Pagi-pagi sekali wajah mungil bocah tampan ini sudah terbangun dari
tidur lelapnya semalam, Ia berusaha menggerakkan kepala dan tangannya
memandangai kesekeliling ruangan. Bibirnya tiba-tiba tersenyum mendapati
wajah sang Ayah terlelap disampingnya
"Yaah.. Iyaah.."panggilnya pelan
namun tidak ada respon sedikit pun dari Bisma karna Bisma tertidur sangat begitu pulas
Raza pun kembali memandangi sekeliling ruangan rawatnya ini, namun tidak ada orang lain selain sang Ayah
"mbuun.. Bunnn"panggilnya mencari sosok Dhira yang entahlah berada dimana
"hiks.. Iyaaah mbuun yaah mbuunn..."dengan keadaan masih lemah dan tidak bisa apa-apa ini akhirnya Raza hanya bisa menangis
"ngh~ Raza kenapa? Ko nangis sih sayang?.."tiba-tiba Bisma terbangun mendengar suara isakan tangis Raza
"hiks.. Bunn yah mbuun.."lirihnya menunjuk kearah pintu
"Raza haus? Tapi kan ada selang infusnya, gak usah mimi sama Bunda
juga gak papa sayang.. Udah bobo lagi aja yah? Masih pagi ko, nanti
siang baru kita pulang.."Bisma mengelus kepala Raza dan menenangkannya
"Buun yah mbuun hiks buunn..."suara Raza semakin melemah dengan tangan yang terus menunjuk kearah pintu
"iya, iya yaudah Ayah panggil Bundanya, jangan nangis terus, anak
Ayah gak boleh cengeng.. Tunggu sebentar ya sayang? Muach, Ayah panggil
Bunda dulu.."ujar Bisma beranjak dari tempat duduknya lalu keluar
ruangan untuk memanggil Dhira
"Loh, Raza kenapa Bis? Ko nangis?"tiba-tiba Dhira masuk dan berpapasan dengan Bisma yang hendak memanggilnya itu
"kebetulan kamu masuk, Raza kayaknya haus, kamu kasih Dia Asi kamu
dulu, kasihan Ra, dari semalam hanya cairan infus saja yang masuk
kedalam tubuhnya.."jelas Bisma menghentikan langkahnya menatap Dhira
"i..iya Bis, yaudah Aku kasih Asi Aku buat Raza dulu yah?.."izin
Dhira bergegas menghampiri putra pertamanya yang terus menangis itu
Bisma hanya mengangguk kecil lalu kembali mendekati ranjang tempat tidur Raza dan duduk didekatnya
"uhhh Raza haus yah sayang? Maafin Bunda yah? Semalam Bunda mau
kasih Raza Asi tapi Razanya udah bobo, maafin Bunda sayang..."lirih
Dhira menitikan air mata. Ia segera memangku Raza dan membuka kancing
bajunya untuk memberikan Raza Asi
"hati-hati sama tangannya Ra, nanti selang infusnya takut copot.."ujar Bisma membantu memegang tangan kiri Raza
"iya Bis, Aku pelan-pelan ko gendongnya juga.."balas Dhira mengangguk pelan
"Bun.. Uhh Bunn.."Raza memandang wajah Dhira dan menunjukkan luka
dikepalanya, Ia bermaksud mengadu namun tidak bisa menceritakan apa yang
terjadi padanya kemarin
"iya sayang, sakit yah? Nanti juga sembuh ko, sabar ya? Raza kan
anak laki-laki, jadi harus kuat, kaya Ayah tuh, Ayah Raza kuat loh
sayang, jadi Raza juga harus kuat.."Dhira tersenyum mengelus kepala Raza
yang dililit perban dan terlihat bercak darah merah disana. Ia begitu
lembut membalas setiap ucapan yang dilontarkan oleh Raza padanya
Raza tersenyum sekilas lalu kembali menghisap Asi Dhira dengan lahapnya
"kita bawa Raza pulang siang ini ya Ra? Kayaknya Raza juga udah gak
papa, nanti biar Aku yang urus semua administrasinya, kamu tunggu
disini, Aku keluar sebentar.."suruh Bisma berpamit keluar
"kenapa gak besok atau lusa aja Bis? Kondisinya masih lemah, Aku takut nanti..."ucapan Dhira terpotong
"Raza udah gak papa, jadi gak perlu takut. Aku keluar sebentar, jaga
Raza ya? Muah.. Ayah keluar dulu sayang.."jelas Bisma mengecup kening
Raza sekilas lalu benar-benar pergi untuk mengurusi semua biaya
administrasi Raza
"hemz.. Kamu sebenarnya kenapa sih Bis? Sikap kamu dari semalam
terus-terusan dingin, padahal kondisi Raza memang masih sangat lemah,
Aku gak ngerti sama sikap kamu.."Dhira menghela nafasnya memandangi
Bisma yang sudah berlalu pergi.
**
"Gimana kondisi Raza om? Rangga dengar Raza jatuh dari tangga, ko
bisa? Trus sekarang Raza gimana keadaannya? Maaf Rangga baru bisa kesini
sekarang.."lelaki muda berwajah putih nan tampan ini terlihat panik dan
khawatir akan keadaan Raza, maklum saja Ia dan Bisma sudah seperti
saudara sendiri, jadi tak heran Ia cukup khawatir akan keadaan anak dari
sahabatnya itu
"Raza sudah baik-baik aja ko Ga, Dia lagi didalam sama Ibunya.."om
Landry melemparkan senyum simpulnya pada lelaki yang sering disapa
Rangga ini
"hufh.. Syukur kalau gitu om, Rangga mau lihat yah? Boleh kan Rangga masuk?"ucapnya meminta izin
"masuk aja Ga, Dhira sama tante Nela juga ada didalam ko, tapi Bisma lagi keluar.."balas om Landry pelan
"makasih om, yaudah Rangga masuk dulu.."pamit Rangga kemudian berlalu memasuki ruangan rawat Raza
Om Landry mengangguk kecil dan berusaha tersenyum. Ia berjalan pelan
memandang pintu ruangan rawat Raza yang sedikit terbuka itu kemudian
duduk dikursi ruang tunggu dengan tubuh yang begitu terasa lemas
"Papah gak boleh masuk, Bisma gak mau papah terlalu dekat sama Raza,
Bisma gak suka Raza didekati oleh seorang PEMBOHONG BESAR! Bisma gak
suka pah."
kata-kata Bisma tadi malam sampai saat ini masih terngiang jelas
dimemori ingatan Bisma. Om Landry tidak mengerti kenapa Bisma bisa
berbicara seperti itu
"apa mungkin Bisma sudah tahu semuanya? Tapi dari mana Dia bisa tahu semua itu?
Ya Tuhan.. Aku belum siap untuk kehilangan cucuku, jangan biarkan
Bisma tahu semuanya, Aku benar-benar belum siap Tuhan..."om Landry
memejamkan matanya lirih
"Papah tahu ini pasti akan terjadi Bis, tapi apa kamu tega melarang papah dan menjauhkan papah dengan Raza?
Papah menyayangi kamu tulus Bisma, papah tidak pernah memandang kamu
sebagai anak angkat papah, kamu anak papah anak kandung papah, bukan
anak siapapun..."tiba-tiba butiran bening air mata keluar dari pelupuk
mata om Landry, hatinya terasa sesak berada dalam situasi yang sangat
tidak Ia inginkan ini
"Raf.. Kenapa kamu tega tinggalin papah?
Papah disini sendiri Raf.. Papah tidak mau kalau harus kehilangan
Raza.. Papah sangat menyayangi Dia, papah ingin tetap bersama Raza
Rafa.. Kenapa anak kandung kamu waktu itu harus pergi? Kenapa Raf.. Apa
ini hukuman buat papah?..
Papah sudah tidak punya siapa-siapa lagi, bahkan keturunan papah pun
papah tidak punya, sekarang Bisma sudah tahu semua, papah takut, papah
benar-benar takut Rafa..."batin om Landry lirih mengingat sosok Rafael
yang sudah pergi mendahuluinya itu
"seandainya kamu masih ada, pasti anak yang papah berinama Raza itu
anak kamu Raf, cucu kandung papah, bukan anak kandung Bisma.. Papah
tidak kuat Rafa, papah ingin ikut dengan kamu saja, disini sudah tidak
ada lagi penerus darah daging papah... Percuma papah hidup
bergelimpangan harta dan memiliki segalanya kalau papah tidak punya
penerus, percuma Raf..."air mata om Landry terus mengalir membasahi
wajahnya, rupanya benar-benar sakit berada diposisi yang seperti ini,
sakit bahkan sangatlah sakit.
**
"jadi Bisma sama om Landry lagi berantem Ra? Ko bisa sih?"Rangga mengerutkan keningnya bingung
"mereka enggak berantem ko Ga, mungkin cuma salah faham nanti juga baikan lagi.."jelas Dhira tersenyum simpul
"tapi sikap Bisma juga Aku lihat cukup aneh, bahkan om Landry mau
masuk aja gak Dia bolehin, sekarang tante Nela aja malah Dia suruh
pulang.. Bener-bener aneh Ra"pikir Rangga semakin dibuat bingung
Dhira hanya tersenyum kecil seraya menggendong tubuh mungil Raza,
sedangkan Bisma sendiri sekarang tengah berada didalam kamar mandi karna
beberapa menit yang lalu Ia sudah datang kembali
"Bun.. Uhh iyaang..."tiba-tiba Raza menunjuk kearah pintu dimana Eyangnya masih berada diluar sana
"iya nanti Raza ketemu Eyang, tunggu Ayah keluar dulu ya? Kita pulang sama Eyang nanti.."ujar Dhira tersenyum lembut
"Iyang? Yaahh iyang Bun?"tanya Raza menganggukkan kepalanya memandang wajah Dhira
"iya nanti sama Eyang, Raza bakal ketemu sama Eyang ko, udah kangen
yah sayang?"Dhira mengangguk kecil dan menatap balik wajah Raza
"iyahh Bun Zaza Iyang..."jawab Raza mengangguk mantap
Dhira hanya tertawa kecil melihat celotehan putra semata wayangnya ini
"Lucu ya Ra? Pinter lagi, anaknya Ayah Bisma pinter ternyata,
muach.. Om pulang dulu ya? Nanti om main lagi kerumah Raza
muach-muach.."kagum Rangga mengecup wajah Raza beberapa kali lalu
berpamitan untuk pergi
"iya Ga, makasih yah? Hati-hati dijalan.."sahut Dhira melemparkan senyumnya
"iya Ra, sama-sama.."balas Rangga ikut tersenyum
"mbuun iyah.."teriak Raza menunjuk Bisma yang sudah keluar dari dalam kamar mandinya
"Hemz, maaf Ayahnya lama, tadi perut Ayah tiba-tiba sakit.. Kita
pulang sekarang aja ya? Raza biar Ayah yang gendong, sini sayang..
Uhhh"Bisma meraih tubuh mungil Raza dan menggendongnya hati-hati, selang
infus Raza sudah dilepas dan Raza sudah diizinkan pulang siang ini juga
"iyaahh uhh iyang yaah.."Raza menatap wajah Bisma seraya menujuk kearah pintu
"apa? Iyang? Iya nanti ketemu Eyang, tapi dirumah. Sekarang Raza
khusus sama Ayah aja oke? Muach."jelas Bisma mengecup pipi Raza kemudian
segera beranjak keluar untuk segera pulang
Dhira sendiri hanya menggeleng pelan dengan senyuman kecilnya, Ia
berjalan membuntuti Bisma dari belakang untuk ikut pulang kerumah om
Landry..
Bersambung..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Nggak Komentar, Nggak Kece :p