata pintunya tidak dikunci. Dan mata Morgan seketika langsung melotot kaget melihat Melody tergeletak begitu saja diatas lantai kamar mandi.
"Melody?"pekiknya buru-buru berlari menghampiri.
"Mel kamu kenapa?"Morgan menepuk pelan pipi Melody yang terlihat pucat itu.
"Ya Tuhan.. Kenapa bisa seperti ini sih?
Tahan sebentar ya Mel, kita ke Rumah Sakit sekarang.. Kakak akan bawa kamu ke Rumah Sakit, sabar ya sayang.."Morgan bergegas mengangkat tubuh Melody dan membawanya keluar untuk dilarikan ke Rumah Sakit.
"kakak enggak tahu kenapa kamu seperti ini, kakak juga enggak tahu sebenarnya apa yang terjadi sama kamu, tapi kalau kamu sakit harusnya kamu bilang Mel, jangan buat kakak panik dan cemas.. Kakak khawatir sama keadaan kamu.."batin Morgan menatap lirih wajah pucat Melody. Ia pun segera melajukan mobil sedan hitamnya setelah membawa Melody masuk kedalam mobilnya.
Bersambung...
"ngapain kesini?"Bisma melontarkan satu pertanyaan dengan nada cueknya.
"a..aku mau bicara sesuatu sama kamu Bis.."ujar perempuan yang tak lain adalah Melody itu sedikit terisak.
"bicara?"Bisma menaikkan sebelah alisnya.
"iya bicara tentang kita berdua. Ini penting Bis, aku gak bisa hadapi masalah ini sendiri, aku butuh kamu, jadi aku harus ceritain tentang masalah ini sama kamu.."jelas Melody lirih.
"yaudah masuk.."Bisma membukakan pintu kamarnya. Melody mengangguk kecil dan melangkah masuk mengikuti Bisma dari belakang.
"mau bicara apa?"Bisma menutup pintu kamarnya. Dengan wajah polos dan pura-pura tidak tahu dia melontarkan pertanyaan yang sangat tidak penting.
"a..aku hamil Bis.."Melody menatap ragu wajah Bisma, tangan kanannya menyentuh perut datarnya, air matanya tiba-tiba saja menetes, mungkin ia baru menyadari kalau karna ulah bodohnya ini kini ia harus menerima resiko hamil diluar pernikahan.
"ck, hamil? Ko bisa?"Bisma terlihat begitu santai tanpa kaget atau merasa bersalah sedikit pun.
Melody sendiri tersentak kaget mendengar Bisma berucap seperti itu.
"k..kita pernah melakukan itu Bis. Ja..jadi itu sangat mungkin kalau jadi penyebab kehamilan aku. Aku hamil karna kamu, karna kamu udah nyentuh aku. Dan ini anak kamu Bis, darah daging kamu.."jelas Melody menatap Bisma lirih.
"anak aku? Haha kamu gak usah bercanda deh Mel, kita melakukan itu sudah cukup lama. Mungkin saja kamu berhubungan dengan lelaki lain hingga kamu hamil seperti sekarang ini, jadi sangat tidak mungkin kalau bayi itu anak aku, itu GAK MUNGKIN!"tegas Bisma tersenyum licik menatap tajam Melody.
"Enggak. Kamu salah Bis, ini anak kamu, bukan anak siapapun.
Aku gak pernah berani dan gak pernah mau disentuh oleh laki-laki lain selain kamu. Ini anak kamu Bis, aku berani bersumpah, ini anak kamu.."Melody menggelengkan kepalanya berusaha menjelaskan kebenaran yang sesungguhnya agar Bisma mau percaya.
"udah lah Mel, gak perlu bawa-bawa sumpah segala, aku gak butuh sumpah kamu.
Lagian kamu aja dengan begitu mudahnya bisa aku sentuh, jadi kemungkinan besar kamu juga bisa dengan mudahnya disentuh oleh lelaki lain. Jadi anak itu gak mungkin anak aku, FINE!"jelas Bisma tersenyum licik dengan tuduhan yang sama sekali tidak benar itu.
"hiks enggak Bis, enggak.. Ini anak kamu, darah daging kamu bukan anak orang lain. Aku mohon percaya sama aku, aku butuh tanggung jawab kamu. Kamu udah pernah janji akan tanggung jawab kan? makanya aku berani ngelakuin itu sama kamu. Dan sekarang aku butuh tanggung jawab itu, kamu gak bisa lari gitu aja Bis, kamu harus tanggung jawab, kamu harus nikahin aku.."Melody terisak menggenggam pergelangan tangan Bisma dengan eratnya.
"hallah! Apaan sih? Udah mending kamu pergi aja deh! Lagian sejak kapan aku ngucapin buat tanggung jawab? Gak usah ngaco deh. Udah sana pergi! Gue mau istirahat, JANGAN ganggu gue!!"ketus Bisma menghempaskan tangan Melody dan mendorongnya kasar hingga tersungkur jatuh.
"hiks.. Enggak, enggak Bis..
Aku gak akan pergi.. Aku gak mau pergi..
Kamu harus tanggung jawab dulu Bis, kamu harus tanggung jawab.."lirih Melody terisak diatas lantai.
"gue bilang KELUAR!! loe denger gak sih?
Gak usah deh loe bicara ngaco terus disini, cewek murahan kayak loe itu gak mungkin hanya disentuh oleh satu cowok! Pasti puluhan bahkan ratusan cowok diluar sana pernah nyentuh loe juga, jadi JANGAN PERNAH loe minta buat gue yang tanggung jawab. NGERTI!!"bentak Bisma kasar. Ia menarik pergelangan tangan Melody dan menyeretnya paksa agar keluar dari dalam kamarnya.
"hiks, Bis.. Bisma.. Aku berani bersumpah Bis ini anak kamu, darah daging kamu.. Cuma kamu satu-satunya laki-laki yang pernah nyentuh aku. Semua tuduhan kamu itu gak bener Bis, aku berani bersumpah Bisma.. Hiks"jelas Melody berusaha menjelaskan yang sesungguhnya. Tubuhnya terkulai lemas dan hanya bisa menangis dibalik pintu kamar Bisma yang sudah tertutup rapat itu.
Sedangkan Bisma sendiri sama sekali tidak mau mendengarkan penjelasan Melody dan mengacuhkannya begitu saja.
"misi gue benar-benar berhasil, biar tahu rasa cewek bodoh itu. Gue pengen lihat ekspresi Morgan nanti. Haha kemenangan sudah didepan mata. Kita berhasil Adila, kakak sudah berhasil membalaskan semua dendam kamu. Semua yang pernah kamu rasakan kini sudah bisa dirasakan oleh Melody. Tinggal menunggu reaksi Morgan yang pasti akan hancur sebentar lagi.."Bisma tersenyum puas memandangi bingkai photo Adila adik tercintanya. Fikirannya sudah dipenuhi dendam yang sebetulnya adalah sebuah kesalah fahaman.
**
Motor ninja hijau yang tengah dikendarai oleh Ilham ini terlihat melaju cukup cepat dijalanan yang terlihat sepi ini.
"kayaknya tuh cewek gue kenal deh.."tiba-tiba bibir Ilham tersenyum melihat seorang perempaun yang berjalan seorang diri dipinggilan jalan yang dilewatinya.
Ilham mengurangi kecepatan laju motornya. Ia bahkan menjalankannya sangat pelan hingga bisa berdampingan dengan langkah perempuan tersebut.
"ekhemz! Kayaknya ada yang lagi jalan kaki nih? Mobilnya mogok yah sampe jalan kaki begini?"celetuk Ilham bermaksud menyindir perempuan yang ternyata Abiela atau Abie.
Namun tidak ada respon sedikit pun dari Abie, ia masih saja terus berjalan dengan tatapan mata yang kosong tanpa menghiraukan celotehan Ilham.
"duuh rupanya ada yang ngambek nih? Sejak kapan seorang ABIELA jadi pengambek gini yah? Perasaan gak pernah deh.."lagi-lagi Ilham berusaha mengajak Abie berbicara meski dengan sindiran-sindiran anehnya. Tapi ternyata semua itu percuma karna Abie sama sekali tidak merespon dan tetap berjalan menghiraukan Ilham.
"hemz, aneh? Abie kenapa yah?"Ilham menghentikan motornya, ia tampak berfikir akan kejanggalan yang terjadi pada musuh bebuyutannya itu.
Ilham beranjak turun dari motor hijaunya. Ia mengendap membuntuti Abiela yang terus berjalan tanpa diketahui akan kemana.
"Abie tunggu!"tiba-tiba Ilham meraih pergelangan tangan Abie. Langkah Abie terhenti, namun seketika ia mendadak ketakutan, ia bahkan buru-buru menjauhkan dirinya dari Ilham, tangan Ilham ia tepis dengan mimik wajah ketakutan.
"jangan, hiks jangan.. Aku mohon jangaaan.."lirih Abie menitikan aie mata.
"loe sebenarnya kenapa sih Bie? Ini gue Ilham, gue gak bakal ngapa-ngapain loe ko, loe kenapa sih?"Ilham mengerutkan keningnya bingun. Ia berusaha menyentuh bahu Abie mencoba menenangkannya, namun tetap saja Abie menghindar, dia menepis tangan Ilham dan buru-buru menjauhkan tangan Ilham dari bahunya.
"jangaan.. Aku mohon jangan.. Hiks"Abiela terisak lirih. Ia menundukkan kepalanya, tubuhnya pun terasa sangat lemas hingga lututnya bergetar. Ia berjongkok, menyembunyikan wajahnya diantara kedua lututnya yang ia tekuk. Rupanya kejadian pemerkosaan semalam masih berbekas dihati Abie hingga menjadi trauma seperti ini.
"Bie? Abie ini gue Ilham.. Gue Ilham Bie, loe kenap..?"tiba-tiba tubuh Abie tergeletak lemas tak sadarkan diri saat Ilham mencoba menyentuh pundaknya.
"astaga! Ko bisa pingsan sih?"Ilham melotot kaget melihat keadaan Abie yang sangat mengkhawatirkan ini.
"Bie sebenernya loe kenapa sih? Ko bisa sampe kayak gini?.. Duuh mana disini sepi banget lagi. Aarggh yaudah gue bawa pulang aja deh, dari pada nih cewek kenapa-napa.."Ilham buru-buru mengangkat tubuh Abie, meski snagat kesulitan namun Ia berusaha sebisa mungkin mengangkat tubuh Abie menuju motor hijaunya. Tubuh Abie pun sampai ia ikat dengan jaket coklatnya agar tetap bisa bersender dipundaknya dan Abie tidak terjatuh.
"duhh ribet banget, tapi kasian juga kalau dia gue tinggal sendirian disini, kayaknya dia lagi ada masalah. Gue lupain dulu deh acara musuh-musuhannya sama nih anak, tar kalo loe udah sadar dan sehat kita baru perang-perangan lagi, oke?"ujar Ilham tersenyum ngasal. Ia pun mulai melajukan motor hijaunya dengan tangan kiri yang memegang lengan Abie agar tidak terjatuh.
Sementara itu..
Kini Melody dan Morgan juga Dicky tengah duduk diruang makan menikmati sekotak Pizza yang dibawa Morgan tadi. Dicky begitu menikmati makanan kesukaannya ini, begitu pun Morgan, namun berbeda dengan Melody karna sedari tadi hanya diam memandang sepotong pizza dihadapannya.
"ko gak dimakan sih? Gak suka yah?"Morgan menatap bingung akan sikap Melody.
Namun Melody malah diam tidak bergeming, ia rupanya tengah melamun sampai tidak menyahuti ucapan Morgan barusan.
"Me?"Morgan menepuk pundak Melody pelan membuatnya melonjak kaget.
"i..iya kak ada apa?"ekspresi wajah Melody terlihat kaget.
"kamu enggak apa-apa Mel?"bidik Morgan. Melody buru-buru menggeleng.
"trus kenapa melamun? Kenapa juga makanannya gak dimakan? Biasanya kamu paling suka sama pizza nya.."tanya Morgan mulai curiga.
"m..Mel gak papa ko kak, Mel..."tiba-tiba Melody menggantungkan ucapannya. Dahi Morgan mengerut bingung karna Melody menyumpal mulutnya seperti hendak muntah, ia pun buru-buru bergegas menuju kamar mandi karna perutnya kembali terasa mual.
"m..Mel permisi s..sebentar kak, huek!"pamit Melody beranjak pergi.
Morgan semakin dibuat bingung akan sikap dan kebiasaan Melody yang akhir-akhir ini sering mual muntah seperti ini.
"ko Melody sering muntah-muntah kayak gini yah? Apa dia lagi sakit?"fikir Morgan.
"kayaknya ini ada hubungannya sama alat tes berbentuk kecil itu deh Gan.."tiba-tiba Dicky angkat bicara.
"alat tes kecil? Maksud loe apa Dick?"Morgan memandang Dicky bingung.
"jadi tadi pagi gue gak sengaja nemuin alat tes yang warna putih kecil itu dikamar Melody, trus disana juga ada garis merahnya, gue sih gak terlalu faham, tapi biasanya alat itu digunakan buat nge'tes kehamilan.."jelas Dicky berbicara seadanya.
"alat tes kehamilan?"kening Morgan mengerut semakin dibuat bingung.
"sekarang mana alat itu?"Morgan menadahkan tangannya kearah Dicky.
"ada ko, sebentar biar gue ambil.."Dicky buru-buru beranjak dari tempat duduknya untuk mengambil alat tersebut.
"apa yang sebenarnya terjadi sama kamu Mel? Trus apa maksud ucapan Dicky barusan dengan alat tes kehamilan tersebut? Apa itu ada hubungannya sama kamu?"Morgan masih saja dibuat tidak mengerti akan apa yang tengah terjadi pada Melody ini.
Tak lama Morgan beranjak dari duduknya. Ia berjalan menghampiri Melody yang masih berada didalam kamar mandi itu. Perlahan Morgan mencoba masuk karna pintu kamar mandinya tidak Melody tutup dan dibiarkan terbuka begitu saja.
"Melody..."panggil Morgan pelan.
"Mel.. Kamu ngapain didalam? Ko lama banget Mel?"panggilnya lagi seraya terus melangkah masuk mencari sosok Melody.
"Mel..? Apa kamu masih didalam?"kini Morgan sudah berdiri diruangan kamar mandi yang memang masih tertutup oleh pintu, sedangkan disekelilingnya memang hanya terdapat sebuah wastafle dan cermin saja, ruangan kamar mandi sesungguhnya ada dibalik pintu satu lagi.
"Mel..?"panggil Morgan mengetuk pelan pintu tersebut. Namun tidak ada sahutan sama sekali, yang ada hanya suara gemercik air dari keran yang dinyalakan.
"Melody?.."ulangnya sedikit meninggikan nada suaranya. Namun tetap saja tidak ada jawaban.
Karna khawatir, akhirnya Morgan berusaha membuka pintu itu secara paksa, ternyata pintunya tidak dikunci. Dan mata Morgan seketika langsung melotot kaget melihat Melody tergeletak begitu saja diatas lantai kamar mandi.
"Melody?"pekiknya buru-buru berlari menghampiri.
"Mel kamu kenapa?"Morgan menepuk pelan pipi Melody yang terlihat pucat itu.
"Ya Tuhan.. Kenapa bisa seperti ini sih?
Tahan sebentar ya Mel, kita ke Rumah Sakit sekarang.. Kakak akan bawa kamu ke Rumah Sakit, sabar ya sayang.."Morgan bergegas mengangkat tubuh Melody dan membawanya keluar untuk dilarikan ke Rumah Sakit.
"kakak enggak tahu kenapa kamu seperti ini, kakak juga enggak tahu sebenarnya apa yang terjadi sama kamu, tapi kalau kamu sakit harusnya kamu bilang Mel, jangan buat kakak panik dan cemas.. Kakak khawatir sama keadaan kamu.."batin Morgan menatap lirih wajah pucat Melody. Ia pun segera melajukan mobil sedan hitamnya setelah membawa Melody masuk kedalam mobilnya.
Bersambung...
Maniac Cinta #Part 28
Sinar mentari pagi yang cukup menyilaukan ini ternyata mampu mengusik
tidur Bisma yang sangat lelap. Kedua bola mata Bisma perlahan ia buka,
keningnya tiba-tiba mengerut saat mendapati Melody terlelap duduk
disamping tempat tidurnya.
Maniac Cinta #Part 27
Pagi-pagi sekali gadis cantik ini sudah terlihat rapi dengan pakaian
simplenya. Ia berjalan dengan langkah cepat buru-buru menuruni anak
tangga rumahnya, wajahnya sedikit terlihat panik, tangan kanannya
memegang kunci mobil, sedankan tangan kirinya menggenggam BB yang sedari
tadi ia gunakan untuk mencoba menghubungi sang kekasih.
Maniac Cinta #Part 26
Suasana sore yang sangat menyejukkan dan mendukung ini membuat kedua
pasangan muda Angel dan Dicky bertambah mesra. Sedari tadi keduanya asik
bercanda gurau, entah hal lucu yang Dicky lakukan, atau pun sikap
juteknya yang terus membuat Angel perlu menahan kesabaran lebih ekstra.
Jumat, 02 Mei 2014
Perjanjian Cinta #Part 19
Beberapa hari kini telah berlalu dengan cepatnya. Hingga tak terasa usia
Elfaris sudah menginjak satu bulan. Bayi tampan itu mulai
memperlihatkan kelucuannya. Sangat aktif dan sering sekali menangis jika
sang ayah sudah mengganggunya. Maka tak heran jika Franda dan Bisma
semakin sering ribut karna hal tersebut.
Perjanjian Cinta #Part 18
Dua keluarga besar Harison dan Stev kini sudah berada didalam ruang rawat kamar Franda.
Mereka asik bercengkrama dan berucap satu sama lain. Memuji akan rasa kagum serta bahagia saat melihat wujud bayi mungil nan tampan yang menjadi cucu pertama sekaligus cucu yang mereka idam-idamkan.
Mereka asik bercengkrama dan berucap satu sama lain. Memuji akan rasa kagum serta bahagia saat melihat wujud bayi mungil nan tampan yang menjadi cucu pertama sekaligus cucu yang mereka idam-idamkan.
Perjanjian Cinta #Part 17
Setelah selesai dibersihkan. Kini Franda beserta bayi mungil yang baru
saja dilahirkannya sudah dipindah ruangkan pada ruangan rawat inap.
Ruangan berbentuk persegi yang cukup besar dan nyaman itu menjadi saksi bisu kebahagiaan yang dirasakan oleh Franda juga keluarga besarnya.
Ruangan berbentuk persegi yang cukup besar dan nyaman itu menjadi saksi bisu kebahagiaan yang dirasakan oleh Franda juga keluarga besarnya.
Perjanjian Cinta #Part 16
Mentari pagi nampaknya sudah mulai menunjukkan sinar hangatnya.
Kedua pasangan suami istri yang masih terlelap ini pun mulai terusik. Bisma menggeliatkan tubuhnya, mengucek kedua matanya yang masih ditutup rapat.
Bibirnya tiba-tiba tersenyum saat mendapati sosok Franda yang masih pulas dan tetap memeluknya seperti tadi malam.
Kedua pasangan suami istri yang masih terlelap ini pun mulai terusik. Bisma menggeliatkan tubuhnya, mengucek kedua matanya yang masih ditutup rapat.
Bibirnya tiba-tiba tersenyum saat mendapati sosok Franda yang masih pulas dan tetap memeluknya seperti tadi malam.
Langganan:
Postingan (Atom)