Sabtu, 05 Oktober 2013

Terpaksa BUKAN Cinta II "Maafkan Aku" #Part 15

Setelah Dhira selesai membereskan beberapa pakaiannya, Bisma pun siap membawa Raza dan Dhira keluar dari kamarnya untuk menemui om Landry dan tante Nela. Ia berjalan lebih dulu sedangkan Dhira hanya membuntutinya dari belakang.


"Jangan nunduk terus, jangan nangis dan jangan menyesal akan keputusan yang Aku ambil.
Kalau kamu ngerasa berat dan gak sanggup ninggalin rumah ini kamu boleh tetap tinggal disini, tapi tanpa Aku dan Raza, apa kamu mau?"Bisma menghentikan langkahnya sejenak menatap Dhira

"ta..tapi kenapa harus kayak gini sih Bis?
Aku takut papah gak izinin kita pergi, papah sama mamah udah baik banget Bis sama kita, papah juga sangat sayang sama Raza, apa kamu tega misahin Raza sama Eyangnya?"lirih Dhira membalas tatapan Bisma

"Raza GAK PUNYA Eyang!
Dan Papah BUKAN Eyangnya Raza, NGERTI?"tegas Bisma menekan kata-katanya.

Lagi-lagi Dhira hanya bisa menunduk menghela nafas pasrah, satu sisi Ia sangat ingin tetap tinggal dirumah om Landry karna tidak mau memisahkan Raza dengan Eyangnya, tapi disisi lain Ia juga tidak bisa menolak keinginan Bisma untuk keluar dari rumah mewah milik om Landry ini.


"yaah iyang yah iyaang..!!"teriak Raza senang begitu melihat om Landry tengah duduk berdua dengan tante Nela

"uhh cucu Eyang, sini sayang, Eyang kangen sama Raza.. Uhh sini nak.."om Landry mengulurkan kedua tangannya untuk beralih menggendong Raza. Bisma hanya diam dan membiarkan om Landry menggendong Raza untuk yang terakhir kalinya

"iyaaang.. Uhh iyaaang, Zaza iyaang.."teriak Raza senang. Ia memeluk tubuh om Landry dan menenggelamkan wajah tampannya didada bidang om Landry

"hihi lucunya cucu Eyang ini, muach.. Kangen yah sama Eyang?
Eyang juga kangen sama Raza sayang.,. Muuach, muaach muach"om Landry mengecup puncak kepala Raza berkali-kali, rasanya begitu rindu dan pilu bisa merasakan dekapan bayi mungil ini lagi.


"Bisma mau bicara sesuatu Pah"

tiba-tiba om Landry menoleh kaget mendengar ucapan Bisma

"sesuatu? Apa itu Bis?"tanya om Landry bingung

"Oh iya, itu kenapa kamu bawa-bawa tas seperti itu Dhira? Memangnya kalian mau pergi kemana?"tambah tante Nela bingung

Dhira hanya diam menoleh kearah Bisma, mungkin Ia bingung harus menjawab dengan apa pertanyaan dari Ibu mertuanya ini

"Bisma akan bawa Dhira dan Raza pergi keluar dari rumah ini karna ini bukan rumah Bisma. Dan tempat kita memang bukan disini, jadi Bisma cukup tahu diri mah pah, kalian tidak perlu khawatir karna detik ini juga Bisma akan bawa Raza dan Dhira keluar dari rumah ini"jelas Bisma tiba-tiba membuat kedua bola mata om Landry dan tante Nela terbelalak kaget mendengarnya

"ma..maksud kamu apa Bisma? Pa..papah tidak mengerti?"tanya om Landry gugup

"Apa?
Papah bilang gak ngerti?"Bisma sedikit terkekeh mendengar om Landry bertanya seperti itu

"Papah udah gak perlu berbohong lagi Pah. Bisma udah tahu semuanya, Bisma udah tahu kalau Bisma bukan anak kandung papah sama mamah..
Bisma udah tahu pah, Bisma udah tahu.."jelas Bisma menitikan air mata

Om Landry terpelongo kaget saat mendengar itu semua, Ia benar-benar tidak menyangka kalau ternyata maksud dari ucapan Bisma sedari tadi itu adalah tentang rahasia besarnya ini

"Bis.. Pa..papah bisa jelasin semuanya, papah gak bermaksud bohongin kamu. Pa..papah"ucapan om Landry terpotong

"Gak bermaksud pah?
23 Tahun papah bilang gak bermaksud?
Bisma kecewa pah.. Bisma gak nyangka papah tega bohongin Bisma kaya gini, Bisma sayang papah, tapi papah sendiri tega bohongin Bisma, Bisma kecewa pah, KECEWA!"jelas Bisma terus membiarkan air matanya mengalir bebas

"kamu salah faham Bisma.
Mamah sama papah memang sudah berbohong dan tidak bicara jujur dari awal, tapi itu demi kebaikan kamu Bis, kita sayang sama kamu, kita gak mau kehilangan kamu, makanya mamah sama papah sepakat untuk merahasiakan ini semua, kamu jangan egois, kita sangat menyayangi kamu, jadi jangan berfikiran kalau kita tega telah membohongi kamu, itu salah Bis, mamah tulus menyayangi kamu, apalagi papah.. Kita sama-sama menyayangi kamu.."tante Nela kini angkat bicara, air matanya berderai lirih. Rasanya sangat sulit dipercaya kalau Bisma bisa mengetahui semuanya begitu cepat

"Bisma udah gak bisa percaya lagi mah, Bisma udah sangat kecewa sama kalian.
Harusnya mamah sama papah bica cerita semuanya dari awal, Bisma udah dewasa mah, bahkan sekarang Bisma udah punya istri dan anak, tapi kenapa Bisma gak tahu sama sekali tentang hal ini?
Kenapa Bisma baru tahu sekarang dan itu pun karna Bisma gak sengaja dengar pembicaraan kalian saat di Rumah Sakit tentang pendonoran darah untuk Raza, kenapa mah? kenapaa?"kesal Bisma mulai emosi

"Bis.. Kamu gak boleh bicara kayak gitu Bis.. Lebih baik kita gak usah pergi yah?
Mamah sama papah ngelakuin itiu karna ada alasan sendiri, kamu jangan berfikiran hanya sebelah mata, gak ada satu pun yang bermaksud untuk membohongi kamu, gak ada Bis.."jelas Dhira mencoba menyentuh pundak Bisma

"kamu gak usah ikut campur Ra!
Kamu juga sama kan udah bersekongkol sama mamah dan papah?
Kamu udah secara langsung ikut-ikutan bohongin Aku?
Kamu sama aja dengan papah dan mamah Ra, kalian sama-sama pembohong, PEMBOHONG!!"bentak Bisma menepis tangan Dhira kasar

"hiks.. mbuunn iyaaah mbuunn.."teriak Raza terisak melihat sang Bunda dibentak oleh Ayahnya sendiri

"Raza.."lirih Dhira menoleh kearah sang buah hati

"Raza ikut Ayah, kita keluar dari rumah ini sayang.. Kita jauhi semua pembohong-pembohong besar..
Disini semuanya pembohong nak, semuanya udah bohongin Ayah, bahkan Bunda kamu sendiri ikut bohongin Ayah, hiks..
Raza ikut Ayah yah? Sekarang Ayah cuma punya Raza, Ayah sayang kamu nak.. Ayah sayang kamu.."lirih Bisma beralih menggendong tubuh mungil Raza. Ia mendekapnya sangat erat dengan air mata yang terus mengalir dipelupuk matanya

"iyaah.. Buun Zaza uuh?"Raza menujuk Dhira dan menyuruh agar Bisma melihat kearah Bundanya

"Gak perlu sama Bunda, kita berdua aja, Ayah udah terlanjur kecewa sama Bunda kamu. Kita pergi ya sayang?
Ayah udah gak tahan tinggal lama-lama disini, semuanya pembohong, PEMBOHONG nak..
Kita pergi!"Bisma beranjak dan bergegas meninggalkan rumah mewah milik om Landry ini dengan hanya membawa Raza

"kejar Bisma Ra, mamah yakin Dia hanya emosi sesaat aja, kasihan Raza kalau harus jauh dari kamu.."suruh tante Nela tak kuasa menahan air matanya

"i..iya mah, Dhira pamit dulu yah?
Maafin Dhira.. Maafin Bisma juga ya mah..
Dhira gak bisa berbuat apa-apa.
Tapi Dhira janji, Dhira sama Bisma pasti akan pulang lagi kesini dan bawa Raza untuk tinggal disini kembali, Dhira janji mah, pah.. Dhira pamit.."lirih Dhira mencium punggung tangan tante Nela dan om Landry bergantian lalu segera pergi untuk menyusul Bisma sebelum terlalu menjauh

"yang papah takutkan sekarang sudah terjadi mah..
Bisma bawa Raza pergi..
Dia udah bawa cucu papah pergi.."tubuh om Landry terkulai lemas melihat adegan yang terjadi didepan matanya ini, rasanya Ia tidak bisa berbuat apa-apa karna sikap Bisma yang memang keras kepala sangat sulit untuk dicairkan

"sabar pah.. Mereka pasti akan pulang dan kembali kesini lagi, percaya sama mamah.. Bisma hanya lagi emosi.
Bisma itu anak yang baik, kita mengenal Dia dari Bisma masih bayi, jadi mamah yakin Bisma pasti akan pulang lagi kesini, mamah yakin pah.."jelas tante Nela menenangkan

"mamah tidak tahu mah..
Mamah tidak tahu bagaimana sifat Bisma.
Papah kenal betul sama Putra papah ini, apa yang dianggapnya benar pasti akan Ia lakukan, entah disaat Ia tengah emosi atau tidak, tapi itulah Bisma. Papah tidak yakin kalau Bisma akan kembali lagi kerumah ini, papah ragu mah.. Apalagi Dia juga bawa Raza pergi.
Papah takut kehilangan keduanya mah.."om Landry memejamkan matanya lirih.





**
"kita mau kemana Bis?
Ini udah hampir gelap, apa gak sebaiknya kita kembali aja kerumah papah?
Kasihan Raza, Dia masih kecil Bis, gak baik kalau udah malam kayak gini Raza masih diluar rumah, Aku takut Raza sakit nantinya.."Dhia memandang ragu melihat wajah suaminya yang masih terlihat emosi itu. Ia memangku Raza yang terlelap dipangkuannya sambil sesekali mengusap puncak kepala Raza yang masih dililit perban putih

"kita cari rumah kontrakan aja, keputusan Aku udah bulat Ra, jadi jangan suruh Aku untuk kembali lagi kerumah Papah. Dia bukan orang tua Aku. Aku harap kamu bisa ngerti dan menghargai keputusan yang Aku ambil, kecuali kalau kamu memang tidak sanggup hidup berdua dengan Aku tanpa kekayaan papah. Silahkan kamu pulang sendiri dan jangan harap Raza bisa ikut dengan kamu"jelas Bisma menekan kata-katanya menatap Dhira

"A..aku tetap mau sama kamu Bis.
Kamu suami Aku dan Raza anak Aku. Tapi Aku juga gak tega kalau harus ninggalin papah sama mamah, kasihan mereka Bis.. Raza juga pasti gak bisa jauh dari kedua Eyangnya, apa kamu tidak kasihan sama Raza?"tanya Dhira pelan dan sangat hati-hati karna takut Bisma marah

"Raza masih punya Aku Ayahnya, jadi Dia GAK AKAN kenapa-napa kalau pun JAUH dari papah dan mamah. Aku harap kamu bisa diam dan BERHENTI menyebut nama papah lagi"kesal Bisma mulai emosi

Dhira yang takut pun hanya bisa menghela nafasnya dan menunduk tanpa berani berucap lagi. Air matanya tiba-tiba menetes karna tidak bisa berbuat apa-apa lagi.



**
"udah sampai, turunin Raza pelan-pelan yah? Jangan sampe kebangun..
Untuk sementara kita tinggal dirumah ini aja, kebetulan rumah ini dulu pernah ditempati sama temen Aku, Aku juga udah minta izin sama Dia buat nempatin rumah ini, walau kecil dan jauh dari kata mewah, tapi Aku akan berusaha buat kamu dan Raza nyaman disini.."jelas Bisma mempersilahkan Dhira turun dari mobil Sedan merahnya yang Ia berhentikan tepat didepan rumah yang tidak terlalu besar ini.

Dhira hanya mengangguk setuju dan segera turun memasuki rumah barunya dengan menggendong Raza

"bajunya biar Aku yang bawa, kamu masuk aja dulu Ra, inget Raza nya jangan sampe kebangun, nanti malah rewel dia.."ujar Bisma lembut

"i..iya Bis"balas Dhira singkat

Bisma tersenyum kemudian segera menurunkan dua tas berukuran tidak terlalu besar dari bagasi mobilnya lalu membawanya masuk kedalam rumah tersebut.



"nah.. Ini rumahnya, kecil tapi gak papa yah Bun? Yang penting kalian nyaman, Ayah janji akan buat Bunda sama Raza nyaman dan betah tinggal dirumah ini.."jelas Bisma tersenyum memandangi isi rumah yang sangat berbeda jauh dari rumah mewah om Landry

"iya Yah, Bunda lihat Ayah seneng aja Bunda pasti seneng..
Apalagi kalau kamu udah panggil Aku Bunda lagi, rasanya itu seneng banget Yah..
Bunda percaya ko kalau Ayah bisa bahagiain Bunda sama Raza, Bunda sangat percaya.."jelas Dhira tersenyum haru mendengar ucapan Bisma yang sudah kembali lembut dan tidak dipenuhi emosi lagi

"yaudah Ayah mau pergi dulu, titip Raza sebentar ya Bun?
Jangan kemana-mana, Ayah cuma sebentar ko, muach..
Ayah pergi sayang, muach-muach.."pamit Bisma mengecup kening Dhira dan kedua pipi mungil Raza sekilas

"pergi kemana Yah? Kan udah malam?"tanya Dhira bingung

"Ayah mau ngembaliin kunci mobil beserta mobil yang Ayah pakai ini. Ini bukan milik Ayah Bun, jadi Ayah akan kembalikan semuanya sama papah, Ayah gak mau kalau masih menggunakan fasilitas dari papah.
Sekarang kita akan mencoba memulai semuanya dari awal tanpa ada campur tangan kekayaan papah.
Ayah harap Bunda bisa hargai keputusan Ayah ini.
Ayah pergi sekarang ya?"jelas+pamit Bisma lembut. Dhira hanya mengangguk kecil diiringi senyum

"Aku tahu maksud kamu itu baik Yah, tapi apa kamu gak bisa lihat dari sisi baiknya papah?
Dia ngelakuin ini semua karna memiliki alasan tersendiri..
Tapi Bunda tetap akan berusaha mendukung apa yang kamu pilih Yah, Bunda gak mau kelihangan kamu apalagi Raza, Bunda akan coba dan semoga keputusan yang kita ambil ini adalah benar.."batin Dhira penuh harap. Ia tersenyum menatap wajah polos jagoan kecilnya yang sudah terlelap diatas tempat tidurnya itu

"disini panas, semoga kamu tetap nyaman yah sayang?
Jangan buat Ayah marah karna Bunda sangat takut kalau lihat Ayah kamu marah.."Dhira ikut berbaring diatas tempat tidur yang tidak terlalu besar ini, diusapnya pipi dan kening Raza yang mengeluarkan keringat akibas hawa panas didalam ruangan, disana memang tidak terdapan AC atau kipas angin yang bisa mendinginkan suhu dan mengaturnya senyaman mungkin seperti dirumah mewah om Landry.







Bersambung...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Nggak Komentar, Nggak Kece :p