Semenjak kepergian Bisma Dhira dan juga Raza dari rumah mewahnya, wajah
om Landry kini selalu terlihat murung, bahkan ia sudah tidak
mempedulikan kesehatannya lagi. Yang ia inginkan saat ini hanyalah
bertemu dengan Raza cucu kesayangannya yang entah berada dimana.
"Pah.."panggil tante Nela pelan.
"papah kangen Raza mah.."lirih om Landry menoleh sekilas kemudian kembali memandang bingkai photo Raza yang dipegangnya.
"mamah juga kangen pah. Tapi papah makan dulu yah? Sudah satu minggu
ini papah selalu susah buat makan, papah jangan terlalu memikirkan
Raza, mamah yakin Raza dan Bisma pasti baik-baik saja. Lebih baik
sekarang papah makan, mamah takut kondisi papah drop lagi
nantinya.."ujar tante Nela lembut. Ia membawa sepiring nasi dan lauk
pauknya untuk om Landry.
"papah tidak lapar mah, papah hanya ingin Raza, papah ingin bertemu
dia. Papah sangat rindu mah, biasanya setiap sore papah selalu gendong
Raza, kita main-main, tapi sekarang ini semua itu tidak bisa papah
lakukan lagi, bahkan sampai sekarang papah tidak tahu Bisma dan Dhira
tinggal dimana. Papah merindukan mereka mah, papah rindu Raza.."dada om
Landry terasa sesak mengingat sosok bayi mungil tersebut. Air matanya
berlinang tak kuasa menahan rindu pada Raza.
Tante Nela pun tidak bisa berbuat apa-apa akan semua ini, ia hanya bisa diam pasrah dan bersabar.
"dua hari lalu papah berhasil menemukan rumah kontrakan Bisma atas
bantuan Rangga. Papah sempat lihat cucu kita disana mah. Dia lagi
digendong sama Dhira. Tapi disaat papah mau gendong Raza, Bisma datang.
Dia ngusir papah mah, dia ngusir papah dan nyuruh papah pergi.
Padahal kedatangan papah kesana hanya untuk melepas rindu pada Raza.
Bisma sama sekali tidak memberikan izin papah untuk bersama Raza
walau hanya sekejap. Dia melarang papah mah, bahkan sekarang dia udah
pindah rumah lagi dan bawa Raza juga Dhira. Papah tidak tahu sekarang
mereka tinggal dimana, papah tidak tahu.."om Landry memejamkan matanya
lirih mengingat kejadian 2hari lalu saat ia berhasil menemui Bisma
dirumah kontrakannya, namun bukan hal baik yang om Landry dapatkan, ia
justru hanya mendapat rasa sakit didadanya yang teramat sangat.
"Bisma benar-benar keterlaluan. Dia sama sekali tidak tahu terimakasih.
Mamah merawatnya dari bayi dengan tulus, tapi ini balasan dari dia.
Mamah kecewa sama Bisma pah, mamah kecewa.."lirih tante Nela merasakan
hal yang sama dirasakan oleh om Landry.
"dia seperti itu karna mempunyai alasan mah. Papah bisa maklum atas
sikapnya ini, papah sangat sayang sama dia, tapi papah tidak bisa kalau
harus menyalahkan Bisma. Kita memang salah, tidak seharusnya kita
menyembunyikan identitas aslinya sampai selama ini.
Jangan pernah kecewa sama Bisma mah, dia anak kebanggaan papah, anak
kebanggaan kita.."om Landry menarik kepala tante Nela dan mendekapnya
erat. Bulir air mata pun terus mengalir membasahi pipinya.
"kamu lihat Bis, papah kamu sama sekali tidak pernah membenci kamu. Kenapa kamu tega menyakiti dia seperti ini.
Mamah sama papah membesarkan dan mendidik kamu untuk menjadi anak
yang baik, bukan menjadi pembangkang dan tidak berterimakasih seperti
ini.
Sakit Bisma, kamu membalas semua ketulusan dan kasih sayang mamah
sama papah dengan keegoisan kamu, sakit Bis.."batin tante Nela lirih
menenggelamkan wajahnya didada bidang om Landry.
Sementara itu..
Bisma kini sudah berada dirumah yang lebih baru lagi, kontrakan yang
sebelumnya ia tinggalkan begitu saja karna keberadaannya sudah
diketahui oleh om Landry sang papah. Makanya ia memutuskan untuk pindah
rumah lagi meski awalnya Dhira sangat tidak setuju akan keinginan Bisma.
"cepetan masuk! jangan diluar terus, udah sore. Nanti Raza malah
sakit lagi."Bisma menatap wajah Dhira sedikit penuh kebencian, kejadian
2'hari lalu memang membuat Bisma murka dan marah, apalagi Dhira
terus-menerus membela om Landry dari pada dirinya.
"cepetan masuk Ra! Kamu denger aku gak sih?
Kamu mau jadi istri yang pembangkang yah? Atau kamu sengaja mau buat
aku marah terus?"kesal Bisma sedikit meninggikan nada bicaranya.
"i..iya Bis, ini juga aku mau masuk.."balas Dhira gugup. Ia pun
berjalan membuntuti Bisma memasuki rumah kontrakan barunya yang sedikit
terlihat lebih kecil dari rumah kontrakan sebelumnya.
"aku cuma dapat rumah yang kecil kayak gini, jadi gak usah rewel
atau protes, sekarang bawa Raza masuk kekamar. Istirahat dan jangan
terus nangis, kalau kamu terus-terusan nangis, sama saja kamu gak pernah
ngehargai keputusan aku!"jelas Bisma membuka pintu kamarnya
mempersilahkan Dhira dan Raza masuk.
"aku gak pernah nyesel ikutin semua keinginan kamu Bis. Tapi apa
kita gak keterlaluan. Masa hanya karna papah kunjungi rumah kita yang
dulu kamu ngajak aku pindah rumah lagi. Raza udah bisa menyesuaikan diri
disana Bis, kalau kita pindah kesini berarti Raza harus menyesuaikan
diri lagi dan itu sangat sulit.."Dhira menatap wajah Bisma lirih seraya
mengelus puncak kepala Raza yang sedari tadi terlelap dalam
gendongannya.
"udah gak usah bahas hal itu lagi. Sekarang kamu tidurin Raza dan
istirahat. Jangan buat aku terus-terusam marah dan bentak kamu Ra, kamu
gak mau kan aku bentakin terus?"tegas Bisma membuat Dhira menggeleng
pasrah.
"aku mau cari makanan dulu sebentar. Kamu dan Raza tetap disini, jangan kemana-mana. Aku cuma pergi sebentar ko.
Dari tadi pagi aku lihat kamu belum makan.
Aku pergi yah? Jaga Raza mmuach"pamit Bisma mengecup kening Raza sekilas kemudian beranjak pergi untuk mencari makanan.
Dhira hanya mengangguk kecil dan menuruti apa yang Bisma ucapkan. Ia
tidak bisa berbuat apa-apa meski sebenarnya ingin sekali ia berprotes
dan menyadarkan suaminya itu.
"aku gak ngerti apa yang ada dalam fikiran kamu Bis.
Aku takut kamu jadi Bisma yang dulu, aku gak mau kalau kejadian dulu terulang lagi.
Aku akan berusaha turutin semua keinginan kamu meski aku tau ini salah.
Aku akan hargai, aku hargai Bis.."batin Dhira lirih menatap kepergian Bisma yang sudah menjauh keluar dari kamarnya.
Tak lama ia pun membaringkan tubuh mungil Raza yang masih terlelap
itu diatas tempat tidurnya. Rumah kontrakannya memang sudah tersedia
tempat tidur dan beberapa kursi juga barang yang lain, meski kecil namun
Dhira berharap agar jagoan kecilnya bisa nyaman tinggal disana.
**
"jadi kita mau kerumahnya om Landry yang kamu bilang udah kamu
anggap sebagai papah kamu sendiri itu Ga?"kamu menghentikan langkahmu
saat mendengar pembicaraan Rangga dengan tante Nela lewat sambungan
telponnya.
"siapa Ga?"tanya tante Nela diseberang telpon sana.
"i..itu istri Rangga tan, yaudah nanti sore Rangga pasti main kesana
sama (namamu), sekalian bawa Arka, kalau perlu kita nanti menginap
disana tan, siapa tau aja om Landry bisa menganggap Arka cucunya juga
dan sedikit menghilangkan rasa kangennya sama Raza. Selamat sore tan,
tunggu Rangga disana yah.."jelas Rangga pelan dan sangat ramah.
"tante tunggu Ga, jangan sampai kamu tidak datang kesini, tante mau
bicara hal penting sama kamu.."ujar tante Nela dibalas anggukan oleh
Rangga kemudian sambungan telponnya pun diakhiri.
"siapa?"kamu mendekat kearah Rangga dan menatapnya seperti orang bingung.
"itu tante Nela, iya suaminya om Landry.
Mereka nyuruh aku dan kamu main kerumahnya sekalian ajak Arka. Kita disuruh nginap juga loh sayang.. Mau kan?
Om Landry dan tante Nela udah kayak keluarga aku sendiri, jadi gak
mungkin kalau kita nolak.."jawab Rangga pelan diiringi senyum.
"yaudah aku mau deh, tapi Arka kamu yang gendong yah kesananya, biar
nanti aku yang nyetir bawa mobil kamu"ucapmu ngaco dengan kalimat polos
yang berhasil membuat Rangga terkekeh mendengarnya.
"hufh, yaudah Arka aku yang gendong. Kamu tuh Ibu yang aneh tau gak,
masa Arka jadi lebih sering sama aku sih? Harusnya kamu yang lebih
deket dan akrab sama Arka karna kamu tinggal diruman bukan aku.."Rangga
menggelengkan kepalanya bingung akan sikap istrinya yang aneh ini.
"hihi, abis aku tuh takut Ga kalau kelamaan gendong Arka, takut Arka
enggak nyaman, kamu tau sendiri kan aku tuh masih belum bisa gendong
dia, jadi mending kamu aja yang gendong.."kamu tersenyum menunjukkan
deretan gigi putihmu menatap Rangga.
"iya,iya yaudah sekarang mandi gih, katanya tadi mau mandi?
Aku mau lihat Arka dulu, aku mau gantiin dia baju juga dan beresin beberapa bajunya untuk dibawa kerumah tante Nela nanti.
Jangan lama-lama mandinya, nanti Arka nangis kalau kamu
kelamaan.."jelas+suruh Rangga lembut. Kamu hanya mengangguk mengacungkan
ibu jarimu kearah Rangga kemudian segera ngacir menuju kamar mandi.
"haduhh.. Mamah kamu tuh aneh banget tau gak sayang.. Katanya tomboy, tapi gendong anaknya sendiri takut?
Trus sikapnya juga masih kayak anak kecil lagi..
Papah gak ngerti sama mamah kamu, hufh.. Tapi dia hebat karna udah
kasih papah jagoan kecil setampan kamu. Mmuuuach, papah sayang banget
sama kamu"Rangga mengangkat tubuh mungil Arka yang baru berusia sekitar
1'bulan ini. Bibirnya tak henti tersenyum kalau sudah melihat tingkah
(namamu) sang istri juga Arka jagoan kecilnya, Ia mengecup pipi cuaby
Arka penuh kasih sayang.
Sementara itu..
Lelaki berwajah tampan ini sedari tadi enggan mengalihkan
pandangannya. bibirnya terus tersenyum memandang perempuan cantik yang
terlihat tengah berdiri didepan sebuah rumah kontrakan dihadapannya.
Suara tangisan bayi mungil pun sedikit terdengar ditelinganya karna
perempuan tersebut tengah menenangkan jagoan kecilnya.
"rupanya kamu tinggal disini. Akhirnya aku bisa tau juga tempat tinggal kamu Ra.
Bisma hebat, dia bisa melakukan hal nekat seperti ini hanya karna alasan yang tidak terlalu masuk akal.
Tapi aku akan terus pantau kamu. Aku gak mau kalau kamu dan anak kamu kenapa-napa.
Aku ingin kalian selalu baik-baik saja meski tidak bisa aku miliki.
Aku juga sudah menikah beberapa hari lalu, tapi aku tidak akan
berhenti menjaga kamu dari jauh, rasa sayang aku untuk kamu terlalu
besar dan selamanya kamu akan tetap ada dihati aku meski tidak bisa aku
miliki lagi.."batinnya kemudian menutup kaca jendela mobil sedan
hitamnya dan berlalu pergi meninggalkan perempuan yang tak lain adalah
Dhira istri dari Bisma.
"kamu tuh kebiasaan Bis kalau pergi suka lama.
Masa cari makanan aja sampai selama ini?
Raza udah nangis terus Bis, dia juga gak mau minum Asi aku. Dia mau ketemu kamu.
Cepetan pulang.. Aku paling gak bisa kalau Raza udah nangis kayak
gini.."Dhira memandang pilu wajah jagoan kecilnya yang terus meronta dan
menangis ini. Ia juga memandang kearah luar rumahnya berharap kalau
Bisma segera datang.
"mbuuunn.. Iyaaah Zaza iyaah buunnn Zaza iyaaaah.."pinta Razza
sedikit berteriak meminta Dhira agar mengajaknya keluar sana mencari
sang ayah.
"diluar udah gelap sayang, ini udah malam. Gak mungkin kalau kita keluar cari ayah.
Kita masuk aja ya? Kita tunggu ayah didalam, Raza gak boleh cengeng
kayak gini, nanti ayahnya marah kalau lihat Raza nya kayak gini
nak.."jelas Dhira mencoba membujuk dengan lembut.
"uhh iyaaa buun.. Iyaaaah Zaza iyaaah.."lirih Raza memandang wajah Dhira dan terus menunjuk kearah luar.
"iya sayang iya, kita masuk dulu ya? Ayah pasti pulang ko, kita
tunggu didalam sayang.."Dhira beranjak membawa Raza masuk kedalam
rumahnya. Tangis Raza pun semakin kencang karna keinginannya tidak
dikabulkan oleh sang bunda.
"sikap Raza tuh persis banget kayak kamu Bis. Kalau keinginannya gak dikabulin pasti nangis gini, marah, trus mukulin aku.
Ini karna kamu juga terlalu manjain dia selama ini.
Sekarang aku cuma mau kamu cepat pulang.
Cuma kamu yang bisa nenangin dia, cuma kamu Bis, karna kamu
ayahnya.."batin Dhira menahan sakit saat tangan mungil Raza
memukul-mukul dadanya, apalagi tangis Raza semakin kencang dan membuat
Dhira pilu bingung harus berbuat apa.
"duuhh.. Jagoan ayah kenapa nih? Ko nangisnya sampe kedengeran keluar sayang?
Raza kenapa Ra?"tiba-tiba Dhira menoleh kearah Bisma yang terlihat baru saja datang ini.
"aku gak tau Bis, tapi dari tadi nangisnya gak mau berhenti. Aku
juga bingung Raza kenapa, dikasih Asi gak mau, dia terus manggil nama
kamu dan pengen keluar terus, aku gak tau kenapa Raza kayak gini.."jelas
Dhira lirih.
"uhh jadi Raza kangen sama ayah ya? Yaudah sini sayang sama
ayah.."Bisma mengulurkan tangannya dan beralih menggendong jagoan
kecilnya.
"iyaaah.. Uuhh Zaza iyaaah.. Zazaaa"ucap Raza mengadu sampai tersedu-sedu.
"uhh ko nangis gini sih? Iya ini udah sama ayah ko, jangan nangis
ya? Masa jagoannya ayah nangis, Raza gak boleh nangis, gak boleh cengeng
sayang.."Bisma mengusap lembut pipi Raza yang basah akibat air mata
itu.
"iyaaaah.. Zaza uuhh.. Zaza iyaaang yah.. Zaza iyaaang.."pinta Raza
lagi-lagi menunjuk kearah luar agar Bisma mau mengajaknya keluar sana.
Rupanya keinginannya untuk bertemu sang ayah itu karna ingin dibawa pada
Eyangnya om Landry.
"udah malam.. Bobo ya? Gak ada eyang disana. Jadi Raza harus bobo,
ketemu eyangnya nanti lagi, yuk kita bobo yah?"bujuk Bisma beranjak
membawa Raza masuk kedalam kamarnya.
"Iyaaaang.. Zaza iyang yaaahh Zaza iyaaaaang..!!"teriak Raza meronta
minta diturunkan, ia juga melakukan hal yang sama seperti yang ia
lakukan pada Dhira tadi, yaitu memukul dada bidang Bisma.
"GAK ADA eyang! Sekarang kita masuk, ayah gak suka kalau Raza kayak
gini, ayah GAK SUKA!"kesal Bisma sedikit membentak. Entah kenapa Raza
tiba-tiba langsung diam kalau sudah mendapat bentakan seperti ini.
Wajahnya yang polos tanpa dosa hanya bisa memandang wajah Dhira sang
bunda. Ia juga memandang jendela kamarnya berharap kalau bisa segera
bertemu dengan Eyang diluar sana.
Bersambung..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Nggak Komentar, Nggak Kece :p